Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latarbelakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.

RINGKASAN
Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sejalan
dengan itu terjadi pula peningkatan kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Sebagian besar
penduduk Indonesia termasuk Sumatera Utara memenuhi kebuthan pangan sehari-hari berfokus
pada satu jenis komoditi pangan, yaitu beras. Ketergantungan terhadap konsumsi beras yang
sangat besar di tahun-tahun mendatang dapat menyebabkan permasalahan, yaitu kerawanan
pangan.
Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan ke depan adalah melalui diversifikasi
bahan pangan. Program diversifikasi bahan pangan sudah dijalankan oleh pemerintah, dan sudah
terlihat trend penurunan konsumsi terhadap beras. Salah satu komoditi lokal yang berpotensi
sebagai bahan pangan sumber karbohidrat adalah ubikayu. Untuk memenuhi kebutuhan pangan
ke depan, pengembangan budidaya ubikayu perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan
produksi.
Lahan merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan ubikayu. Salah satu
usaha untuk mengatasinya adalah perluasan areal tanam. Namun belum sepenuhnya diketahui
interaksi genotipe ubikayu dengan lingkungan yang berkaitan dengan produksi, khususnya
ketinggian tempat, sehingga perlu diketahui lebih lanjut genotipe-genotipe mana sajakah yang
memiliki produktivitas tinggi dengan interaksi yang minimum terhadap ketinggian tempat.
Dari penelitian sebelumnya diketahui paling sedikit 8 (delapan) genotipe ubkayu di
daerah Sumatera Utara. Belum diketahui secara pasti apakah genotip-genotip tersebut mampu
berproduksi tinggi pada berbagai kondisi lingkungan, khususnya ketinggian tempat. Untuk
memperoleh gambaran genotip-genotip yang stabil terhadap lingkungan tumbuh khususnya
ketinggian tempat, perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini akan menggunakan 5 (lima)
genotipe yang dominan ditanam oleh masyarakat di Sumaera Utara dan akan ditanam pada 3
(tiga) kondisi ketinggian tempat yang berbeda, yaitu dataran rendah (0 -200 meter dpl), dataran
sedang (200-500 meter dpl) dan dataran tinggi (> 500 meter dpl).
Interaksi antara genotipe x lingkungan terhadap produksi ubikayu dapat dianalisis salah
satunya dengan menggunakan model Additive and main effects and Multiplicative Interaction
(AMMI).
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh genotip-genotip ubikayu yang memiliki produksi
yang tinggi dan stabil, atau dengan interaksi yang minimum terhadap ketinggian tempat. Dengan
demikian genotip-genotip tersebut dapat direkomendasikan untuk dikembangkan oleh
masyarakat.

Kata kunci maksimal 5 kata


Genotip, Ubikayu, Lokasi Tanam.

Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian
tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Pemerintah Republik Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk mewujudkan
ketahanan pangan, seperti tertuang pada Undang-Undang (UU) No. 18 tahun 2012 tentang [7]
tentang Ketahanan Pangan. Pada pasal 1 ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Menurut [1], upaya peningkatan swasembada pangan tidak dapat dilakukan hanya
berorientasi pada beras dan gandum saja, namun harus didukung oleh oleh varietas komoditas
strategis lainnya seperti umbi-umbian, dan pohon-pohon penghasil pangan seperti sagu, sukun,
aren serta pohon serba guna lainnya (multipurpose tree specieses). Dengan demikian
diversifikasi bahan pangan melalui pemanfaatan komoditi pangan spesifik perlu diupayakan,
karena ketergantungan pada satu jenis pangan dan pangan impor terbukti dapat menyebabkan
kerentangan pangan. Dengan kata lain, ketahanan pangan akan mantap bila konsumsi
masyarakat berasal dari berbagai sumber, terutama komoditi spesifik sebagai sumber pangan
lokal.
Untuk mengatasi ketergantungan terhadap beras yang cukup tinggi yang terjadi selama
ini di Sumatera Utara, perlu dilakukan berbagai upaya yang salah satunya mengalihkan kepada
makanan yang berasal dari non beras. Salah satu sumber karbohidrat yang berpotensi untuk
dijadikan sumber bahan pangan adalah ubikayu.
Perkembangan budidaya ubikayu di Indonesia mulai menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan data [3], dalam tiga tahun terakhir luas panen ubikayu di Indonesia mengalami
sedikit kenaikan dari 2010 ke 2011 (14%) namun kembali menurun dari tahun 2011 ke tahun
2012 sebesar 0.46%. Sebaliknya dari segi produksi justru mengalami peningkatan, dari
23.918.118 ton pada tahun 2010 menjadi 24.044.025 ton (0,53%) dan pada tahun 2012 naik
menjadi 24.177.372 ton (0.55%). Kenaikan ini disebabkan terjadinya kenaikan produktivitas
ubikayu dari 202.17 kw/ha tahun 2010 menjadi 214.02 kw/ha pada tahun 2013 atau sebesar
5.86%. Dengan meningkatnya jumlah penduduk tentu diiringi dengan kebutuhan pangan, Untuk
itu usaha peningkatan produksi ubikayu harus tetap dilakukan melalui berbagai penelitian.
Lahan merupakan faktor pembatas bagi pengembangan ubikayu. Semakin menyempitnya
lahan memaksa kita untuk memperluas cakupan lingkungan tumbuh bagi ubikayu. Namun belum
sepenuhnya diketahui interaksi genotipe ubikayu dengan lingkungan yang berkaitan dengan
produksi, khususnya ketinggian tempat, sehingga perlu diketahui lebih lanjut genotipe-genotipe
mana sajakah yang memiliki produktivitas tinggi dengan interaksi yang minimum terhadap
ketinggian tempat.
Menurut [7] ditemukan paling sedikit ada 8 genotipe ubikayu yang tersebar di Sumatera
Utara dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Ke delapan genotipe tersebut memiliki
karakteristik fenotip yang cukup mencolok sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara satu
dengan lainnya. Sebagian besar genotipe yang diperoleh belum diketahui secara pasti nama
varietasnya. Umumnya genotipe-genotipe tersebut diberi nama sesuai dengan nama lokal yang
diberikan olehm masyarakat di sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan karakterisisai terhadap
genotipe-genotipe tersebut untuk membandingkan dengan varietas-varietas yang sudah dirilis
oleh pemerintah dan telah memiliki nama varietas yang tetap.
Selain karakter fenotipe, tingkat produksi kedelapan genotipe tersebut juga berbeda-beda
dari satu tempat tumbuh dengan tempat tumbuh lainnya. Belum diketahui secara pasti perbedaan
karakter reproduktif ini lebih banyak disebabkan oleh faktor genotip atau faktor lingkungan.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta
jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Peran dan Status Ubikayu
Ubikayu memiliki peranan yang cukup besar sebagai bahan pangan, khususnya pada
kondisi rawan pangan. Dalam sistem ketahanan pangan, ubikayu selain berperan sebagai
penyangga pangan juga sebagai sumber pendapatan rumah tangga petani [10].
Menurut [4], faktor-faktor yang sangat penting dalam pengembangan varietas ubikayu di
Nigeria adalah kebijakan pemerintah, jasa keuangan (perbankan), dan kerjasama penelitian antar
lembaga yang terkait. Pengembangan varietas baru dan kebijakan pemerintah di bidang
pengembangan ubikayu diharapkan akan menemukan jenis ubikayu yang sangat ideal di abad 21
mendatang.

Varietas ubikayu
Telah banyak varietas ubikayu yang telah dilepas oleh pemerintah yang memiliki
produktivitas yang tinggi, misalnya UJ-3, UJ-5, MLG-4, MLG-6 atau Adira-4. Disamping itu
juga masih banyak varietas-varietas lokal yang belum teridentifikasi dengan jelas baik karakter
morofologinya maupun produktivitasnya. [7] telah mendapatkan dan mengidentifikasi sebanyak
8 genotip ubikayu yang tersebar di beberapa kabupaten di Sumatera Utara dari kawasan dataran
rendah hingga dataran tinggi. Ke delapan genotip tersebut memiliki nama lokal yang beragam
bergantung suku yang tinggal di kawasan tersebut. Genotip dengan ciri-ciri yang sama dapat
memiliki nama berbeda dari satu lokasi ke lokasi lain. Sebanyak 5 (lima) genotip yang paling
banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Sumatera Utara, kelima genotip tersebut diberi nama
lokal Adira-1, Malaysia, Roti, Banjar, dan Valencia.

