Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH CAMPAK

Oleh : Moh. Arip, S.Kp., M.Kes.

I. PENYAKIT CAMPAK
1. Definisi
Penyakit campak (dikenal juga sebagai penyakit Rubela, Campak 9 hari,
measles) adalah suatu infeksivirus yang sangat menular, yang ditandai dengan
demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam
kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan paramyxovirus.

2. Epidemiologi
Sejak tahun 1970 penyakit campak di Indonesia telah mendapat perhatian
khusus yaitu sejak terjadi wabah campak yang cukup serius di pulau Lombok,
dengan kematian 330 di antara 12.107 kasus dan di pulau Bangka terdapat 65
kematian diantara 407 kasus. Kejadian luar biasa campak masih sering terjadi,
misalnya di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang pada tahun 1981, dengan
CFR 15 %. Sedangkan KLB Campak tahun 1998 di Palembang, Madura, Lampung
dan Bengkulu terbanyak mengenai kelompok umur 5-9 tahun yaitu berturut-turut
59; 63,0 ; 16,7; 25%. Proporsi yang tidak di Imunisasi antara 77,1 – 100%,
kematian 1-4% dengan rata-rata 18 54 kasus. Penyakit Campak yang sering
dijumpai BronkoPneumonia (75,2 %), Gastroentritis (7,1 %) Ensefalitis (6,7%) dan
lain-lain (7,9 %).

3. Penyebab Penyakit Campak


Campak, rubela, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah
menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari
pertama sejak munculnya ruam. Campak di sebabkan oleh paramiksovirus (virus
cmpak) atau virus morbili. Penyebaran virus campak maksimal adalah melalui
percikan ludah (droplet) dari mulut selama masa prodormal (stadium kataral).
Penularan terhadap penderita rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus
aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah
pemajanan, pada beberapa keadaan dapat menularkan hari ke 7. Virus campak ini
dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lender tenggorokan, hidung, dan
saluran pernafasan.
Campak merupakan salah satu infeksi manusia yang paling mudah ditularkan.
Berada di dalam kamar yang sama saja dengan seorang penderita campak dapat
mengakibatkan infeksi. Waktu dari eksposur sampai jatuh sakit biasanya adalah 10

1
hari. Ruam biasanya timbul kira-kira 14 hari setelah eksposur. Masa inkubasi
adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

4. Patofisiologi
Virus masuk melalui saluran pernafasan secara droplet dan selanjutnya masuk
kelenjar getah bening yaang berada di bawah mukosa, disini virus memperbanyak
diri kemudian menyebar ke sel-sel jaringan Limforetikular seperti Limfa. Sel
mononuklear yang terinfeksi membentuk sel berinti raksasa yang disebut sel
Warthin, sedangkan sel T limfosit meliputi klas penekan dan penolong yang
rentang terhadap infeksi, aktif membelah. Pada saat 5-6 hari sesudah infeksi awal,
fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtifa, saluran pernafasan, kulit,
kandung kemih, saluran usus, dan selanjutnya pada hari ke 9 – 10 fokus infeksi
berada di epitel saluran nafas. Pada saat itu muncul gejala Coriza (pilek) disertai
dengan peradangan selaput konjungtifa yang tampak merah.
Pasien tampak lemah disertai suhu tubuh yang meningkat, selanjutnya asien
tampak sakit berat sampai munculnya ruam kulit. Pada hari ke 2 tampak pada
mukosa pipi suatu Ulcera kecil (bintik koplik’s) merupakan tempat virus tumbuh
selanjutnya mati dan kelainan ini merupakan tanda Patognomonik untuk
menegakkan diagnosa. Akhirnya muncul ruam makulopapular di hari ke 14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu anti bodi humoral dapat dideteksi dan
selanjutnya suhu tubuh menurun.
Penyakit Campak
Penyakit campak hanya menyerang manusia. Jadi secara bertahap dapat di
reduksi, eliminasi dan akhirnya dapat di eradikasi. Daya tular sangat tinggi, sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)
a. Tahap Reduksi
Tahap reduksi penyakit campak dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
1) Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi
sebesar 80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun.
2) Tahap Pencegahan KLB
Pada tahap ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata,
terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB
relative panjang.

