Makalah
Makalah
TENTANG
“ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH DIRI”
OLEH:
T. A 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Diare.
Dalam proses penelitian dan penulisan tidak terlepas dari bantuan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
3. Ns Dilfera Hermiati,S.Kep, M.Kep, selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah
keperawatan jiwa II Program Studi Ilmu Keperawatan fakultas ilmu kesehatan
universitas dehasen bengkulu.
3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi yang
sangat dibutuhkan
4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan fakultas ilmu kesehatan
universitas dehasen bengkulu.
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga semua bermanfaat bagi kita, Amin.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.........................................................................................................4
B. Etiologi.........................................................................................................5
C. Manifestasi Klinis........................................................................................7
D. Jenis-Jenis Bunuh Diri.................................................................................8
E. Proses Terjadinya Masalah...........................................................................9
F. Sumber Dan Mekanisme Koping..................................................................10
G. Penatalaksanaan...........................................................................................11
H. Tingkatan Bunuh Diri..................................................................................14
BAB III KONSEP AASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian....................................................................................................15
B. Analisa Data.................................................................................................21
C. Diagnosa.......................................................................................................21
D. Rencana Tindakan Keperawatan..................................................................22
E. Implementasi Dan Evaluasi..........................................................................30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................34
B. Saran.............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini bunuh diri merupakan masalah kesehatan masyarakat di banyak
negara, baik negara maju maupun negara berpendapatan menengah dan rendah.
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan
stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada
bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang
spesipik untuk bunuh diri (Yosep, 2010).
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015, di
banyak negara, bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor dua pada
penduduk berusia 15-29 tahun. Setiap tahun terdapat 800.000 orang mati karena
bunuh diri. WHO juga mencatat, setiap 40 detik satu orang di dunia meninggal
karena bunuh diri dengan rasio 11,4 per 100.000 populasi (Kompas, 2015).
Di Indonesia tahun 2012, angka bunuh diri mencapai 4,3 per 100.000
populasi. Pada tahun 2012, Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat ada
981 kasus meninggal karena bunuh diri. Jumlah ini sedikit menurun jadi 921 kasus
di tahun 2013 dengan rasio 0,4-0,5 kasus per 100.000 populasi (Kompas, 2015).
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia
remaja dan dewasa muda (15–24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan
melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki
laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan perempuan
adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki lebih letal atau
mematikan seperti menggantung diri (Dalami, 2009).
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri
adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alkohol, orang-orang
yang berpisah atau bercerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup
1
2
sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumuh dan miskin,
kelompok professional tertentu, seperti dokter, pengacara, dan psikolog (Sujono
dan Teguh, 2010).
Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim
kesehatan diantaranya adalah:pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa
mematikan dalam setting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor–faktor
yang berhubungan dengan staf antara lain:kurang adekuatnya pengkajian pasien
yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi
dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga, pengkajian
suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik
saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.
Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri
perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh
diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide dirumah sakit
(Jenny, dkk, 2010).
Perawat atau tenaga kesehatan lain hendaknya memberi saran, motivasi
bahkan mencegah terjadinya bunuh diri pada klien sehingga klien dapat
menyalurkan kemarahannya pada tempat dan situasi yang benar dan positif
sehingga tidak membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan
aktifitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan resiko
bunuh diri klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Oleh sebab
itulah peran dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat berpengaruh pada
timbulnya resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien (Yosep, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok kami akan membahas
tentang “asuhan keperawatan jiwa tentang resiko bunuh diri”.
B. Rumusan Masalah
Bagaiman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan resiko binuh diri ?
3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep atau teoritis dari resiko bunuh
diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui defenisi bunuh diri.
b. Mengetahui etiologi bunuh diri .
c. Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri.
d. Mengetahui jenis-jenis prilaku bunuh diri.
e. Mengetahui proses terjadinya masalah resiko bunuh diri.
f. Mengetahui asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri hidupnya. Bunuh diri ini dapat berupa keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat, 2009).
Menurut Beck (2008) bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri
sendiri. Beck (2008) mengemukakan rentang harapan–putus harapan merupakan
rentang adaptif–maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan
respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya setempat.
Rentang Harapan-Putus Harapan (Beck, 2008)
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Harapan Putus Harapan
- Yakin - Tidak berdaya
- Percaya - Putus harapan
- Inspirasi - Apatis
- Tetap Hati - Gagal dan Kehilangan
- Respon - Ragu-ragu
- Sedih
- Depresi
- Bunuh Diri
B. Etiologi
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri
adalah sebagai berikut :
1. Genetic dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok sosial), atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
6
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan
hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri (Sujono dan Teguh, 2009).
C. Manifestasi Klinis
1. Keputusasaan.
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna.
3. Alam perasaan depresi.
4. Agitasi dan gelisah.
5. Insomnia yang menetap.
6. Penurunan BB.
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
8. Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya.
b. Kelainan afektif.
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat.
d. Kelainan tindakan dan depresi mental pada remaja.
e. Dimensia dini/status kekacauan mental pada lansia.
f. Riwayat psikososial: 8
1). Baru berpisah, bercerai/kehilangan.
2). Hidup sendiri.
3). Tidak bekerja, perbahan/kehilangan pekerjaan baru dialami.
9. Faktor-faktor kepribadian.
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan.
b. Kegiatan kognitif dan negative.
c. Keputusasaan.
d. Harga diri rendah.
e. Batasan/gangguan kepribadian antisocial (Keliat, 2009).
1. Sumber Koping
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali orang ini secara
sadar memilih untuk bunuh diri. Kualitas hidup menjadi isu yang
yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada
jawaban yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat harus
2. Mekanisme Koping
b. Rasionalisme.
c. Intelektualisasi.
d. Regresi.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau
melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan
obat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang
lain, dan pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien.
1). Tujuan :
a). Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b). Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri.
c). Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
d). Klien dapat meningkatkan harga diri.
e). Klien dapat menggunakan koping yang adaptif.
2). Tindakan keperawatan
a). Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien.
1. Perkenalkan diri dengan klien.
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri. 12
1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dll).
2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu
terlihat oleh perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c). Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
3. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
d). Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya.
1.Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
e). Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif.
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal:berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis sura, dll).
2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
13
dengan koping yang efektif.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan
alamat klien.
2. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.
3. Faktor Predisposis
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
a. Diagnosa Medis Gangguan Jiwa : Diagnosa medis gangguan jiwa yang
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan
schizophrenia. Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
b. Sifat Kepribadian : Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri
yaitu suka bermusuhan, impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif.
c. Lingkungan Psikososial : Individu yang mengalami kehilangan dengan
proses berduka yang berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai,
kehilangan barang dan kehilangan dukungan sosial merupakan faktor
penting yang mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bunuh diri.
d. Riwayat Keluarga : Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik
yang terjadi dalam keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan
bunuh diri. Menurunnya neurotransmitter serotonin, opiate dan dopamine
16
dapt menimbulkan perilaku destruktif-diri.
4. Faktor Predispitasi
15
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja.
Masalah Keperawatan:
a. Resiko bunuh diri
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
5. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
6. Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Klien biasanya merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari
dirinya.
b. Identitas : Tanyakan pada klien apakah dia sudah, menikah atau belom, kalau
sudah menikah apakah sudah memiliki anakn
c. Peran Diri : Tanyakan pada klien apakah klien seorang kepala keluarga, ibu/
ibu rumah tangga atau sebagai anak dari berapa bersaudara
d. Ideal Diri :Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien
akan melakukan apa untuk hidupnya selanjutnya, apakah lebih bersemangat
atau membuat lembaran baru.
e. Harga Diri :Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi
dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
7. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa ,ataukah
teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang yang kurang perduli
dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan lingkugannya, apakahklien
sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah ,apakah klien merupakan
orang yg jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain,
17
ataukah sangat sensitive.
8. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan adanya Tuhan
atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b. Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau jarang beribadah
dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
9. Status Mental
a. Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh,
rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan
fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
b. Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata
dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
c. Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan
aktivitas
d. Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat
berkomunikasi.
e. Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
10. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan
kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian. 18
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum
11. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang dialami individu.
Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti
masalah hubungan interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan
pekerjaan, ancaman penahanan dan dapat juga pengaruh media yang
menampilkan peristiwa bunuh diri.
12. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan. Oleh
karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri pada pasien
13. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi
masalah individu dalam memecahkan masalah seringkali membutuhkan
bantuan orang lain.
14. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak
langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang
yang melakukan tindakan bunuh diri adalah indiviidu telah gagal menggunakan
mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar
menyelesaikan masalah hidupnya.
15. rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif
21
Pohon Masalah
B. Analisa Data
Subjektif Objektif
Memiliki riwayat penyakit mental Megalami depresi, cemas, dan
perasaan putus asa
Menyatakan pikiran, harapan,dan Respon kurang dan gelisah
perencanaan bunuh diri
Menyatakan bahwa sering mengalami Menunjukan sikap agresif
kehilanagan secara bertubi-tubi dan
bersamaan
Menderita penyakit yang prognasisnya Tidak koperatif dalam menjalani
kurang baik pengobatan
Menyalahkan diri sendiri, perasaaan Berbicara lamban, menarik diri dari
gagal dan tidak berharga lingkungan sosial
Menyatakan perasaan tertekan Penurunan berat badan
22
C. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri.
D. Rencana Tindakan Keperawatan
No Dx Tujuan umum Tujuan khusus intervensi
1 Resiko Klien tidak Klien :
bunuh mencederai diri. 1. klien dapat Perkenalakn diri dengan
diri Kreteria hasil : membina klien.
1. pasien dapat hubungan saling Tanggapi pembicaraan
menunjukan percaya dengan klien dengan sabar dan
pengendalian komunikasi tidak menyangkal.
implus terapeutik Bicara dengan tegas, jelas,
dengan dan jujur.
indikator Bersifat hangat dan
sebagai bersahabat.
berikut : Temani klien saat
mengeluark keinginan mencederai diri
an perasaan meningkat.
negatif
secara tepat. 2. klien dapat Jauhkan klien dari benda
mengidentif terlindungi dari yang
ikasi perilaku bunuh membahayakan(pisau,
perasaan diri. silet, gunting, tali, kaca,
atau dll).
perilaku Tempatkan klien
yang diruangan yang tenang dan
mengarah selalu terlihat oleh
pada perawat.
tindakan 3. Klien dapat Awasi klien secara ketat23
implusif. mengekspresikan setiap saat.
mengungka perasaanya
pkan secra Dengarkan keluhan yang
verbal dirasakan.
tentang Bersikap empati untuk
pengendalia meningkatkan ungkapan
n secara keraguan, ketakutan dan
implus. keputusasaan.
menghindari Beri waktu dan
lingkungan kesempatan untuk
dan situasi menceritakan arti
4. Klien dapat
beresiko penderitaan, kematian, dan
meningkatkan
tinggi. lain-lain.
harga diri.
Beri dukungan pada
tindakan atau ucapkan
klien yang menunjukan
keinginan untuk hidup.
24
menggunakan mengatasi
Menganjurkan keluarga
untuk ikut mengawasi
pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien
sendirian
Menganjurkan keluarga
untuk membantu perawat
menjauhi barang-barang
berbahaya disekita pasien
Mendiskusikan dengan
keluarga untuk tidak
sering melamun sendiri
Menjelaskan kepada
keluarga pentingnya
passion minum obat secara
teratur.
Menanyakan keluarga
tentang tanda dan gejala
bunuh diri
a. Menanyakan keluarga
tentang tanda dan
gejala bunuh diri yang
pernah muncul pada
pasien
b. Mendiskusikan tentang
tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh
diri
Mengajarkan keluarga
tentang cara melindungi
pasien dari perilaku bunuh
diri.
a. Mengajarkan keluarga
tentang cara yang dapat
dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan
tanda dan gejala bunuh
diri.
b. Menjelaskan tentang
cara-cara melindungi
pasien, antara lain:
- Memberikan tempat
yang aman.
Menempatkan
pasien ditempat
yang mudah di
awasi, jangan
biarkan pasien
mengunci diri
dikamarnya atau 28
jangan
meninggalkan
pasien sendirian
dirumah
- Menjauhkan barang-
barang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barang-
barang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri, seperti
tali, bahan bakar
minyak/bensin, api,
pisau atau benda
tajam lainnya, zat
yang berbahaya
seperti racun
nyamuk atau racun
serangga.
- Selalu mengadakan
pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri
meningkat. Jangan
pernah 29
melonggarkan
pengawasan,
walaupun pasien
tidak menunjukkan
tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
c. Menganjurkan keluarga
untuk malaksanakan cara
tersebut diatas.
Mengajarkan keluarga
tentang hal-hal yang dapat
dilakukan apa bila pasien
melakukan percobaan
bunuh diri, antara lain:
a. Mencari bantuan pada
tetangga sekitar atau
pemuka masyarakat
untuk menghentikan
upaya bunuh diri tersebut
b. Segera membawa
pasien kerumah sakit
atau puskesmas untuk
mendapatkan bantuan
medis.
Mencari keluarga mencari
rujukan fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi pasien30
a. Memberikan informasi
tentang nomor telpon
darurat tenaga kesehatan
b. Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan
pasien berobat/control
secara teratur untuk
mengatasi masalah
bunuh dirinya
c. Menganjurkan keluarga
uuntuk membantu pasien
minum obat sesuai
prinsip lima benar
pemberian obat.
SP I Keluarga
1. Mediskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala, resiko bunuh diri dan
jenis perilaku yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien resiko bunuh diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya
SP II Keluarga
1. Melatih keluarga untuk
mempraktekan cara merawat
pasien resiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung pasien
resiko bunuh diri
SP III Keluarga
1. Membantu keluarga membuat
33
jadwal aktivitas dan dirumah
termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan
yang dapat dijangkau oleh
keluarga
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 2012 : 4). Bunuh diri
merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang
tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan asuhan
keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk menjalankan tugas
sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E, (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta,
Trans Info Media.
Jenny, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan, USU Press.
Keliat. B.A, (2009). Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta, EGC.
Kompas, (2016) di Peroleh dari situs kompas.com pada tanggal 18 Mei 2016.
Stuart, GW, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta, EGC.
Sujono & Teguh, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta, Graha Ilmu.
Yosep, I, (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung, Refika Aditama.