PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan jumlah produk yang telah diproduksi pada suatu waktu
tertentu menggunakan OBE (Operasi Baris Elementer)?
4. Bagaimana menentukan jumlah barang yang telah terjual, barang yang belum
terjual, dan barang yang rusak menggunakan perkalian matriks?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memaparkan langkah-langkah menentukan jumlah barang yang telah diproduksi
pada suatu waktu tertentu menggunakan OBE
2. Menentukan total produksi menggunakan penjumlahan matriks
3. Menentukan harga barang setelah mendapat diskon menggunakan perkalian skalar
4. Memperkirakan jumlah barang yang telah terjual, barang yang belum terjual, dan
barang yang rusak menggunakan perkalian matriks
2
BAB II
TEORI PENUNJANG
3
2.1.2 Matriks yang Diperbesar
Suatu sistem persamaan linier yang terdiri dari m persamaan linier dengan n
faktor yang tidak diketahui dapat disingkat dengan hanya menuliskan deretan
bilangan-bilangan dalam jajaran empat persegi panjang :
¿
a1 j
¿
a11 a12 ⋯
a 21 a22 ⋯ ¿ ⋯ b1 b
⋮ ⋮ ¿
a2 j ⋯
¿
¿2
¿
⋮
¿
¿⋮
¿
¿
a a ⋯
¿ i1 i 2 a
⋮ ⋮ ¿ am1
¿
¿m 1
⋯ b3 ⋮
[ ¿ ⋯¿ a ij ¿ ¿ ¿ b ¿¿ ]
¿ ⋮ ¿ a mj m
Ini disebut matriks yang diperbesar (augmented matrix) dari sistem
tersebut. Sebagai contoh, matriks yang diperbesar untuk sistem persamaan
x 1+ x 2 +2 x 3 =9
2 x 1 +4 x2 −3 x 3=1
3 x1 +6 x 2−5 x 3=0
Adalah
[ ]
1 1 2 9
2 4 −3 1
3 6 −5 0
Ketika menyusun suatu matriks yang diperbesar. Faktor-faktor yang tidak
diketahui harus ditulis dengan urutan yang sama untuk setiap persamaan dan
konstanta harus berada pada bagian paling kanan
Metode dasar untuk menyelesaikan sistem persamaan linier adalah dengan
menggantikan sistem yang ada dengan suatu sistem baru yang memiliki
himpunan solusi yang sama tetapi penyelesaiannya lebih mudah. Sistem baru
ini biasanya diperoleh melalui beberapa langkah dengan cara menerapkan tiga
jenis tipe operasi berikut untuk mengeliminasi faktor-faktor yang tidak
diketahui secara sistematis.
1. Mengalikan persamaan dengan konstanta taknol
2. Menukarkan posisi dua persamaan
4
3. Menambahkan kelipatan satu persamaan ke persamaan lainnya
x+ y+ 2 z=9
2 x + 4 y−3 z=1
[ ]
1 1 2 9
3 x+6 y −5 z=0
2 4 −3 1
3 6 −5 0
Tambahkan -2 kali persamaan pertama ke
persamaan kedua untuk memperoleh
Tambahkan -2 kali persamaan pertama ke
x+ y+ 2 z=9 persamaan kedua untuk memperoleh
2 y−7 z=−17
[ ]
3 x+6 y −5 z=0 1 1 2 9
0 2 −7 −17
Tambahkan -3 kali persamaan pertama ke 3 6 −5 0
persamaan ketiga untuk memperoleh
[ ]
1 1 2 9
untuk memperoleh 0 2 −7 −17
x+ y+ 2 z=9 0 3 −11 −27
7 −17
y− z=
2 2 Kalikan persamaan kedua dengan ½
3 y−11 z=−27
Tambahkan -3 kali persamaan kedua untuk memperoleh
[ ]
1 1 2 9
kepersamaan ketiga untuk memperoleh
−7 −17 5
0 1
2 2
0 3 −11 −27
[ ]
7 −17 1 1 2 9
y− z=
2 2 −7 −17
−1 −3 0 1
z= 2 2
2 2 −1 −3
0 0
2 2
Kalikan persamaan ketiga dengan -2
untuk memperoleh
Kalikan persamaan ketiga dengan -2
untuk memperoleh
x+ y+ 2 z=9
7 −17
y− z=
[ ]
2 2 1 1 2 9
z=3 −7 −17
0 1
2 2
0 0 1 3
Tambahkan -1 kali persamaan kedua ke
persamaan pertama untuk memperoleh
[ ]
2 2 11 35
z=3 1 0
2 2
Tambahkan -11/2 kali persamaan ketiga
−7 −17
0 1
ke persamaan pertama dan 7/2 kali 2 2
persamaan ketiga ke persamaan kedua 0 0 1 3
[ ]
1 0 01
0 1 02
0 0 13
6
2.1.4 Eliminasi Gauss-Jordan
Pada contoh diatas, kita menyelesaikan suatu sistem linier dengan faktor-faktor
yang tidak diketahui x, y, dan z dengan reduksi matriks yang diperbesar menjadi
[ ]
1 0 01
0 1 02
0 0 13
1. Jika satu baris tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka bilangan taknol pertama
pada baris itu adalah 1. Bilangan 1 ini disebut 1 utama
2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka baris-baris ini akan
dikelompokkan bersama pada bagian paling bawah dari matriks
3. Jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya terdiri dari nol, maka 1
utama pada baris yang lebih rendah terdapat pada kolom yang lebih kanan dari
1 utama pada baris yang lebih tinggi
4. Setiap kolom yang memiliki 1 utama memiliki nol pada tempat-tempat lainnya
Metode Eliminasi
Kami akan memberikan prosedur eliminasi tahap demi tahap yang dapat
digunakan untuk mereduksi matriks menjadi bentuk eselon baris tereduksi,
kami akan memberikan gambaran dengan mereduksi matriks berikut
menjadi bentuk eselon baris tereduksi
0 0 −2 0 7 12
⌈ 2 4 −10 6 12 28 ⌉
2 4 −5 6 −5 −1
Langkah 1 Perhatikan kolom paling kiri yang tidak seluruhnya terdiri dari
0 0 −2 0 7 12
nol ⌈ 2 4 −10 6 12 28 ⌉
2 4 −5 6 −5 −1
7
Langkah 2 Jika perlu, pertukarkan baris paling atas dengan baris lain untuk
menempatkan entri taknol pada puncak kolom yang kita peroleh pada
langkah 1
2 4 −10 6 12 28 Baris pertama dan kedua
⌈ 0 0 −2 0 7 12 ⌉ pada matriks sebelumnya
2 4 −5 6 −5 −1 dipertukarkan
Langkah 3 Jika entri yang kini berada pada puncak kolom yang kita
peroleh pada Langkah 1 adalah a , kalikan baris pertama dengan 1/a
sehingga berbentuk 1 utama
1 2 −5 3 6 14 Baris pertama dari matriks
⌈ 0 0 −2 0 7 12 ⌉ sebelumnya dikalikan
2 4 −5 6 −5 −1 dengan 1/2
Langkah 5 sekarang tutuplah baris paling atas dari matriks dan mulailah
lagi dengan langkah 1 pada submatriks yang tersisa. Lanjutkan langkah ini
hingga seluruh matriks berada dalam bentuk eselon baris
1 2 −5 3 6 14
⌈ 0 0 −2 0 7 12 ⌉
0 0 5 0 −17 −29
8
Baris taknol paling kiri dalam submatriks baru
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
y = jumlah produk gamis yang dihasilkan pada saat produksi
z = jumlah produk abaya yang dihasilkan pada saat produksi
[
10 15 20
S= 10 15 15
20 20 30 ] []
x
X= y
z [ ]
7745
P= 6995
12160
[ ] [] [ ]
15 20 25 x 8000
M = 10 10 20 Y= y Q= 5000
30 25 35 z 11500
Persamaan linear diatas dapat dinyatakan dalam persamaan matriks
sebagai berikut.
SX =P dan MY =Q
11
OBE I
[ | ]
10 15 20
10 15 15
20 20 304
7745 B1 ×1/5
6995 B2 ×1/5
12160 B3 ×1/10
[ | ]
2 3 4
2 3 3
2 2 3
1549 B × 1/2
1399 1
1216 B 2−B3
[ | ]
1 3 /2 2
0 1 0
2 2 3
1549/2
183 B3−2 B1
1216
[ | ]
1 3 /2 2
0 1
0 −1 −1
0
1549/2 B −3/2 B
183
−333
1
B 1 +B 2
2
[ | ]
1 0 2
0 1 0
0 0 −1
500 B +2 B
183
B
−150 3
1
×(−1)
3
[ |]
1 0 0
0 1 0
0 0 1
200
183
150
12
B 1 ×1 /5
OBE II
[ 15 20 25 8000 B 2 ×1 /10
10 10 20 5000 B 3 × 1/5
30 25 35 11500 ]
[ ]
3 4 5 1600 B 1 ×1 /3
1 1 2 500
6 5 7 2300
B 2−B1
[ ]
4 5 1600
1
3 3 3
1 1 2 500
6 5 7 2300
[ ]
4 5 1600
1
3 3 3
−1 1 −100
0 B 3−6 B1
3 3 3
6 5 7 2300
[ ]
4 5 1600
1
3 3 3
−1
B 3 ×(
−1 1 −100 )
0 3
3 3 3
0 −3 −3 −900
[ ]
4 5 1600
1
3 3 3 B 2 ×(−3)
−1 1 −100
0
3 3 3
0 1 1 300
[ ]
4 5 1600B 1−( 4 /3) B 2
1
3 3 3
0 1 −1 100 B 3−B1
0 1 1 300
[ 1 0 3 400
B 3 × 1/2
0 1 −1 100
0 0 2 200 ]
[ ]
B 2+ B 3
1 0 3 400
0 1 −1 100
0 0 1 100
B 1−3 B 3
13
[ 1 0 3 400
0 1 0 200
0 0 1 100 ]
B 1 ×1 /5
B 2 ×1 /10
B 3 × 1/5
B 1 ×1 /3
[ 1 0 0 100
0 1 0 200
0 0 1 100 ]
[ ] [ ]
200 100
Didapatkan matriks X = 183 Y = 200 dan yang artinya jumlah
150 100
B 2−B1
produksi kaftan 200 baju, gamis 183 baju, dan abaya 150 baju di butik kota
Surabaya dan di kota Malang jumlah produksi kaftan 100 baju, gamis 200 baju, dan
abaya 100 baju.
B 3−6 B1
[ ] [ ]
200 160
B 3 × 1/2 X = 183 Y = 195
150 120
B 2+ B 3
B 1−3 B 3
[ ][ ] [ ]
200 160
X +Y = 183 + 195 =¿
150 120
360
378
270
Maka didapat total produksi kaftan sebanyak 360 baju, gamis sebanyak 378
baju, dan abaya sebanyak 270 baju. Dan total produksi selurunya adalah 1008 baju
14
Produsen ingin meningkatkan minat konsumen dengan cara memberikan
diskon sebesar 5% pada setiap produk. Jika diketahui harga kaftan
Rp. 250.000, harga gamis Rp. 200.000 dan harga abaya Rp. 300.000
maka harga produk setelah mendapat diskon sama dengan 95% dari harga awal.
Dengan menggunakan perkalian skalar matriks kita dapat menentukan
harga barang setelah mendapatkan diskon. Misalkan matriks A merupakan data
harga awal produk dan matriks B data harga produk setelah mendapat diskon.
[ ]
250.000
A= 200.000
300.000
[ ][ ]
250.000 237.500
B=95 A=0,95 200.000 = 190.000
300.000 285.000
Didapatkan harga produk setelah mendapat diskon yaitu kaftan
Rp. 237.500 , gamis Rp. 190.000 dan abaya Rp. 285.000
3.4 Memperkirakan jumlah barang yang telah terjual, barang yang belum
terjual, dan barang yang rusak menggunakan perkalian matriks
Pada setiap produksi dilakukan tahapan pensortiran untuk mempertahankan
kualitas produk. Pada saat itulah produk yang tidak memenuhi standar kualitas
yang ditentukan akan dipisahkan dan tidak didistribusikan kepada konsumen.
Pada saat produk dipasarkan tentu tidak semua produk akan langsung
terjual pada hari dimana produk tersebut didistribusikan melainkan membutuhkan
waktu tertentu. Dengan menggunakan perkalian matriks dapat diperkirakan jumlah
barang yang telah terjual, barang yang belum terjual dan barang yang rusak jika
diketahui data sebagai berikut.
Tabel 3.4 Data jumlah produk ysng diproduksi oleh butik di kota Surabaya dan
Malang
Jenis Produk
Tempat produksi
Kaftan Gamis Abaya
Surabaya 200 183 150
Malang 160 195 120
Tabel 3.5 Data prosentase kategori produk terjual, belum terjual, dan rusak
Kategori
Jenis Produk
Terjual Belum terjual Rusak
15
Kaftan 70 % 27,5 % 2,5 %
Gamis 85 % 13,4 % 1,6 %
Abaya 60 % 35 % 5%
[ ]
70 27,5 2,5
[
X = 200 183 150
100 200 100 ] Y = 85
60
13,4
35
1,6
5
[ ][
70 27,5 2,5
X ×Y =
[ 200 183 150
100 200 100 ]
× 85
60
13,4
35
1,6 =
5
386 131 16
300 90 10 ]
Untuk mendapatkan perkiraan jumlah produk yang terjual, belum terjual,
dan rusak maka matriks X yang berordo 2 x 3 akan dikalikan dengan matriks Y
yang berordo 3 x 3 sehingga didapat matriks yang berordo 2 x 3 yang merupakan
data jumlah produk yang terjual, belum terjual dan rusak. Dengan data sebagai
berikut.
Tabel 3.6 Data kategori produk yang terjual, belum terjual dan rusak.
Kota Terjual Belum Terjual Rusak
Surabaya 386 131 16
Malang 300 90 10
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan linier kita dapat
menggunakan matriks dan dilakukan Operasi baris elementer untuk mendapatkan nilai
dari variabel x, y maupun z. dalam kasus ini kami mengangkat masalah sosial yang
berkaitan dengan sistem persamaan linier dengan metode operasi baris elementer guna
mencari jumlah hasil produksi butik “Islami”
4.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk melakukan penelitian atau
pembahasan lebih lanjut. Makalah Penggunaan Konsep Matriks dalam Menentukan
jumlah hasil produksi butik “Islami” ini jauh dari kata sempurna sehingga saran dan
kritik yang membangun kami harapkan untuk penulisan makalah yang lebih baik.
17
DAFTAR RUJUKAN
Renita, F. 2015: Bisnis Busana Muslim. (Online),
(https://renitafebriyanti.wordpress.com/2015/10/25/bisnis-busana-muslim/), diakses
24 September 2018.
Firman, M. 2016. Indonesia, Negara Berpenduduk Muslim Terbesar Dunia. (Online),
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/11/indonesia-negara-
berpenduduk-muslim-terbesar-dunia), diakses 24 September 2018.
18