Anda di halaman 1dari 5

SEP

24

pengaruh terapi kompres hangat terhadap reaksi inflamasi pasien flebitis di instalasi rawat inap RSUD
Brigjend H. Hasan Basri Kandangan Tahun 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam ruangan
yang berdekatan atau antara satu tempat tidur dengan tempat tidur lainnya. Di tempat ini pasien
mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh, dimana enam puluh persen pasien yang
dirawat di Rumah Sakit menggunakan infuse atau yang dikenal dengan terapi intravena. Terapi intravena
terjadi disemua lingkungan keperawatan kesehatan seperti perawatan akut, perawatan emergensi,
perawatan ambulatory dan perawatan kesehatan di rumah, (Scahffer, et all, 2006). Terapi intravena
berisiko menimbulkan komplikasi yang bersifat lokal yang salah satunya akan menyebabkan flebitis
sebagai kejadian terbanyak (Weinstein, 2012: 61)

Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia, faktor mekanik maupun agen
bakteri yang sering terjadi sebagai komplikasi dari terapi vena. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat kejadian infeksi nosokomial di institusi pelayanan kesehatan berkisar 3-21 persen. Perwakilan
dari WHO Jenewa sekaligus ketua program WHO First Global Patient Safety Challenge dalam acara
seminar nasional Global Patients Safety Challenges: Clean Care is safer Care’ di Hotel Shangri-la, infeksi
nosokomial ini biasanya mengalami peningkatan sampai 10 kali lipat di beberapa Negara berkembang
(Pittet, 2009).

Jumlah kejadian flebitis menurut distribusi penyakit sistem sirkulasi darah pasien rawat inap, Indonesia
Tahun 2010 berjumlah 744 orang (17,11%), (Depkes, RI, 2008). Angka kejadian plebitis di RSU Mokopido
Tolitoli pada tahun 2006 mencapai 42,4%, (Fitria, 2007). Penelitian lain yang dilakukan di RS DR. Sarjito
Yogyakarta ditemukan 27,19% kasus plebitis pasca pemasangan infus (Baticola, 2002). Penelitian
Widianto (2002) menemukan kasus plebitis sebanyak 18,8% di RSUD Purwokerto. Dan di instalasi rawat
inap RSUD Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2002 diemukan kejadian plebitis sebanyak 26,5% kasus,
(Saryati, 2002). Dari laporan tahunan pengendalian infeksi nosokomial RSUD Ulin Banjarmasin pada
tahun 2008 -2012, didapatkan angka kejadian flebitis sebagai komplikasi pemasangan terapi intra vena
0,41% atau 47% dari seluruh kejadian infeksi nosokomial.

Gejala flebitis dapat berupa nyeri, bengkak, kemerahan, indurasi dan teraba seperti kabel dibagian vena
yang terpasang kateter. Respon yang paling sering dirasakan oleh pasien flebitis adalah nyeri yang
mengganggu. Metode farmakologi yang digunakan untuk penatalaksanaan nyeri meliputi analgetika
narkotika dan analgetika non narkotika, sedangkan metode non farmakologi yang digunakan seperti
mengatur posisi dengan tepat, relaksasi, distraksi, massase dan stimulasi kulit berupa kompres dapat
dilakukan untuk penatalaksanaan nyeri (Weinstein, 2012: 61)

Metode non farmakologis seperti kompres merupakan tindakan mandiri dari perawat, ekonomis dan
tidak menimbulkan efek samping. (Potter, Perry, 2005). Menurut Doengos (2010: 519) kompres hangat
dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi oksigen pada area hipoksia
sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri. Pada inflamasi kompres hangat akan meningkatkan aliran
darah dan melunakkan eksudat (Kozier, et all, 2009: 433)

Penelitian yang dilakukan oleh Smriti Arora, Manju Vatsa, and Vatsla Dadhwal yaitu, kompres panas dan
dingin dan daun kubis efektif dalam mengurangi pembengkakan dan nyeri payudara pada ibu postnatal
(P ≤ 0,001) daun kol dingin dan kompres panas dan dingin berdua sama-sama efektif dalam mengurangi
pembengkakan payudara (P = 0,07. ), sedangkan kompres panas dan dingin yang ditemukan lebih efektif
daripada kubis dingin daun dalam meredakan nyeri akibat pembengkakan payudara (P ≤ 0,001) pada ibu
setelah melahirkan (http://www.ncbi.nlm.nih.gov)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Brigjend H. Hasan Basri Kandangan, bahwa
kejadian flebitis dari Bulan Januari sampai Bulan Mei 2012 berjumlah 47 orang (18,5%) dari 254 pasien
rawat inap. Hal ini belum lagi jika ditambah dengan kasus flebitis yang tidak terdokumentasikan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti melihat bahwa pasien pasien yang terpasang infus lama dalam
jangka waktu lebih dari 24 jam sebagian besar mengalami bengkak, kemerahan, panas dan nyeri. Hal ini
menunjukkan bahwa flebitis sering terjadi di rumah sakit tersebut.

