Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.B DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN

DI RUANG AN-NUR 9A RSU ASSALAM GEMOLONG

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Olivia Khoirul Nisa (S17093)

Rika Manggalasari (S17096)

Alfina Kartika Sari (S17109)

Juwita Ramandani (S17132)

Susi Narasari (S17154)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan, cairan
diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic
Hormonal), si se aldesteron. Prostaglandin, dan glukokortiroid (Apriyaningsih, 2016).
Kebutuhan cairan tubuh manusia memilikiproporsi dalam bagian tubuh yang besar,
hampir 90% dari total berat tubuh, sedangkan sisanya merupakan bagian padat dari tubuh,
atau keseluruhan dapat dikategorikan prosentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah
sebagai berikut : bayi baru lahir adalah 75% dari total berat badan, laki-laki dewasa 57%
dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan (Apriyaningsih, 2016).
Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal
tersebut dapat tercapai dalam serangkaian manuever fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70%
berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita mempunyai
simpanan lemak relativ banyak (relativ bebas air), kandungan air dalam tubuh wanita 10%
lebih sedikit dibanding pria. Air tersimpan dalam dua komponen utama dalam tubuh yaitu,
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler (Wahid & Chayatin, 2007).
Cairan di dalam tubuh terdiri dari cairan intra seluler dan cairan ekstra seluler. Cairan
intra seluler merupakan cairan yang berada dalam sel, sedangkan cairan ekstra seluler adalah
cairan yang berada di luar sel. Sekitar 60% berat tubuh total terdiri atas air. Dari jumlah ini
dua pertiga tiganya 66% adalah cairan intra sel. Cairan berperan penting dalam
pembentukan energi, pemeliharaan tekanan osmotik, dan transport zat-zat tubuh dan
menembus membrane sel, dan satu pertinga 33% adalah cairan ekstrasel. Sedangkan organ
utama pengatur keseimbangan cairan tubuh adalah ginjal. Jika keseimbangan cairan tidak
baik, ginjal akan mengalami masalah (Corwin, 2009).
Menurut Hierarki Maslow kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang pertama yang harus dipenuhi. Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan
volume cairan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan beban sirkulasi berlebihan,
edema, hipertensi dan gagal jantung kongestif (Herdman, 2015).
Tipe Dasar keseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar. Kekurangan atau
kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam proporsi yang
sama. Ketidakseimbangan isotonik meliputi kekurangan volume cairan dan kelebihan
volume cairan (Apriyaningsih, 2016).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasein n. B dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
pada kasus DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) dengan menggunakan pendekatan proses
asuhan keperawatan yang disususun secara sistematis dan komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan, cairan
diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic
Hormonal), si se aldesteron, Prostaglandin, dan glukokortiroid (Apriyaningsih, 2016).

B. Etiologi
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan fungsi ginjal
ataw jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
misalnya:
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan medis
Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)

C. Patofisisologi dan Pathway


Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovilemia. Umumnya, gangguan ini diawali demgan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intavaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
perpindahan cairan intraseluler (Pujiystuti, 2010).
Secara umum, defisit volume cairan di sebabkan oleh bebrapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan, dan pergerakan cairan
ke lokasi ke tiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya
ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau
rongga sendi. Selain itu kondisi tertentu, seperti tertangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi pencernaan (Pujiystuti, 2010).
Pathway :
Pathway :

Umur Iklim Diet stress Kondisi Tindakan


sakit medis

Kehilangan cairan pembedahan


pengobatan
intravaskuler

Perpindahan cairan
interseluler menuju
intraseluler

Penurunan cairan ekstraseluler

Gangguan pemenuhan cairan

Resiko
Kelebihan volume Kekurangan volume Resiko kekurangan
ketidakseimbangan
cairan cairan volume cairan
volume cairan

(Pujiyastuti, 2010).
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang mungkin di dapatkan pada pasien dengan hipovolemia antara
lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,mual, muntah, haus, kekacauan
mental, konstipasi, oliguria (Pujiystuti, 2010).

E. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1. Dehidrasi (ringan, berat).
2. Renjatan hipovelemik.
3. Kejang pada dehidrasi.
(Pujiystuti, 2010).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Evaluasi status volume cairan
2. Kadar nitrogen urea dalam darah (BUN) > 25mg/ 100 ml
3. Peningkatan kadar hematokrit >50%
4. Berat jenis urine >1,025
5. Pemeriksaan darah lengkap
(Pujiystuti, 2010).
G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi ganguan penyerta asam basa dan
elektrolit.
2. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovelemik.
3. Rehidrasi oral
4. Tindakan terhadap penyebab dasar.
(Pujiystuti, 2010).
H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama klien, tanggal lahir, umur, alamat, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, hubungan dengan klien.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Yang dirasakan pada saat pengkajian.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Yang dirasakan sebelum masuk RS hingga di bawa ke RS.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah dahulu anak pernah menderita sakit yang serius.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi adanya penyakit genetik, familial, kebiasaan keluarga, dan
paparan penyakit menular yangmenyerang anggota keluarga.
Genogram.
C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi klien dan keluarga tentang konsep sehat dan sakit.
2. Pola nutrisis metabolik
Kebiasaan klien dalammemenuhi kebutuhan nutrisi baik intake maupun
cairan sebelum dan selama sakit.
3. Pola eliminasi
Eliminasi BAB dan BAK sebelum dan selama sakit.
4. Pola aktivitas dan latihan
Aktifitas rutin yang dilakukan klien sebelum dan selama sakit.
5. Pola istirahat tidur
Kualitas dan kantitas tidur klien salam dan sebelum sakit.
6. Pola kognisi dan perceptual
Kemampuan klien berkomunikasi, status mental, orientasi,dan kemampuan
pengindraan.
7. Pola konsep diri
Gambaran diri, ideal diri, harga diri dan peran diri klien.
8. Pola seksual dan seksualitas
Berdasarkan jenis kelamin pasien.
9. Pola peran dan hubungan
Hubungan klien dengan keluarga, teman, dan masyarakat sekitar.
10. Pola manajemen dan koping stress
Mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dianut klien serta sistem ibadah klien semala dan
sebelum sakit.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan umum
Meliputi keadaan umum dan keadaan nutrisi
2. Kulit
Pengkajian Keadaan kulit klien
3. Kelenjar linfe
Pengkajian apakah ada pembesaran limfe atau tidak
4. Kepala
Pengkajian bagian kepala klien apakah ada abnormalitas
5. Mata
Pengkajian mulai dari sklera , konjungtiva ,kornea ataupun respon pupil
apakah ada yang bermasalah.
6. Telinga
Pengkajian dari fungsi telinga ataupunstruktur teling apakah ada abnormalitas
atau tidak.
7. Hidung
Pengkajian funngsi penghidung dan struktur hidung apakah adaabnormalaitas
atau tidak
8. Mulut
Pengkajian keadaan bibir dan fungsi perasa apakah ada abnormalitas atau
tidak.
9. Leher
Pengkajian struktur leher apakah adaperubahan atau yang abnormal seperti
pembesaran kelenjar tiroid dan sebagainya
10. Torak
Pengkajian struktur torak , paru paru , jantung mulai dari:
Inspeksi :apakah ada lesi atau tidak, ictus kordis tampak atau tidak
Palpasi : vocalfremitus kaapakah sama dengan vocal vermitus kiri, apakah
teraba ictus cordis
Perkusi : paru – paru ( sonor), Jantung ( pekak)
Auskultasi : apkah adasuara nafas tambahan atau pun suara jantung
tambahana
11. Abdomen
1) Pengkajian bentuk abdomen kanan dan kiri simetris atau tidak
2) Apakah ada pembesaran umbilikus
3) Apakah ada kelainan dari bunyi peristaltik usus
4) Jika di perkusia apakah suara yang terdengar timpany
12. Genetalia
Pengkajian struktur genetalia apakah ada abnormalitas
13. Anus
Pengkajian struktur dan fungsi anus apakah ada abnormalitas
14. Punggung dan ekstermitas
Bentuk punggung dan ekstermitaas apakah adakelainan seperti kesimetrisan
jumlah jariataupu fungsi ekstermitas dalam perabaan.
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan, nilai normal, satuan, hasil,interpretasi.
III. TERAPI MEDIS
Hari atau tanggal, jenis terapi, dosis, golongan dan kandungan, fungsi dan
farmakologi.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
2. Defisien volume cairan
3. Resiko defisien volume cairan
4. Kelebihan volume cairan

V. RENCANA KEPERAWATAN

No. Tgl/Jam Dx.Kep Tujuan&Kriteria Intervensi Ttd


Hasil
1. Resiko Setelah dilakukan Monitor cairan
ketidakseimbangan tindakan (4130)
volume cairan keperawatan 1. monitor warna
selama 3 x 24 jam kuantitas dan berat
masalah Resiko jenis urin
ketidakseimbangan 2. cek kembali
volume cairan asupan dan
teratasi dengan pengeluaran pada
kriteria hasil : semua pasien
1. kekurangan dengan terapi
intake dan output inttravena
dalam 24 jam dari 3. tentukan apakah
skala 1 (sangat pasien mengalami
terganggu) ke kehausan atau
skala 5 (tidak gejala perubahan
terganggu) cairan
2. hematokrit dari 4. konsultasikan
skala 1 ke skala 5 pada dokter jika
pengeluaran urin
kurang dari 0,5
ml/kg/kj
2. Defisien volume Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan tindakan (4120)
keperawatan 1. monitor tanda-
selama 3 x 24 jam tanda vital
masalah defisien 2. distribusikan
volume cairan cairan selama 24
teratasi dengan jam
kriteria hasil : 3. berikan cairan
Hidrasi (0602) dengan tepat
1. turgor kulit dari 4. dukung pasien
skala 1 (sangat dan keluarga untuk
terganggu) ke membanttu dalam
skala 5 (tidak pemberian
terganggu) makanan dengan
2. membran baik
mukosa lembab 5. konsultasikan
dari skala 1 ke dengan dokter jika
skala 5 tanda-tanda cdan
3. intake cairan gejalakehilangan
dari skala 1 ke volume cairan
skala 5 menetap atau
4. haus dari skala 1 mendadak
ke skala 5

3. Resiko defisien Setelah dilakukan Manajemen


volume cairan tindakan hipovelemik
keperawatan (4180)
selama 3 x 24 jam 1. monitor adanya
masalah resiko sumber kehilangan
defisien volume cairan
cairan teratasi 2. sediakan cairan
dengan kriteria oral sesering
hasil : mungkin untuk
Hidrasi (0602) memelihara
1. peningkatan integritas membran
hematokrit dari mukosa mulut
skala 1 (berat) ke 3. intruksikan pada
skala 5 (tidak ada) pasien untuk
2. intake cairan mrnghindari posisi
dari skala 1 yang berubah
(sangat terganggu) cepat khususnya
ke skala 5 (tidak dari posisi
terganggu) terlentang ke posisi
duduk atau berdiri
4. kolaborasi
dalam pemberian
isotonik yang
diresepkan
4. Kelebihan volume Setelah dilakukan Manajemen
cairan tindakan hoipervolemia
keperawatan (4172)
selama 3 x 24 jam 1. monitor data
masalah kelebihan labotratorium
volume cairan tentang penyebab
teratasi dengan yang mendasari
kriteria hasil : terjadinya
1. Keseimbangan hipervolemia
intake dan output 2. tingkatkan
dalam 24 jam dari integritas kulit
skala 1 (sangat pada pasien yang
terganggu) ke mengalami
skala 5 (tidak imobilisasi dengan
terganggu) edema
2. kelembapan 3. berikan infus iv
membran mukosa secara perlahan
dari skala 1 ke untuk mencegah
skala 5 preload yang cepat
3, edema perifer 4. instruksikan
dari skala 1 ke pasien dan
skala 5 keluarga mengenai
intervensi yang
direncanakan
untuk mencegah
hipervolemia
5. kolaborasikan
obat yang
diresepkan untuk
mengurangi
preload

VI. CATATAN KEPERAWATAN


1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik
3. Pasien mengkonsumsi cairan sesuai dengan program
4. Kekurangan cairan dapat teratasi
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tgl/Jam MRS : 30 Juni 2019 /18.47 WIB

Tgl/Jam Pengkajian : 01 Juli 2019 /07.00 WIB

Metode pengkajian : Autoanamesa dan Alloanamnesa

Diagnosa Medis : DHF

No. Register :219XXX

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : An. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Tanon, Sragen
Tanggal lahir : 26 Juni 2007
Umur : 12 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan :-
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 37 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Tanon ,Sragen
Hubungan Dengan Klien : Ibu
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan badan lemas, karena sering muntah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit Pasien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu,
kemudian pada tanggal 30 juni 2019 Jam 18.47 WIB pasien dibawa ke rumah sakit
Assalam gemolong. Pasien masuk IGD dengan keluhan demam, dan sering muntah
setelah dikaji pasien terlihat lemas dan pucat, hasil dari pengukuran TTV:
TD:110/90 mmHg, Nadi :100 x/ menit, Respirasi : 25x/menit, Suhu : 38oC. Di IGD
pasien di pasang infus di tangan sebelah kanan dan di bawa ke ruang rawat inap
An-NUR 9.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah memiliki penyakit berat sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan, tidak ada penyakit keluarga yang menurun.
An. B

Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: pasien
: tinggal serumah
III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola persepsi kesehatan :
Pasien mengatakan apabila ia sakit biasanya selalu bilang dengan orang tuanya
dan langsung di bawa berobat kepelayanan kesehatan/ dokter.
2. Pola aktivasi latihan :
Aktivitas sebelum sakit 0 1 2 3 4
Mandiri V
Berpakaian V
Eliminasi V
Mandi V
Mobilitas di tempattidur V
Makan V
Ambulansi V

Aktivitas saat sakit 0 1 2 3 4


Mandiri V
Berpakaian V
Eliminasi V
Mandi V
Mobilitas di tempattidur V
Makan V
Ambulansi V

0 : mandiri
1 : menggunakan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung penuh/ total
3. Pola istirahat tidur :
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Jumlah jam tidur siang Tidak tidur sian Tidak tidur siang

Jumlah jam tidur 7-8 jam / hari 5-6 jam


malam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
dimalam hari karena
mual.

4. Pola nutrisi metabolik :


Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, Bubur, lauk pauk,
sayur sayur
Porsi Makan 1 porsi 1/4 porsi
Minum ± 8 gelas /hari ± 5 gelas/hari
Keluhan Tidak ada Nafsu makan
berkurang dan
muntah 3 kali.

5. Pola eliminasi :
a. BAB
BAB Sebelum Sakit Selama Sakit
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Konsistensi Padat Padat
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAK
BAB Sebelum Sakit Selama Sakit
Warna Kekuningan Kekuningan
Frekuensi 5-7 x sehari 5-6 x sehari
Jumlah urine 1500 cc 1000 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada

ANALISA KESIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN


SENIN, 01 JULI 2019
INTAKE OUTPUT ANALISA
a. Minuman : a. Urine : 1000 Intake : 1420 cc
250 cc cc Output : 1982 cc
b. Makanan : b. Feses : 50 cc
140 cc c. Muntah : 50
c. Cairan infus cc
: 1000 d. IWL : 882 cc
cc
d. Obat Injeksi
: 30 cc

6. Pola kognitif perseptual :


a. Sebelum sakit :
Pasien dapat berbicara lancar, melihat, dan berbincang, menjawab pertanyaan
dengan tepat dan sesuai.
b. Selama sakit
Pasien dapat berbicara lancar tapi sedikit lemah karena pasien merasa lemas
tampak dari raut wajahnya.
7. Pola konsep diri :
a. Harga diri
pasien mengatakan merasa tidak putus asa karena keluarga selalu
mendukungnya untuk sembuh.
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang, agar dapat
beraktivitas seperti biasanya.
8. Pola koping :
Sebelum dan selama sakit Pasien selalu bercerita kepada orangtuanya jika ada
masalah.
9. Pola seksual reproduksi :
Pasien berjenis kelamin laki-laki, dan belum memasuki masa pupertas.
10. Pola peran hubungan :
Sebelum dan selama sakit Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluarga maupun teman sebaya.
11. Pola nilai dan kepercayaan :
Pasien beragama islam. Sebelum sakit pasien sholat lima waktu, saat sakit tidak
menunaikan sholat.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Penampilan umum
Keadaan umum : Lemah
Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 100/90 mmHg
b. Nadi
Frekuensi :120 x/menit
Irama : Cepat
Kekuatan : Kuat
c. Pernafasan
Frekuensi : 20 x/ menit
Irama : Teratur
d. Suhu : 38oC
Keadaan nutrisi : Berkurang
2. Kulit
Warna : Sawo matang
Tekstur : Kenyal
Turgor :> 2 detik
3. Struktur asesoris
Rambut
Warna : Hitam
Kebersihan : Bersih
Kuku
Warna : Putih
Tekstur : Keras
Clubbing : Normal
4. Kelenjar linfe
Pembesaran : Tidak ada
Ketegangan : Tidak
5. Kepala
Kesimetrisan : Simetris
Kontrol kepala : Dapat mengontrol kepala dengan baik
Bentuk : Messocepal
ROM : Aktif
Kepatenan sutura : Normal
Penutupan fontanel : Normal
6. Mata
Warna sclera : Tidak ikterik
Warna konjungtiva : Tidak anemis
Warna cornea : Putih
Reaksi pupil : Isokor
Posisi : Simetris
Gerakan mata : Normal
Ukuran pupil : 2mm
Keadaan kelopak mata : Tidak udem
7. Telinga
Kebersihan : Bersih
Kemanpuan pendengaran : Normal, dapat mendengar dengan baik
8. Hidung
Letak : Simetris
Diamtris nares : Simetris
9. Mulut
Waran bibir : Pucat
Tekstur : Kering
Membrane mukosa : Pucat
Tekstur : Kering
Warna gusi : Merah muda
Warna gigi : Putih
Jumlah gigi : 32
Gerakan lidah : Normal
Tekstur lidah : Lembab
10. Leher
Bentuk leher : Simetris
Pemebesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Gerakan : Normal
Arteri karotis : Normal
Distensi vena leher : Normal
11. Torak
1) Struktur
Bentuk : Normal
Kesimetrisan : Simetris
Gerakan : Normal
Perkembangan : Normal
2) Paru-paru
Inspeksi : Perkembangan dinding dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Vokal Fermitus simetris, retraksi dinding dada +
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan
3) Jantung
Inspeksi apeks : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi 4 area : Ictus cordis teraba kuat di ICS 5
Bunyi jantung : Lub dub
Perkusi : Suara pekak
12. Abdomen
Bentuk : Datar simetris, tidak ada lesi
Herniasi : Tidak ada
Pembesaran umbilikus : Tidak ada
Auskultasi peristaltik : Terdengar bising usus 12x/ menit
Palpasi : Tidak ada neri tekan
Perkusi : Thympani
13. Genetalia
Urifisium uretra : Tidak ada kelainan
Keadaan skrotum : Normal , tidak ada kelainan
Letaklubang uretra :-
Keadaan glands penis : Tidak ada kelainan
14. Anus
Bentuk bokong : Simetris
Lipatan gluteal : Simetris
Letak lubang anus : Simetris
Refleks anal : Normal (+)
Punggung dan ekstremitas
Bentuk punggung : Simetris
Kesimetrisan ekstremitas : Simetris
Jumlah jari : 20 tangan dan kaki
Kekuatan otot : Kuat
Gaya berjalan : Normal
Perubahan warna punggung : Tidak ada
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan : 01 Juni 2019 (09.21 WIB)
JENIS NILAI NORMAL SATUAN HASIL INTERPRETASI
PEMERIKSAAN
WBC 4.1- 10.5 103 / mm3 3.8 L
LYM% 16.0-43.3 % 15.4 L
MON% 2.8-10.2 % 6.9 N
GRA% 48.5-80.3 % 77.7 N
LYM# 1.00-3.10 103 / mm3 0.50 L
MON# 0.10-0.70 103 / mm3 0.20 N
GRA# 2.30-7.70 103 / mm3 3.10 N
RBC 4.30-5.80 103 / mm3 4.84 N
HGB 13.1-16.7 g/dl 13.1 N
HCT 39.9-51.0 % 52.9 H
MCV 83-98 µm3 82 L
MCH 27.0-32.2 pg 27.9 N
MCHC 31.8-33.7 g/dl 32.9 N
RDW 11.9-14.8 % 13.7 N

PLT 150-399 103 / mm3 175 N


MPV 6.8-10.1 µm3 6.0 L
PCT 0.150-0.500 % 0.100 L
PDW 11.0-18.0 % 18.4 H

C. TERAPI MEDIS
Hari/Tanggal Jenis Terapi Dosis Golongan& Fungsi &
Kandungan Farmakologi
30 juni 2019 Obat per interal :
Ceftri 1gr/ 12j Antibiotik (obat Mengobati
resep) organisme restitensi
Antihistamin (obat thdp antibiotik
resep) lainya

Ranitidin 10mg/12j NSAIDs (obat resep) Untuk mengurangi


produksi asam
lambung

Meredakan nyeri
Katarolac 30mg/12j Deuretic (obat resep)
Cairan iv : Memenuhi
RL guyur 500 ml Cairan infus steril kebutuhan cairan
kandungan ringer dan elektrolit
lactat
01 juli 2019 Obat perinteral:
Ceftri 500/12j Antibiotik (obat Mengobati
resep) organisme restitensi
thdp antibiotik
lainya
Paracetamol 250/8j Antihistamin (obat Menurunkandemam
resep) Untuk mengurangi
Ranitidine 5mg/12j Kortikosteroid (obat produksi asam
resep) lambung
Mencegah
peradangan
Dexa 1mg /12j Deuretic (obat resep)
Memenuhi
Cairan iv : kebutuhan cairan
RL 500 ml Cairan infus steril dan elektrolit
kandungan ringer
lactat
02 juli 2019 Obat per interal :
Ceftri 500/12j Antibiotik (obat Mengobati
resep) organisme restitensi
thdp antibiotik
lainya

Paracetamol 250/8j Antipiretik obat demam


Ranitidine 5mg /12j Antihistamin (obat Untuk mengurangi
resep) produksi asam
lambung
Mencegah
Dexa 1mg/12j Kortikosteroid (obat peradangan
resep)
Cairan IV :
Memenuhi
RL 500 ml Deuretic (obat resep) kebutuhan cairan
dan elektrolit

03 juli 2019 Obat Per interal:


Ceftri 500/12j Antibiotik (obat Mengobati
resep) organisme restitensi
thdp antibiotik
lainya
Paracetamol 250/8j Antihistamin (obat Obat demam
resep)
Ranitidine 5mg /12j Kortikosteroid (obat Untuk mengurangi
resep) produksi asam
lambung
Mencegah
Dexa 1mg/ 12j Deuretic (obat resep) peradangan
Cairan IV : Memenuhi
RL 500 ml Deuretic (obat resep kebutuhan cairan
dan elektrolit

