Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“CIDERA KEPALA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 :

1. FAHMI RIZALDI (172426014sp)


2. M GIBRAN (172426019sp)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1 KEPERAWATAN)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

T. A 2019/ 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 1

I. KONSEP DASAR TEORI CIDERA KEPALA ........................................ 1


A. Definisi .................................................................................................... 1
B. Insiden ..................................................................................................... 1
C. Etiologi .................................................................................................... 2
D. Faktor Resiko .......................................................................................... 2
E. Anatomi Fisiologi ................................................................................... 2
F. Patofisiologi ............................................................................................ 7
G. WOC ....................................................................................................... 9
H. Tanda Dan Gejala ................................................................................... 10
I. Klasifikasi ............................................................................................... 10
J. Test Diagnostik ....................................................................................... 11
K. Penanganan ............................................................................................. 12
L. Komplikasi .............................................................................................. 13
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................
A. Pengertian Asuhan Keperawatan ............................................................ 15
B. Tujuan dan manfaat asuhan keperawatan ............................................... 16
C. Tahap Asuhan Keperawatan ................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

I
TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR TEORI CEDERA KEPALA

A. DEFINISI
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas (Mansjoer, A. 2011).
Cidera kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik intelektual, emosional, dan sosial. Trauma tenaga
dari luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil,
2011).
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi-decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh
perubahan peningkatan dan percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan (Rendy, 2012)

B. INSIDEN
Angka kejadian pasti dari cedera kepala sulit ditentukan karena berbagai
faktor, misalnya sebagian kasus-kasus yang fatal tidak pernah sampai ke rumah
sakit, dilain pihak banyak kasus yang ringan tidak datang pada dokter kecuali
bila kemudian timbul komplikasi. Sebanyak 480.000 kasus per tahun
diperkirakan sebagai insiden cedera kepala yang nyata yang memerlukan
perawatan di rumah sakit. Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki
berumur antara 15-24 tahun, dimana angka kejadian cedera kepala pada lakilaki
(55,4%) lebih banyak dibandingkan perempuan, ini diakibatkan karena mobilitas
yang tinggi dikalangan usia produktif (Riskesdas, 2015).

1
2

C. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala terdiri dari kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh,
kecelakaan industri, serangan dan yang berhubungan dengan olah raga, trauma
akibat persalinan. Menurut Mansjoer (2011), cidera kepala penyebab sebagian
besar kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian
besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.

D. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko yang dapat memicu terjadinya cedera kepala ringan adalah:
1. Bayi dan anak-anak berusia 0-4 tahun
2. Remaja dan orang dewasa muda, berumur antara 15 hingga 25
3. Orang dewasa dan lansia berumur 75 dan lebih
4. Pernah terjatuh
5. Mengikuti olahraga berisiko tinggi seperti sepak bola, hockey,
tinju, bela diri,dan lainnya
6. Berolahraga tanpa peralatan dan pengawasan yang memadai
7. Pernah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor
8. Pernah ditabrak sepeda atau kendaraan bermotor
9. Tentara yang ikut berperang
10. Pernah menjadi korban kekerasan fisik
11. Pernah mengalami cedera kepala sebelumny (Judha dan Rahil
2011)

E. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
1. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skinatau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosisatau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan
pericranium Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.
3

Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi
oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai
bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis,
fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang
otak dan serebelum .
2. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu :
Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput yang keras,
terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
kranium. Karena tidak melekat padaselaput arachnoid di bawahnya, maka
terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater
dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
Selaput Arakhnoid
Selaput arachnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus
pandang.Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura
mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater
oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh
spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub
arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adarah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan
masuk kedalam sulci yang paling dalam.Membrana ini membungkus saraf
otak dan menyatu dengan epineuriumnya.Arteri-arteri yang masuk kedalam
substansi otak juga diliputi oleh pia mater.
4

3. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa
sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak depan)
terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan
rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan
serebellum. Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal
berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara.Lobus
parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang.Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam
proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi
retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan.Pada medula
oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam
fungsi koordinasi dan keseimbangan.
4. Cairan Serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius menuju
ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio
arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS
dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS
dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok
populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS
per hari.
5. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial
(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial
(berisi fosa kranii posterior).
5

6. Vaskularisasi otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.Keempat
arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus
Willisi.Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang
sangat tipis dan tidak mempunyai katup.Vena tersebut keluar dari otak dan
bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.