Hasil dari wawancara pada 5 orang pasien yang mengalami flebitis, 4 orang pasien mengatakan
mengalami nyeri sedang dan 1 orang mengatakan mengalami nyeri ringan. Tampak kemerahan dan
bengkak. Pasien merasakan panas pada sekitar daerah yang terpasang intravena. Berdasarkan hasil
observasi di rumah sakit umum daerah Brigjend H Hasan Basri Kandangan Tahun 2013 belum ada SOP
dalam penanganan flibitis
Flebitis yang tidak diatasi sedini mungkin dapat mengakibatkan sepsis atau infeksi seluruh tubuh dan
respon yang paling dirasakan oleh pasien berupa nyeri. Kejadian flebitis di ruang perawatan seringkali
diabaikan oleh perawat. Perawat hanya mengganti area penusukan jarum infus, namun tidak
memberikan perawatan yang memadai untuk mengatasi gelaja flebitis pasien.

Teori kompres hangat merupakan salah satu metode keperawatan untuk menurunkan rasa nyeri pasien.
Berdasarkan gambaran tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang : “Pengaruh Terapi
Kompres Hangat terhadap Reaksi Inflamasi Pasien Flebitis di Instalasi Rawat Inap RSUD Brigjend H. Hasan
Basri Kandangan Tahun 2013”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Apakah ada pengaruh terapi kompres hangat terhadap reaksi inflamasi pasien flebitis di instalasi
rawat inap RSUD Brigjend H. Hasan Basri Kandangan Tahun 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi kompres hangat terhadap reaksi inflamasi pasien flebitis di instalasi rawat
inap RSUD Brigjend H. Hasan Basri Kandangan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi pengaruh terapi kompres hangat terhadap reaksi kemerahan (eritema) pasien
flebitis di instalasi rawat inap RSUD Brigjend H. Hasan Basri Kandangan Tahun 2013.

1.3.2.2. Mengidentifikasi pengaruh terapi kompres hangat terhadap reaksi pembengkakan (edema)
pasien flebitis di instalasi rawat inap RSUD Brigjend H. Hasan Basri Kandangan Tahun 2013.

1.3.2.3. Menganalisis pengaruh terapi kompres hangat terhadap reaksi nyeri pasien flebitis di instalasi
rawat inap RSUD Brigjend H. Hasan Basri Kandangan Tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Instansi


Sebagai masukan kepada petugas kesehatan bahwa pentingnya pemberian heath education pada pasien
yang terpasang infus serta bahan masukan kepada pihak rumah sakit secara umum dan perawat ruangan
secara khusus dalam upaya penanganan keperawatan mandiri dalam mengurangi nyeri pada pasien yang
terjadi flebitis.

1.4.2. Bagi Pasien

Sebagai bahan masukan kepada pasien yang terpasang infus dan mengalami flebitis agar dapat
mengetahui mengenai kejadian flebitis dan penanggulangan nyeri flebitis secara mandiri.

1.4.3. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan serta menjadi bahan penerapan ilmu dan informasi yang telah didapatkan
peneliti di bangku perkuliahan.

1.4.4. Bagi Akademik

Sebagai bahan masukan dalam menambah khasanah Ilmu Keperawatan

1.5. Keaslian Penelitian

1.5.1. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Siswi Kelas 1SMA
Muhammadiyah 1 Surabaya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap
penurunan intensitas nyeri menstruasi (dismenore) pada siswi kelas 1 SMA Muhammadiyah 1 Surabaya.
Populasi pada penelitian berjumlah 22 orang, teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random
Sampling, dengan jumlah sample 20 orang. Desain penelitiannya adalah Analitik Pra Ekperimental.
Variabel independen pada penelitian ini adalah kompres hangat dan variabel dependennya adalah
penurunan intensitas nyeri menstruasi (dismenore) pada siswi. Analisa data menggunakan uji statistik
wilcoxon signed rank test. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik wilcoxon
signed rank test dengan nilai kemaknaan p=0.000 (<0.05) menunjukkan bahwa hasil penelitian adalah H0
di tolak dan H1 di terima berarti ada pengaruhnya antara pemberian kompres hangat dengan penurunan
intensitas nyeri menstruasi (dismenore).

1.5.2. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat terhadap Waktu Flatus pada Pasien Post Operasi Seksio
Caesarae di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2008.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat terhadap waktu flatus
pasien post operasi bedah caesar. Penelitian ini bersifat asosiatif analitik dengan rancangan quasi
eksperiment (eksperimen semu). Penelitian dilakukan pada bulan mei-juni 2008 dengan jumlah sampel
sebesar 30 pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasilnya setelah
dilakukan analisa data dengan menggunakan uji statistik t test independent maka didapatkan hasil nilai t
hitung = 6,504 dan nilai signifikansi (r) 0,000, sehingga jika dibandingkan dengan t tabel = 1,83 dan α =
1%, maka t hitung > t tabel dan ρ < 0,01, sehingga Ho ditolak. Kesimpulannya adalah ada pengaruh
pemberian kompres hangat terhadap waktu flatus pada pasien post operasi caesar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada judul, variable, tempat dan waktu
pelaksanaan penelitian

Anda mungkin juga menyukai