D. ANALISA DATA
Nama : An. B No CM : 219xxx
Umur : 12 Th Diagnosa Medis : DHF
No. Hari/Tgl/Jam Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
1. Senin, DS: Defisien Kehilangan Defisien
01 Juli 2019 Ibu pasien mengatakan volume cairan volume
09.00 WIB bahwa anaknya sering cairan melalui rute cairan
muntah 3 kali. abnormal berhubungan
DO : dengan
- S : 38 ℃ kehilangan
- Pasien tampak pucat cairan
dan lemah melalui rute
- Turgor kulit pasien abnormal
terlihat kering
- Bibir pasien terlihat
kering
- Intake cairan
Infus :1000 cc
Minum :250 cc
Air metabolisme:
140 cc
Injeksi :30 cc
Total intake :1420
cc
Output :
Urine :1000 cc
Feses : 50 cc
Muntah :50 cc
Iwl : 378 + (30 –
usia anak
dalam tahun )
x BB
: 378 + (30-
12)x28
: 378+(28 x 28)
: 378+504
: 882 cc
Total output:1982
cc
Balance cairan :
1420 cc – 1982 cc
: - 571 cc

2. Senin, DS: Hipertermia Penyakit Hipertermia


01 Juli 2019 Ibu pasien mengatakan berhubungan
09.00 WIB anaknya panas sejak 3 dengan
hari yang lalu dan penyakit
panasnya belum turun.
DO :
- Pasien tampak lemas,
gelisah
- Kulit pasien teraba
panas dan kemerahan
- N : 120 x/ Menit
- S : 38 C
E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

F. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An. B No. CM :219xxx
Umur : 12 Th Diagnosa Medis : DHF
No. Tgl/Jam Dx.Kep Tujuan&Kriteria Hasil Intervensi Ttd
1. 01 Juli Defisien Setelah dilakukan Manajemen cairan (4120):
2019/ volume tindakan keperawatan 1. Monitor Tanda – tanda
09.15 cairan selama 3 x 24 jam vital
WIB berhubungan masalah defisien 2. Anjurkan minum yang
dengan volume cairan teratasi banyak
kehilangan dengan kriteria hasil : 3. Dukung pasien dan
cairan 1. Turgor kulit keluarga untuk
melalui rute kembali normal membantu dalam
abnormal dari skala 3 ke pemberian makan
skala 5 dengan baik
2. Keseimbangan 4. Kolaborasi dengan
input dan output dokter dalam
cairan dari skala pemberian obat
3 ke skala 5

2. 01 Juli Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan Demam (3740)


2019/ berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor warna kulit
09. 30 dengan selama 3 x 24 jam dan suhu
WIB penyakit masalah defisien 2. Kompres dengan air
volume cairan teratasi hangat
dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk
Termoregulasi meningkatkan
(0800) konsumsi cairan
1. Pasien mengatakan 4. Kolaborasikan
badannya tidak pemberian anpiretik
panas lagi parasetamol
2. Kulit pasien teraba
hangat, tidak panas
3. Warna kulit normal
4. HR : 80-100 kali/
menit
5. Suhu Tubuh pasien
dalam batas normal
(36-37 0C)

G. IMPLEMENTASI
Nama : An. B No.Cm : 219XXX
Umur : 12 tahun Diagnosa Medis : DHF
Hari / Tgl/jam No.Dx Implementasi Respon Ttd
Senin, 01 juli 1 Memonitor Tanda S: Orang tua pasien mengatakan
2019 Tanda Vital anak nya panas
09.30 WIB O: Suhu :38oC
Nadi :120 x/menit

Senin, 01 juli 1 Mengajurkan S: orang tua pasien mengatakan


2019 minum air putih mengerti
09.35 WIB yang banyak O: Pasien tampak lemas
Tugor kulit ≥2 detik
Senin, 01 juli 1 Melakukan edukasi S:orang tua pasien mengatakan
2019 kekeluarga untuk paham dan bersedia
09.45 WIB membantu dalam O:orang tua klien nampak mengerti
pemberian makan dengan penjelasan yang
diberikan
Senin, 01 juli 1 Memberikan obat S: orang tua pasien mengatakan
2019 injeksi ranitidin anak nya bersedia untuk di
09.50 WIB melalui intra selang berikan obat
O: obat masuk melalui intra selang
Senin, 01 juli 2 Memonitor warana S: orangtua pasien mengatakan
2019 kulit dan suhu anakanya panas
10.00 WIB O:Suhu : 38oC
Kulit pasien teraba panas dan
tampak kemerahan
Senin, 01 juli 2 Memberikan S: Ibu pasien mengatakan bersedia
2019 kompres air hangat anaknya di beri kompres air
10.10 WIB hangat
O: Pasien tampak lebih tenang saat
di kompres, S : 37 ℃
Senin, 01 juli 2 Mengajarkan S: ibu pasien mengatakan akan
2019 keluarga untuk meningkatkan minum air putih
10.30 WIB memberi banyak anaknya
minum pada pasien O:membran mukosa pasien tampak
agak kering dan turgor ≥2
Senin, 01 juli 2 Mengkolaborasikan S: ibu pasien mengatakan bersedia
2019 meberikan mengikuti terapi dari dokter
10.40 WIB parasetamol infus O: Pasien dan keluarga tampak
dan injeksi ceftri kooperstif
Selasa, 02 juli 1 Memonitor Tanda S: Orang tua pasien mengatakan
2019 Tanda Vital anak nya panas nya turun
09.00 WIB O: Suhu :37oC
Nadi :115 x/menit

