Vertigo (Desti S & Gebi)
Vertigo (Desti S & Gebi)
Vertigo (Desti S & Gebi)
VERTIGO
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
ii
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR TEORI VERTIGO
A. Definisi
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri)
(Newell,2010).
Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan
dengan pusing Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau
gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa
diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom
dan mata (nistagmus) (Jenie, 2009).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan
oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di
daerah telinga. Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi
orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan.
Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai.
Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari
penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui
(CDK, 2009)
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar,
atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
1
2
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo
bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2009).
B. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan
otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan
kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.
Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2009)
1. Keadaan lingkungan : Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi : Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak
sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada
arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
a. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
b. Herpes zoster
c. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
d. Peradangan saraf vestibuler
e. Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
a. Sklerosis multiple
b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
c. Tumor otak
d. Tumor yang menekan saraf vestibularis.
3
C. Anatomi fisiologi
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi
yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
1. Reseptor mekanis divestibulum
2. Resptor cahaya diretina
3. Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
1. Saraf vestibularis
2. Saraf optikus
3. Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
Telinga dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu telinga luar, telinga tengah
atau cavum tympani, dan telinga dalam atau labyrinth (Tortora, 2009; )
4
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus.
Auricula terdiri dari potongan kartilago tunggal yang ditutupi kulit dan
dihubungkan ke tengkorak oleh otot dan ligamentum vestigial. Meatus telinga
luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya
sedikit dijumpai kelenjar serumen Meatus acusticus externus dilindungi oleh
rambut-rambut halus dan terdapat modifikasi kelenjar keringat yang
memproduksi serumen atau lilin (earwax). Secara bersama-sama rambut dan
serumen akan mencegah masuknya partikel-partikel mengganggu seperti debu
agar tidak sampai ke membrana tympani dan telinga dalam (Sherwood, 2010).
2. Telinga Tengah
Telinga tengah terletak di dalam os temporale. Ia terisi udara dan
berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba Eustachii. Ruang ini
mengandung tulang (ossicula) pendengaran, otot pendengaran, saraf dan
pembuluh darah.Membran timpani berfungsi sebagai resonator yang
menghasilkan ulang getaran dari sumber suara dan akan berhenti bergetas
hampir segera setelah suara berhenti. Gerakan membran timpani disalurkan
ke manubrium malleus . Membrana tympani memisahkan telinga tengah dan
luar. Membrana Tympani merupakan membrana semi-tembus-pandang yang
berjalan pada sudut yang memotong meatus acusticus externus seperti kepala
drum. Sewaktu melihat membrana tympani, normalnya bisa melihat
proccesus lateralis mallei, yang terbesar dari ketiga ossicula(Ganong, 2009)..
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
a. Batas luar : membran timpani
5
bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada
membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti ( iskandar junaidi
2013 )
D. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik (joesoef 2012)
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan
gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (joesoef 2012) Ada beberapa teori
yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan tubuh (joesoef 2012) :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan
timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
8
E. WOC
Ttd gangguan pd
Gg telinga Neuroma
nervus vertibulasi
akustik
vertigo
MK: Mual
MK: Gg
Resiko muntah telinga
pola
tidur cedera
MK: Gg nutrisi
MK: Gg
pendengaran
11
F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput
putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan
selaput tipis. Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar
jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari
tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita
biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan
tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada
hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun. ( H. loffer raseter 2013)
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar
jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari
tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita
biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan
tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada
hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.( baratawidjaja 2009)
12
G. Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelamin disentral (batang otak, srebelum atau otak)
atau diperifer (telinga dalam, atau saraf vestibular) ( celikbilek 2013)
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna;
tetapi suatu ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di antara serangan,
penderita sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a. Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom
Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b. Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah :
Serangan iskemi sepintas arteriavertebrobasilaris, Epilepsi, Migren
13
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis, Tes audiologik tidak selalu
diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran.
14
Namun jika diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan audiometric pada semua
pasien meskipun tidak mengelhkan gangguan pendengaran.Vestibular testing
tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan dizziness . Vestibular testing
membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories
meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, funsi thyroid dapat menentukan
etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien (Chain,2009).
a) Pemeriksaan neurologic meliputi :
- pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli
sensorineural, nistagmus.
- Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis
cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa
nistagmus rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.
- Gait test
1) Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan
keseimbangan namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan
vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak
dapat berjalan. walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah
vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam
mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk
gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang
lebih serius dari dizziness (tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya
drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
15
I. Penatalaksanan
1. Penatalaksanaan medis
a. Medikamentosa
1) Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan
bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah
beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan ( turgeon
2012) :
1. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat
dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang
mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang
umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo
yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
2. Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat
meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk
mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di
lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
a. Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b. Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
19
3. Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan
dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping
ialah mengantuk.
4. Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25
mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga
diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.
5. Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun,
antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
6. Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah
15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah
rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa
kering dan “rash” di kulit.
7. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
20
8. Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati
vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan
dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering
dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
9. Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang
berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25
mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).
10. Obat simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya
obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo
ialah efedrin.
11. Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4
kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan
obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung
berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
12. Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
a.) Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg
c) Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.
21
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa
dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat,
misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata
lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular
perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari
pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat
serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah
pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan
sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat
sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk
beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut
23
J. Komplikasi
Komplikasi penyakit vertigo biasanya adalah penyakit trauma telinga dan
labiriminitis,epidemic atau akibat otitis kronika. Vertigo juga dapat disebabkan
karena penyakit pada saraf akustikus cerebrum atau system kardiovaskular.(
Gordon 2009)
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu
lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
VERTIGO
24
25
1. Sebagai pedoman dan acuan resmi bagi setiap fungsional kesehatan untuk
melakuka tindakan keperawatan dalam rangka memecahkan masalah yang
sedang dihadapi seorang pasien.
2. Sebagai alat untuk mengukur profesionalisme seorang tenaga fungsional
kesehatan ketika melakukan serangkan tindakan keperawatan terhadap
pasiennya.
3. Sebagai alat dalam menjamin kebebasan seorang pasien untuk mendapat
pelayanan yang sesuai kebutuhan dan keperluan dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihapainya.
No. Reg :
Dx. Medis :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal pengkajian :
Identitas Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Hub. Dengan Pasien :
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : compos mentis cooperative
GCS : M = 6, V= 5, E = 4, = 15
Pemeriksaan TTV : TD: 120/80 mmhg,
Nadi : 68 x/menit,
Pernafasan : 20x/menit, suhu: 36,30C
2. Pemeriksaan head to toe:
a) Kepala
Inspeksi : Kulit kepala bersih, distribusi rambut rata,
warna rambut hitam, tidak ada parasit.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
b) Wajah
Inspeksi : Tidak simetris, pergerakan wajah tidak
normal, hidrasi kulit wajah tidak ada.
Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan
c) Mata
Inspeksi : Alis mata tidak simetris, distribusi alis rata,
bulu mata tidak simetris, distribusi bulu mata
rata, pergerakan bola mata normal, tidak ada
secret
31
k) Ekstremitas
bawah
Inspeksi : ROM jari kaki (ekstensi fleksi normal), lutut
(fleksi ekstensi depan dan belakang normal,
pangkal paha (abduksi adduksi rotasi keluar
dan rotasi kedalam), reflek patella dan
Babinski normal, kekuatan otot kanan kiri 5,
warna kulit normal, jari-jari lengkap, tidak
ada kelainan kuku.
Palpasi : Tugor kulit normal, pengisian darah kapiler
<3 detik, tidak ada nyeri tekan.
l) Genetalia
Inspeksi : Tidak ada kelainan
34
5. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Kep 34
1 Ds : Agen injuri biologis Nyeri akut
- Klien mengatakan
kepala nyeri diseluruh
bagian
- Klien mengatakan
nyeri dikepala terasa
berputar putar.
- Klien mengatakan
jika berdiri dan
duduk terasa pusing,
jika berpindah posisi
pusing
Do :
- Skla nyeri 7
P:
Q:
R:
S:
- Klien tampak meringis
- TD: 120/70 mmhg,
nadi: 72 x/menit,
pernafasan: 24
x/menit. Suhu:
37,20C.
-
2 Ds: Tirah baring Intoleransi
- Klien mengatakan aktivitas
35
bibir pucat.
4 Do tinnitus Gangguan persepsi
- Klien mengatakan pendengaran
telinganya
meandering/mendeng
ung
Ds
- Kliem tampak
kebingungan saat di
ajak bicara
- Klien tampak gelisah
5 Do Metode koping tidak Koping individu
- Klien menanyakan adekuat tidak efektif
masalah penyakit
yang dia alaminya
saat ini
- Ds
- Klien bertanya-tanya
tentang pengobatan
penyakitnya
- Klien tampak cemas
37
6. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
4. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinnitus
5. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
7. intervensi
tampak mengurangi
tenang dan ketegangan
rileks dan membuat
perasaan lebih
nyaman.
5. analgetik
berguna untuk
mengurangi
nyeri sehingga
pasien menjadi
lebih nyaman
2 Intoleransi Tujuan : setelah - Kaji respon 1. Respon emosi,
aktivitas b.d dilakukan emosi, sosial, sosial, dan
Tirah tindakan dan spiritual spiritual
baring/imobil keperawatan terhadap mempengaruhi
isasi selama 3x24 jam aktivitas kehendak
Ds masalah - Berikan klien dalam
intoleransi motivasi pada melakukan
aktivitas dapat klien untuk aktivitas
teratasi. melakukan 2. Klien dapat
Kriteria Hasil : aktivitas bersemangat
1. Meyadari untuk
keterbatasan melakukan
energi
2. Klien dapat
termotivasi
dalam
melakukan
aktivitas
3. Menyeimban
39
gkan
aktivitas dan
istirahat
4. Tingkat daya
tahan
adekuat
untuk
beraktivitas
kebutuhan
nutrisi pada
klien.
4 Gangguan Tujuan : Setelah 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
persepsi dilakukan pendengaran tingkat
pendengaran tindakan pada klien kemaksimalan
b.d tinnitus keperawatan 2. Lakukan tes pendengaran
selama 3x24 jam rinne, weber, pada klien
maslah atau swabah untuk
gangguan untuk menentukan
perepsi sensori mengetahui terapi yang
pendengaran keseimbangan tepat.
dapat teratasi. pendengaran 2. Mengetahui
Kriteria Hasil : saat terjadi keabnormalan
1. Klien dapat tinitus yang terjadi
memfokuska 3. Ajarkan untuk akibat tinnitus
n memfokuskan 3. Mempertahan
pendengaran pendengaran kan
2. Tidak terjadi saat terjadi keadekuatan
tinitus yang tinitus pendengaran
berkelanjutan 4. Kolaborasi 4. Memaksimalk
3. Pendengaran penggunaan an
adekuat alat bantu pendengaran
pendengaran pada klien
5 Koping Tujuan : Setelah 1. Kaji 1. Mengetahui
individu tidak dilakukan kemampuan batas
efektif b.d tindakan klien dalam maksimal
metode keperawatan mempertahank kemampuan
koping tidak selama 3x24 jam an pendengaran
adekuat masalah koping keadekuatan klien
41