Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Henti jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa
negara. Terjadi baik di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit.
Diperkirakan sekitar 350.000 orang meninggal per tahunnya akibat henti
jantung di Amerika dan Kanada. Perkiraan ini tidak termasuk mereka yang
diperkirakan meninggal akibat henti jantung dan tidak sempat diresusitasi.
Walaupun usaha untuk melakukan resusitasi tidak selalu berhasil, lebih
banyak nyawa yang hilang akibat tidak dilakukannya resusitasi (Field,
2010).
Henti jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung berhenti
bekerja sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan pompa jantung dan
sikulasi darah ke seluruh tubuh. Henti jantung merupakan suatu
kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera agar tidak
berlanjut menjadi kematian biologis.
Henti jantung dapat disebabkan oleh banyak hal diantara nya
karena kelainan pada jantung itu sendiri seperti penyakit jantung koroner,
ventrikel fibrilasi, kelainan vascular, trauma dada dan penyebab lainnya.
Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti nafas,
umumnya walaupun kegagalan pernapasan telah terjadi, denyut jantung
dan pembuluh darah masih dapat berlangsung terus sampai 30 menit.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cardiac Arrest
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa
diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak
(American Heart Association,2010).
Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba
dan mendadak hilang dengan ditandai terjadinya henti jantung dan henti
nafas (PUSBANKES 118, 2012).
Cardiac arrest adalah berhentinya aktivitas mekanis jantung,
ditandai oleh kurangnya denyut nadi, pernapasan, dan hilangnya
kesadaran. (Lenjani, Basri et al, 2014).
B. Etiologi
Menurut British Heart Foundation (2011) ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan henti jantung, yaitu :
a. Penyakit jantung dan peredaran darah (misalnya serangan
jantung)
b. Kehilangan darah atau cairan yang ekstrim
c. Suhu tubuh yang ekstrim (terlalu tinggi atau terlalu rendah)
d. Kadar kalium darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
e. Kekurangan oksigen
f. Paru-paru tertusuk
g. Gumpalan darah di paru-paru atau arteri koroner
h. Kumpulan darah di sekitar jantung, biasanya setelah cedera
seperti menusuk.

2
C. Patofisiologi
a. Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang
umumnya dikenal sebagai serangan jantung. Infark miokard
merupakan salah satu penyebab dari cardiac arrest. Infark miokard
terjadi akibat arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot
jantung menjadi keras dan menyempit akibat sebuah materia(plak)
yang terbentuk di dinding dalam arteri. Semakin meningkat ukuran
plak, semakin buruk sirkulasi ke jantung. Pada akhirnya, otot-otot
jantung tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang mencukupi untuk
melakukan fungsinya, sehingga dapat terjadi infark. Ketika terjadi
infark, beberapa jaringan jantung mati dan menjadi jaringan parut.
Jaringan parut ini dapat menghambat sistem konduksi langsung dari
jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.
(Medscape, 2014)
b. Temponade jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak
jantung sehingga tidak mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi
berjalan sehingga mengakibatkan kematian.
c. Tension pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum
pleura. Udara akan terus masuk akibat perbedaan tekanan antara udara
luar dan tekanan dalam paru. Hal ini akan menyebabkan pergeseran
mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan terdesak dan
pembuluh darah besar (terutama vena cava superior) tertekan, sehingga
membatasi aliran balik ke jantung.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2009) tanda dan gejala yang dapat muncul pada
cardiac arrest antara lain :
a. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak
adanya suplai oksigen termasuk otak

3
b. Hipoksia serebral atau tidak adanya oksigen ke otak
menyebabkan kehilangan kesadaran (collapse)
c. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak
ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian
dalam 10 menit
d. Nafas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak
bernafas)
e. Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada
denyut nadi yang dapat terasa pada arteri
f. Tidak ada denyut jantung
g. Dilatasi pupil jika terjadi kerusakan otak ireversibel 50%
Sedangkan tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans
Gawat Darurat 118 (2010) yaitu :
a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan
suara, tepukan di pundak ataupun cubitan.
b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal
ketika jalan pernafasan dibuka.
c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis,
radialis).
E. Penatalaksanaan
a. Resusitasi jantung paru
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation
(CPR) adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk
mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung (kematian
klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. Kematian
klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri carotis dan arteri
femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau
pernafasan dan terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran.
Kematian biologis dimana kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi,
dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis. Oleh Karena itu,

4
berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan
tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
b. Defibrillasi
Ventricle Tachycardia (VT) dan Ventricle Fibrillation (VF) bila
berlangsung lama aktifitas jantung menurun dan akan sulit untuk
dikonversi ke ritme yang normal.
F. Basic Life Support (Bantuan Hidup Dasar)
Basic Life Support adalah tindakan yang dilakukan untuk
menolong korban dalam keadaan henti jantung (AHA, 2010). Bantuan
hidup dasar merupakan suatu tindakan yang untuk menolong korban henti
jantung dan nafas. (Pusbankes, 118) Kesimpulannya adalah bantuan hidup
dasar merupakan serangkaian tindakan untuk menolong korban henti
jantung maupun henti nafas.
Basic Life Support adalah tindakan pertama yang dilakukan pada
seseorang yang mengalami henti jantung. Aspek dasar pada bantuan hidup
dasar dimulai dari mengenali tanda-tanda seseorang mengalami henti
jantung, mengaktifkan Emergency Medical Service (EMS), melakukan
resusitasi jantung paru, dan defibrilasi dengan segera menggunakan
Automated External Defibrilator (AED) pada korban (Berg et all, 2010).

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Henti jantung adalah berhentinya aktivitas mekanis jantung,
ditandai oleh kurangnya denyut nadi, pernapasan, dan hilangnya
kesadaran. Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung
berlangsung lama, karena sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan
menyebabkan kematian jaringan otak. Hal tersebutlah yang menjadi alasan
penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus dilakukan secepat mungkin
untuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup
korban.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kekurangan. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.

6
Daftar pustaka

Isselbacher JK et al (2012). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Alih


bahasa Asdie Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC

Lenjani, Basri et al. 2014. Cardiac Arrest ― Cardiopulmonary Resuscitation. Los


Angeles: University Clinical Centre of Kosovo.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai