Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI MENJADI

BAHAN BAKAR BIO GAS

OLEH :

ROZI DARWANSYAH

41187004160005

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Limbah kotoran ternak adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari
kegiatan peternakan. Limbah ini mempunyai andil dalam pencemaran, karena limbah
kotoran ternak sering menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu
kenyamanan hidup masyarakat disekitar peternakan, Gangguan tersebut berupa bau
yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh gas, terutama gas amoniak (NH3) dan gas
Hidrogen Sulfida (H2S). Kedua gas tersebut dalam konsentrasi tertentu akan
mengganggu ternak dan peternaknya. Ternak yang menghirup kedua gas tersebut akan
mengalami gangguan pada saluran pernafasan yang mengakibatkan ternak menjadi
lebih peka terhadap serangan penyakit.Pada manusia kedua gas tersebut
mengakibatkan gangguan pada saluran pernafasan yang disertai dengan reaksi
fisiologis tubuh yang ditandai dengan perut merasa mual,sakit kepala, batuk-batuk dan
berkurangnya nafsu makan. Namun disamping dampak yang disebabkan oleh limbah
ternak tersebut, limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energiyang mempunyai
peran penting dalam kehidupan manusia, bila diberi sentuhan teknologi, berupa
pengolahan menjadi biogas.

Limbah peternakan sapi yang dihasilkan oleh para petani adalahbermacam-


macam jenisnya seperti kotoran ternak sapi, air kencing sapi), sisa pakan ternak
(rumput, jerami, dedaunan), serta air bekas memandikan sapi dan cucian kandang.
Maka dari itu dengan banyaknya limbah yang dihasilkan dari peternakan sapi, maka
solusi yang ditawarkan penulis adalah dengan mengubah limbah-limbah tersebut
menjadi bio gas yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar gas yang bisa
dimanfaatkan warga sekitar sebagai pengganti bahan bakar LPG. Selain menjadi bahan
bakar pengganti LPG bio gas dapat pula dimanfaatkan menjadi bahan bakar yang
dipakai untuk menghidupkan genset sebagai alat penerangan desa untuk desa yang
belum teraliri listrik oleh pemerintah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembahasan dari tulisan ini adalah untuk :
1. Mencari solusi dari banyaknya limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
peternakan sapi
2. Mencari energi alternatif yang murah dan mudah pengolahannya serta aman
digunakan
3. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan
peternakan sapi

1.3 Batasan masalah


Agar pembahasan tidak meluas, maka dapat di tentukan batasan masalah
sebagai berikut :
1 Limbah yang di olah adalah limbah yang berasal dari kegiatan peternakan
sapi
2 Tujuan dari pengolahan limbah hanya untuk mendapatkan bio gas hasil dari
fermentasi kotoran sapi

BAB II

2.1 landasan teori

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah
metana dan karbon dioksida.

Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan


untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
mengurai dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas,
bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang
lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas
memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas
rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan
karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer
oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan
bakar fosil.

Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan
baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan
biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah.
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan
setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana,
batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.

Komposisi biogas

Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bio Gas


Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara
lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 %
N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat
digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama
yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda.

Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan


untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan.
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan
menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih
sedikit.

Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah


karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan
global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan
karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan
lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan
dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara maju meningkatkan
penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau
yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan
limbah.

3.2 Prinsip Pembuatan Biogas

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara


anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida,
gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30-55oC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan
bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri
adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Komposisi Biogas (%) Kotoran Sapi Dan Campuran Kotoran
Ternak Dengan Sisa Pertanian :

Jenis gas biogas Kotoran Kotoran sapi + sisa


sapi Pertanian
Metan (CH4) 65,7 54 - 70
Karbon dioksida 27,0 45 - 57
(CO2)
Nitrogen (N2) 2,3 0,5 - 3,0
Karbon monoksida 0 0,1
(CO)
Oksigen (O2) 0,1 6,0
Propena (C3H8) 0,7 -
Hidrogen - sedikit
sulfida(H2S)
Nilai kalor 6513 4800 - 6700
(kkal/m2)

Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk
menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis
digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana
pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari.

Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan
banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk
membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu
koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.

Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak
dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga
penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan
dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas
dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan


perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan
mempermudah pemasukan kedalam digester

2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada


pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan
lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada
pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang
banyak sampai digester penuh.

3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan


isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk
kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya
terjadi proses fermentasi.

4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena
yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14
baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4
54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.

5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau
seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi
secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan
untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk
organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa
diperbaharui.

Menurut Paimin dan Ferry, B (1995), menyatakan bahwa ada bebrapa bentuk
atau model alat penghasil biogas yakni : model sederhana, model vertikal, dan model
horisontal.

1. Model Sederhana

Model ini merupakan jenis yang paling sederhana. Bahan yang digunakan juga
termasuk yang paling irit, hanya menggunakan dua buah drum dengan ukuran
200 liter dan 120 liter. Pada model ini tabung pengumpul gasnya bersatu dengan
tabung pencerna. Kelebihan model ini adalah biaya yang digunakan sedikit
serta cara pembuatannya dan perawatannya lebih mudah. Sementara
kekurangannya adalah gas yang dihasilkan sedikit, tidak kontinu, dan tidak
praktis karena cara pengisian dilakukan sekaligu.

2. Model Vertikal

Model ini hampir sama dengan model pertama, tetapi kapasitasnya ditambah
dan dilengakapi dengan pipa pengisian dan pembuangan. Drum yang digunakan
pun ditambah menjadi empat. Kelebihan model ini adalah gas yang dihasilkan
lebih banyak dan kontinu, serat pengisian dapat dilakukan secara kontinu.
Kekuranganya adalah biaya yang dibutuhkan lebih besar dan cara
pembuatannya lebih sulit dibandingkan model pertama

.
3. Model Horisontal

Dibanding dengan model sederhana, gas yang dihasilkan oleh model horisontal
lebih besar dan kontinu, di samping pengisian isinya dapat dilakukan secara
kontinu.

Dibandingkan model vertikal, model ini lebih praktis dalam pengoprasiannya


karena posisinya horisontal dan tabung pengumpul gas dibuat secara
terpisah.dan pembentukan gas pada model ini lebih efesien kareana tabung
pencernanya tertutup rapat. Kekurangan model ini dibandingkan model
sederhan ialah cara pembuatan lebih sulit dan membutuhkan biaya yang lebih
besar.

BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan
Pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi solusi yang sangat menguntungkan
bagi para peternak. Selain dapat mengurangi volume yang ada pengolahan limbah
kotoran sapi dapat menambah nilai ekonomis dari kotoran sapi yang tadinya hanya
menjadi pupuk kompos kini dapat di ubah menjadi bahan bakar gas pengganti LPG
yang murah sekaligus lebih aman. Dari sisa ampas kotoran sapi yang sudah diambil
gas metananya pun masih dapat dijadikan bahan sebagai pupuk kompos dan dapat
mengurangi bau yang timbul dari kotoran sapi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai