ASUHAN KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan, cairan
diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic
Hormonal), si se aldesteron. Prostaglandin, dan glukokortiroid (Apriyaningsih, 2016).
Kebutuhan cairan tubuh manusia memilikiproporsi dalam bagian tubuh yang besar,
hampir 90% dari total berat tubuh, sedangkan sisanya merupakan bagian padat dari tubuh,
atau keseluruhan dapat dikategorikan prosentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah
sebagai berikut : bayi baru lahir adalah 75% dari total berat badan, laki-laki dewasa 57%
dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan (Apriyaningsih, 2016).
Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal
tersebut dapat tercapai dalam serangkaian manuever fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70%
berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita mempunyai
simpanan lemak relativ banyak (relativ bebas air), kandungan air dalam tubuh wanita 10%
lebih sedikit dibanding pria. Air tersimpan dalam dua komponen utama dalam tubuh yaitu,
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler (Wahid & Chayatin, 2007).
Cairan di dalam tubuh terdiri dari cairan intra seluler dan cairan ekstra seluler. Cairan
intra seluler merupakan cairan yang berada dalam sel, sedangkan cairan ekstra seluler adalah
cairan yang berada di luar sel. Sekitar 60% berat tubuh total terdiri atas air. Dari jumlah ini
dua pertiga tiganya 66% adalah cairan intra sel. Cairan berperan penting dalam
pembentukan energi, pemeliharaan tekanan osmotik, dan transport zat-zat tubuh dan
menembus membrane sel, dan satu pertinga 33% adalah cairan ekstrasel. Sedangkan organ
utama pengatur keseimbangan cairan tubuh adalah ginjal. Jika keseimbangan cairan tidak
baik, ginjal akan mengalami masalah (Corwin, 2009).
Menurut Hierarki Maslow kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang pertama yang harus dipenuhi. Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan
volume cairan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan beban sirkulasi berlebihan,
edema, hipertensi dan gagal jantung kongestif (Herdman, 2015).
Tipe Dasar keseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar. Kekurangan atau
kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam proporsi yang
sama. Ketidakseimbangan isotonik meliputi kekurangan volume cairan dan kelebihan
volume cairan (Apriyaningsih, 2016).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasein n. B dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
pada kasus DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) dengan menggunakan pendekatan proses
asuhan keperawatan yang disususun secara sistematis dan komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan, cairan
diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic
Hormonal), si se aldesteron, Prostaglandin, dan glukokortiroid (Apriyaningsih, 2016).
B. Etiologi
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan fungsi ginjal
ataw jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
misalnya:
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan medis
Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
Perpindahan cairan
interseluler menuju
intraseluler
Resiko
Kelebihan volume Kekurangan volume Resiko kekurangan
ketidakseimbangan
cairan cairan volume cairan
volume cairan
(Pujiyastuti, 2010).
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang mungkin di dapatkan pada pasien dengan hipovolemia antara
lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,mual, muntah, haus, kekacauan
mental, konstipasi, oliguria (Pujiystuti, 2010).
E. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1. Dehidrasi (ringan, berat).
2. Renjatan hipovelemik.
3. Kejang pada dehidrasi.
(Pujiystuti, 2010).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Evaluasi status volume cairan
2. Kadar nitrogen urea dalam darah (BUN) > 25mg/ 100 ml
3. Peningkatan kadar hematokrit >50%
4. Berat jenis urine >1,025
5. Pemeriksaan darah lengkap
(Pujiystuti, 2010).
G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi ganguan penyerta asam basa dan
elektrolit.
2. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovelemik.
3. Rehidrasi oral
4. Tindakan terhadap penyebab dasar.
(Pujiystuti, 2010).
H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama klien, tanggal lahir, umur, alamat, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, hubungan dengan klien.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Yang dirasakan pada saat pengkajian.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Yang dirasakan sebelum masuk RS hingga di bawa ke RS.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah dahulu anak pernah menderita sakit yang serius.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi adanya penyakit genetik, familial, kebiasaan keluarga, dan
paparan penyakit menular yangmenyerang anggota keluarga.
Genogram.
C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi klien dan keluarga tentang konsep sehat dan sakit.
2. Pola nutrisis metabolik
Kebiasaan klien dalammemenuhi kebutuhan nutrisi baik intake maupun
cairan sebelum dan selama sakit.
3. Pola eliminasi
Eliminasi BAB dan BAK sebelum dan selama sakit.
4. Pola aktivitas dan latihan
Aktifitas rutin yang dilakukan klien sebelum dan selama sakit.
5. Pola istirahat tidur
Kualitas dan kantitas tidur klien salam dan sebelum sakit.
6. Pola kognisi dan perceptual
Kemampuan klien berkomunikasi, status mental, orientasi,dan kemampuan
pengindraan.