2
b. Tahap Eliminasi
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi ( > 90%), dan
daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil
jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi.
Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (suspectible) harus diselidiki dan
mendapat imunisasi tambahan.
c. Tahap Eradikasi
Pada tahap ini, cakupan imunisasi sudah tinggi dan merata, kasus campak
sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputus. Amerika Serikat
merupakan salah satu Negara yang telah mencapai tahap eliminasi.
Kekebalan terhadap campak di peroleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal ( berlangsung
selama 1 tahun ). Orang-orang yang rentan terhadapp campak adalah : bayi
berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi, remaja dan
dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 – 4 hari sebelum timbulnya
ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak di gunakan secara meluas, wabah campak terjadi
setiap 2 – 3 tahun, terutama pda anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD.
Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia kan kebal
pada penyakit ini.

5. Gejala Klinis
Penampilan klinis penyakit campak dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
a. Fase pertama ( fase prodormal ) timbul gejala yang mirip dengan penyakit flu,
seperti tubuh terasa demam dan menggigil dengan suhu 38-40 derajat Celcius,
lelah, batuk, hidung beringus, mata merah berair dan sakit, pada mulut muncul
bintik putih (bercak Koplik) dan kadang disertai mencret. Bercak Koplik ini
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan
berlokalisasi di mukosa mulut. Bercak ini biasanya muncul menjelang akhir
stadium kataral (prodomal) dan 24 jam sebelum timbul enantem.
b. Fase kedua ( fase erupsi ), ditandai dengan munculnya bercak merah dan gatal
seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Ruam tersebut mulai dari belakang
telinga, leher, dada, muka, tangan, kaki. Biasanya bercak menyebar hingga
seluruh tubuh dalam waktu 4-7 hari. Bila bercak merah sudah keluar, demam
akan turun dengan sendirinya.

3
c. Fase ketiga (fase konvalesens), bercak merah ini makin lama menjadi
kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan
sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu
sampai 2 minggu.

6. Waktu Inkubasi
Waktu terpapar sampai kena penyakit : kira-kira 10-12 hari sehingga gejala
pertama, dan 14 hari sehingga ruam muncul. Imunisasi (MMR) pada usia 12 bulan
dan 4 tahun. Orang yang dekat dan tidak mempunyai kekebalan seharusnya tidak
menghadiri sekolah sekolah selam 14 hari. Waktu pengasingan yang di sarankan :
di anjurkan selama sekurang-kurangnya 4 hari setelah ruam muncul.

7. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul diantaranya :
a. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai
dengan distres pernafasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun
keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun infeksi bakteri. Ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus.
Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan
menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari
lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala
saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia
karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak
oleh virus.
Gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat
mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi

4
masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat
menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
c. Kejang Demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam
saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
d. Ensefalitis
Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam
1000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis
dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus
campak ke dalam otak.
Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi (keadaan lemah, tidak ada
dorongan untuk melakukan kegiatan), koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala,
frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan.
Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan
predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar
glukosa dalam batas normal.
e. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE)
SSPE merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat yang jarang
disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk
menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak
adalah 0.6-2.2 per 100.000 infeksi campak. Risiko terjadi SSPE lebih besar
pada usia yang lebih muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun.
Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang
progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat mioklonik.
Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal,
antibodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280).
Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai
meninggal antara 6-9 bulan.
f. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret
pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus. Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan kehilangan protein
(protein losing enteropathy).
8. Penanganan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Penanganan campak di tujukan
kepada gejala, karena untuk virusnya sendiri belum ada obat yang manjur. Anak

5
sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan obat anti
panas. Jika terjadi infeksi bakeri, di berikan antibiotic. Selain itu penderita juga
harus di sarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi
agar kekebalan tubuh meningkat.

9. Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin ada anak-anak. Vaksin
biasanya di berikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak
jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), di suntikkan pada otot paha atau
lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin di berikan pada umur 9 bulan. Dalam
bentuk MMR, dosis pertama di berikan pada usia 12–15 bulan, dosis kedua di
berikan pada usia 4-6 tahun.

II. IMUNISASI CAMPAK


A. Pengertian Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah bagi balita. Vaksin campak dapat diberikan saat anak berusia 9 bulan
atau lebih. Walaupun vaksinasi Campak tidak menghindarkan 100% si anak dari
campak di kemudian hari, namun anak yang telah divaksinasi umumnya memiliki
gejala dan komplikasi yang ringan jika terkena kedua penyakit tersebut kelak. Jadi
vaksinasi masih merupakan pendekatan penting bagi penanganan primer dari
penyakit campak, khususnya bagi anak.
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak
secara aktif. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam
bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering kombinasi dengan
vaksin gondong dan rubella. Kemasan ini dikenal dengan nama vaksin MMR
(Measles-Mumps-Rubella). Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia
12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin
yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B)
dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang
berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminiun). Sejak
tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak
digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat
menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.

6
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah
1.100 TCID-50 atau sebanyak 0.5 ml. Tetapi dalam hal vaksin hidup, pemberian
dengan 20 TCID-50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Cara
pemberian yang dianjurkan adalah subkutan (penyuntikan di bawah kulit),
walaupun dari data yang terbatas dilaporkan bahwa pemberian secara
intramuscular (penyuntikan ke dalam otot rangka, sejauh mungkin dengan syaraf
utama) tampaknya mempunyai efektivitas yang sama dengan subkutan.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif, dan


kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal. Penelitian
terbaru menunjukkan bayi rentan terhadap penyakit campak saat berusia 2-3 bulan
hingga mendapatkan imunisasi pertamanya, karena kekebalan tubuh yang didapat
dari ibunya sudah berkurang.
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai tahun 1982, dan pada tahun
1991 Indonesia telah mencapai imunisasi dasar lengkap (Universal Child
Immunization=UCI) secara nasional; meskipun demikian masih ada beberapa
daerah yang cakupan imunisasi campaknya masih rendah sehingga sering terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak.

B. Usia Pemberian Imunisasi Campak


Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan di anjurkan
pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibody dari ibu sudah menurun di
usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai
usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

C. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi Campak

7
1) Indikasi
Pada bayi yang berusia ± 9 bulan wajib diberikan imunisasi campak, hal ini
bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit campak.

2) Kontra Indikasi
- Anak dgn panas > 38oC
- Riwayat kejang demam
- Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam
- Dengan penyakit kekebalan
- Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
- Dengan kekurangan gizi berat
- Dengan penyakit keganasan
- Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin
(antibiotic).

D. Cara Pemberian Imunisasi


Imunisasi campak diberikan melalui subkutan, biasanya di lengan kiri atas dengan
dosis pemberian 0,5 cc.

E. Prosedur Pemberian Imunisasi Campak


a. Persiapan alat
- Vaksin campak dan pelarutnya dalam vaccine carrier
- Spuit disposible 2 cc , 5 cc dan 10 cc
- Bengkok
- Kapas alkohol
- Obat penurun panas dan oralit
- KMS
- Status bayi/balita
- Formulir tindakan
- Handscoon
- Baki dan pengalas
b. Prosedur Pemberian

8
1) Cuci tanagn
2) Atur posisi
3) Menyiapkan spuit,vaksin dan pelarutnya
4) Larutkan vaksin campak:
a) Spuit 10 cc digunakan untuk melarutkan vaksin 20 dosis.
b) Gunakan seluruh isi cairan dalam ampul pelarut untuk melarutkan
vaksin
c) Setelah dilarutkan, kocok perlahan beberapa kali dengan memegang
leher vial
5) Tusuk jarum pada vial vaksin .
6) Hisap vacsin ,dan cabut jarum dari vial.keluarkan udara yang tersisa
dengan mengetuk spuit dan dorong torak sam pai pada sekala 0,5 cc
sesuai dosis (0,5 cc)
7) Kembalikan vaksin dalam vaccine carrier dan tutup kembali vaccine
carrier
8) Desinfektan kulit ,tunggu hingga kering
9) Suntik pasien secara SC (45 derajat) pada lengan kiri atas
10) Rapikan pasien dan lingkungan
11) Beri tahu orang tua /keluarga bahwa prosedur tindakan telah selesai
dilakukan
12) Beri penyuluhan tentang efek samping vaksin
13) Berikan obat untuk diminum dirumah
a) Menentukan dosis obat(1/2 tablet)
b) Cara minum obat(3x sehari)
c) LGG(1 sdt gula + sejumput garam + 200 cc air hangat)
14) Catat tindakan pada status dan KMS
15) Memberitahu orang tua kapan jadwal kembali lagi untuk tindakan
/program selanjutnya
16) Rapikan alat-alat
17) Cuci tangan
18) Lakukan tindakan dengan teliti dan hati-hati.

F. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Pada imunisasi campak, KIPI yang terjadi adalah syok anafilaksis, ensefalopati,
rombositopenia, klinis campak pada resipien imunokompromais. Tetapi biasanya
tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat
efek kemerahan atau bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8

9
setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada
penyuntikan. Diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

10
DAFTAR PUSTAKA

Setianingrum, Findra. 2010. Campak;Manifestasi Klinis-Tatalaksana. Artikel Imiah


Kedokteran. (Online), (http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-
ilmiah-kedokteran/kulit/2010/11/27/campak-manifestasi-klinis-tatalaksana/ , diakses
13 Maret 2011).

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai