Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

PELAYANAN GERIATRI
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
SK DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN BUKU PANDUAN
PELAYANAN GERIATRI....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................1
B. TUJUAN........................................................................................1
C. PENGERTIAN...............................................................................2
BAB II. RUANG LINGKUP.............................................................................4
BAB III. TATALAKSANA.................................................................................5
A. PELAYANAN GERIATRI.............................................................4
1. Batasan Pelayanan...................................................................4
2. Alur Pelayanan Geriatri...........................................................5
3. Pelayanan Geriatri di RS Xxxx
4. Jenis Pelayanan Geriatri..........................................................6
5. Assesment Geriatri..................................................................9
6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri..........................9
7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri........................................10
8. Kriteria Pelayanan Lansia.....................................................10
9. Tata Laksana Assesment Lansia............................................10
10. Tujuan Assesment Usia Lanjut..............................................10
11. Proses Assesment Usia Lanjut...............................................11
B. GERIATRIC GIANTS.................................................................21
1. Sindroma Serebral.................................................................21
2. Konfusio dan Dimentia.........................................................22
3. Gangguan Otonom................................................................23
4. Inkontinensia.........................................................................23
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)..........................................23

iii
6. Kelainan pada Tulang Belakang............................................26
7. Dekubitus..............................................................................26
BAB IV. DOKUMENTASI...............................................................................30
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati,
bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di
masyarakat, tetapi juga karena lansia tergolongdalamkelompokyang rentan.
Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan pelayanan
khusus dalamrangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka
sebagaimana diatur dalamPasal8 UU Nomor 39 Tahun 1999.Salah satu
wujudnyaadalah tersedianya fasilitas danpelayanan khusus di rumah
sakitberupa kursi roda, lift khusus, toilet, jalan/akses bagi lansia yang
bertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan khusus berupa “Pelayanan
Geriatri”.
Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu di pedesaan maupun
di perkotaanterus meningkat.Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah
lansiaperempuan ± 9,5 juta lebih banyak dibanding lansia laki-laki ± 8,2
juta.Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan lebih tinggi jika
dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki.
Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan,
dan program-program terkait, berdampakpadamenurunnyaangkakelahiran dan
meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan usia lanjut sering
disertaidengan meningkatnya berbagai penyakit dan ketidakmampuan
(disability), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan dengan waktu
yang cukup lama, sedangkan fasilitasdanpelayanankesehatanbagilansia di
rumah sakit masih sangat kurang.
B. TUJUAN
Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar adastandar pelayanan kesehatan
bagi lansia yang populasinya sudah semakin meningkat, yaitu :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansiapada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan;
2. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental;

1
3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila dijumpai
suatu kelainan;
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderita
penyakit atau gangguan kesehatan, dapat mempertahankan kebebasan
yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian
secara maksimal);
5. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau gangguan
kesehatan sudah tidak dapat disembuhkan, ilmu ini mengajarkan untuk
tetap memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh
pengertian, (dalam akhir hidupnya memberikan bantuan moril dan
perhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung dengan
tenang);
6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah
disabilitas-handicap diwaktu mendatang. Sifat dari asesmen ini tidak
sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi
antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan.
C. PENGERTIAN
1. Gerontologi:cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
2. Pasien Geriatri:orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit
lebih dari 2 (dua)/majemuk/multipatologi akibat gangguan fungsi jasmani
dan rohani, dan atau kondisi sosial yang bermasalah.
3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia
yaitu :
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan,baik
psikologik,fisiologik,maupun struktur atau fungsi anatomik;
b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan
untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang
normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat
impairment/disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksanakan
peranan hidup secara normal (berhubungan erat dengan usia,jenis
kelamin, dan faktor-faktor sosial budaya);

2
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim multidisipliner yang bekerja secara
multidisipliner, interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan usia
lanjut.Tim ini minimal terdiri atas dokter geriatris atau internis/dokter
umum yang dilatih juga dokter spesialis psikologis,perawat yang telah
mendapatkan pelatihan geriatri, fisioterapi,nutrisionis dan farmasi.

3
4
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Linkup Pelayanan Geriatri di RSIA Fauziah meliputi :


1. Dokter Spesialis Obsgyn
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
4. Unit Pendaftaran/Admisi
5. Unit Kamar Operasi
6. Farmasai
7. Laborat

5
BAB III
TATALAKSANA

A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan
pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia
lanjut.
a. Pelayanan Geriatri Sederhana adalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang mempunyai kegiatan hanya berupa pelayanan poliklinik.
Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri
dari :
- Dokter Umum
- Perawat
Untuk saelanjutnya pelayanan geriatri sederhana pasien di rujuk
ke RS lain yang punya kompetensi untuk pasien geriatric.
Pelayanan Geriatri Sedang adalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang mempunyai kegiatan poliklinik, day hospital sesuai
dengan kemampuan rumah sakit. Pelayanan tersebut Untuk
saelanjutnya pelayanan geriatri sederhana pasien di rujuk ke RS
lain yang punya kompetensi untuk pasien geriatric.
Pelayanan Geriatri Lengkap adalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang mempunyai kegiatan pelayanan poliklinik, day
hospital, ruang geriatri akut dan pelatihan-pelatihan. Untuk
saelanjutnya pelayanan geriatri sederhana pasien di rujuk ke RS
lain yang punya kompetensi untuk pasien geriatric.
b. Pelayanan Geriatri Sangat Lengkap atau Paripurna adalah suatu
bentuk pelayanan geriatri yang memberikan pelayanan poliklinik, day
hospital, ruang geriatri akut dan kronis, pendidikan, serta penelitian
dan pengembangan
Tenaga Tim Geriatri Paripurna sama dengan Tim Geriatri Lengkap,
akan tetapi ditambah tenaga untuk penelitan, pengembangan, dan
konsultasi hukum.

6
Seperti pada Pelayanan Geriatri Lengkap, pada Pelayanan Geriatri
Paripurna disyaratkan pula untuk mempunyai akses ke Instalasi
Rehabilitasi Medik yang lengkap.
Yang diwajibkan untuk melakukan penelitian adalah tingkat pelayanan
sangat lengkap saja, sedangkan tujuan penelitian adalah untuik
pengembangan ilmu geriatri. Tingkat pelayanan dibawahnya boleh
dilaksanakan penelitian yang lebih sederhana. Untuk saelanjutnya
pelayanan geriatri sederhana pasien di rujuk ke RS lain yang punya
kompetensi untuk pasien geriatric.

2. Alur Pelayanan Geriatri

a. Bagan Alur Pelayanan Geriatri di RSIA Fauziah

IGD
Dokter umum

Rujuk RS yang
Berkompeten

3. Pelayanan Pasien Geriatri di RSIA Fauziah


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien
hanya didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien tersebut dirujuk Ke
rumah Sakit Yang berkompeten Di karenakan RSIA Fauziah Untuk
Pelayanan dibatasi pelayanan obgin tapi bukan kasus geriatric dan
anak sakit
b. .

7
4. Assesment Geriatri;
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multi disiplin untuk
menilai aspek medik,fungsional,psikososial dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional. Asesmen ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin
tetapi juga inter disiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas
pelayanan kesehatan.
5. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri :
- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau
tanpadisertai penyakit akut;
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh
(falls), atau imobilisasi (bedridden);
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care). seperti
kesulitan makan atau berpakaian;
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan
tingkah laku (behavior) dini;
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson,
arthritis, gangguan berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan
buang air besar.
6. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut :
- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual);
- Orientasi terhadap kebutuhan klien;
- Diagnosis secara terpadu;
- Team work (koordinasi);
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
7. Kriteria Pelayanan Lansia;
- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan
sehari-hari, pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan
kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi dan aktifitas fisik
dan pelayanan transportas;
- Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral;
- Mudah dijangkau;
- Memperhatikan kualitas pelayanan.

8. Proses Assesment Usia Lanjut;

8
Untuk Assesment Usia Lanjut Di RSIA Fauziah formulir ikut UGD untuk
Formulir terlampir.

B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda.
Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan
bertambahnya usia atau memang ada suatu proses patologi sebagai
penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia yang sering
dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”, yang terdiri dari :
1. Sindroma Serebral;
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut,
dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan
terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun
faktor lain, misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi
jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan pengaturan tekanan
darah (sistem otonom).
2. Konfusio dan Dimentia
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif
yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan
kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya
disorientasi.
Gambaran klasik penderita konfusio yaitu :
a. Derajat kesadaran menurun,misalnya sulit untuk tetap bangun saat
diperiksa;
b. Gangguan persepsi,antara lain ilusi,delusi,halusinasi, dan mis
intrepretasi;
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia, tetapi
siang hari tertidur;
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun;
e. Disorientasi waktu,tempat, dan orang;
f. Gangguan memori.
Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari.

9
Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4
(empat) golongan,yaitu :
a. Dementia degeneratif primer 50-60%;
b. Dementia multi-infark 10-20%;
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%;
d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.
Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE= Mini
Mental State Examination)
Daftar Pertanyaan Penilaian
1. Tanggal berapakah hari ini ? (bulan, 0 – 2 kesalahan = baik
tahun); 3 – 4 kesalahan = gangguan
2. Hari apakah hari ini? intelek ringan
3. Apakah nama tempat ini? 5 – 7 kesalahan = gangguan
4. Berapa nomor telepon Bapak/Ibu? intelek sedang
(bila tidak ada telepon, jalan apakah 8 – 10 kesalahan = gangguan
rumah Bapak/Ibu?) intelektual berat
5. Berapa umur Bapak/Ibu?
6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal,
bulan tahun)
7. Siapakah nama gubernur kita? Bila penderita tidak pernah
(walikota/lurah/camat) sekolah, nilai kesalahan
8. Siapakah nama gubernur sebelum diperbolehkan + 1 dari nilai di
ini? (walikota/lurah/camat) atas.
9. Siapakah nama gadis Ibu anda? Bila penderita sekolah lebih
10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari 20 dari SMA kesalahan yang
diperbolehkan -1 dari atas.
Dari : Folstein,1990
3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan
syaraf otonom pada usia lanjut adalah :
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada
neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin
terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama, yaitu kolin
asetilase.Hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita
lansia.Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari,
dalam jumlah dan frekwensi yang cukup sehingga mengakibatkan
masalah gangguan kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.

10
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri.
5. Jatuh (The True Geriatric Giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
- Penurunan visus dan pendengaran;
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural
karena proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik
- Obat-obatan yang diminum;
- Alat-alat bantu berjalan;
- Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit yang spesifik;
f. Idiopatik;
g. Sinkope.
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan
pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak stabil,
atau tergeletak di bawah;
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok;
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
- Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun;
- Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang tebal/menekuk
pinggirnya,dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser;
- Lantai yang licin atau basah;
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan);
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara
penggunaannya.
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain :

11
a. Aktivitas;
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas
biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti
posisi.
b. Lingkungan;
- Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat
naik tangga.
c. Penyakit Akut.
Pencegahan Jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan
sensorik,neurologik,muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang
sering mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan lingkungan,obat-
obatan dan alat bantu jalan.
b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan;
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat,pindah posisi,juga gaya berjalan
dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan
pemeriksaan rutin kesehatan lansia,bahaya lingkungan dapat dicegah
dengan perbaikan lingkungan. Aaktivitas fisik dapat dibatasi sesuai
kondisi kesehatan lansia.
6. Kelainan pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma
geriatrik. Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang
secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulangakibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus menerus, sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang
dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah

12
sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior,
daerah tumit dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai
berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada
epidermis,kemerahan/eritema indurasi atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemak subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang
jelas dan perubahan warna pigmen kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam,meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung,berbatasan dengan fascia dari oto-
otot.Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang
berbau.
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot,sehingga tampak tulang
di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau
sendi.
Faktor-faktor penyebab dekubitus :
a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri);
- Status gizi;
- Anemia;
- Hipoalbuminemia;
- Penyakit-penyakit neurologik;
- Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik.
- Kebersihan tempat tidur;
- Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada
suatu sikap tertentu.
Pengelolaan Dekubitus :
a. Dekubitus Derajat I;
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang
kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi
lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II;
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan
syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek
dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga

13
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pergantian balut dan
salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat merusakkan
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir
keluar.Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga
permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV.
Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik
yang ada harus dibersihkan,sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi.Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk
usaha ini,dengan tujuan mengurangi perdarahan.Setelah jaringan
nekrotik dibuang dan luka bersih,penyembuhan luka secara alami
dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka,tindakan dengan ultrasono untuk
membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai
transplantasi kulit setempat.
Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus
Tanggal
Nama Penderita Skor
Kondisi Fisik Umum : Aaaaaaa Aaaaaaa Aaaaaaa
- Baik 4
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Kesadaran :
- Komposmentis 4
- Apatis 3
- Konfus/soporus 2
- Stupor/koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4
- Ambulan dengan bantuan 3
- Hanya bisa duduk 2
- Tiduran 1
Mobilitas :
- Bergerak Bebas 4
- Sedikit Terbatas 3

14
Tanggal
Nama Penderita Skor
- Sangat Terbatas 2
- Tidak Bis Bergerak 1
Inkontinensia :
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering Inkontinensia 2
Urine 1
- Inkontinensia Alvi dan
Urine
Skor Total
Skor Total ≤ 14

15
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Asesmen Medis Geriatri


2. SPO Pelayanan Pasien Geriatri

16
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting


and protecting the public health. (6 th ed), Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and
practice in nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population
focused care. New Jersey: Prentice Hall
Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health nursing.
( 5rd ed.) St. Louis: Mosby-Year Book Inc.
Darmojo R.Boedhi dan Martono. (2004).Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut).(edisi ke 3).Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai