Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar dunia.
Berdasarkan data yang dilansir oleh The Pew Forum on Religion & Public Life,
penganut agama islam di Indonesia sebesar 209,1 juta jiwa atau 87,2 dari total
penduduk. Jumlah itu merupakan 13,1 dari seluruh umat muslim di dunia.
Bagi umat muslim terutama wanita, mereka diharuskan menutup aurat mereka
dengan busana muslim dan kerudung. Busana muslim sendiri dulunya hanya dikenakan
oleh beberapa orang pada acara-acara tertentu, misalnya hari raya atau pengajian.
Namun trend busana muslim dikalangan wanita Indonesia beberapa tahun terakhir ini
merupakan fenomena yang sangat menggembirakan. Semangat perempuan Indonesia
untuk mengenakan busana muslim dan kerudung hampir dapat dijumpai di seluruh area
publik, baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan swasta. Fenomena ini
merupakan dampak positif media yang memberikan informasi tentang public figure
lainnya yang menyadari pentingnya melaksanakan salah satu ajaran islam mengenai
menutup aurat.
Salah satu aspek yang berkembang dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia
adalah industri pakaian. Pada dasarnya, pakaian adalah kebutuhan primer setiap
manusia di penjuru dunia, hal ini terbukti dengan munculnya model dan bahan yang
bervariasi di seluruh dunia. Bisnis busana muslim pun ikut berkembang pesat dan
mempunyai peluang yang sangat menjanjikan. Keadaan ini dimanfaatkan oleh
produsen busana muslim untuk terus melakukan inovasi, baik dari bahan maupun
modelnya.
Para produsen busana muslim pun mulai meluncurkan produk-produk terbarunya.
Seperti yang dilakukan oleh pemilik butik “Muslim ”. Karena jumlah penduduk
perempuan Indonesia lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki, maka pemilik
butik “Muslim ” memutuskan untuk memproduksi busana muslimah. Pemilik butik
tersebut memproduksi tiga model utama busana muslimah yaitu gamis, kaftan, dan
abaya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan jumlah produk yang telah diproduksi pada suatu waktu
tertentu menggunakan OBE (Operasi Baris Elementer)?

2. Bagaimana menentukan total produksi menggunakan penjumlahan matriks?

3. Bagaimana menentukan harga barang setelah mendapat diskon menggunakan


perkalian skalar matriks?

4. Bagaimana menentukan jumlah barang yang telah terjual, barang yang belum
terjual, dan barang yang rusak menggunakan perkalian matriks?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memaparkan langkah-langkah menentukan jumlah barang yang telah diproduksi
pada suatu waktu tertentu menggunakan OBE
2. Menentukan total produksi menggunakan penjumlahan matriks
3. Menentukan harga barang setelah mendapat diskon menggunakan perkalian skalar
4. Memperkirakan jumlah barang yang telah terjual, barang yang belum terjual, dan
barang yang rusak menggunakan perkalian matriks

2
BAB II
TEORI PENUNJANG

2.1 Konsep Matriks


2.1.1 Definisi Matriks
Suatu matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-
bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam
matriks (Anton,2003 : 22)
Penulisan matriks dapat menggunakan tanda kurung siku [] .
Huruf besar dignakan untuk menyatakan matriks, sedangkan huruf-huruf
kecilnya digunakan untuk menyatakan entri-entri matriks. Entri-entri matriks
pada garis horizontal membentuk baris sedangkan entri-entri matriks yang
berada pada garis vertikal membentuk kolom.
Adapun bentuk matriks adalah sebagai berikut :
¿
a1 j
¿
a11 a12 ⋯
a21 a22 ⋯ ¿ ⋯ a1 n a
⋮ ⋮ ¿
a2 j ⋯
¿
¿2n
¿

