OLEH :
ROZI DARWANSYAH
41187004160005
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembahasan dari tulisan ini adalah untuk :
1. Mencari solusi dari banyaknya limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
peternakan sapi
2. Mencari energi alternatif yang murah dan mudah pengolahannya serta aman
digunakan
3. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan
peternakan sapi
BAB II
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah
metana dan karbon dioksida.
Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan
baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan
biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah.
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan
setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana,
batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Komposisi biogas
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
BAB III
PEMBAHASAN
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk
menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis
digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana
pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari.
Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan
banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk
membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu
koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak
dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga
penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan
dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas
dengan langkah langkah sebagai berikut:
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena
yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14
baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4
54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau
seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi
secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan
untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk
organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa
diperbaharui.
Menurut Paimin dan Ferry, B (1995), menyatakan bahwa ada bebrapa bentuk
atau model alat penghasil biogas yakni : model sederhana, model vertikal, dan model
horisontal.
1. Model Sederhana
Model ini merupakan jenis yang paling sederhana. Bahan yang digunakan juga
termasuk yang paling irit, hanya menggunakan dua buah drum dengan ukuran
200 liter dan 120 liter. Pada model ini tabung pengumpul gasnya bersatu dengan
tabung pencerna. Kelebihan model ini adalah biaya yang digunakan sedikit
serta cara pembuatannya dan perawatannya lebih mudah. Sementara
kekurangannya adalah gas yang dihasilkan sedikit, tidak kontinu, dan tidak
praktis karena cara pengisian dilakukan sekaligu.
2. Model Vertikal
Model ini hampir sama dengan model pertama, tetapi kapasitasnya ditambah
dan dilengakapi dengan pipa pengisian dan pembuangan. Drum yang digunakan
pun ditambah menjadi empat. Kelebihan model ini adalah gas yang dihasilkan
lebih banyak dan kontinu, serat pengisian dapat dilakukan secara kontinu.
Kekuranganya adalah biaya yang dibutuhkan lebih besar dan cara
pembuatannya lebih sulit dibandingkan model pertama
.
3. Model Horisontal
Dibanding dengan model sederhana, gas yang dihasilkan oleh model horisontal
lebih besar dan kontinu, di samping pengisian isinya dapat dilakukan secara
kontinu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi solusi yang sangat menguntungkan
bagi para peternak. Selain dapat mengurangi volume yang ada pengolahan limbah
kotoran sapi dapat menambah nilai ekonomis dari kotoran sapi yang tadinya hanya
menjadi pupuk kompos kini dapat di ubah menjadi bahan bakar gas pengganti LPG
yang murah sekaligus lebih aman. Dari sisa ampas kotoran sapi yang sudah diambil
gas metananya pun masih dapat dijadikan bahan sebagai pupuk kompos dan dapat
mengurangi bau yang timbul dari kotoran sapi tersebut.