BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
a. Pondasi dangkal
Yang termasuk jenis pondasi dangkal adalah pondasi telapak (spread footing),
b. Pondasi dalam
Adalah pondasi yang meneruskan beban struktur ke lapisan tanah keras atau
batuan yang terletak relatif jauh dari permukaan. Pada prinsipnya pondasi
Dinding Kolom
(a) (b)
Kolom
Rakit
(c)
Pilar
Jembatan
Kolom
Sumuran
Tiang
(d) (e)
digunakan yaitu :
D
≤1 (2.1)
B
D
>4 (2.2)
B
M M
P P
V V
(a) D
(b)
yang kuat
sekitar
pondasi atau dok dibawah muka air akibat momen guling atau tekanan
hidrostatis
h. Untuk menahan longsor, misalnya pada tanah yang mudah tergerus air
Pondasi tiang memperoleh daya dukungnya dari gesekan antara selimut tiang
dengan tanah dan dari tahanan ujungnya, oleh karena itu pondasi tiang dibedakan
atas :
a. Tiang dukung ujung (end bearing pile)
Adalah tiang yang daya dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang.
Umumnya tiang dukung ujung berada pada zona tanah lunak di atas lapisan
tanah keras.
Adalah tiang yang daya dukungnya lebih ditentukan oleh gaya gesek tiang
adalah tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang, dan tiang baja
bulat.
adalah tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton prategang
berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja profil H, tiang baja bulat dengan
dipasang ke dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah. Yang
termasuk dalam kategori tiang tanpa perpindahan adalah tiang bor, yaitu tiang
tanah.
Klasifikasi tiang berdasarkan jenis bahan tiang dan pembuatannya terdiri atas 5
kategori yaitu :
Jenis pondasi tiang yang paling primitif adalah tiang kayu. Pondasi jenis ini
dan pada kondisi lingkungan tertentu dapat bertahan lama, akan tetapi tiang
Tiang kayu diperoleh dari pohon yang berdiameter 150 - 400 mm dan
tunggal adalah sekitar 270 – 300 kN. Pondasi tiang kayu sangat cocok
sebagai tiang tahanan ujung pada tanah pasir padat atau tanah berbatu.
• Pada ujungnya diberi gelang baja, cincin besi dan sepatu dari besi
• Sebelum pemancangan dilakukan pemboran (pre-drilling)
Pondasi tiang baja umumnya berbentuk pipa atau profil H dan umumnya
tiang jenis ini ringan, kuat, mampu menahan beban yang berat dan
penyambungan tiang dapat dilakukan dengan sangat mudah. Tiang baja pipa
itu, tanah yang berada pada bagian dalam pipa dapat dikeluarkan dengan
profil H., karena jenis ini tidak banyak mendesak volume tanah dan tidak
yang besar.
Tipe lain dari tiang baja yang digunakan untuk memikul beban ringan adalah
tersebut ke dalam tanah tanpa adanya penggalian. Tiang ini dapat digunakan
untuk semua jenis tanah dan paling sering digunakan untuk menahan tarik
(tension piles). Kelemahan dari tiang baja adalah memiliki sifat korosi
Bentuk penampang tiang ini dapat berbagai rupa namun umumnya berbentuk
lingkaran, persegi empat, segi tiga dan oktagonal. Pembuatan tiang beton
menghemat berat tiang itu sendiri. Ukuran yang biasa dipakai untuk tiang
140 cm. Panjang tiang beton pracetak yang tidak berlubang biasanya berkisar
Pondasi tiang beton pracetak dirancang agar mampu menahan gaya dan
saat pemancangan disamping beban yang harus dipikul. Tipe tiang ini dapat
Pada jenis ini, pipa baja dipancang terlebih dahulu ke dalam tanah
kemudian dimasukkan ke dalam lubang bor dan dicor. Pipa baja yang ada
di lubang bor dan telah dicor dibiarkan didalam tanah. Yang termasuk
Pengerjaan tiang ini sama dengan tiang berselubung pipa hanya saja pipa
baja yang telah dicor ditarik keluar. Yang termasuk jenis tiang ini adalah
tiang Franky
Tiang beton pratekan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dan memperkecil
ini sangat cocok untuk kondisi dimana dibutuhkan tiang yang panjang dan
berbeda, misalnya material baja dengan beton, material kayu dengan beton.
Kesulitannya hanya pada ikatan antara kedua material tersebut terutama pada
material kayu - beton sehingga jenis ini ditinggalkan. Ikatan antara bahan
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu pondasi tiang yaitu :
a. Beban yang diterima oleh pondasi tidak melebihi daya dukung tanah maupun
bangunan.
a. Penyelidikan Tanah
uji (test pit), pengeboran dan uji langsung di lapangan (in-situ test). Dari hasil
penyelidikan tanah, sifat teknis tanah dipelajari dan dijadikan pertimbangan
Test).
Jumlah titik bor ditentukan oleh kondisi tanah, apabila kondisi tanah
homogen.
• Jarak titik bor
Jarak antara titik bor untuk pekerjaan pondasi didasarkan jenis struktur
sebagai berikut :
(nilai NSPT berkisar antara 30-50), tetapi bila di bawah lapisan tanah
berlebihan).
bila kondisi tanah lembek. Hal ini adalah untuk memungkinkan analisis
lebih dalam lagi. Bila kaki pondasi tiang diharapkan masuk ke dalam
batuan tersebut.
Untuk struktur yang berat seperti bangunan tinggi, satu titik bor perlu
tanah secara hati-hati (terutama untuk tanah tidak terganggu) yang dipasang
pada ujung bawah batang bor. Pada waktu pengeboran dilakukan, contoh
tanah dapat diperiksa dengan cara menarik pipa bor. Jika pada tahap ini
ditemui perubahan jenis tanah, maka kedalaman perubahan jenis tanah perlu
dicatat.
tanah dapat dilakukan dengan menggunakan alat bor putar (rotary drill).
dan batuan dapat diambil dan diuji di laboratorium untuk klasifikasi dan
menentukan lapisan tanah, menggambarkan profil kadar air dan batas – batas
Atterberg, menentukan kuat geser undrained dari Uji Triaksial UU atau Uji
pondasi, misalnya : bila tidak terdapat lapisan tanah keras maka tiang dapat
2. Ketersediaan peralatan
5. Ekonomi (biaya)
Salah satu langkah dalam merancang pondasi tiang adalah menentukan daya
dukung ujung tiang, daya dukung gesekan selimut, daya dukung tarik, daya
dukung lateral.
Masalah yang cukup kritis pada perancangan adalah menentukan parameter
tanah yang tepat. Dalam banyak hal, meskipun metode analisis untuk daya
dukung tiang cukup banyak dan dapat memberikan jawaban yang bervariasi,
tetapi kesalahan yang terjadi akibat kekeliruan parameter tanah adalah lebih
struktur atas. Apabila beban yang bekerja di struktur atas relatif kecil,
jika beban yang bekerja di struktur atas relatif besar, maka pondasi tiang
yang digunakan harus disatukan dengan sebuah kepala tiang (pile cap).
konstruksi pada bangunan di sekitar proyek ketika penggalian untuk pile cap
Tiang pancang dan tiang bor dibedakan karena mekanisme pemikulan beban
yang relatif tidak sama, secara empirik menghasilkan daya dukung yang
berbeda, pengendalian mutu yang berbeda, dan cara evaluasi yang berbeda
antara pondasi tiang bor dan tiang pancang adalah sebagai berikut :
a. Tiang bor dilaksanakan dengan menggali lubang bor dan mengisinya dengan
b. Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing dibawah
tanah
slurry yang dapat membentuk lapisan lumpur pada dinding galian, serta
diantisipasi
d. Tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam maupun dengan
diameter yang besar, dan dapat dilakukan pembesaran ujung bawahnya jika
pemancangan
f. Gangguan lingkungan yang minimal karena suara, getaran dan gerakan dari
kolom dengan dukungan satu tiang (one column one pile) sehingga dapat
Namun demikian terdapat juga beberapa kerugian dari pondasi tiang bor :
b. Mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik karena dipengaruhi air tanah
c. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengurangi daya dukung tiang
terhadap tanah
d. Pelaksanaan konstruksi yang sukses sangat bergantung pada ketrampilan dan
Karena kedalaman dan diameter dari tiang bor dapat divariasi dengan mudah,
maka jenis pondasi ini dipakai baik untuk beban ringan maupun untuk struktur
berat seperti bangunan bertingkat tinggi dan jembatan. Dalam dekade terakhir
a. Pondasi jembatan
c. Fasilitas dok
d. Soldier pile
e. Kestabilan lereng
h. Pondasi bangunan tinggi, dan struktur yang membutuhkan gaya lateral yang
Rumus umum untuk menghitung daya dukung vertikal pondasi untuk tiang bor
adalah :
Qu = Qs + Qp (2.3)
Dimana :
Dalam perhitungan daya dukung vertikal pondasi tiang bor, daya dukung selimut
dan daya dukung ujung dapat dihitung dengan menggunakan Metode Reese &
Daya dukung ultimit pada ujung tiang bor dinyatakan sebagai berikut :
Q p = qp . A (2.4)
Dimana :
2
A = luas penampang tiang bor (m )
Pada tanah kohesif besar tahanan ujung per satuan luas (qp) dapat diambil
sebesar 9 kali kuat geser tanah. Sedangkan pada tanah non kohesif, Reese
Perhitungan daya dukung selimut tiang pada tanah homogen dapat dituliskan
dalam bentuk :
Qs = f . L . p (2.5)
Dimana :
Bila tiang bor terletak pada tanah yang berlapis, maka formula tersebut dapat
n
Qs = ∑ fs × l × (2.6)
p
i =1
Dimana :
Nilai L dan p untuk perhitungan diatas diperoleh dari data tiang yang akan
Gesekan selimut tiang per satuan luas dipengaruhi oleh jenis tanah dan
parameter kuat geser tanah. Untuk tanah kohesif dan non kohesif dapat
f =α.c (2.7)
Dimana :
α = faktor koreksi
Berdasarkan hasil penelitian Reese faktor koreksi (α) untuk tanah kohesif
dapat diambil sebesar 0,55. Sedangkan untuk tanah non kohesif, nilai f dapat
Untuk mendapatkan daya dukung ijin maka daya dukung ultimit yang didapatkan
Bila pondasi tiang dirancang untuk menahan gaya tarik maka perlu
c. Tiang harus diangker ke dalam pelat penutup tiang dan pelat penutup harus
gesek tiang yang arah gayanya ke bawah. Untuk tiang gesek pada tanah
lempung dapat dianggap sama, akan tetapi untuk tanah granuler hal ini tidak
sama.
Untuk tiang pada tanah lempung, tahanan tarik ultimit dinyatakan dalam
persamaan :
Dimana :
Tun = (L x p x cu x α
'
(2.9)
)
Dimana :
Nilai α’ untuk pondasi tiang bor cor di tempat dinyatakan dengan rumus :
2
a. Untuk nilai cu ≤ 80 kN/m
α’ = 0,4 (2.11)
1
Tun = p γ L2Ku tan δ (2.12)
2
Dimana :
2
Tun = daya dukung tarik netto (t/m )
Ku = koefisien tarik
3
γ = berat volume tanah (kN/m ) ; digunakan γ’ jika tanah terendam air
beban lateral, seperti : beban angin, tekanan tanah lateral, beban gelombang air,
benturan kapal, dan lain-lain. Dalam analisis, kondisi kepala tiang dibedakan
menjadi 2, yaitu :
Adalah tiang yang pada bagian atasnya terjepit, biasa digunakan pada gedung
Adalah tiang yang pada bagian atasnya tidak terjepit, biasa digunakan pada
jembatan.