¿
¿⋮
¿
¿
ai 1 ai 2 ⋯
¿ a
⋮ ⋮ ¿ am 1
¿
¿m 1
⋯ a¿ ⋮
[ ¿ ⋯¿ a ij ¿ ¿ ¿a ¿ ¿]
¿ ⋮ ¿ amj mn
Penulisan matriks dapat disederhanakan menjadi A=( aij )
aij yang terletak pada beris ke-i dan kolom ke-j. dimana indeks i adalah
baris ke-i dan indeks j adalah kolom ke-j. dengan i = 1,2,3….,m, j = 1,23…n
Indeks inilah yang menentukan ukuran atau ordo suatu matriks.
Sedangkan matriks yang terdiri dari m baris dan n kolom dinamakan matriks
berukuran m x n. dikatakan A = B jika dan hanya jika ( aij ) =( bij ) atau setara
aij =aij untuk semua I dan j.

3
2.1.2 Matriks yang Diperbesar
Suatu sistem persamaan linier yang terdiri dari m persamaan linier dengan n
faktor yang tidak diketahui dapat disingkat dengan hanya menuliskan deretan
bilangan-bilangan dalam jajaran empat persegi panjang :
¿
a1 j
¿
a11 a12 ⋯
a 21 a22 ⋯ ¿ ⋯ b1 b
⋮ ⋮ ¿
a2 j ⋯
¿
¿2
¿

¿
¿⋮
¿
¿
a a ⋯
¿ i1 i 2 a
⋮ ⋮ ¿ am1
¿
¿m 1
⋯ b3 ⋮
[ ¿ ⋯¿ a ij ¿ ¿ ¿ b ¿¿ ]
¿ ⋮ ¿ a mj m
Ini disebut matriks yang diperbesar (augmented matrix) dari sistem
tersebut. Sebagai contoh, matriks yang diperbesar untuk sistem persamaan
x 1+ x 2 +2 x 3 =9
2 x 1 +4 x2 −3 x 3=1
3 x1 +6 x 2−5 x 3=0
Adalah

[ ]
1 1 2 9
2 4 −3 1
3 6 −5 0
Ketika menyusun suatu matriks yang diperbesar. Faktor-faktor yang tidak
diketahui harus ditulis dengan urutan yang sama untuk setiap persamaan dan
konstanta harus berada pada bagian paling kanan
Metode dasar untuk menyelesaikan sistem persamaan linier adalah dengan
menggantikan sistem yang ada dengan suatu sistem baru yang memiliki
himpunan solusi yang sama tetapi penyelesaiannya lebih mudah. Sistem baru
ini biasanya diperoleh melalui beberapa langkah dengan cara menerapkan tiga
jenis tipe operasi berikut untuk mengeliminasi faktor-faktor yang tidak
diketahui secara sistematis.
1. Mengalikan persamaan dengan konstanta taknol
2. Menukarkan posisi dua persamaan

4
3. Menambahkan kelipatan satu persamaan ke persamaan lainnya

Kaena baris-baris (urutan horizontal) dari matriks yang diperbesar


bersesuaian dengan persamaan-persamaan dalam sistem yang berkaitan, ketiga
operasi bersesuaian dengan operasi-operasi berikut pada baris-baris matriks
yang diperbesar
1. Mengalikan persamaan dengan konstanta taknol
2. Menukarkan posisi dua baris
3. Menambahkan kelipatan satu baris ke baris lainnya

2.1.3 Operasi Baris Elementer


Contoh berikut ini menggambarkan bagaimana operasi-operasi ini
dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier.
Pada kolom kiri dibawah ini, kita akan menyelesaikan sistem persamaan
linier dengan melakukan operasi terhadap persamaan dalam sistem,
sedangkan pada kolom kanan kita kan menyelesaikan sistem yang sama
dengan melakukan operasi terhadap baris pada mariks yang diperbesar

x+ y+ 2 z=9
2 x + 4 y−3 z=1

[ ]
1 1 2 9
3 x+6 y −5 z=0
2 4 −3 1
3 6 −5 0
Tambahkan -2 kali persamaan pertama ke
persamaan kedua untuk memperoleh
Tambahkan -2 kali persamaan pertama ke
x+ y+ 2 z=9 persamaan kedua untuk memperoleh
2 y−7 z=−17

[ ]
3 x+6 y −5 z=0 1 1 2 9
0 2 −7 −17
Tambahkan -3 kali persamaan pertama ke 3 6 −5 0
persamaan ketiga untuk memperoleh

x+ y+ 2 z=9 Tambahkan -3 kali persamaan pertama ke


2 y−7 z=−17 persamaan ketiga untuk memperoleh
3 y−11 z=−27
Kalikan persamaan kedua dengan ½

[ ]
1 1 2 9
untuk memperoleh 0 2 −7 −17
x+ y+ 2 z=9 0 3 −11 −27
7 −17
y− z=
2 2 Kalikan persamaan kedua dengan ½
3 y−11 z=−27
Tambahkan -3 kali persamaan kedua untuk memperoleh

[ ]
1 1 2 9
kepersamaan ketiga untuk memperoleh
−7 −17 5
0 1
2 2
0 3 −11 −27

Tambahkan -3 kali persamaan kedua


x+ y+ 2 z=9

[ ]
7 −17 1 1 2 9
y− z=
2 2 −7 −17
−1 −3 0 1
z= 2 2
2 2 −1 −3
0 0
2 2
Kalikan persamaan ketiga dengan -2
untuk memperoleh
Kalikan persamaan ketiga dengan -2
untuk memperoleh
x+ y+ 2 z=9
7 −17
y− z=

[ ]
2 2 1 1 2 9
z=3 −7 −17
0 1
2 2
0 0 1 3
Tambahkan -1 kali persamaan kedua ke
persamaan pertama untuk memperoleh

11 35 Tambahkan -1 kali persamaan kedua ke


x+ z=
2 2 persamaan pertama untuk memperoleh
7 −17
y− z=

[ ]
2 2 11 35
z=3 1 0
2 2
Tambahkan -11/2 kali persamaan ketiga
−7 −17
0 1
ke persamaan pertama dan 7/2 kali 2 2
persamaan ketiga ke persamaan kedua 0 0 1 3

untuk memperoleh Tambahkan -11/2 kali persamaan ketiga


x=1
y=2 ke persamaan pertama dan 7/2 kali
z=3
persamaan ketiga ke persamaan kedua
Solusi x = 1, y = 2, z = 3 kini telah
untuk memperoleh
diperoleh

[ ]
1 0 01
0 1 02
0 0 13

Solusi x = 1, y = 2, z = 3 kini telah


diperoleh

6
2.1.4 Eliminasi Gauss-Jordan

Pada contoh diatas, kita menyelesaikan suatu sistem linier dengan faktor-faktor
yang tidak diketahui x, y, dan z dengan reduksi matriks yang diperbesar menjadi

[ ]
1 0 01
0 1 02
0 0 13

Sehingga diperoleh solusi x =1, y = 2, z = 3. Ini meorupakan contoh matriks dalam


bentuk eselon baris tereduksi. Matriks dalam bentuk ini harus memiliki sifat-sifat
berikut :

1. Jika satu baris tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka bilangan taknol pertama
pada baris itu adalah 1. Bilangan 1 ini disebut 1 utama

2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka baris-baris ini akan
dikelompokkan bersama pada bagian paling bawah dari matriks

3. Jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka 1
utama pada baris yang lebih rendah terdapat pada kolom yang lebih kanan dari
1 utama pada baris yang lebih tinggi

4. Setiap kolom yang memiliki 1 utama memiliki nol pada tempat-tempat lainnya

Metode Eliminasi

Kami akan memberikan prosedur eliminasi tahap demi tahap yang dapat
digunakan untuk mereduksi matriks menjadi bentuk eselon baris tereduksi,
kami akan memberikan gambaran dengan mereduksi matriks berikut
menjadi bentuk eselon baris tereduksi

0 0 −2 0 7 12
⌈ 2 4 −10 6 12 28 ⌉
2 4 −5 6 −5 −1

Langkah 1 Perhatikan kolom paling kiri yang tidak seluruhnya terdiri dari

0 0 −2 0 7 12
nol ⌈ 2 4 −10 6 12 28 ⌉
2 4 −5 6 −5 −1

Kolom taknol paling kiri

7
Langkah 2 Jika perlu, pertukarkan baris paling atas dengan baris lain untuk
menempatkan entri taknol pada puncak kolom yang kita peroleh pada
langkah 1
2 4 −10 6 12 28 Baris pertama dan kedua
⌈ 0 0 −2 0 7 12 ⌉ pada matriks sebelumnya
2 4 −5 6 −5 −1 dipertukarkan

Langkah 3 Jika entri yang kini berada pada puncak kolom yang kita
peroleh pada Langkah 1 adalah a , kalikan baris pertama dengan 1/a
sehingga berbentuk 1 utama
1 2 −5 3 6 14 Baris pertama dari matriks
⌈ 0 0 −2 0 7 12 ⌉ sebelumnya dikalikan
2 4 −5 6 −5 −1 dengan 1/2

Langkah 4 Tambahkan kelipatan yang sesuai dari baris paling atas ke


baris-baris dibawahnya sehingga semua entri dibawah 1 utama menjadi nol
1 2 −5 3 6 14 -2 kali baris pertama matriks
⌈ 0 0 −2 0 7 12 ⌉ sebelumnya ditambahkan
0 0 5 0 −17 −29 kebaris ketiga

Langkah 5 sekarang tutuplah baris paling atas dari matriks dan mulailah
lagi dengan langkah 1 pada submatriks yang tersisa. Lanjutkan langkah ini
hingga seluruh matriks berada dalam bentuk eselon baris
1 2 −5 3 6 14
⌈ 0 0 −2 0 7 12 ⌉
0 0 5 0 −17 −29

Kolom taknol paling kiri dalam submatriks

1 2 −5 3 6 14 Baris pertama submatriks


⌈ 0 0 1 0 −7/2 −6 ⌉ dikalikan dengan -1/2 untuk
0 0 5 0 −17 −29 memperoleh 1 utama

1 2 −5 3 6 14 -5 kali baris pertama submatriks


⌈ 0 0 1 0 −7/2 −6 ⌉ ditambahkan kebaris kedua submatriks
0 0 0 0 1/2 −29 untuk memperoleh nol dibawah satu
utama

1 2 −5 3 6 14 Baris paling atas submatriks ditutup dan


⌈ 0 0 1 0 −7/2 −6 ⌉ kita kembali ke langkah 1
0 0 0 0 1/2 −29

8
Baris taknol paling kiri dalam submatriks baru

1 2 −5 3 6 14 Baris pertama dalam submatriks baru


⌈ 0 0 1 0 −7/2 −6 ⌉ dikalikan dengan 2 untuk memperoleh 1
0 0 0 0 1 −29 utama

Keseluruhan matriks ini berada dalam bentuk eselon baris. Untuk


memperoleh bentuk eselon baris tereduksi kita membutuhkan langkah
tambahan berikut
Langkah 6 Mulai dengan baris taknol terakhir dan bergerak keatas,
tambahkan kelipatan yang sesuai dari tiap baris ke baris diatasnya untuk
memperoleh nol diatas 1 utama
7/2 kali baris ketiga dari matriks
1 2 −5 3 6 14 sebelumnya ditambahkan ke baris kedua
⌈0 0 1 0 0 1 ⌉
0 0 0 0 1 −29
1 2 −5 3 0 2 -6 kali baris ketiga ditambahkan kebaris
⌈ 0 0 1 0 0 1⌉ pertama
0 0 0 0 1 2
1 2 03 0 7 5 kali baris kedua ditambahkan kebaris
⌈ 0 0 10 0 1⌉ pertama
0 0 00 1 2
Matriks terakhir diatas berada dalam bentuk eselon baris tereduksi
Jika kita hanya menggunakan 5 langkah pertama, prosedur diatas akan
menghasilkan bentuk eselon baris dan disebut Eliminasi Gauss. Dengan
melakukan prosedur sampai langkah ke 6 maka prosedur diatas akan
mennghasilkan matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi dan disebut
Eliminasi Gauss-Jordan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Memaparkan langkah-langkah menentukan jumlah barang yang telah


diproduksi pada suatu waktu tertentu menggunakan metode matriks
Butik Islami memiliki 2 cabang yang terletak di Surabaya dan Malang. Kedua butik
tersebut memproduksi 3 jenis produk, yaitu kaftan, gamis dan abaya. Waktu yang
dibutuhkan oleh masing-masing butik dalam memproduksi 3 jenis produk tiap
satuan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 waktu produksi pada butik di Surabaya
Surabaya
Waktu Pengerjaan
Proses Produksi Total Waktu
Kaftan Gamis Abaya
Pembuatan Pola 10 15 20 129 jam 5 menit
Pemotongan 10 15 15 101 jam 20 menit
Penjahitan 20 20 30 141 jam 40 menit

Tabel 3.2 Waktu produksi pada butik di Malang


Malang
Waktu Pengerjaan
Proses Produksi Total Waktu
Kaftan Gamis Abaya
Pembuatan Pola 15 20 25 8000 menit
Pemotongan 10 10 20 5000 menit
Penjahitan 30 25 35 11500 menit

3.1.1 Menyatakan Data dalam persamaan linear 3 variabel


Data waktu produksi pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 dapat dinyatakan dalam
sistem persamaan linear 3 variabel sebagai berikut.
Sistem persamaan 1 : 10 x+15 y +20 z=7745
10 x+15 y +15 z=6080
20 x+20 y +30 z=8500

Sistem persamaan 2 : 15 x+20 y +25 z=8000


10 x+10 y +20 z=5000
30 x+25 y +35 z=11500

Dimana x = jumlah produk kaftan yang dihasilkan pada saat produksi

10
y = jumlah produk gamis yang dihasilkan pada saat produksi
z = jumlah produk abaya yang dihasilkan pada saat produksi

3.1.2 Menyatakan Data dalam Matriks


Sistem persamaan linear tiga variabel pada pembahasan 3.1.1 dapat
dinyatakan dalam matriks sebagai berikut.
Misal:
matriks S merupakan data waktu produksi pada butik di Surabaya
matriks P merupakan data total waktu produksi pada butik di Surabaya
matriks M merupakan data waktu produksi pada butik di Malang
matriks Q merupakan data total waktu produksi pada butik di Malang
matriks X merupakan data jumlah produksi yang dihasilkan di butik
surabaya yang akan dicari nilainya
matriks Y merupakan data jumlah produksi yang dihasilkan di butik
malang yang akan dicari nilainya

[
10 15 20
S= 10 15 15
20 20 30 ] []
x
X= y
z [ ]
7745
P= 6995
12160

[ ] [] [ ]
15 20 25 x 8000
M = 10 10 20 Y= y Q= 5000
30 25 35 z 11500
Persamaan linear diatas dapat dinyatakan dalam persamaan matriks
sebagai berikut.
SX =P dan MY =Q

3.1.3 Menyelesaikan persamaan linear tiga variabel menggunakan OBE


(Operasi Baris Elementer)
Untuk menyelesaikan persamaan matriks SX =P dan MY =Q
kita dapat menggunakan OBE dimana dapat dijabarkan sebagai berikut.

11
OBE I
[ | ]
10 15 20
10 15 15
20 20 304
7745 B1 ×1/5
6995 B2 ×1/5
12160 B3 ×1/10

[ | ]
2 3 4
2 3 3
2 2 3
1549 B × 1/2
1399 1
1216 B 2−B3

[ | ]
1 3 /2 2
0 1 0
2 2 3
1549/2
183 B3−2 B1
1216

[ | ]
1 3 /2 2
0 1
0 −1 −1
0
1549/2 B −3/2 B
183
−333
1
B 1 +B 2
2

[ | ]
1 0 2
0 1 0
0 0 −1
500 B +2 B
183
B
−150 3
1
×(−1)
3

[ |]
1 0 0
0 1 0
0 0 1
200
183
150

12
B 1 ×1 /5

OBE II
[ 15 20 25 8000 B 2 ×1 /10
10 10 20 5000 B 3 × 1/5
30 25 35 11500 ]
[ ]
3 4 5 1600 B 1 ×1 /3
1 1 2 500
6 5 7 2300
B 2−B1

[ ]
4 5 1600
1
3 3 3
1 1 2 500
6 5 7 2300

[ ]
4 5 1600
1
3 3 3
−1 1 −100
0 B 3−6 B1
3 3 3
6 5 7 2300

[ ]
4 5 1600
1
3 3 3
−1
B 3 ×(
−1 1 −100 )
0 3
3 3 3
0 −3 −3 −900

[ ]
4 5 1600
1
3 3 3 B 2 ×(−3)
−1 1 −100
0
3 3 3
0 1 1 300

[ ]
4 5 1600B 1−( 4 /3) B 2
1
3 3 3
0 1 −1 100 B 3−B1
0 1 1 300

[ 1 0 3 400
B 3 × 1/2
0 1 −1 100
0 0 2 200 ]
[ ]
B 2+ B 3
1 0 3 400
0 1 −1 100
0 0 1 100

B 1−3 B 3
13
[ 1 0 3 400
0 1 0 200
0 0 1 100 ]
B 1 ×1 /5
B 2 ×1 /10
B 3 × 1/5
B 1 ×1 /3
[ 1 0 0 100
0 1 0 200
0 0 1 100 ]
[ ] [ ]
200 100
Didapatkan matriks X = 183 Y = 200 dan yang artinya jumlah
150 100
B 2−B1
produksi kaftan 200 baju, gamis 183 baju, dan abaya 150 baju di butik kota
Surabaya dan di kota Malang jumlah produksi kaftan 100 baju, gamis 200 baju, dan
abaya 100 baju.

B 3−6 B1

3.2 Menentukan total produksi menggunakan penjumlahan matriks


−1 Dari pembahasan 3.2 didapatkan jumlah produksi setiap jenis produk di
B 3 ×( )
3
kota Surabaya dan Malang sebagai berikut.
Tabel 3.3 jumlah produksi setiap jenis produk di kota Surabaya dan Malang
B 2 ×(−3)
Jenis Produk Surabaya Malang
Kaftan 200 160
B 1−(4 /3) B 2 Gamis 183 195
Abaya 150 120
B 3−B1 Dengan menggunakan penjumlahan matriks kita dapat menentukan total
produksi butik tersebut.

[ ] [ ]
200 160
B 3 × 1/2 X = 183 Y = 195
150 120
B 2+ B 3

B 1−3 B 3
[ ][ ] [ ]
200 160
X +Y = 183 + 195 =¿
150 120
360
378
270
Maka didapat total produksi kaftan sebanyak 360 baju, gamis sebanyak 378
baju, dan abaya sebanyak 270 baju. Dan total produksi selurunya adalah 1008 baju

3.3 Menentukan harga barang setelah mendapat diskon menggunakan perkalian


skalar matriks

14
Produsen ingin meningkatkan minat konsumen dengan cara memberikan
diskon sebesar 5% pada setiap produk. Jika diketahui harga kaftan
Rp. 250.000, harga gamis Rp. 200.000 dan harga abaya Rp. 300.000
maka harga produk setelah mendapat diskon sama dengan 95% dari harga awal.
Dengan menggunakan perkalian skalar matriks kita dapat menentukan
harga barang setelah mendapatkan diskon. Misalkan matriks A merupakan data
harga awal produk dan matriks B data harga produk setelah mendapat diskon.

[ ]
250.000
A= 200.000
300.000

[ ][ ]
250.000 237.500
B=95 A=0,95 200.000 = 190.000
300.000 285.000
Didapatkan harga produk setelah mendapat diskon yaitu kaftan
Rp. 237.500 , gamis Rp. 190.000 dan abaya Rp. 285.000
3.4 Memperkirakan jumlah barang yang telah terjual, barang yang belum
terjual, dan barang yang rusak menggunakan perkalian matriks
Pada setiap produksi dilakukan tahapan pensortiran untuk mempertahankan
kualitas produk. Pada saat itulah produk yang tidak memenuhi standar kualitas
yang ditentukan akan dipisahkan dan tidak didistribusikan kepada konsumen.
Pada saat produk dipasarkan tentu tidak semua produk akan langsung
terjual pada hari dimana produk tersebut didistribusikan melainkan membutuhkan
waktu tertentu. Dengan menggunakan perkalian matriks dapat diperkirakan jumlah
barang yang telah terjual, barang yang belum terjual dan barang yang rusak jika
diketahui data sebagai berikut.
Tabel 3.4 Data jumlah produk ysng diproduksi oleh butik di kota Surabaya dan
Malang
Jenis Produk
Tempat produksi
Kaftan Gamis Abaya
Surabaya 200 183 150
Malang 160 195 120

Tabel 3.5 Data prosentase kategori produk terjual, belum terjual, dan rusak
Kategori
Jenis Produk
Terjual Belum terjual Rusak

15
Kaftan 70 % 27,5 % 2,5 %
Gamis 85 % 13,4 % 1,6 %
Abaya 60 % 35 % 5%

Jika dinyatakan dalam matriks sebagai berikut.


Misalkan matriks X merupakan data jumlah produk dan matriks Y merupakan data
prosentase kategori produk

[ ]
70 27,5 2,5
[
X = 200 183 150
100 200 100 ] Y = 85
60
13,4
35
1,6
5

[ ][
70 27,5 2,5
X ×Y =
[ 200 183 150
100 200 100 ]
× 85
60
13,4
35
1,6 =
5
386 131 16
300 90 10 ]
Untuk mendapatkan perkiraan jumlah produk yang terjual, belum terjual,
dan rusak maka matriks X yang berordo 2 x 3 akan dikalikan dengan matriks Y
yang berordo 3 x 3 sehingga didapat matriks yang berordo 2 x 3 yang merupakan
data jumlah produk yang terjual, belum terjual dan rusak. Dengan data sebagai
berikut.

Tabel 3.6 Data kategori produk yang terjual, belum terjual dan rusak.
Kota Terjual Belum Terjual Rusak
Surabaya 386 131 16
Malang 300 90 10

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linier kita dapat
menggunakan matriks dan dilakukan Operasi baris elementer untuk mendapatkan nilai
dari variabel x, y maupun z. dalam kasus ini kami mengangkat masalah sosial yang
berkaitan dengan sistem persamaan linier dengan metode operasi baris elementer guna
mencari jumlah hasil produksi butik “Islami”

4.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk melakukan penelitian atau
pembahasan lebih lanjut. Makalah Penggunaan Konsep Matriks dalam Menentukan
jumlah hasil produksi butik “Islami” ini jauh dari kata sempurna sehingga saran dan
kritik yang membangun kami harapkan untuk penulisan makalah yang lebih baik.

17
DAFTAR RUJUKAN
Renita, F. 2015: Bisnis Busana Muslim. (Online),
(https://renitafebriyanti.wordpress.com/2015/10/25/bisnis-busana-muslim/), diakses
24 September 2018.
Firman, M. 2016. Indonesia, Negara Berpenduduk Muslim Terbesar Dunia. (Online),
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/11/indonesia-negara-
berpenduduk-muslim-terbesar-dunia), diakses 24 September 2018.

18

Anda mungkin juga menyukai