Pemuliaan Ubikayu
Dalam penerapan pemuliaan tanaman tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan yang
ada, karena tanaman dalam pertumbuhannya merupakan fungsi dari genotip dan lingkungan [2].
Penampilan tanaman termasuk tanaman ubikayu sangat dipengaruhi oleh faktor genotip,
lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh dan interaksi antara genotipe dan lingkungan.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman memiliki respon yang spesifik terhadap
lingkungan yang beragam. Hal ini mengakibatkan adanya interaksi antara genotip dan
lingkungan (G x L). Pengaruh interaksi antara genotip dan lingkungan yang besar secara
langsung akan mengurangi kontribusi dari genetik dalam penampilan akhir [5].
Penelitian tehadap genotip-genotip yang memberikan hasil rata-rata yang tinggi yang
tidak begitu dipengaruhi interaksi antara genotip dan lingkungan telah banyak dilakukan, bahkan
dianggap lebih penting dari penelitian yang hanya berorientasi dengan peningkatan produksi [6].
[11] dalam penelitian interaksi genotip x lingkungan di Uganda menyebutkan bahwa
dengan menggunakan analisis sidik ragam Additive and main effects and Multiplicative
Interaction (AMMI) dapat menggambarkan adanya variasi yang nyata terhadap 12 genotip
ubikayu terhadap bobot segar ubikayu. Dari 3 lokasi yang digunakan untuk penelitian diperoleh
perbedaan yang signifikan untuk semua parameter yang diamati, kecuali penyakit bercak coklat
pada ubikayu. Pengaruh interaksi antara genotip x lingkungan (GI) tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap berat segar ubikayu, namun berpengaruh nyata terhadap
parameter lainnya.
[9] dengan menggunakan tujuh genotip jagung dan empat lingkungan yang berbeda
mendapatkan bahwa GI berkontribusi sebesar 85%, dan tujuh genotip jagung yang diteliti
bersifat stabil di empat lingkungan yang berbeda.

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dalam 2 tahun. Tahun pertama adalah
inventarisasi, karakterisasi dan koleksi genotip ubikayu serta penanaman genotip-genotip
ubikayu untuk memproduksi batang yang akan digunakan sebagai sumber stek pada penelitian
tahap II. Tahun kedua Pengaruh interaksi genotip x lingkungan pada produksi ubikayu yang
dilaksanakan 3 (tiga) lingkungan yang berbeda berdasarkan ketinggian tempat (rendah, sedang
dan tinggi) serta analisis karakter produksi ubikayu segar dan karakter lainnya.

Tahun I: Inventarisasi, karakterisasi dan koleksi genotip ubikayu


Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat di Sumatera Utara yang diketahui sebagai
sentra penanaman ubikayu, seperti Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan
Simalungun. Pelaksanaan penelitian selama 1 (satu) bulan yaitu bulan pertama pelaksanaan
penelitian. Bulan kedua dilakukan penanaman genotip-genotip ubikayu hingga bulan ke
sembilan yang dilaksanakan di lahan STPP Jl. Binjai Km 8 Medan untuk memproduksi batang
(stek) sebagai bahan bibit untuk penelitian tahap II.

Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah kunci identifikasi
secara taksonomis, kamera, alat ukur berupa meteran, timbangan, altimeter, dan alat-alat lain
yang menunjang dalam penelitian ini.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menginventarisasi dan karakterisasi
genotip ubikayu yang ada di wilayah Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
primer yang diperoleh. Genotip-genotip yang diperoleh dari beberapa lokasi ditanam untuk
perbanyakan stek yang akan digunakan dalam penelitian tahap II. Batang ubikayu dipanen pada
umur 7 (tujuh) bulan setelah tanam, dipilih batang dengan ukuran diameter sehomogen mungkin
dan dipotong sepanjang 20 cm untuk sumber bibit.

Tahun II : Pengaruh interaksi genotip x lingkungan pada produksi ubikayu.


Tahun kedua dari penelitian ini adalah menanam genotip-genotip ubikayu pada 3 (tiga)
lingkungan yang berbeda berdasarkan ketinggian tempat (rendah, sedang dan tinggi) untuk
mengetahui bagaimana interaksi genotip x lingkungan terhadap karakter produksi ubikayu segar
dan karakter lainnya.

Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi. Lokasi I (L1) : adalah dataran rendah
terletak di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan dengan ketinggian 25
meter di atas permukaan laut. Lokasi II (L2) : dataran sedang terletak di daerah Kecamatan
Pancur Batu dengan ketinggian 210 meter di atas permukaan laut. Lokasi III (L3) : dataran tinggi
terletak di Kecamatan Sibolangit dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.

Penelitian dilaksanakan pada bulan pertama tahun kedua hingga bulan ke delapan..
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek (bibit) ubikayu dari
beberapa varietas hasil penelitian tahap I, pupuk Urea, SP36, KCl, insektisida, fungisida,
meteran, jangka sorong, timbangan.

Metode Penelitian
Sebanyak 8 (delapan) genotip yang dominan ditemukan (Kardhinata, 2011) dengan nama
lokal ; G1 = Adira-1; G2 = Malaysia; G3 = Roti, G4 = Banjar, dan G5 = Valencia, G6 = Putih,
G7=Lampung, G8 = Merah. Kedelapan genotip ditanam pada 3 (tiga) lokasi ; L1 = dataran
rendah, L2 = dataran sedang ; L3 = dataran tinggi. Percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok dengan 3 (tiga) ulangan. Stek ubikayu dipotong melintang dengan panjang 20 cm, dan
ditanam dengan jarak 1 m x 1 m (populasi 10.000 tanaman per hektar). Setiap plot berukuran 2
m x 6 m terdiri dari 3 baris dengan 6 tanaman setiap baris. Baris pertama dan terakhir, tanaman
pertama dan terakhir di dalam baris untuk setiap plot digunakan sebagai tanaman pinggir. Plot
dan blok dipisahkan dengan membuat parit selebar 2,5 meter untuk mengurangi persaingan antar
dan inter plot. Jumlah tanaman per plot sebanyak 18, dengan 14 tanaman pinggir dan 4 tanaman
sampel.

Pengambilan data
Data yang dikumpulkan berasal dari 4 tanaman sampel untuk setiap plotnya kemudian
diambil data Jumlah ubikayu (JU) dan berat ubikayu (BU). Data Jumlah ubikayu dan berat
ubikayu (kg) diperoleh dengan cara mengitung dan menimbang seluruh ubikayu. Produksi segar
ubikayu (PSU) dalam ton/ha dapat dihitung dengan rumus :

PSU= (BU x 10.000)/(4 x 1000)

Analisis data
Tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis ragam
gabungan dengan pendekatan anova klasik dan metode AMMI, untuk memudahkan interpretasi
dilanjutkan dengan analisis biplot. Analisis data tersebut menggunakan fasilitas software SAS
6.12. dan dilanjutkan dengan membuat biplot AMMI.
Analisis sidik ragam (ANSIRA) model AMMI (Mattjik, 1996) dihitung dengan
persamaan :

Yge=μ+α_g+β_e+∑_(n=1)^(n^')▒〖λ_n γ_gn δ_en+〖θ_ge+ε〗_ij 〗


ε_ij~N(0,σ^2 );i=1,2,…,T;j=1,2,…,S

Dimana Yge = hasil genotip g di lokasi e, μ = nilai tengah, α_g= pengaruh aditif genotip
terhadap rataan, β_e= pengaruh aditif lokasi terhadap rataan, λ_n = akar ciri dari komponen
utama interaksi ke-n, γ_gn 〖 dan δ〗_en = skor komponen utama interaksi ke-n untuk genotip
dan lokasi, N = banyaknya komponen utama interaksi yang disertakan dalam model,
θ_ge=sisaan.

Jadwalpenelitiandisusundengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan


penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL

Tahun ke-1
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengajuan proposal √
2 Persiapan Penelitian √
3 Identifikasi, Karakteri-sasi dan Koleksi √ √
genotip Ubikayu
4 Penanaman genotipe ubikayu untuk √ √ √ √ √ √ √
produksi batang sebagai sumber stek dan
pengamatan morfologis

Tahun ke-2
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan Lahan √
2 Pengaruh interaksi genotip x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
lingkungan pada produksi ubikayu
3 Pengolahan hasil penelitian √
4 Pelaporan hasil Penelitian dan √ √
publikasi

Tahun ke-3
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alfons, J.B. 2012. Inovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan Pangan. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. maluku.litbang.deptan.go.id/ Diakses 13 Juli 2012.
2. Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Willey & Sons, Inc. New York. 485
p.
3. Badan Pusat Statistik. 2013.
4. Eke-okoro O. N. and Njoku D. N. 2012. A review of cassava development in nigeria from
1940-2010. ARPN Journal of Agricultural and Biological Science. Vol. 7, no. 1, January
2012 (59:65)
5. Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1985. Statistical Procedures for Agricultural Research. John
Willey & Sons, Inc. Canada. 680 p.
6. Kang,M.S. 1988. Using genotype-by-environment interaction for crop cultivar development,
Adv. Agron. 62 (1998) 199–252.
7. Kardhinata, E.H. 2011. Inventarisasi dan Identifikasi Jenis-jenis Ubikayu di Dataran Rendah
dan Dataran Tinggi Sumatera Utara. Program Doktor Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara,
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 68 tentang Ketahanan Pangan.
9. Sujiprihati, S., M. Syukur dan R. Yunianti. 2006. Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi
Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction
(AMMI). Bul. Agron. (34) (2) 93 – 97 (2006).
10. Suyamto dan Wargiono. 2009. Kebijakan Pengembangan Agribisnis Ubikayu dalam Ubikayu
(Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan, Penyunting : Wargiono, dkk, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Hal 3 – 25.
11. Tumuhimbise, R., Rob Melis., Paul Shanahan., and Robert Kawuki. 2014. Genotype ×
Environment Interaction Effects on Early Fresh Storage Root Yield and Related Traits in
Cassava. The Crop Journal 2 (2014) 329– 337.

Anda mungkin juga menyukai