Selasa , 02 juli 1 Mengajurkan S: orang tua pasien mengatakan


2019 minum air putih anaknya minum sebanyak
09.10 WIB yang banyak setengah botol air mineral
(750ml)
O: Pasien tampak lebih segar
Tugor kulit ≥1 detik
Minum :350 cc
Selasa, 02 juli 1 Memberikan obat S: orang tua pasien mengatakan
2019 injeksi ranitidin anak nya bersedia untuk di
09.15 WIB melalui intra selang berikan obat
O: obat masuk melalui intra selang
Selasa, 02 juli 2 Memonitor warana S: orangtua pasien mengatakan
2019 kulit dan suhu anak nya panas nya berkurang
10.00 WIB O:Suhu : 37oC
Kulit pasien teraba panas dan
tampak kemerahan
Selasa, 02 juli 2 Memberikan S: Ibu paisen mengatakan bersedia
2019 kompres air hangat anaknya di beri kompres air
10.10 WIB hangat
O: Pasien tampak lebih tenang saat
dikompres, S : 36 ℃
Selasa, 02 juli 2 Mengajarkan S: ibu pasien mengatakan anaknya
2019 keluarga untuk sudah minum air putih banyak
10.30 WIB memberi banyak O:membran mukosa pasien tampak
minum pada pasien lembab dan turgor kulit baik
Selasa, 02 juli 2 Mengkolaborasikan S: ibu pasien mengatakan bersedia
2019 meberikan mengikuti terapi dari dokter
10.40 WIB parasetamol infus O: Pasien dan keluarga tampsk
dan injeksi ceftri kooperstif
Rabu , 03 juli 1 Memonitor Tanda S: Orang tua pasien mengatakan
2019 Tanda Vital anak nya panas nya turun
09.00 WIB O: Suhu :36oC
Nadi :100 x/menit
Rabu , 03 juli 1 Mengajurkan S: orang tua pasien mengatakan
2019 minum air putih anaknya minum sebanyak 1
09.10 WIB yang banyak botol air mineral (750ml)
O: Pasien tampak lebih segar
Tugor kulit baik
Minum :750 cc
Rabu , 03 juli 1 Memberikan obat S: orang tua pasien mengatakan
2019 injeksi ranitidin anak nya bersedia untuk di
09.15 WIB melalui intra selang berikan obat
O: obat masuk melalui intra selang
Rabu , 03 juli 2 Memonitor warna S: orangtua pasien mengatakan
2019 kulit dan suhu anak sudah tidak panas
10.00 WIB O:Suhu : 36oC
Rabu , 03 juli 2 Memberikan S: Ibu paisen mengatakan bersedia
2019 kompres air hangat anaknya di beri kompres air
10.10 WIB hangat
O: Pasien tampak lebih tenang saat
dikompres
Rabu , 03 juli 2 Mengajarkan S: ibu pasien mengatakan anaknya
2019 keluarga untuk sudah minum air putih banyak
10.30 WIB memberi banyak O:membran mukosa pasien tampak
minum pada pasien lembab dan turgor kulit baik
Rabu , 03 juli 2 Mengkolaborasikan S: ibu pasien mengatakan bersedia
2019 meberikan mengikuti terapi dari dokter
10.40 WIB parasetamol infus O: Pasien dan keluarga tampsk
dan injeksi ceftri kooperstif

H. EVALUASI
Nama : An.B No.CM :219XXX
Umur : 12 tahun Diagnosa Medis : DHF
No.Dx Hari /Tgl/Jam Evaluasi Ttd
1 Senin, 01 juli 2019 S: orang tua pasien mengatakan anaknya masih
09.55 WIB lemas dan muntah 3 kali
O:
- Pasien tampak lemas
- Turgor kulit ≥2
- Suhu : 38oc
- Nadi :120 x/menit
A: Masalah Defisiensi volume cairan Belum
Teratasi
P:Lanjut Intervensi
1. Monitor Tanda – tanda vital
2. Anjurkan minum yang banyak
3. Dukung pasien dan keluarga untuk
membantu dalam pemberian makan dengan
baik
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat
2 Senin, 01 juli 2019 S: Ibu pasien mengatakan anaknya panas saat
10.30 WIB malam hari
O: Suhu : 38oC
Nadi :120 x/menit
Kulit teraba panas dan kemerahan
A: Masalah Hipertermi belum teratasi
P: Lanjutkan Interveni
1. Monitor warna kulit dan suhu
2. Kompres dengan air hangat
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
konsumsi cairan
4. Kolaborasikan pemberian anpiretik
parasetamol
1 Selasa,02 Juli 2019 S : Orang tua pasien mengatakan anaknya masih
09.55 WIB lemas dan muntah 1 kali
O:
- Pasien tampak lebih segar
- Turgor kulit ≥1
- Suhu : 37oc
- Nadi :110 x/menit
- Balence cairan :- 471 cc
A: Masalah defisiensi volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan Intervensi
1. Monitor Tanda – tanda vital
2. Anjurkan minum yang banyak
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat
2 Selasa,02 Juli 2019 S: Ibu pasien mengatakan anaknya panas nya turun
11.00 WIB O: Suhu : 37oC
Nadi :115 x/menit
Kulit teraba panas dan kemerahan
A: Masalah Hipertermi belum teratasi
P: Lanjutkan Interveni
1. Monitor warna kulit dan suhu
2. Kompres dengan air hangat
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
konsumsi cairan
4. Kolaborasikan pemberian anpiretik
parasetamol
1 Rabu 03 Juli 2019 S : Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak
09.55 WIB lemas lagi
O:
- Pasien tampak lebih segar
- Turgor kulit baik ( ≤ 2)
- Suhu : 36oc
- Nadi :100 x/menit
- Balence cairan :+ 29 cc
A: Masalah defisiensi volume cairan teratasi
P: lanjutkan Intervensi
1. Anjurkan keluarga pasien untuk mengatur
pola makan dan minum Anak nya di ruaah
2 Rabu 03 Juli 2019 S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
11.00 WIB panas
O: Suhu : 36oC
Nadi :100 x/menit
A: Masalah Hipertermi teratasi
P: Lanjutkan Interveni
1. Anjurkan keluarga pasien untuk mengatur
minum pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk


metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan, cairan
diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic Hormonal), si
se aldesteron, Prostaglandin, dan glukokortiroid (Apriyaningsih, 2016).

1. Pengkajian
Didapatkan data pada kasus An.B terdapat masalah ganguan kebutuhan cairan karena dalam
penkajian yang kami analisis balance cairan An.B ditemukan banyak cairan yg keluar dari
padacairan yang masuk. Dan An. B badanya panas menyebabkan An. B dehidrasi dan
semakin memperparah gangguan kebutuhan cairannya.
2. Diagnose

Dalam diagnosa konsep asuhan keperawatan terdapat 2 macam diagnosa yaitu : defisiensi
volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang dan hipertermi berhubungan
dengan penyakit. Dalam diagnose terdapat persamaann yaitu dijelaskan bahwa dikonsep
pasien akan ditemukan masalah kekurangan volume cairan, dikasus juga ditemukan pasien
mengalami lemas karena dehidrasi kurang volume cairan.

3. Intervensi
Tidak terdapat intervensi yang berbeda dari konsep asuhan keperawatan
4. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan dan kriteria hasil menggunakan konsep asuhan keperawatan sehingga tidak ada
perbedaan, karena acuan dari menentukan tujuan dan kriteria hasi dari intervensi adalah
menggunakan acuan kriteria hasil dari konsep
5. Evaluasi
Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan menggunakan SOAP (sunjektif, objektif, analisa,
planning).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ di dalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan, cairan
diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic
Hormonal), si se aldesteron. Prostaglandin, dan glukokortiroid (Apriyaningsih, 2016).
Kebutuhan cairan tubuh manusia memilikiproporsi dalam bagian tubuh yang besar,
hampir 90% dari total berat tubuh, sedangkan sisanya merupakan bagian padat dari tubuh,
atau keseluruhan dapat dikategorikan prosentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah
sebagai berikut : bayi baru lahir adalah 75% dari total berat badan, laki-laki dewasa 57%
dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan (Apriyaningsih, 2016).

B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan kita harus membina hubungan baik dengan keluarga dan pasien,
diharapkan pasien dapat menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyaningsih, Tri. 2016. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Tn. D
Dengan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah Gombang. Stikes
Muhammadiyah Gombang.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Docterman dan Bullechek.(2004). Nursing Intervention Classifications (NIC), Edition 4. United


States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Herdman, T. Heather. & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi.
2015-2017 Ed. 10. Jakarta : EGC.

Pujiyastuti, Fajar. 2010. Laporan Pendahuluan Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.
Surakarta : Politeknik Kementrian Kesehatan Surakarta.

Nanda International (2018-2020). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta.

Maas, Morhead. (2004) Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC). United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta
Wahid, Mubarak Iqbal & Chayatin, Nurul. 2007. Ilmu Keperawatan. Komunitas 3. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai