Manajemen Kurikulum

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen menurut Hasibuan, 2000 (Torang, 2013: 165) adalah ilmu dan
seni untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan
begitu manajemen berarti sebuah rancangan yang mengatur agar dapat mencapai
sebuah tujuan tertentu dengan cara efektif dan efisien agar mendapatkan hasil
yang maksimal.

Manajemen kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh


sekolah bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dapat
diartikan, dengan program kurikuler tersebut, sekolah atau lembaga pendidikan
menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itulah
sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa
melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada
jumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan
sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar-gambar, halaman sekolah
dan lain-lain (Hamalik, 2010: 10).

Dengan mengetahui tujuan manajemen kurikulum sebagai sebuah rancangan


tertulis, adalah wujud dari kurikulum sebagai suatu ide yang dituangkan dalam
bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-
alat, dan waktu. Dengan begitu suatu kegiatan dapat terlaksana sebagai suatu
rencana tertulis, dan dapat dilakukan dalam bentuk praktek
pembelajaran.Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum
yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta
didik.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Manajemen Kurikulum

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, kurikulum adalah


seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan
tersebut meliputi tujuan pendidikan nasional, kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Pengertian
tersebut memperlihatkan kurikulum merupakan suatu program pendidikan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan
tertentu.Kurikulum dapat diterapkan untuk pendidikan di bawah tanggung
jawab sekolah (Soetopo dan W. Soemanto, 1991). Oleh sebab itu, kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada.

Menurut Sukmadinata (2001: 4) kurikulum merupakan suatu rencana


pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tenrang jenis, lingkup, dan
urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral
dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk
aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.Soetopo
(2009: 3) membedakan pengertian kurikulum menjadi dua, yaitu pengertian
tradisional dan pengertian modern. Pengertian tradisional kurikulum adalah
sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk kenaikan
kelas atau ijazah. Pengertian modern kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah
tujuan pendidikan tertentu.

Hamalik (2007: 5) menyatakan bahwa terdapat tujuh pandangan


mengenai kurikulum, yaitu:

1. Kurikulum sebagai suatu program kegiatan yang terencana.

2. Kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan.

3. Kurikulum sebagai reproduksi kultural.

4. Kurikulum sebagai kumpulan tugas dan diskrit.

5. Kurikulum sebagai agenda rekontruksi sosial.

6. Kurikulum sebagai tempat berpacu (curere).

7. Sudut pandang berbeda antara kurikulum lama dan kurikulum baru.

Sudarsyah dan D. Nurdin (2009: 194) menyatakan bahwa sistem


kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu tujuan, isi kurikulum,
metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai
suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakal
salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak
berkaitan dengan komponen lainnya makan sistem kurikulum akan terganggu.
Selain berkenaan dengan dimensi dan sistemnya, kurikulum juga berkenaan
dengan konsep dan model-model kurikulum yang dikembangkannya. Minimal
ada empat model kurikkeinginan banyak dijadikan acuan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum humanistik, rekontruksi
sosial, teknologi, dan akademik.

Hamalik (2007: 143) bahwa konsep kurikulum humanistik mengarah


pada kurikulum yang dapat memuaskan setiap individu, agar dapat
diaktualisasikan dengan diri, potensi, dan keunikan yang dimiliki.Adapun
kurikulum rekontruksi tidak sekedar menekankan pada minat individu, tetapi
juga kebutuhan sosialnya. Kurikulum ini memberikan penekanan pada proses
perkembangan sosial. Konsep kurikulum teknologi berpandangan bahwa
kurikulum harus dibuat sebagai suatu proses teknologi untuk dapat memenuhi
keinginan pembuat kebijakan. Kurikulum dipandang sebagai wahana untuk
mengendalikan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.
Konsepnini menganggap bahwa kurikulum merupakan jalan untuk
mengembangkan pemikiran, dan penguasaan pengetahuan secara umum
ditemukan dalam kurikulum yang memberikan kontribusi berpikir secara
rasional.

Manajemen kurikulum berkenaan dengan bagaimana kurikulum


dirancang, diimplementasikan, dan dikendalikan, oleh siapa, kapan, dan dalam
lingkup mana.Manajemen kurikulum berkaitan dengan kebijakan siapa yang
diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam merancang,
melaksanakan, dan mengendalikan kurikulum.Secara umum dibedakan antara
manajemen pengembangan kurikulum terpusat dan manajemen
pengembangan kurikulum tersebar (Triwijayanto, teguh. 2015).

Manajemen sentralistik berarti terpusat, yang pengembangan kurikulum


berasal dari pusat (pemerintah). Dalam manajemen pengembangan kurikulum
terpusat, bukan hanya tugas, wewenang, dan tanggung jawab pengembangan
kurikulum yang dipegang oleh pejabat pusat, tetapi juga inisiatif, gagasan,
bahkan model kurikulum yang dikembangkan berasal dari pusat dan
menghasilkan kurikulum nasional, berlaku di seluruh wilayah negara.
Manajemen kurikulum Desentralistik dalam penyusunan desai, pelaksanaan,
dan pengendalian kurikulum, dilakukan secara lokal oleh satuan
pendidikan.Penyusunan desain kurikulum dilakukan oleh guru-guru,
melibatkan ahli, komite sekolah, dan pihak-pihak yang terkait.Kurikulum
disusun pada setiap satuan pendidikan sesuai dengan jenis, jalur, dan jenjang
pendidikannya. Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan akan
menghasilkan desain kurikulum yang beragam, tetapi lebih mudah dipahami,
dikuasai, dan dilaksanakan oleh guru sebab mereka mengembangkan atau
minimal ikut serta dalam pengembangannya (Triwijayanto, teguh. 2015).

B. Prinsip Manajemen Kurikulum


Menurut Rusman (2008), Manajemen Kurikulum memiliki prinsip
sebagai berikut :
1. Produktivitas, hasil dalam suatu kegiatan kurikulum merupakan sebuah
aspek yang dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.
2. Demokrasi, pelaksanaan manajemen kurikulum berdasarkan sistem
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik
pada posisi yang tepat.
3. Kooperatif, dalam prinsip ini hasil yang diharapkan perlu adanya
kerjasama positif dengan berbagai pihak terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi, dalam rangkaian kegiatan manajemen kurikulum
harus mempertimbangkan adanya efektivitas dan efisiensi guna mencapai
tujuan kurikulum.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan, proses manajemen
kurikulum dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan
kurikulum.
C. Fungsi Manajemen Kurikulum
Menurut Rusman (2008), Manajemen Kurikulum memiliki fungsi
sebagai berikut :
1. Mengelola perencanaan kurikulum, perencanaan ini berfungsi sebagai
acuan untuk mengembangkan kurikulum pada satuan tingkat pendidikan.

2. Mengelola impelementasi Kurikulum, Implementasi kurikulum


merupakan bentuk aktualisasi dari kurikulum yang telah direncanakan.
3. Mengelola pelaksanaan evaluasi kurikulum, kegitan evaluasi harus
dilakukan secara sistemik, sistematis dan komprehensif.
4. Mengelola perumusan penetapan kriteria dan pelaksanaan kenaikan kelas/
kelulusan, kegiatan ini adalah lanjutan dari kegiatan evaluasi kurikulum
dan pembelajaran dilakukan secara obyektif, integritas, dan komprehensif.
5. Mengelola Pengembangan bahan Ajar, media dan sumber; pengembangan
ini dilakukan sesuai dengan perkembengan IPTEK yang terjadi di
lingkungan sekitar.
6. Mengelola pengembangan extrakurikuler dan korikuler, keberhasilan
kurikulum akan dikatakan berhasil aabila didukung oleh ekstrakurikuler
dan korikuler yan dikelola dengan baik.
D. Tugas dan Peran Kepala Sekolah

Menurut Rusman (2008), kepala sekolah memiliki tugas dan peran


sebagai berikut :
1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan
perencanaan
2. Mengembangkan organisasi sesuai kebutuhan
3. Mengelola perubahan dan pengembangan menuju otganisasi pembelajar
yang efektif
4. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara
optimal
5. Menciptakan budaya yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
peserta didik
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sdm secara optimal
7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah
8. Menngelola hubungan sekolah dengan masyarakat
9. Mengelola peserta didik
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajarannya
11. Mengelola keuangan
12. Mengelola ketatausahaan
13. Mengelola unit layanan khusus
14. Mengelola sistem informasi
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi pembelajaran
16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
melaksanaakan tindak lanjut.
E. Pengembangan Kurikulum
Rusman (2011: 21) mengatakan bahwa perencanaan kurikulum sangat
tergantung pada pengembangan kurikulum dan tujuan kurikulum yang akan
menjadi penghubung teori-teori pendidikan yang akan digunakan. Kurikulum
dan pembelajaran merupakan komponen pendidikan yang dinamis dan terus-
menerus berkembang. Soetopo dan W. Soemanto (1991) menyebutkan ada
tiga landasan perkembangan kurikulum, sebagai berikut :
1. Landasan filosofis, sesuatu yang diyakini seseorang sebagai suatu
kebenaran merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan karena
tujuan pendidikan adalah penanaman nilai-nilai.
2. Landasan sosial budaya, perkembangan masyarakat memerlukan kajian
mendalam untuk menentukan kurikulum bukan berarti semua harus masuk
dalam kurikulum, tetapi pelu diseleksi apa yang patut dan tidak patut
disampaikan kepada peserta didik.
3. Landasan psikologi, psikologi berkenaan dengan perilaku manusia.
Penerapan dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan psikologi
belajar (teori dalam belajar).
Tujuan perencanaan kurikulum secara umum oleh Usman (2010, 85),
antara lain:
1. Sebagai standar pengawasan.
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasi).
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif.
6. Memberikan gambaran menyeluruh mengenai kegiatan yang akan
dilakukan.
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
8. Mendeteksi hambatan kesukitan yang akan ditemui.
9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
BAB III