Beban lateral yang harus didukung pondasi tiang bergantung pada rangka
bangunan yang mentransfer gaya lateral ke kolom bagian bawah. Pondasi tiang
yang dipasang vertikal harus dirancang untuk menahan beban lateral yang cukup
besar, maka tanah (khususnya pada bagian atas) yang berfungsi sebagai
Gaya lateral besarnya bergantung pada kekakuan tiang, tipe tiang, macam tanah,
penanaman ujung tiang ke dalam pelat penutup kepala tiang, sifat gaya-gaya dan
besarnya defleksi yang terjadi. Apabila gaya lateral yang bekerja besar maka
Beban lateral yang diijinkan pada pondasi tiang diperoleh berdasarkan salah satu
a. Beban lateral ijin yang ditentukan dengan membagi beban lateral ultimit
Dalam perhitungan pondasi tiang yang menerima beban lateral selain perlu
tiang panjang (elastis) atau tiang pendek (kaku) ditentukan dengan rumus seperti
di bawah ini :
Dimana :
2
E = modulus elastisitas tiang (t/m )
4
I = momen inersia (m )
cu
k s = 67 x (2.14)
B
3
K = modulus tanah (t/m ) ; dimana
ks
K = (2.15)
1,5
EI
b. T = 5 (2.16)
ηh
Dimana :
2
E = modulus elastisitas tiang (t/m )
4
I = momen inersia (m )
ηh = koefisien variasi modulus yang diperoleh Terzaghi dari hasil uji beban
2
tiang dalam yang terendam tanah pasir (t/m ); dimana
2
ηh = 67 x cu (dengan cu = kohesi tanah (kN/m ) (2.17)
Setelah kita menentukan jenis perilaku tiang, kita dapat menganalisis daya
dukung ultimit tiang pondasi. Untuk tiang pondasi yang dirancang untuk
menerima beban lateral juga harus meninjau besar defleksi maksimum yang
terjadi akibat menerima beban tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
meninjau besar daya dukung ultimit lateral dan besar defleksi maksimum pada
tiang pondasi tiang. Berikut metode untuk mencari besar daya dukung lateral
Metode ini berdasarkan teori tekanan tanah dan memiliki keuntungan karena
dapat diterapkan baik pada tanah homogen, tanah dengan c-φ dan tanah
berlapis, tetapi hanya berlaku untuk tiang pendek dan dalam solusinya
b. Metode Broms
• Hanya berlaku untuk lapisan tanah yang homogen, yaitu tanah lempung
Karena kedua metode diatas tidak dapat digunakan dalam penelitian maka
digunakan defleksi lateral ijin. Metode yang digunakan adalah Reese &
(a) (b)
3 2
M.T
y x =yA +yB = Ay H ⋅ T +B y (2.18)
⋅ EI EI
harga Z adalah :
x
Z= (2.19)
T
Dimana :
T = faktor kekakuan
Tabel 2.4 Koefisien A untuk Tiang Panjang
(Zmax ≥ 5) Kondisi Kepala Tiang Bebas
(Sumber : R.J. Woodwood. et.al., 1972)
Untuk kepala tiang pondasi pada gedung tinggi biasanya dianggap terjepit
(fixed head) maka rumus untuk menghitung defleksi yang terjadi pada
H⋅T
y x = cy 3
(2.20)
EI
kedalaman diperoleh dari rumus 2.19. Untuk harga Zmax diperoleh dengan
Nilai defleksi yang diijinkan untuk suatu gedung bertingkat adalah maksimal
0,25 inch atau 0,00635 m walaupun beban lateral yang bekerja berbeda-beda.
Cara ini sesuai dengan jenis tanah kohesif dan pada tanah dengan muka air
tanah yang berada pada kedalaman di bawah dasar lubang bor atau jika
dalam lubang bor dapat terjadi. Perlu dicatat bahwa slurry perlu
penggetar (vibrator).
Penggunaan casing harus cukup panjang dan mencakup seluruh bagian tanah
yang dapat runtuh akibat penggalian dan juga diperlukan bila terdapat
Metode ini hanya dapat dilakukan untuk suatu situasi yang membutuhkan
casing. Perlu dicatat disini bahwa tinggi slurry dalam lubang bor harus
mencukupi untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan air di
sekitar lubang bor. Akan tetapi, slurry tidak boleh didiamkan dalam jangka
waktu yang lama pada lubang galian karena slurry akan menempel pada
rumus empiris statis ataupun dinamis) dengan kapasitas tiang pondasi dari
terjadi sebelum beban rencana tercapai. Beban ini nilainya beberapa kali dari
beban kerja yang terpilih dalam perancangan. Berdasarkan Perda DKI Jakarta
Menentukan letak titik pengujian perlu dilakukan sebelum menguji tiang pondasi.
Letak titik pengujian adalah titik yang dekat dengan lokasi penyelidikan tanah,
dimana karakteristik tanahnya telah diketahui dan lokasi yang mewakili kondisi
yang paling buruk di lokasi rencana bangunan. Apabila tiang yang akan diuji
bukan bagian dari pondasi yang akan digunakan, sebaiknya memiliki ukuran
Sistem pembebanan dalam static loading test terbagi atas beberapa cara yang
Satu landasan (platform) yang dibebani dengan beban yang berat dibangun
dan diletakkan langsung di atas tiang uji. Cara ini biasanya memiliki resiko
Gelagar reaksi yang dibebani dengan beban berat, dibangun melintasi tiang
yang diuji. Sebuah dongkrak hidrolik (hydraulic jack) yang berfungsi untuk
memberikan gaya kebawah dan pengukur besar beban (load gauge atau
proving ring) diletakkan diantara kepala tiang dan gelagar reaksi. Untuk
pendukung gelagar disarankan harus berjarak lebih besar 1,25 m dari tiang
uji.
Yakni disekitar tiang uji dibangun pondasi sementara sebagai angker untuk
mendapatkan gaya tekan. Gelagar reaksi diikat pada tiang-tiang angker yang
dibangun di kedua sisi tiang. Dongkrak hidrolik dan alat pengukur besar gaya
diletakkan diantara gelagar reaksi dan kepala tiang. Tiap angker harus
sumbunya dan harus lebih dari 2 m. Jika tiang uji berupa tiang yang
membesar pada ujungnya, jarak sumbu angker ke sumbu tiang harus 2 kali
diameter ujung atau 4 kali diameter badan tiang. Dipilih mana yang lebih
besar.
hingga penurunan tidak lebih dari 2,54 mm/jam, tetapi tidak lebih dari 2
jam
• Pada saat penambahan beban sebesar 200 % dari beban rencana, beban
Metode ini hampir sama dengan metode Slow Maintained Load Test Method
(SM Test), hanya saja pada metode ini sebelum penambahan beban dilakukan
rebound dari setiap tahap dapat diketahui dan perilaku pemikulan beban pada
Prosedur pada Quick Maintained Load Test Method (QM Test) adalah
sebagai berikut :
pembacaan dilakukan setiap 2,5 menit. Selain itu, metode ini tidak
Metode CRP merupakan salah satu alternatif lain yang digunakan untuk
pengujian tiang secara statis. Prosedur metode CRP adalah sebagai berikut :
pengujian tiang dibawah beban yang diterapkan secara kontinu oleh sebuah
yang digunakan untuk pengujian tergantung dari ukuran dan daya dukung
tiang.
besar beban ultimit. Ada berbagai metode interpretasi hasil uji pembebanan
a. Metode P – S
Metode ini dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang menyinggung
Metode Fuller dan Hoy hampir sama dengan metode P – S, hanya salah
ultimit, sehingga jika kurva tidak mencapai ultimit daya dukung ultimit dapat
dicari dengan cara mengambil nilai beban uji maksimum (200 % dari beban
rencana).
Uji beban vertikal digunakan untuk mengetahui besar daya dukung ultimit tiang
Gambar 2.15 menunjukkan jenis kurva penurunan – beban yang dialami oleh
Pada uji pembebanan tarik, pengukuran beban dengan gerakan tiang ditarik ke
Uji beban tarik digunakan untuk mengetahui daya dukung ultimit pondasi tiang
Interpretasi untuk menentukan beban keruntuhan pada uji tarik bisa bervariasi,
tergantung pada besarnya gerakan yang bisa ditolerir, tetapi lebih mudah
bercampur dengan tahanan ujung. Cara untuk menentukan daya dukung ultimit
untuk tarik dicapai pada defleksi kepala tiang sebesar 6,25 mm.
tiang pada waktu beban telah bekerja. Beban lateral yang diijinkan dapat
ditentukan dari nilai beban pada defleksi tiang tertentu (0,25 inchi atau 0,00635
Uji pembebanan lateral dilakukan dengan cara menekan satu atau sepasang
kepala dengan dongkrak hidrolik yang disandarkan pada suatu sistem reaksi yang
berupa blok beban, pondasi tiang, maupun blok jangkar (Gambar 2.14).
Pada saat pembebanan, pergerakan kepala tiang dapat diukur dengan dial gauge.
Cara pengujian beban lateral dapat bervariasi, akan tetapi umumnya dilakukan
gerakan tertentu. Alideth dan Davidson (1970) menunggu sampai 1 jam untuk
tiap penambahan beban atau setelah gerakan kepala tiang kurang dari 0,01 inch
per jam.
pancang, namun dengan cara analog uji pembebanan dinamis dapat diaplikasikan
Uji pembebanan dinamis yang mulai berkembang digunakan adalah uji Pile
Cara pengujian Pile Driving Analyzer (PDA) adalah dengan memasang strain
transducer dan accelerometer di dekat kepala tiang yang kemudian alat tersebut
dihasilkan tiang pondasi agar regangan dan percepatan yang terjadi di sepanjang
Pada uji PDA digunakan model analitis yang menggabungkan data lapangan
ultimit, distribusi gesekan selimut di sepanjang tiang dan simulasi perilaku beban
(a) (b)
- Titik boring kedalaman tanah -17 m(c = 50 kg/cm2) . = 52o =1800 kg/m3
Sehingga menurut Mayerhoff
P ult = c Nc + q Nq + ½ B N
Pemilihan Jenis Pondasi
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa
macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
Fungsi bangunan atas
Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
Jumlah biaya yang dikeluarkan
Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di atas. Dari
pertimbangan hasil penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan beban dari struktur di
atasnya, maka jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan penampang
bebentuk lingkaran.
Adapun spesifikasi dari tiang pancang tersebut adalah:
Mutu beton (f’c) = 25 Mpa
Mutu baja (fy) = 400 Mpa
Ukuran = ø 50 cm
Luas penampang = 1962,5 cm2
Keliling = 157 cm
Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang
Berdasarkan Kekuatan Bahan
Tegangan tekan beton yang diijinkan yaitu:
σb = 0,33 . f’c ; f’c =25 Mpa = 250 kg/cm2
σb = 0,33 . 250 = 82,5 kg/cm2
Ptiang = σb . Atiang
Ptiang = 82,5 . 1962,5 = 161906,25 kg = 161,906 t
dimana: Ptiang = Kekuatan pikul tiang yang diijinkan
σb = Tegangan tekan tiang terhadap penumbukan
Atiang = Luas penampang tiang pancang
Berdasarkan Hasil Sondir
Daya dukung tiang dihitung dengan formula sebagai berikut:
Dimana: qc = Nilai konus hasil sondir (kg/cm2)
Ap = Luas permukaan tiang (cm2)
Tf = Total friction (kg/cm)
As = Keliling tiang pancang (cm)
Data hasil sondir S3 untuk kedalaman -19,60 m, didapatkan:
Ø qc = 50 kg/cm2
Ø Tf = 1376 kg/cm
Ptiang =
= 75914,733 kg= 75,915 t
Sehingga daya dukung yang menentukan adalah daya dukung berdasrkan data sondir, Ptiang =
75,915 t ~ 76 t.
Menentukan Jumlah Tiang Pancang
Untuk menentukan jumlah tiang pancang yang dibutuhkan digunakan rumus acuan sebagai
berikut:
P1 139.89776 1.841 6
P2 244.48976 3.217 6
P3 221.04676 2.909 4
P4 182.92676 2.407 6
P5 155.86976 2.051 6
P6 223.19576 2.937 4
P7 337.10676 4.436 9
P8 307.90976 4.051 6
P9 294.28176 3.872 6
P10 211.85676 2.788 6
P11 220.12476 2.896 4
P12 318.79976 4.195 6
P13 218.34476 2.873 6
P14 182.24176 2.398 4
P15 213.33676 2.807 4
P16 196.01776 2.579 4
P17 133.60876 1.758 4
P18 234.39376 3.084 6
P19 282.34676 3.715 6
P20 185.10276 2.436 4
P21 130.56576 1.718 4
P22 230.09576 3.028 6
P23 270.54276 3.560 6
P24 160.97276 2.118 4
P25 136.84076 1.801 4
P26 241.25776 3.174 6
P27 289.28576 3.806 6
P28 157.37076 2.071 4
P29 95.562 76 1.257 4
P30 146.67076 1.930 4
P31 167.86676 2.209 4
P32 96.012 76 1.263 4
Menghitung Efisiensi Kelompok Tiang Pancang
atau
Ø syarat jarak tiang ke tepi
Tipe-tipe poer (pile cap) yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
> 223.195
Tipe 1 0.758 76 57.590 4 230.360
ton
> 318.799
Tipe 2 0.717 76 54.522 6 327.129
ton
> 337.106
Tipe 3 0.677 76 51.453 9 463.079
ton
Perhitungan Beban Maksimum Yang Diterima Oleh Tiang
dimana:
Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)
SPv = Jumlah total beban (t)
Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x ™
My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y ™
n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)
Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x
ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y
Sx2 = Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)
Sy2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)
Pondasi Tipe 1
Pmak =
= 56,649 t …< P1 tiang = 57,590 t
Pondasi Tipe 2
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 2
SPv = 318,799 t
Mx = 0,096 tm
My = 0,058 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
n=6
nx = 3
ny = 2
Pmak =
= 53,179 t …< P1 tiang = 54,522 t
Pondasi Tipe 3
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 3
SPv = 337,106 t
Mx = 0,022 tm
My = 2,062 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 125 cm = 1,25 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
n=9
nx = 3
ny = 3
Pmak =
= 37,734 t …< P1 tiang = 51,453 t
Kontrol Terhadap Geser Pons
4.8.7.1 Pile Cap Tipe 1 dan Tipe 2
Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P kolom.
P = 318,799 t
h = 0,7 m
t=
=
= 87,582 t/m2
= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t=
=
= 14,31 t/m2
= 1,431 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan
tulangan geser pons).
Penulangan Tiang Pancang
Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan tersebut
ada dua kondisi, yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.
Kondisi I (Dua Tumpuan)
= = 471 kg/m
L=6m
Didapatkan: a =
= 1,243 m
M1 =
=
= 363,86 kgm
Dmak =
=
= 1413 kg
Kondisi II (Satu Tumpuan)
Maka:
Didapatkan: a =
= 1,75 m
M1 =
=
= 721,219 kgm
D1 =
=
= 831,176 kg
Dari kedua kondisi di atas diambil yang paling menentukan yaitu:
M = 721,219 kgm
D = 1413 kg
kN/m2
Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00027
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)
Vn = N
Vc = N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc Þ dipakai tulangan praktis
Digunakan tulangan sengkang ø8 – 200.
Mx = My = = 35,406 tm
Penulangan Arah x
Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 16 mm
Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .16
= 622 mm
kN/m2
kN/m2
Mx = = 66,474 tm
My = = 33,237 tm
Penulangan Arah x
Mu = 66,474 tm = 664,74 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 19 mm
Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .19
= 620,5 mm
kN/m2
kN/m2
Mx = My = = 47,168 tm
Penulangan Arah x
Mu = 47,168 tm = 471,68 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 19 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .19
= 620,5 mm
kN/m2
kN/m2
Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00424
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)
c’ = t/m2
go = = = 17,246 t/m3
Dari tabel faktor kapasitas dukung tanah (Terzaghi), diperoleh:
f = 29,326o ® – Nc’ = 18,4
- Nq’ = 7,9
- Ng’ = 5,4
qu =
= 16,185 t/m2
q= = 7,054 t/m
Perhitungan Gaya Dalam
Mtump = = = 26,388 tm
Mlap = = = 13,194 tm
- Perhitungan gaya lintang
Dtump = = = 23,631 t
Dlap = D berjarak 1/5L dari ujung balok
= = 14,179 t
Untuk perhitungan gaya dalam tie beam lainnya ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.42 Gaya Dalam pada Tie Beam
L q Gaya
Sloof 0.5*L 1/5*L Momen
(m) (kg/m) Lintang
kN/m2
kN/m2
Vn = MPa
Vc = MPa
Vs = Vn – Vc = 393848,33 – 179666,67 = 214181,67 N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu – fvc = 1,096 – 0,50 = 0,596 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak Þ OK
Perencanaan sengkang
mm2
Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 557 mm2
mm
smax = mm
Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 150.
Vn = MPa
Vc = MPa
Vs = Vn – Vc = 236309,00 – 179666,67 = 56642,33 N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50
vu < fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu – fvc = 0,658 – 0,50 = 0,158 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak Þ OK
Perencanaan sengkang
mm2
Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 157 mm2
mm
smax = mm
Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 250.