7. Pola konsep diri
Gambaran diri, ideal diri, harga diri dan peran diri klien.
8. Pola seksual dan seksualitas
Berdasarkan jenis kelamin pasien.
9. Pola peran dan hubungan
Hubungan klien dengan keluarga, teman, dan masyarakat sekitar.
10. Pola manajemen dan koping stress
Mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dianut klien serta sistem ibadah klien semala dan
sebelum sakit.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan umum
Meliputi keadaan umum dan keadaan nutrisi
2. Kulit
Pengkajian Keadaan kulit klien
3. Kelenjar linfe
Pengkajian apakah ada pembesaran limfe atau tidak
4. Kepala
Pengkajian bagian kepala klien apakah ada abnormalitas
5. Mata
Pengkajian mulai dari sklera , konjungtiva ,kornea ataupun respon pupil
apakah ada yang bermasalah.
6. Telinga
Pengkajian dari fungsi telinga ataupunstruktur teling apakah ada abnormalitas
atau tidak.
7. Hidung
Pengkajian funngsi penghidung dan struktur hidung apakah adaabnormalaitas
atau tidak
8. Mulut
Pengkajian keadaan bibir dan fungsi perasa apakah ada abnormalitas atau
tidak.
9. Leher
Pengkajian struktur leher apakah adaperubahan atau yang abnormal seperti
pembesaran kelenjar tiroid dan sebagainya
10. Torak
Pengkajian struktur torak , paru paru , jantung mulai dari:
Inspeksi :apakah ada lesi atau tidak, ictus kordis tampak atau tidak
Palpasi : vocalfremitus kaapakah sama dengan vocal vermitus kiri, apakah
teraba ictus cordis
Perkusi : paru – paru ( sonor), Jantung ( pekak)
Auskultasi : apkah adasuara nafas tambahan atau pun suara jantung
tambahana
11. Abdomen
1) Pengkajian bentuk abdomen kanan dan kiri simetris atau tidak
2) Apakah ada pembesaran umbilikus
3) Apakah ada kelainan dari bunyi peristaltik usus
4) Jika di perkusia apakah suara yang terdengar timpany
12. Genetalia
Pengkajian struktur genetalia apakah ada abnormalitas
13. Anus
Pengkajian struktur dan fungsi anus apakah ada abnormalitas
14. Punggung dan ekstermitas
Bentuk punggung dan ekstermitaas apakah adakelainan seperti kesimetrisan
jumlah jariataupu fungsi ekstermitas dalam perabaan.
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan, nilai normal, satuan, hasil,interpretasi.
III. TERAPI MEDIS
Hari atau tanggal, jenis terapi, dosis, golongan dan kandungan, fungsi dan
farmakologi.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
2. Defisien volume cairan
3. Resiko defisien volume cairan
4. Kelebihan volume cairan
V. RENCANA KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : An. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Tanon, Sragen
Tanggal lahir : 26 Juni 2007
Umur : 12 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan :-
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 37 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Tanon ,Sragen
Hubungan Dengan Klien : Ibu
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan badan lemas, karena sering muntah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit Pasien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu,
kemudian pada tanggal 30 juni 2019 Jam 18.47 WIB pasien dibawa ke rumah sakit
Assalam gemolong. Pasien masuk IGD dengan keluhan demam, dan sering muntah
setelah dikaji pasien terlihat lemas dan pucat, hasil dari pengukuran TTV:
TD:110/90 mmHg, Nadi :100 x/ menit, Respirasi : 25x/menit, Suhu : 38oC. Di IGD
pasien di pasang infus di tangan sebelah kanan dan di bawa ke ruang rawat inap
An-NUR 9.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah memiliki penyakit berat sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan, tidak ada penyakit keluarga yang menurun.
An. B
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola persepsi kesehatan :
Pasien mengatakan apabila ia sakit biasanya selalu bilang dengan orang tuanya
dan langsung di bawa berobat kepelayanan kesehatan/ dokter.
2. Pola aktivasi latihan :
Aktivitas sebelum sakit 0 1 2 3 4
Mandiri V
Berpakaian V
Eliminasi V
Mandi V
Mobilitas di tempattidur V
Makan V
Ambulansi V
0 : mandiri
1 : menggunakan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung penuh/ total
3. Pola istirahat tidur :
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Jumlah jam tidur siang Tidak tidur sian Tidak tidur siang
5. Pola eliminasi :
a. BAB
BAB Sebelum Sakit Selama Sakit
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Konsistensi Padat Padat
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAK
BAB Sebelum Sakit Selama Sakit
Warna Kekuningan Kekuningan
Frekuensi 5-7 x sehari 5-6 x sehari
Jumlah urine 1500 cc 1000 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada
C. TERAPI MEDIS
Hari/Tanggal Jenis Terapi Dosis Golongan& Fungsi &
Kandungan Farmakologi
30 juni 2019 Obat per interal :
Ceftri 1gr/ 12j Antibiotik (obat Mengobati
resep) organisme restitensi
Antihistamin (obat thdp antibiotik
resep) lainya
Meredakan nyeri
Katarolac 30mg/12j Deuretic (obat resep)
Cairan iv : Memenuhi
RL guyur 500 ml Cairan infus steril kebutuhan cairan
kandungan ringer dan elektrolit
lactat
01 juli 2019 Obat perinteral:
Ceftri 500/12j Antibiotik (obat Mengobati
resep) organisme restitensi
thdp antibiotik
lainya
Paracetamol 250/8j Antihistamin (obat Menurunkandemam
resep) Untuk mengurangi
Ranitidine 5mg/12j Kortikosteroid (obat produksi asam
resep) lambung
Mencegah
peradangan
Dexa 1mg /12j Deuretic (obat resep)
Memenuhi
Cairan iv : kebutuhan cairan
RL 500 ml Cairan infus steril dan elektrolit
kandungan ringer
lactat
02 juli 2019 Obat per interal :
Ceftri 500/12j Antibiotik (obat Mengobati
resep) organisme restitensi
thdp antibiotik
lainya
D. ANALISA DATA
Nama : An. B No CM : 219xxx
Umur : 12 Th Diagnosa Medis : DHF
No. Hari/Tgl/Jam Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
1. Senin, DS: Defisien Kehilangan Defisien
01 Juli 2019 Ibu pasien mengatakan volume cairan volume
09.00 WIB bahwa anaknya sering cairan melalui rute cairan
muntah 3 kali. abnormal berhubungan
DO : dengan
- S : 38 ℃ kehilangan
- Pasien tampak pucat cairan
dan lemah melalui rute
- Turgor kulit pasien abnormal
terlihat kering
- Bibir pasien terlihat
kering
- Intake cairan
Infus :1000 cc
Minum :250 cc
Air metabolisme:
140 cc
Injeksi :30 cc
Total intake :1420
cc
Output :
Urine :1000 cc
Feses : 50 cc
Muntah :50 cc
Iwl : 378 + (30 –
usia anak
dalam tahun )
x BB
: 378 + (30-
12)x28
: 378+(28 x 28)
: 378+504
: 882 cc
Total output:1982
cc
Balance cairan :
1420 cc – 1982 cc
: - 571 cc
F. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An. B No. CM :219xxx
Umur : 12 Th Diagnosa Medis : DHF
No. Tgl/Jam Dx.Kep Tujuan&Kriteria Hasil Intervensi Ttd
1. 01 Juli Defisien Setelah dilakukan Manajemen cairan (4120):
2019/ volume tindakan keperawatan 1. Monitor Tanda – tanda
09.15 cairan selama 3 x 24 jam vital
WIB berhubungan masalah defisien 2. Anjurkan minum yang
dengan volume cairan teratasi banyak
kehilangan dengan kriteria hasil : 3. Dukung pasien dan
cairan 1. Turgor kulit keluarga untuk
melalui rute kembali normal membantu dalam
abnormal dari skala 3 ke pemberian makan
skala 5 dengan baik
2. Keseimbangan 4. Kolaborasi dengan
input dan output dokter dalam
cairan dari skala pemberian obat
3 ke skala 5
G. IMPLEMENTASI
Nama : An. B No.Cm : 219XXX
Umur : 12 tahun Diagnosa Medis : DHF
Hari / Tgl/jam No.Dx Implementasi Respon Ttd
Senin, 01 juli 1 Memonitor Tanda S: Orang tua pasien mengatakan
2019 Tanda Vital anak nya panas
09.30 WIB O: Suhu :38oC
Nadi :120 x/menit
H. EVALUASI
Nama : An.B No.CM :219XXX
Umur : 12 tahun Diagnosa Medis : DHF
No.Dx Hari /Tgl/Jam Evaluasi Ttd
1 Senin, 01 juli 2019 S: orang tua pasien mengatakan anaknya masih
09.55 WIB lemas dan muntah 3 kali
O:
- Pasien tampak lemas
- Turgor kulit ≥2
- Suhu : 38oc
- Nadi :120 x/menit
A: Masalah Defisiensi volume cairan Belum
Teratasi
P:Lanjut Intervensi
1. Monitor Tanda – tanda vital
2. Anjurkan minum yang banyak
3. Dukung pasien dan keluarga untuk
membantu dalam pemberian makan dengan
baik
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat
2 Senin, 01 juli 2019 S: Ibu pasien mengatakan anaknya panas saat
10.30 WIB malam hari
O: Suhu : 38oC
Nadi :120 x/menit
Kulit teraba panas dan kemerahan
A: Masalah Hipertermi belum teratasi
P: Lanjutkan Interveni
1. Monitor warna kulit dan suhu
2. Kompres dengan air hangat
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
konsumsi cairan
4. Kolaborasikan pemberian anpiretik
parasetamol
1 Selasa,02 Juli 2019 S : Orang tua pasien mengatakan anaknya masih
09.55 WIB lemas dan muntah 1 kali
O:
- Pasien tampak lebih segar
- Turgor kulit ≥1
- Suhu : 37oc
- Nadi :110 x/menit
- Balence cairan :- 471 cc
A: Masalah defisiensi volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan Intervensi
1. Monitor Tanda – tanda vital
2. Anjurkan minum yang banyak
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat
2 Selasa,02 Juli 2019 S: Ibu pasien mengatakan anaknya panas nya turun
11.00 WIB O: Suhu : 37oC
Nadi :115 x/menit
Kulit teraba panas dan kemerahan
A: Masalah Hipertermi belum teratasi
P: Lanjutkan Interveni
1. Monitor warna kulit dan suhu
2. Kompres dengan air hangat
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
konsumsi cairan
4. Kolaborasikan pemberian anpiretik
parasetamol
1 Rabu 03 Juli 2019 S : Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak
09.55 WIB lemas lagi
O:
- Pasien tampak lebih segar
- Turgor kulit baik ( ≤ 2)
- Suhu : 36oc
- Nadi :100 x/menit
- Balence cairan :+ 29 cc
A: Masalah defisiensi volume cairan teratasi
P: lanjutkan Intervensi
1. Anjurkan keluarga pasien untuk mengatur
pola makan dan minum Anak nya di ruaah
2 Rabu 03 Juli 2019 S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
11.00 WIB panas
O: Suhu : 36oC
Nadi :100 x/menit
A: Masalah Hipertermi teratasi
P: Lanjutkan Interveni
1. Anjurkan keluarga pasien untuk mengatur
minum pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Didapatkan data pada kasus An.B terdapat masalah ganguan kebutuhan cairan karena dalam
penkajian yang kami analisis balance cairan An.B ditemukan banyak cairan yg keluar dari
padacairan yang masuk. Dan An. B badanya panas menyebabkan An. B dehidrasi dan
semakin memperparah gangguan kebutuhan cairannya.
2. Diagnose
Dalam diagnosa konsep asuhan keperawatan terdapat 2 macam diagnosa yaitu : defisiensi
volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang dan hipertermi berhubungan
dengan penyakit. Dalam diagnose terdapat persamaann yaitu dijelaskan bahwa dikonsep
pasien akan ditemukan masalah kekurangan volume cairan, dikasus juga ditemukan pasien
mengalami lemas karena dehidrasi kurang volume cairan.
3. Intervensi
Tidak terdapat intervensi yang berbeda dari konsep asuhan keperawatan
4. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan dan kriteria hasil menggunakan konsep asuhan keperawatan sehingga tidak ada
perbedaan, karena acuan dari menentukan tujuan dan kriteria hasi dari intervensi adalah
menggunakan acuan kriteria hasil dari konsep
5. Evaluasi
Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan menggunakan SOAP (sunjektif, objektif, analisa,
planning).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ di dalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan, cairan
diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic
Hormonal), si se aldesteron. Prostaglandin, dan glukokortiroid (Apriyaningsih, 2016).
Kebutuhan cairan tubuh manusia memilikiproporsi dalam bagian tubuh yang besar,
hampir 90% dari total berat tubuh, sedangkan sisanya merupakan bagian padat dari tubuh,
atau keseluruhan dapat dikategorikan prosentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah
sebagai berikut : bayi baru lahir adalah 75% dari total berat badan, laki-laki dewasa 57%
dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan (Apriyaningsih, 2016).
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan kita harus membina hubungan baik dengan keluarga dan pasien,
diharapkan pasien dapat menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyaningsih, Tri. 2016. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Tn. D
Dengan Gagal Ginjal Kronik di Ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah Gombang. Stikes
Muhammadiyah Gombang.
Herdman, T. Heather. & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi.
2015-2017 Ed. 10. Jakarta : EGC.
Pujiyastuti, Fajar. 2010. Laporan Pendahuluan Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.
Surakarta : Politeknik Kementrian Kesehatan Surakarta.
Nanda International (2018-2020). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta.
Maas, Morhead. (2004) Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC). United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta
Wahid, Mubarak Iqbal & Chayatin, Nurul. 2007. Ilmu Keperawatan. Komunitas 3. Jakarta :
EGC.