Fisiologi
Menurut judha dan rahil (2011) otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh.
Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang
kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak anda terganggu, maka kesehatan
tubuh dan mental anda bisa ikut terganggu. Seperti terlihat pada gambar di atas,
otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1 Cerebrum ( Otak Besar )
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak depan. Cerebrum merupakan bagian
otak yang membedakan manusia denganbinatang. Cerebrum membuat manusia
memiliki lesaian kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ
anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum terbagi menjadi 4
(empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus
dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut suleus. Keempat lobus
tersebut masing-masing adalah: lobus frontal, lobus pariental, lobus occipital dan
lobus temporal (Judha & Rahil, 2011).
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kempuan bahasa secara umum.
6

Lobus Pariental berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor


perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagianbawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampumelakukan
interprestasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
2 Cerebellum (Otak Kecil)
Menurut Judha dan Rahil (2011) otak kecil atau Cerebellum. Terletak di
bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum
mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi
tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil
juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat
mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi
tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan
ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
3 Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan,
dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau
lari) saat datangnya bahaya. Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal
dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil.
Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contahnya
anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak anda
kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang otak terdiri dari 3 bagian, yaitu:
7

Mesencephalon atau otak tengah (Mid Brain) adalah bagian


teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak
kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,
gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
Medulla Oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke
pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan
apakah kita terjaga atau tertidur.
Limbic System (Sistem Limbik)Sistem limbik terletak dibagian
tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik
berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia (Judha dan Rahil, 2011)

F. PATOFISIOLOGI
Cedera kepala atau trauma kapitis lebih sering terjadi daripada trauma tulang
belakang. Trauma dapat timbul akibat gaya mekanik maupun non mekanik.
Kepala dapat dipukul, ditampar, atau bahkan terkena sesuatu yang keras. Tempat
yang langsung terkena pukulan atau penyebab tersebut dinamakan dampak atau
impact. Pada impact dapat terjadi (1) indentasi, (2) fraktur linear, (3) fraktur
stelatum, (4) fraktur impresi, atau bahkan (5) hanya edema atauapapun tidak
terdapat pada penderita tersebut. Sedangkan kemungkinan lain yang terjadi
adalah penurunan kesadaran untuk waktu yang lama. Derajat kesadaran tersebut
ditentukan oleh integirtas diffuse ascending reticular system. Lintasan tersebut
bisa tidak berfungsi sementara tanpa mengalami kerusakan yang irreversibel.
Batang otak yang pada ujung rostral bersambung dengan medula spinalis mudah
terbentang dan teregang waktu kepala bergerak secara cepat dan mendadak.
8

Gerakan cepat dan mendadak itu disebut akselerasi. Peregangan menurut poros
batak otak ini dapat menimbulkan blokade reversibel pada lintasan retikularis
asendens difus, sehingga selama itu otak tidak mendapat input aferen, yang
berarti bahwa kesadaran menurun sampai derajat yang terendah (Mardjono &
Sidharta, 2010) perdarahan subkutan saja. Fraktur yang paling ringan ialah
fraktur linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, dapat timbul fraktur stelatum
atau fraktur impresi (Mardjono & Sidharta, 2010). Selain hal-hal tersebut, saraf-
saraf otak dapat terkena oleh trauma kapitis karena (1) trauma langsung, (2)
hematom yang menekan pada saraf otak, (3) traksi terhadap saraf otak ketika
otak tergeser karena akselerasi, atau (4) kompresi serebral traumatik akut yang
secara sekunder menekan pada batang otak. Pada trauma kapitis dapat terjadi
komosio, yaitu pingsan sejenak dengan atau tanpa amnesia retrograd. Tanda-
tanda kelainan neurologic.
Trauma kapitis yang menimbulkan kelainan neurologik disebabkan oleh (1)
kontusio serebri, (2) laserasio serebri, (3) perdarahan subdural, (4) perdarahan
epidural, atau (5) perdarahan intraserebral. Lesi-lesi tersebut terjadi karena
berbagai gaya destruktif trauma. Pada mekanisme terjadinya trauma kapitis,
seperti telah disebutkan sebelumnya, terjadi gerakan cepat yang mendadak
(akselerasi). Selain itu, terdapat penghentian akselerasi secara mendadak
(deakselerasi). Pada waktu akselerasi berlangsung, terjadi akselerasi tengkorang
ke arah impact dan penggeseran otak ke arah yang berlawanan dengan arah
impact. Adanya akselerasi tersebut menimbulkan penggeseran otak serta
pengembangan gaya kompresi yang destruktif, yangakhirnya akan menimbulkan
terjadinya lesi kontusio. Lesi kontusio dapat berupa perdarahan pada permukaan
otak yang berbentuk titik-tik besar dan kecil tanpa kerusakan duramater. Lesi
kontusio di bawah impact disebut lesi kontusio coup, sedangkan lesi di seberang
impact disebut lesi kontusio countrecoup. Ada pula lesi intermediate, yaitu lesi
yang berada di antara lesi kontusio coup dan countrecoup (Mardjono & Sidharta,
2010).
9

G. WOC

Kecelekan

Cidera kepala

Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial

Terputusnya jaringan Jaringan otak


Terputusnya jaringan
kulit kulit dan vaskuler rusak
tulang

-pendarahan Gangguan Resti infeksi


-hematoma suplai darah
kejang

Peningkatan tik iskemia


Penurunan
Resiko injuri kesadaran

hipoksia
Perega Kompresi
ngan Akumulasi
ruang otak Bedres total cairan
pembul Perubahan
uh perfusi
darah jaringan
Brsihan
serebral
jalan
napas
Resti gangguan
tidak
integritas kulit
nyeri efektif

Gangguan
mobilitas fisik
10

H. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain: 1)Skull
Fracture Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan
hidung (othorrea, rhinorhea), darah dibelakang membran timphani, periobital
ecimos (brill haematoma), memar didaerah mastoid (battleign), perubahan
penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra penciuman, pupil dilatasi,
berkurangnya gerakan mata, dan vertigo. 2)Concussion Tanda yang didapat
adalah menurunnya tingkat kesadaran kurang dari 5 menit, amnesia retrograde,
pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Contusins dibagi menjadi 2 yaitu cerebral
contusion, brainsteam contusion. Tanda yang terdapat: a.Pernafasan mungkin
normal, hilang keseimbangan secara perlahan atau cepat. b.Pupil biasanya
mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang otak bagian atas (saraf
kranial ke III) dapat menyebabkan keabnormalan pupil

I. KLASIFIKASI
Klasifikasi Cedera Kepala
PenentuanKeparahan Deskripsi
Minor/Ringan GCS 13 –15Sadar penuh, membuka mata bila
dipanggil. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau
amnesia tetapi kurang dari 30 menit dan disorientasi.
Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusia
cerebral, hematoma.
Sedang GCS 9 –12Kehilangan kesadaran, namun masih
menuruti perintah yang sederhana atau amnesia lebih
dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat
mengalami fraktur tengkorak.
Berat GCS 3 –8Kehilangan kesadaran dan atau terjadi
amnesia lebih dari 24 jam. Juga meliputi kontusio
serebral, laserasi atau hematoma intracranial. Dengan
11

perhitungan GCS sebagai berikut:


Eye : nilai 2 atau 1
Motorik: nilai 5 atau <5
Verbal : nilai 2 atau 1

Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat ringanya gejala yang
muncul setelah cedera kepala. Ada berbagai klasifikasi yang dipakai dalam
penentuan derajat cedera kepala. Menurut Judha (2011), berdasarkan derajat
penurunan tingkat kesadaran serta ada tidaknya defisit neurologik fokal cidera
kepala dikelompokan

J. TEST DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa
gas darah.
2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif.
4. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan
trauma.
5. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak
maupun thorak.
6. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
7. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
8. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
akibat peningkatan tekanan intrakranial (Musliha, 2010).
12

K. PENANGANAN
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah
terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor
sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak
(Tunner, 2010). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada
pendertia cedera kepala (Turner, 2010).
Penatalaksanaan umum adalah:
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
6. Atasi shock
7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya:
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
b. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
vasodilatasi.
c. Pemberian analgetika
d. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
e. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
f. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah
tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% ,
aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari
kemudian diberikana makanan lunak.

Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak
cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
13

dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung
nilai urea.

Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu:


1. Pemantauan TIK dengan ketat
2. Oksigenisasi adekuat
3. Pemberian manitol
4. Penggunaan steroid
5. Peningkatan kepala tempat tidur
6. Bedah neuro.

Tindakan pendukung lain yaitu:


1. Dukungan ventilasi
2. Pencegahan kejang
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
4. Terapi anti konvulsan
5. Klorpromazin untuk menenangkan klien
6. Pemasangan selang nasogastrik (Mansjoer, dkk, 2010).

L. KOMPLIKASI
1. Gegar Otak
Gegar otak bisa memengaruhi fungsi otak seseorang, namun jarang menyebabkan
kerusakan permanen. Tapi sayangnya, gegar otak seringkali tidak disadari karena
sebagian besar orang yang mengalami cedera kepala masih tetap sadar. Seiring
berjalannya waktu, orang yang mengalami gegar otak akan mulai merasakan gejala-
gejala berupa kehilangan keseimbangan, perubahan emosi, migren, sampai amnesia.
Sebaiknya, segera periksakan diri ke dokter bila kamu mengalami gejala gegar otak
tersebut.
14

2. Epilepsi
Trauma kepala ringan yang tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi semakin
parah dan berpotensi tinggi menyebabkan epilepsi. Gangguan pada sistem saraf pusat
(neurologis) ini ditandai dengan gejala berupa kejang sampai hilang kesadaran.

3. Sindrom Cedera Otak Kedua


Komplikasi pembengkakan otak yang berkembang sangat cepat dan bersifat fatal,
biasanya terjadi pada cedera otak kedua. Cedera ini terjadi tidak lama setelah gegar
otak pertama, di mana pengidap gegar otak belum sepenuhnya pulih.

4. Penumpukan Efek Akibat Cedera Otak


Cedera otak yang terjadi berulang kali dapat menyebabkan penumpukan gangguan
fungsi otak yang dapat bersifat permanen pada pengidapnya.

5. Vertigo dan Sakit Kepala


Komplikasi ini bisa dialami oleh pengidap selama satu minggu hingga beberapa
bulan setelah mengalami cedera otak. (Judha, 2011).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CIDERA KEPALA

A. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang
meliputi tahap:
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan (intervensi)
4. Pelaksanaan (implementasi)
5. Evaluasi (formatif/proses dan sumatif)
Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian
asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah.
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:
- Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi.
- Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
- Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan
Keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di

15
16

mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan yang optimal (PPNI, 2016).

B. TUJUAN DAN MANFAAT ASUHAN KEPERAWATAN


Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:
1. Membantu individu untuk mandiri.
2. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.
3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan
secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara
kesehatannya.
4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Sedangkan manfaat asuhan keperawatan adalah, sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman dan acuan resmi bagi setiap fungsional kesehatan untuk
melakuka tindakan keperawatan dalam rangka memecahkan masalah yang
sedang dihadapi seorang pasien.
2. Sebagai alat untuk mengukur profesionalisme seorang tenaga fungsional
kesehatan ketika melakukan serangkan tindakan keperawatan terhadap
pasiennya.
3. Sebagai alat dalam menjamin kebebasan seorang pasien untuk mendapat
pelayanan yang sesuai kebutuhan dan keperluan dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihapainya.

C. TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
17

No. Reg :
Dx. Medis :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal pengkajian :
Identitas Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Hub. Dengan Pasien :

b. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama:
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem saraf biasanya
akan terlihat bila sudah terjadi disfungsi neurologis, keluhan
yang didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, konvulsi, sakit
kepala hebat, tingkat kesadaran menurun (GCS <15), akral
dingin dan ekspresi rasa takut
Riwayat penyakit sekarang:
Pada gangguan neurologis riwayat penyakit sekarang yang
mungkin didapatkan meliputi adanya riwayat jatuh, keluhan
mendadak lumpuh pada saat pasien sedang melakukan aktivitas,
keluhan pada gastrointestinal seperti mual muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar di samping gejala kelumpuhan separuh badan
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pengkajian riwayat penyakit dahulu diarahkan pada penyakit
penyakit yang dialami sebelumnya yang kemungkinan mempunyai
18

hubungan dengan masalah yang dialami klien sekarang seperti


adakah riwayat penggunaan obat obat, tekanan darah tinggi
Riwayat Penyakit Keluarga:
Jika adanya penyakit keturunan dalam keluarga klien yang
dapat menjadi pemicu atau yang dapat memperparah keadaan dan
apakah ada keluarga pasien yang juga menderita penyakit cidera
kepala
c. Pola Aktivitas

No Item yang Sebelum sakit Selama sakit


dikaji
1 Pola Nutrisi  Makan :nasi  Makan :nasi
Frekuensi =3x sehari Frekuensi =3x1 sehari
dengan lauk pauk dengan lauk pauk beraneka
beraneka ragam, ragam, seperti ikan, sayur,
seperti ikan, sayur, telur, tempe, daging dan
telur, tempe, daging kadang satu macam lauk
dan kadang satu yang diberi dari rumah
macam lauk. sakit.
Porsi=1 s/d 2 piring Porsi=1/4-1/2porsi nasi
setiap kali makan. setiap kali
 Makanan pantang =  Makanan pantang = tidak
tidak ada ada
 Minum = air putih 6-  Minum = air putih 3-
8 gelas/hari dan 5gelas/hari dan kadang ada
kadang ada minum minum air susu1 gelasx1
air teh/kopi 1 gelasx1 hari
hari

2 Pola  BAB  Inkontinensia,


19

eliminasi Frekunsi =1x2 hari kandung kemih atau


secara lancar usus atau
Konsistensi= lembek mengalami
tidak keras gangguan fungsi
Warna =kuning agak
coklat warna khas
Kelainan = tidak ada
Alat bantu = tidak
ada
 BAK
Frekuensi =4-5 kali
sehari
Jumlah =250-300 cc
dan kadang lebih
terkanrung input
Warna = kuning
jernih
3 Pola istirahat  Jumlah  Jumlah
dan tidur Malam = 7-8 jam dan Malam = 4-5 jam dan
sering terbangun sering terbangun
Siang = 2 jam Siang = 2 jam sering
terbangen tidak nyenyak
4 Pola aktivitas  Klien dapat  Merasa lelah, lemah, kaku,
beraktivitas dengan hilang keseimbangan
baik tanpa bantuan
dengan orang lain
seperti mandi,
berpakaian, makan,
mobilisasi dan lain-
20

lain
5  Kebiasaan mandi 2x1  Kebiasaan mandi 2x1
D. Pola sehari sehari
kebersihan  Mencuci rambut  Mencuci rambut 1x3hari
1x3hari  Membersihkan gigi dan
 Membersihkan gigi mulut2x1 hari
dan mulut2x1 hari  Mengganti
 Mengganti pakaian1xsehari
pakaian1xsehari  Membersihkan kaki dan
 Membersihkan kaki kuku1x1 minggu
dan kuku1x1 minggu  Kebersihan kulit dengan
 Kebersihan kulit mandi saja
dengan mandi saja  Cara membersihkan
 Cara membersihkan dengan sabun dan
dengan sabun dan peralatan mandi
peralatan mandi
6 rekreasi  Waktu luang seperti  Klien mengatakan ia tida
sore hari atau hari bisa rekreasi lagi karena
minggu klien jalan dalam pengobatan dengan
bersama keluarga keadaan sakit
 Klien mengatakan  Tidak bisa kemana-mana
bahwa ia sangat klien tampak sedih
senang bisa berkreasi
bersam keluarga
 Suka keluar bersama
keluarga ditempat
rekreasi seperti
taman kota
21

d. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung,
depresi dan impulsif.
- Kesadaran : Compos Menitis
- GCS : cidera kepala ringan/minor 13 –15
Cidera kepala sedang GCS 9 –12
Cidera kepala berat GCS 3 –8
- Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital pada cidera kepala akan berpengaruh pada ttv
Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : Adanya lesi
Palpasi : ada benjolan, ada nyeri tekan.
b) Wajah
Inspeksi : Simetris
Palpasi Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan
c) Mata
Inspeksi : Alis mata simetris, distribusi alis rata, bulu
mata tidak simetris, distribusi bulu mata rata,
pergerakan bola mata normal, tidak ada secret
Tidak ada edema, konjungtiva ananemis,
Palpasi : kelopak mata simetris, pupil normal sclera
anikterik, tidak ada nyeri tekan.
d) Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak ada
penyumbatan pada ventilasi hidung, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada
benjolan, warna membran mukosa normal,
tidak ada peradangan pada hidung, tidak ada
22

fungi, polip, secret.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
e) Telinga
Inspeksi : Telinga kiri kanan simetris, tidak ada lesi,
tidak ada serumen, tidak ada cairan yang
keluar dari lubang telinga, ketajaman
pendengaran baik tidak ada kelainan pada
telinga.
Palpasi : Tidak ada massa, bengkak, tidak ada nyeri
tekan.
f) Mulut
Inspeksi : Penurunan kemampuan bicara, bibir tidak
simetris, warna bibir agak pucat, mukosa
kering agak kering, tidak ada pembengkakan,
tidak ada stomatitis, warna gusi normal, tidak
ada lesi, tidak ada edema, tidak ada karies
gigi, lidah bersih, warna lidah normal,
pengecapan lidah normal, bau nafas normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g) Leher
Inspeksi : Bentuk leher simetris tidak ada massa, tidak
ada kelainan, warna kulit leher sawo matang
normal.
Palpasi : Tidak ada kemiringan pada trakea, tidak ada
pembengkakan pada kelenjar tiroid, tidak ada
kelainan pada kelenjar limfa, tidak ada nyeri.
h) Thorak/ma
mae
Inspeksi : Dada simetris, warna kulit normal, tidak ada
lesi, tidak ada edema, mamae simetris, tidak
23

ada lesi.
Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan pada
dada maupun mamae, tidak ada
pembengkakan pada ketiak.
Perkusi : Bunyi paru normal, suara resonan disemua
Auskultasi lapang dada.
: Bunyi jantung lub dub, suara napas normal.
i) Abdomen
Inspeksi : Simetris, countour normal, warna kulit
normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada
lesi.
Auskultasi : Bising usus normal 5-30 kali/ menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas,
tidak ada kelainan pada abdomen, tidak ada
pembesaran hati.
Perkusi : Tidak dullnes
j) Esterimtas
atas
Inspeksi : ROM: bahu elevasi depresi normal, siku
fleksi ekstensi normal, lengan bawah supinasi
pronasi normal, pergelangan tangan ekstensi
hiperekstensi fleksirotasi normal, reflek bisep
dan trisep normal, kekuaran otot kanan 5,
kiri 5, jari lengkap, keadaan kulit normal,
tidak ada kelainan pada kuku.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, turgor kulit normal,
pengisian darah kapiler <3 detik
k) Ekstremitas ROM jari kaki (ekstensi fleksi normal), lutut
bawah (fleksi ekstensi depan dan belakang normal,
Inspeksi : pangkal paha (abduksi adduksi rotasi keluar
24

dan rotasi kedalam), reflek patella dan


Babinski normal, kekuatan otot kanan kiri 5,
warna kulit normal, jari-jari lengkap, tidak
ada kelainan kuku.
Tugor kulit normal, pengisian darah kapiler
Palpasi : <3 detik, tidak ada nyeri tekan.
l) Genetalia
Inspeksi : Tidak ada kelainan

1. Analisa data
N Data Etiologi Masalah
o
1 DS: klien mengatakan kesulitan untuk spastisitas Gangguan
bergerak dan memerlukan bantuan kontraktur, mobilitas fisik
untuk bergarak kerusakan saraf
DO : motorik.
 Kelemahan
 Parestesia
 Paralisis
 Ketidakmampuan
 Kerusakan koordinasi
 Keterbatasan rentang
gerak
 Penurunan kekuatan
otot
2 DS: keluarga mengatakan klien tidak kelemahan otot Gangguan
sadar untuk menguyah kebutuhan
DO: dan menelan. nutrisi
 Klien menunjukan
25

ketidakadekuatan nutrisi
 Terjadi penurunan BB 20 %
atau lebih dari berat badan
idea Konjungtiva anemis
 Hemoglobin abnormal
Penurunan tingkat kesadaran
3 DS; klien / keluarga mengatakan Penurunan tingkat Resiko aspirasi
klien sulit menelan kesadaran
DO:
 Batuk saat menelan
 Dispnea
 Delirium
 Soporakoma
 Koma
4 DS: keluarga mengatakan klien penurunan tingkat Resiko
gelisah kesadaran mencederai diri
DO: sendiri
 Disorentasi waktu
 Gelisah
 Letargi
 Stupor
 CT-scan kepala menunjukan
adanya kerusakan
5 DS : klien/keluarga mengatakan peningkatan Ketidakefektifan
adanya kejang tekanan intracranial perfusi jaringan
DO : serebral
 Perubahan tingkat kesadaran
 Gangguan atau kehilangan
memori
26

 Deficit sensori
 Perubahan tanda vital
 Perubahan pola istirahat
 Retensi urine
 Gangguan berkemih
 Nyari akut atau kronik
 Demam
 Mual
 Muntah
 Bradikardi
 Perubahan pupil (ukuran)
6 DS: klien mengatakan sulit bernafas ketidakseimbangan Gangguan
dan sesak nafas perfusi ventilasi pertukaran gas
DO: dan perubahan
 Gangguan visual membrane
 Penurunan karbon dioksida alveolar-kapiler
 Takikardia
 Tidak dapatistirahat
 Somnolen
 Irritabilitas
 Hipoksia
 Bingung
 Dispnea
 Perubahan warna kulit
(pucat,sianosis)
 rekuensi dan irama
pernafasan abnormal
 Sakit kepala saat bangun
tidur
27

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf
motorik.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi b/ d kelemahan otot untuk menguyah
dan menelan.
3. Resiko aspirasi yang b/ d penurunan tingkat kesadaran
4. Resiko mencederai diri sendiri b/ d trauma jatuh berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebralyang b/ d peningkatan
tekanan intracranial
6. Gangguan pertukaran gas yang b/ d ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membrane alveolar-kapiler.

3. Intervensi
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
DX Hasil
1 Pasien dapat melakukan - Periksa kembali - Mengidentifikasi
mobilitas fisik setelah kemampuan dan kerusakan secara
mendapat perawatan keadaan secara fungsional dan
dengan KH : fungsional pada mempengaruhi
- tidak adanya kerusakan yang pilihan intervensi
kontraktur, terjadi. yang akan
footdrop. - Pertahankan dilakukan.
- Ada peningkatan kesejajaran tubuh - Penggunaan sepatu
kekuatan dan fungsi secara fungsional, tenis hak tinggi
bagian tubuh yang seperti bokong, dapat membantu
sakit. kaki, tangan. mencegah footdrop,
- Mampu Pantau selama penggunaan bantal,
28

mendemonstrasikan penempatan alat gulungan alas tidur


aktivitas yang atau tanda dan bantal pasir
memungkinkan penekanan dari alat dapat membantu
dilakukannya tersebut. mencegah terjadinya
- Berikan/ bantu abnormal pada
untuk latihan bokong.
rentang gerak - Mempertahankan
- Bantu pasien mobilitas dan fungsi
dalam program sendi/ posisi normal
latihan dan ekstrimitas dan
penggunaan alat menurunkan
mobilisasi. terjadinya vena
Tingkatkan statis.
aktivitas dan - Proses
partisipasi dalam penyembuhan yang
merawat diri lambat seringakli
sendiri sesuai menyertai trauma
kemampuan. kepala dan
pemulihan fisik
merupakan bagian
yang sangat penting.
Keterlibatan pasien
dalam program
latihan sangat
penting untuk
meningkatkan kerja
sama atau
keberhasilan
program
29

2 Pasien tidak mengalami - Kaji kemampuan - Faktor ini


gangguan nutrisi setelah pasien untuk menentukan
dilakukan perawatan mengunyah dan terhadap jenis
selama 3 x 24 jam menelan, batuk dan makanan sehingga
dengan KH : mengatasi sekresi. pasien harus
- Tidak - Auskultasi bising terlindung dari
mengalami usus, catat adanya aspirasi.
tanda- tanda mal penurunan/ - Fungsi bising usus
nutrisi dengan hilangnya atau pada umumnya tetap
nilai lab. Dalam suara hiperaktif. baik pada kasus
rentang normal. - Jaga keamanan cidera kepala. Jadi
- Peningkatan saat memberikan bising usus
berat badan makan pada membantu dalam
sesuai tujuan. pasien, seperti menentukan respon
meninggikan untuk makan atau
kepala selama berkembangnya
makan atatu komplikasi seperti
selama pemberian paralitik ileus.
makan lewat NGT. - Menurunkan
- Berikan makan regurgitasi dan
dalam porsi kecil terjadinya aspirasi.
dan sering dengan - Meningkatkan
teratur. proses pencernaan
- Kaji feses, cairan dan toleransi pasien
lambung, muntah terhadap nutrisi
darah. yang diberikan dan
- Kolaborasi dengan dapat meningkatkan
ahli gizi kerjasama pasien
saat makan.
30

- Perdarahan subakut/
akut dapat terjadi
dan perlu intervensi
dan metode
alternatif pemberian
makan.
- Metode yang efektif
untuk memberikan
kebutuhan kalori.

3  Klien dapat  Monitor tingkat  Respiratory


bernafas dengan Status :
kesadaran, reflek
mudah, tidak Ventilation
irama, frekuensi batuk dan  Aspiration
pernafasan control
kemampuan
normal
 Swallowing
 Pasien mampu menelan
Status
menelan,
 Monitor status
mengunyah
tanpa terjadi paru
aspirasi, dan
mampumelakuk  Pelihara jalan
an oral hygiene nafas
 Jalan nafas
 Lakukan suction
paten, mudah
jika diperlukan
bernafas, tidak
 Cek nasogastrik
merasa tercekik
sebelum makan
dan tidak ada
 Hindari makan
suara nafas
kalau residu masih
abnormal
banyak
 Potong makanan
kecil kecil
 Haluskan obat
sebelumpemberian
31

 Naikkan kepala
30-45 derajat
setelah makan
4 Setelah dilakukan  Ubah posisi klien  Klien dengan
intervensi keparawatan, secara bertahap paraplegia berisko
klien tidak menunjukan  Jaga suasana mengalami luka tekan
peningkatan TIK . tenang (dekubitus).
Kriteia hasil:  Atur posisi pasien  Suasana nyaman akan
 Klien akan bedrest memberikan rasa
mengatakan  Kurangi cahaya nyaman pada klien
tidak sakit ruangan dan mengurangi
kepala dan  Tinggikan kepala ketegangan.
merasa nyaman  Hindari  Bedrest bertujuan
 Mencegah rangsangan oral mengurangi kerja
cedera  Angkat kepala fisik,beban kerja
 GCS dalam dengan hati-hati jantung.
batas normal  Awasi kecepatan  Cahaya merupakan
 Peningkatan tetesan cairan rangsangan yang
pengetahuan infuse beriko meningkatkan
 pupil membaik  Berikan makanan TIK
 Tanda vital personde susuai  Membantu drainase
dalam batas jadwal vena untuk
normal  Pasang pagar mengurangi kongesti

tempat tidur serebrovaskuler

 Pantau tanda gejala  Rangsangan oral


TIK resiko terjadi

 Kaji respon pupil peningkatan TIK

 Kaji tanda vital.  Tindakan yang kasar


beresiko terhadap
32

peningkata TIK
 Mencegah resiko
ketidak seimbangan
cairan
 Mencegah
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan dan
mempercepat proses
penyembuhan
 Mencegah resiko
cedera jatuh akibat
tidak sadar
 Fungsi kortikal dapat
dikaji dengan
mengevaluasi
pembukaan mata dan
respons motorik.
Tidak ada respon
menunjukan
kerusakan
masenfalon.
 Perubahan pupil
menunjukan tekanan
pada saraf
okulomotorius atau
optikus
 Tanda vital
menunjukan
33

peningkatan TIK
5 Setelah dilakukan  istirahatkan klien  Posisi semifowler
intervensi selama 1 x 24 dalam posisi membantu dalam
jam,gangguan semifowler ekpansi otot-otot
pertukaran gas teratasi.  Pertahankan pernafasan dengan
kriteria hasil: oksigenasi pengaruh graviatsi.
 klien akan  Observasi tanda  Oksigen sangat
merasa vital tiap jam atau penting sekali dalam
nyaman sesuai respon memelihara suplai
 klien klien ATP. Kekurangan
mengatakan  Kolaborasi oksigen pada
sesak meriksaan AGD jaringan akan
berkurang menyebabkan
dan dapat lintasan metabolism
membandin yang normal dengan
gkan dengan akibat terbentuknya
keadaan asam laktat (asidosis
sesak pada metabolik) ini
saat bersama dengan
serangan asidosis respiratorik
(onset) yang akan menghentikan
berbeda metabolisme.
waktu. Regenerasi ATP
 TD dalam akan berhenti
batas sehingga tidakada
normal. lagi sumber energi
yang terisi dan
terjadi kematian.
 Normalnya TD akan
34

sama pada berbagai


posisi.
 Nadi menandakan
tekanan dinding
arteri
 Suhu tubuh
abnormal
disebabkan oleh
mekanisme
pertahanan tubuh
yang menandakan
tubuh kehilangan
daya tahan atau
mekanisme
pengaturan suhu
tubuh yang buruk.
 Sesak nafas
merupakan tanda
bahwa tubuh
memiliki
mekanisme
kompensasi sedang
bekerja guna
mencoba membawa
oksigen lebih
banyak ke jaringan.
Sesak nafas pada
penyakit paru dan
jantung
35

mengkhawatirkan
karena dapat timbul
hipoksia.
36

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk.(2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
media Aesculapius
Rendy.(2012).Asuhan Keperawatan Medikal BedahPenyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika
Judha, M.,& Rahil, H. N. 2012. Sistem Asuhan Keperawatan Dalam Asuhan
Keperawatan. Yogyakarta : Gosyeng Publishing.
Mardjono & Sidharta. 2010; Neurologi Klinik Dasar, cetakan ke 15; Dian Rakyat,
Jakarta.
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Turner. 2012. Pengantar TeoriKomunikasi Analisis dan Aplikasi. Terjemahan dari
Introducing Communication Theory: Analysis and Application.Jakarta:
Salemba Humanika
TimPokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai