PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu komoditi yang diunggulkan dan
merupakan produk pertambangan andalan yang menarik bagi investor dan
akan berkembang pada tahun-tahun mendatang seiring dengan harga batubara
yang bagus. Dewasa ini pemerintah tengah meningkatkan pemanfaatan batu
bara sebagai energi alternatif baik untuk keperluan domestik seperti pada
sektor industri dan pembangkit tenaga listrik, maupun untuk ekspor.
Berdasarkan keterjadian dan sifatnya bahan galian dapat dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu mineral logam, mineral industri, serta batubara dan
gambut. Karakteristik ketiga bahan galian tersebut berbeda, sehingga metode
eksplorasi yang dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai
macam metode untuk mengetahui keterpadatan, sebaran, kuantitas, dan
kualitasnya. Pada makalah ini penulis fokus membahas tentang geologi bahan
galian batubara, proses penggambutan dan pembatuan batubara serta
karakteristik batubara dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam lagi
tentang bahan galian batubara.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana geologi batubara ?
2. Bagaimana tahap penggambutan batubara ?
3. Bagaimana tahap pembatuan batubara ?
4. Bagaimana karakteristik batubara ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Geologi Batubara
Batubara adalah sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari
sisa tumbuhan yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai hitam yang
selanjutnya terkena proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan
tahun hingga mengakibatkan pengkayaan kandungan C (Wolf, 1984 dalam
Anggayana 2002). Cook (1999) menerangkan bahwa batubara berasal dari
sisa tumbuhan yang terakumulasi menjadi gambut yang kemudian tertimbun
oleh sedimen, setelah pengendapan terjadi peningkatan temperatur dan
tekanan yang nantinya mengontrol kualitas batubara. Pembentukan tanaman
menjadi gambut dan batubara melalui dua tahap, yaitu tahap diagenesa
gambut (peatilification) dan tahap pembatubaraan (coalification).
Tahap diagenesa gambut disebut juga dengan tahap biokimia dengan
melibatkan perubahan kimia dan mikroba, sedangkan tahap pembatubaraan
disebut juga dengan tahap geokimia atau tahap fisika-kimia yang melibatkan
perubahan kimia dan fisika serta batubara dari lignit sampai antracit (Cook,
1982) berdasarkan cara terbentuknya batubara, dapat dibedakan menjadi :
1. batubara ditempat (insitu)
2. batubara yang bersifat apungan (drift).
Batubara ditempat terbentuk di tempat tumbuhan itu terbentuk,
mengalami proses dekomposisi dan tertimbun dalam waktu yang cepat,
batubara ini dicirikan dengan adanya bekas-bekas akar pada seat earth serta
memiliki kandungan pengotor yang rendah, sedangkan batubara apungan
terbentuk dari timbunan material tanaman yang telah mengalami perpindahan
selanjutnya terdekomposisi dan tertimbun, pada batubara ini tidak dijumpai
bekas-bekas akar pada seat earth dan memiliki kandungan pengotor yang
tinggi.
Diessel (1992, dalam Mendra, 2008) menyatakan enam parameter yang
mengendalikan pembentukan endapan batubara, yaitu : adanya sumber
vegetasi, posisi muka air tanah, penurunan yang terjadi dengan pengendapan,
2
penurununan yang terjadi setelah pengendapan, kendali lingkungan geoteknik
endapan batubara dan lingkungan pengendapan terbentuknya batubara.
3
penurunan dasar rawa cepat) maka kondisi akan menjadi limnic atau bahkan
akan terjadi endapan marine. Sebaliknya kalau terlalu lambat, maka sisa
tumbuhan yang terendapkan akan teroksidasi dan terisolasi. Terjadinya
kesetimbangan antara penurunan cekungan 3 (land subsidence) dan kecepatan
penumpukan sisa tumbuhan (kesetimbangan bioteknik) yang stabil akan
menghasilkan gambut yang tebal (Diessel, 1992).
Lingkungan tempat terbentuknya rawa gambut umumnya merupakan
tempat yang mengalami depresi lambat dengan sedikit sekali atau bahkan
tidak ada penambahan material dari luar. Pada kondisi tersebut muka air
tanah akan terus mengikuti perkembangan akumulasi gambut dan
mempertahankan tingkat kejenuhannya. Kejenuhan tersebut dapat mencapai
90 % dan kandungan air menurun drastis hingga 60 % pada saat terbentuknya
brown-coal. Sebagian besar lingkungan yang memenuhi kondisi tersebut
merupakan topogenic low moor. Hanya pada beberapa tempat yang
mempunyai curah hujan sangat tinggi dapat terbentuk rawa ombrogenic (high
moor).
4
Proses coalification terutama dikontrol oleh kenaikan temperatur,
tekanan dan waktu. Pengaruh temperatur dan tekanan dipercaya sebagai
faktor yang sangat dominan, karena sering ditemukan lapisan batubara high
rank (antracite) yang berdekatan dengan daerah intrusi batuan beku sehingga
terjadi kontak metamorfisme. Kenaikan peringkat batubara juga dapat
disebabkan karena bertambahnya kedalaman. Sementara bila tekanan makin
tinggi, maka proses coalification semakin cepat, terutama didaerah lipatan
dan patahan.
Beberapa Tahapan pembatubaraan sebagai berikut :
1. Pembentukan peat, proses berlangsung terus sampai membentuk endapan,
di bawah kondisi asam menguapnya H2O, CH4, dan sedikit CO2
membentuk C65H4O30 yang dalam kondisi dry basis besarnya analisa
pada ultimate adalah karbon 61,7%, hidrogen 0,3%, dan oksigen 38,0%.
2. Tahap lignit kemudian meningkat ke bituminous tingkat rendah dengan
susunan C79H55O141 yang pada kondisi dry basis adalah karbon 80,4%,
hidrogen 0,3%, dan oksigen 19,1%.
3. Peningkatan dari batubara bituminous tingkat rendah sampai tingkat
medium dan kemudian sampai batubara bituminous tingkat tinggi. Pada
tahap ini kandungan hidrogen tetap dan oksigen berkurang sampai satu
atom oksigen tertinggal di molekul.
4. Kandungan hidrogen berkurang, sedangkan kandungan oksigen menurun
lebih lambat dari tahapan sebelumnya. Hasil sampingan tahap tiga dan
empat adalah CH4, CO2, dan sedikit H2O.
5. Proses pembentukan antrasit dimana kandungan oksigen tetap dan
kandungan hidrogen menurun lebih cepat dari tahap-tahap sebelumnya.
5
1. Lignin, Merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting
dalam merubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara
ini susunan molekul umum dari lignin belum diketahui dengan pasti,
namun susunannya dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada
berbagai macam jenis tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat
pada rumput mempunyai susunan p-koumaril alkohol yang
kompleks. Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau
beberapa jenis alkohol.
2. Karbohidrat, Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik
yang mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. Pada
umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil
dengan hidroksil yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya
mucul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis
polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara, karena
dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak
mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang kemudian
terurai dan membentuk batubara.
3. Protein, merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang
selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur
dari protein pada umumnya adalah rantai asam amino yang
dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya
muncul sebagai steroid, lilin.
4. Resin, Merupakan material yang muncul apabila tumbuhan
mengalami luka pada batangnya.
5. Tanin, umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada
bagian batangnya.
6. Alkaloida, Merupakan komponen organik penting terakhir yang
menyusun batubara. Alkaloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen
dasar yang muncul dalam bentuk rantai.
7. Porphirin, Merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas sistem
pyrrole. Porphirin biasanya terdiri atas suatu struktur siklik yang
6
terdiri atas empat cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan
methin. Kandungan unsur porphirin dalam batubara ini telah
diajukan sebagai marker yang sangat penting untuk mendeterminasi
perkembangan dari proses coalifikasi.
8. Hidrokarbon, Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon
terpentin, dan pigmen kartenoid. Sebagai tambahan, munculnya
turunan picene yang mirip dengan sistem aromatik polinuklir dalam
ekstrak batubara dijadikan tanda inklusi material sterane-type dalam
pembentukan batubara. Ini menandakan bahwa struktur rangka tetap
utuh selama proses pematangan, dan tidak adanya perubahan serta
penambahan struktur rangka yang baru.
9. Konstituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral), Selain material
organik yang telah dibahas diatas, juga ditemukan adanya material
inorganik yang menyusun batubara. Secara umum mineral ini dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur mineral inheren dan unsur
mineral eksternal. Unsur mineral inheren adalah material inorganik
yang berasal dari tumbuhan yang menyusun bahan organik yang
terdapat dalam lapisan batubara. Sedangkan unsur mineral eksternal
merupakan unsur yang dibawa dari luar kedalam lapisan batubara,
pada umumya jenis inilah yang menyusun bagian inorganik dalam
sebuah lapisan batubara.
7
2. Eksternal impurities, Merupakan pengotor yang berasal dari luar,
timbul pada saat proses penambangan antara lain terbawanya tanah
yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan
industri, mutu batubara mempunyai peranan sangat penting dalam
memilih peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Batubara adalah sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai hitam yang
selanjutnya terkena proses fisika dan kimia yang berlangsung selama
jutaan tahun hingga mengakibatkan pengkayaan kandungan C.
Berdasarkan cara terbentuknya batubara, dapat dibedakan menjadi :
a. batubara yang terbentuk ditempat tumbuhan itu berada (insitu).
b. batubara yang bersifat apungan (drift).
2. Lingkungan tempat terbentuknya rawa gambut umumnya merupakan
tempat yang mengalami depresi lambat dengan sedikit penambahan
material dari luar. Gambut bersifat porous, tidak padat dan umumnya
masih memperlihatkan struktur tumbuhan asli, kandungan airnya lebih
besar dari 75% (berat) dan komposisi mineralnya kurang dari 50 % (dalam
keadaan kering). Menurut Bend (1992) dalam Diessel (1992) untuk dapat
terbentuknya gambut, beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu :
a. Evolusi tumbuhan
b. Iklim
c. Geografi dan tektonik daerah
3. Beberapa Tahapan pembatubaraan sebagai berikut, Pembentukan peat,
Tahap pembentukan lignit, Peningkatan dari batubara bituminous tingkat
rendah sampai tingkat medium serta sampai pembentukan batubara
bituminous tingkat tinggi, kemudian Kandungan hidrogen berkurang serta
tahap terakhir roses pembentukan antrasit.
4. Pembentuk batubara antara lain : Lignin, Karbohidrat, Protein, Resin,
Alkaloida, Porphirin, Hidrokarbon, Konstituen Tumbuhan yang Inorganik
(Mineral). Sedangkan pengotor batubara antara lain : Pengotor bawaan
(Gybsum, Anhidrit, pirit serta silica) dan pengotor yang berasal dari luar
ketika proses penambangan.