PRAKTIK

Data yang terdapat dalam praktik ini di ambil dari pengalaman mahasiswa di
tiga sekolah berbeda. Tiga sekolah tersebut yaitu SMA N 1 Jetis , Bantul,
Yogyakarta; SMA N 1 Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah; dan SMA N 1
Wonosari, Klaten, Jawa Tengah. Data yang disajikan terkait dengan kurikulum
2013. Data yang disajikan merupakan gabuangan dari ketiga sekolah tersebut
(diambil intisarinya).

1. Praktik Baik
a. Dalam proses mengajar, guru tidak monoton hal ini guru memberi
materi yang sedikit lalu menggali pengetahuan siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
b. Guru menjelaskan materi menggunakan proyektor.
c. Kepala Sekolah rajin memantau kegiatan belajar mengajar di kelas.
d. Kepala sekolah mengembangkan sarana dan prasarana di sekolah.
e. Pembatasan penggunaan handphone.
2. Praktik yang Kurang Baik
a. Kepala sekolah kurang tegas dalam memberikan sanksi
b. Kepala sekolah pernah melarang tim paduan suara sekolah
menyanyikan lagu daerah ‘Ayo Mama’ tanpa alasan yang jelas
c. Di SMA N 1 Wonosari kurikulum 2013 baru di terapkan pada
angkatan 2019 sehingga untuk angkatan 2018 sulit beradaptasi
d. Kepala SMA N 1 Karanganyar dalam proses pembelajaran di
sekolah kurang/ tidak disukai siswa karena beliau mengajarnya
monoton yaitu dengan metode ceramah.
BAB IV

Analisis Data

1. Praktik Baik

a. Dalam proses mengajar, guru tidak monoton hal ini guru memberi materi
yang sedikit lalu menggali pengetahuan siswa dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam kurikulum yang digunakan yaitu


kurikulum 2013, seorang guru dapat mengelola kurikulum tersebut dengan
baik pada sistem pembelajarannya sehingga peserta didik tidak bosan dan
dapat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.Peserta didik juga
diharapkan dapat menemukan konsep-konsep pembelajaran tanpa diberi
tahu terlebih dahlu oleh guru. Dalam hal ini, guru menerapkan metode
pembelajaran discovery.

b. Guru menjelaskan materi menggunakan proyektor.


Guru menjelaskan materi menggunakan proyektor berarti guru
tersebut dapat mengembangkan kurikulum dalam kelas sesuai dengan
perkembangan teknologi pada masa kini.
c. Kepala sekolah rajin mengontrol kegiatan belajar mengajar dalam kelas.
Sebagai kepala sekolah yang baik dalam pengelolaan kurikulum
sebaiknya selalu mengontrol setiap kelas pada saat proses pembelajaran.
Dari kegiatan pengontrolan tersebut seorang kepala sekolah menjadi tahu
cocok atau tidaknya kurikulum tersebut diterapkan. Apabila tidak cocok,
kepala sekolah sebaiknya memberi arahan kepada guru untuk
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta
didik.
d. Kepala sekolah mengembangkan sarana dan prasarana di sekolah.
Sarana dan prasarana yang dikembangkan seperti penambahan lab
komputer, penempatan komputer yang cukup di perpustakaan,
dibangunnya GOR sebagai wadah peserta didik untuk menyalurkan bakat
dan minatnya serta terdapatnya wifi di tempat-tempat yang strategis untuk
dikunjungi oleh pesertadidik sehingga peserta didik dapat menggali
pengetahuan di manapun. Sarana dan prasarana di sekolah perlu di kelola
karena merupakan tugas dan peran sebagai seorang kepala sekolah. Sarana
dan prasarana tersebut dapat digunakan oleh peserta didik untuk
mengembangkan minat dan bakatnya serta dapat mengembangkan
pengetahuan di dalam maupun di luar jam pelajaran.
e. Pembatasan penggunaan handphone.
Peraturan penggunaan Handphone di setiap sekolah berbeda-beda.
Penggunaan Handphone ada baiknya dibatasi. Pembatasan penggunaan
tersebut digunakan dalam proses pembelajaran. Jika handphone tidak
digunakan dalam proses pembelajaran maka handphone tersebut
diwajibkan untuk disimpan pada guru piket. Sehingga, peserta didik dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

2. Praktik yang Kurang Baik


a. Kepala sekolah kurang tegas dalam memberikan sanksi.
Kepala sekolah yang kurang tegas dalam pemberian sanksi
dapat denganmudah dibodohi oleh warga sekolah. Dengan
demikian, kepala sekolah dapat dipastikan kurang dalam
menangani pengelolaan kurikulum di sekolah tersebut.
b. Kepala SMA N 1 Karanganyar pernah melarang tim paduan suara
sekolah menyanyikan lagu daerah ‘Ayo Mama’ tanpa alasan yang
jelas.
Dalam pelarangan tersebut seorang kepala sekolah tidak
menghargai pembuatan lagu tersebut dan tidak konsisten dalam
pengembangan bakat peserta didik.
c. Di SMA N 1 Wonosari kurikulum 2013 baru di terapkan pada
angkatan 2019 sehingga untuk angkatan 2018 sulit beradaptasi.
Pergantian kurikulum dalam pendidikan di Indonesia
terjadi dalam kurun waktu tertentu. Dalam proses pergantian
tersebut masih banyak sekolah yang belum siap berganti ke
kurikulum baru.
d. Kepala SMA N 1 Karanganyar dalam proses pembelajaran di
sekolah kurang/ tidak disukai siswa karena beliau mengajarnya
monoton yaitu dengan metode ceramah.
Sebagai kepala sekolah lebih baik juga menjabat sebagai seorang
guru diamana beliau dapat mengetahui apakah metode
pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang diberikan
oleh pemerintah atau tidak. Sebagai seorang guru, kepala sekolah
lebih baik menggunakan metode yang menarik untuk peserta didik
sehingga peserta didik paham mengenai materi yang dipelajari.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen kurikulum dapat diartikan sebagai proses pencapaian tujuan


sebuah kurikulum yang dilakukan sekelompok orang yang menjalankan fungsi-
fungsi manajemen, mulai dari proses perencanaan kurikulum, pengorganisasian
kurikulum, implementasi kurikulum hingga evaluasi atau kontrol dari seorang
manajer atas kurikulum yang diterapkan di lembaga pendidikan. Manajemen
dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila fungsi-fungsi manajemen dijalankan
oleh manajer dan anggotanya secara kooperatif. Begitu pula apabila prinsip
manajemen diterapkan dalam kurikulum. Diharapkan fungsi-fungsi manajemen
tersebut dapat menciptakan sebuah kurikulum yang sesuai dengan sekolah
bertaraf internasional. Di dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah adalah
manajer yang berhak atas penentuan dalam rangka pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kurikulum merupakan


dokumen perencanaan yang mencakup:

1. Tujuan yang harus diraih


2. Isi dan pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa
3. Strategi dan cara yang dapat dikembangkan
4. Evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai
pencapaian tujuan
5. Penerapan dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Saran

1. Sebagai kepala sekolah sebaiknya dapat mengelola manajemen kurikulum


di sekolahnya dengan tegas, transparan dalam hal apapun, berwibawa, dan
dapat menghargai orang lain.
2. Sebagai kepala sekolah sebaiknya juga menjabat sebagai guru mata
pelajaran agar tahu persoalan didalam kelas
3. Sebagai kepala sekolah sebaiknya cepat memberi tahu guru apabila ada
perubahan kurikulum dan dapat mengadakan pembekaln kepada guru
dengan cepat.
Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pres.

Soetopo, Hendyat dan W. Soemanto. 1991. Pembinaan dan Pengembangan


Kurikulum sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soetopo, Hendyat. 2009. "Manajemen Berbasis Sekolah & Kurikulum Berbasis
Kompentensi (Bunga Rampai Pokok Pikiran Pembaharuan Pendidikan di
Indonesia)". Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Sudarsyah, Asep dan D. Nurdin. 2009. " Manajemen Implementasi kurikulum ".
Dalam Tim Dosen UPI. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Torang, Syamsir. 2013. Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya


& Perubahan Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Triwijayanto, Teguh. 2015. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi


Aksara.

Usman, Husaini. 2010. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai