Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada
di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas
fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009).

Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar gula atau glukosa
di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.(www.medicare.com)

Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar
glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL
setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di
bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.

Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/%.

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah
50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat
didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi
baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat
simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah
pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian.
Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau jitteriness
hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar
glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma
(koma hipoglikemik).

B. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
- Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang
mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
- Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi
sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
- Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan
metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
- Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :


- Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin
ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
- Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
- Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk
mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
bahkan kehilangan kesadaran.

C. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
- Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
- Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes
untuk menurunkan kadar gula darahnya.
- Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
- Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan
kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya
sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu.
Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat
pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat
yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan
yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan
terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga,
anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada
malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap
beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui
dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini
menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung
beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk
meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi
terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu.
Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami
hipoglikemia lagi.

D. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA


1. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi prematur dan lebih bulan
4. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen, intoleransi
glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau
sulfonylurea: (Mansjoer A, 1999)
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. pengurangan/keterlambatan makan
b. kesalalahan dosis obat
c. latihan jasmani yang berlebihan
d. penurunan kebutuhan insulin
e. penyembuhan dari penyakit
f. nefropati diabetic
g. hipotiroidisme
h. penyakit Addison
i. hipopituitarisme
j. hari-hari pertama persalinan
k. penyakit hati berat
l. gastro paresis diabetic
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. pengendalian glukosa darah yang ketat
b. pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
c. penggantian jenis insulin

E. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk
digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari
penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja
yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke
dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga
kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya
menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10
mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga
gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
- Dehidrasi
- Kehilangan elektrolit
- Asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping
itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan
hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis
osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air
dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas
dan gliseral, asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic
terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal
akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh
cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati
rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku
yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di
samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.

Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur
atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

F. TANDA DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA


Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan rendahnya
kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi,
bervariasi antara satu dengan yang lain.

Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan
gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing,
bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara
perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau
obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada
pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah
raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi
lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus
sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor,
ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak,
gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik
yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
- Perubahan tingkah laku
- Serangan sinkop yang mendadak
- Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
- Keringat berlebihan waktu tidur malam
- Bangun malam untuk makan
- Hemiplegi/ afasia sepintas
- Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria

Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal
dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas. Kadang-
kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak,
terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.

Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati
normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM, dan menggunakan beta
bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap
merupakan komplikasi DM yang serius.

Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf
pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah kegagalan
sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap
insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti
DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997).

Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang ketoasidosis,meskipun sebagian
besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia
adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak
jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang
sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai,
sehingga reaksi hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari
pasien.Yang setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga
meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit
setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara psikologis) tetap
terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya
dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan
otak permanen dan bahkan fatal.(Ester, 2000:).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis yang meliputi:
- Lapar
- Mual-muntah
- Pucat,kulit dingin
- Sakit kepala
- Nadi cepat
- Hipotensi
- Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
- Sakit kepala
- Koma
- Kesulitan dalam berfikir
- Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
- Perubahan dalam sikap emosi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai
normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c
menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi
maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20 gram
glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang
mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan
karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam
perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan
dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa
rongga hidung dapat dicoba.

2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Glukagon
adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar
glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram
karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan,
mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang
berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit.
Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon
mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV
sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

I. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula
(dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu.
Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu
membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten.
Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang
mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat
dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka
diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki
resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah
hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar
glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui
pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor
(misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat
menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

J. PENGKAJIAN PRIMER HIPOGLIKEMIA


1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang
menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
- Chin lift/ Jaw thrust
- Suction
- Guedel Airway
- Intubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
- Beri oksigen
- Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
- Cek capillary refill
- Auskultasi adanya suara nafas tambahan
- Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
- Cek Frekuensi Pernafasan
- Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
- Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama
sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan
kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau
instruksi dokter.
K. PENGKAJIAN SEKUNDER HIPOGLIKEMIA
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose
sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
o Pemakaian parenteral nutrition
o Sepsis
o Enteral feeding
o Pemakaian Corticosteroid therapi
o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
o Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
o Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
o Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
o Rasa lapar (bayi sering nangis)
o Nyeri kepala
o Sering menguap
o Irritabel
Data obyektif:
o Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
o Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin,
mata berputar-putar, menolak makan dan koma
o Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe


1. Data subyektif :
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit sekarang
- Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit
akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi
lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
2. Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,letargi/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yanglama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels,
distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi),
ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus
lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan
diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah
(napas aseton)

f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan
penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu),
kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i. Integritas kulit
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat,
penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar
glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan :
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan
terhadap glukosa darah.

L. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA YANG MUNGKIN


MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Asma adalah sebagai berikut:
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas, peningkatan sekresi
trakheobronkheal
2 Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan
3 Resiko aspirasi b.d secret produktif, sesak nafas
4 Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tidak adekuat, pening-katan metabolisme, diaporesis
5 Kurang pengetahuan b.d kurang informasi, keterbatasan kognisi, tidak familier dengan sumber
informasi
6 Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
7 Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasive, terapi inhalasi
8 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2, kelemahan
9 Defisit self care b.d kelemahan, kelelahan, sesak nafas
10 Kelelahan yang berhubungan dengan nutrisi yang tidak adekuat ( dari keadaan glikemik ) dan
kelamahan otot.
11 Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan
metabolisme, dan kurang asupan makanan.
12 Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
M. RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindak-an Airway Suctioning (3160)
tiidak efektif b.d obs- keperawatan selama … x 24 1 Pastikan kebutuhan
truksi jalan nafas / pe- jam jalan napas klien efektif, suctioning
ningkatan sekresi dengan kriteria : 2 Auskultasi suara napas
trakhe-obronkheal. Status Respirasi : Patensi Jalan sebelum dan sesudah suctioning
Batasan karakteristik : Nafas (0410) : 3 Informasikan pada klien
- Dispneu - Suara napas bersih dan ke-luarga tentang suctioning
- Orthopneu - Tidak ada sianosis 4 Meminta klien napas dalam
- Sianosis - Tidak sesak napas / sebe-lum suctioning
- Ronkhi/krepitasi dispneu 5 Berikan oksigen dengan
- Kesulitan - Irama napas dan kanul nasal untuk memfasilitasi
berbicara frekuensi napas dalam rentang suctioning nasotrakheal
- Batuk tidak normal 6 Gunakan alat yang steril
efektif atau tidak ada - Klien tidak merasa ter- setiap melakukan tindakan
- Mata melebar cekik 7 Anjurkan klien napas dalam
- Produksi sputum - Tidak ada sianosis dan istirahat setelah kateter
me-ningkat - Tidak gelisah dikeluarkan dari nasotrakheal
- Gelisah - Sputum berkurang 8 Monitor status oksigen
- Perubahan klien
frekuensi dan irama Status Respirasi : Ventilasi 9 Hentikan suction apabila
napas (0403) klien menunjukkan bradikardi
- Mendemonstrasikan
ba-tuk efektif Airway manajemen ( 3140)
- Suara nafas yang bersih 1. Buka jalan napas, gunakan
- Tidak ada sianosis teknik chin lift atau jaw thrust
- Tidak ada dispneu bila perlu
(mam-pu bernafas dengan 2. Posisikan klien untuk
mudah) memaksi-malkan ventilasi
- Tidak ada pursed lips 3. Identifikasi klien perlunya
pema-sangan jalan napas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada
bila perlu
6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7. Auskultasi suara napas ,
catat adanya suara tambahan
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
9. Monitor respirasi dan status
oksigen

Cough Enhancement (3250)


1. Monitor fungsi paru-paru,
kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
2. Dorong pasien melakukan
nafas dalam, ditahan 2 detik lalu
batuk 2-3 kali
3. Anjurkan klien nafas dalam
be-berapa kali, dikeluarkan
dengan pelan-pelan dan
batukkan di akhir ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1. Bersihkan secret di mulut,
hidung dan trachea /
tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan
nafas
3. Jelaskan pada klien /
keluarga tentang pentingnya
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai
ke-butuhan : kanul nasal 1-3
l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang
O2, humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan
O2 : gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan
O2
11. Pertahankan O2 selama
dalam transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga
untuk mengamati persediaan
O2, air humidifier, jika habis
laporkan petugas jaga.

Mengatur posisi (0840)


1 Atur posisi pasien semi
fowler, ekstensi kepala
2 Miringkan kepala bila
muntah

Fisioterapi dada (3230)


1. Tentukan adanya
kontraindikasi fisioterapi dada
2. Tentukan segmen paru-paru
yang memerlukan fisioterapi
dada
3. Posisikan klien dengan
segmen paru yang memerlukan
drainase dile-takkan lebih tinggi
4. Gunakan bantal kepala
untuk membantu mengatur
posisi
5. Kombinasikan teknik
perkusi dan posturnal drainase
6. Kombinasikan teknik
fibrasi dan posturnal drainase
7. Kelola terapi inhalasi
8. Kelola pemberian
bronchodilator, mukolitik
9. Monitor dan tipe sputum
10. Dorong batuk sebelum dan
sesudah posturnal drainase
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindak-an Airway manajemen ( 3140)
b.d hiperventilasi, kele- perawatan selama … X 24 jam 1. Buka jalan napas, gunakan
lahan otot pernafasan pola nafas efektif, dengan teknik chin lift atau jaw thrust
Batasan karakteristik : criteria : bila perlu
- Penurunan 2. Posisikan klien untuk
tekanan inspirasi / Respiratory status : Airway memaksi-malkan ventilasi
ekspirasi patency (0410) : 3. Identifikasi klien perlunya
- Penurunan - Suara napas bersih pema-sangan jalan napas buatan
ventilasi per menit - Tidak ada sianosis 4. Pasang mayo bila perlu
- Penggunaan otot - Tidak sesak napas 5. Lakukan fisioterapi dada
nafas tambahan - Irama napas dan bila perlu
- Pernafasan nasal frekuensi napas da-lam rentang 6. Keluarkan sekret dengan
laring normal batuk atau suction
- Dispneu - Pasien tidak merasa 7. Auskultasi suara napas ,
- Ortopneu tercekik catat adanya suara napas
- Penyimpangan - Tidak ada sianosis tambahan
dada - Tidak gelisah 8. Kolaborasi pemberian
- Nafas pendek - Sputum berkurang bronkodilator bila perlu
- Posisi tubuh 9. Monitor respirasi dan status
menun-jukkan posisi 3 Respiratory status : ventilation oksigen
poin (0403)
- Nafas pursed lip - Respirasi dalam rentang Respirasi Monitoring (3350)
(dengan bibir) normal 1 Monitor rata-rata, ritme,
- Ekspirasi - Ritme dalam batas kedalaman, dan usaha napas
memanjang normal
- Ekspansi dada simetris
- Peningkatan - Tidak ada sputum di 2 Catat gerakan dada apakah
diame-ter anterior- jalan napas simetris, ada penggunaan otot
posterior - Tidak ada penggunaan tambahan, dan retraksi
- Frekuensi nafas otot-otot tambahan 3 Monitor crowing, suara
Ø Bayi : < 25 atau > - Tidak ada retraksi dada ngorok
60 - Tidak ditemukan 4 Monitor pola napas :
Ø 1-4 th : < 20 atau > dispneu bradipneu, takipneu, kusmaul,
30 - Dispneu saat aktivitas apnoe
Ø 5-14 th : < 14 atau > ti-dak ditemukan 5 Dengarkan suara napas :
25 - Napas pendek-pendek catat area yang ventilasinya
Ø > 14 th : < 11 atau > ti-dak ditemukan menurun / tidak ada dan catat
24 - Tidak ditemukan tak-til adanya suara tam-bahan
- Kedalaman nafas fremitus 6 K/p suction dengan
Ø Volume tidal dewasa - Tidak suara napas mendengarkan suara ronkhi atau
saat istira-hat 500 ml tambahan krakles
Ø Volume tidal bayi 6- 7 Monitor peningkatan
8 ml/kg BB gelisah, ce-mas, air hunger
- Penurunan 8 Monitor kemampuan klien
kapasitas vital untuk batuk efektif
- Timing rasio 9 Catat karakteristik dan
durasi batuk
10 Monitor sekret di saluran
napas
11 Monitor adanya krepitasi
12 Monitor hasil rontgen thorak
13 Bebaskan jalan napas
dengan chin lift atau jaw thrust
bila perlu
14 Resusitasi bila perlu
15 Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi, atau
terapi inhalasi)

Cough Enhancement (3250)


1 Monitor fungsi paru-paru,
kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
2 Dorong klien melakukan
nafas dalam, ditahan 2 detik lalu
batuk 2-3 kali
3 Anjurkan klien nafas dalam
be-berapa kali, dikeluarkan
dengan pelan-pelan dan
batukkan di akhir ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1. Bersihkan sekret di mulut,
hidung dan trakhea /
tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan
nafas
3. Jelaskan pada klien /
keluarga tentang pentingnya
pemberian O2
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai
ke-butuhan : kanul na-sal 1-3
l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang
O2, air humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan
O2 : gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama
dalam transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga
untuk mengamati persediaan
O2, air humidifier, jika habis
laporkan petugas

3. Resiko aspirasi b.d Setelah dilakukan tindak-an Airway Suctioning (3160)


aku-mulasi secret, sesak keperawatan selama … x 24 1 Pastikan kebutuhan
nafas jam pasien tidak me-ngalami suctioning
Faktor Resiko : aspirasi, dengan kriteria : 2 Auskultasi suara napas
- Penurunan reflek sebelum dan sesudah suctioning
ba-tuk dan gag reflek Respiratory status : ventilation 3 Informasikan pada klien
- Ngt (0403) dan keluarga tentang suctioning
- Penurunan - Respirasi dalam ren- 4 Meminta klien napas dalam
kesadaran tang normal se-belum suctioning
- Gangguan - Ritme dalam batas 5 Berikan O2 dengan kanul
menelan normal nasal untuk memfasilitasi
- Produksi secret - Ekspansi dada si-metris suctioning nasotrakhea
me-ningkat - Tidak ada sputum di 6 Gunakan alat yang steril
- Dispneu jalan napas setiap melakukan tindakan
- Tidak ada pengguna-an 7 Anjurkan klien napas dalam
otot-otot tambahan dan istirahat setelah kateter
- Tidak ada retraksi da-da dikeluarkan dari nasotrakheal
- Tidak ditemukan se-sak 8 Monitor status O2 klien
nafas / dispneu 9 Hentikan suction apabila
- Dispneu saat aktivitas klien me-nunjukkan bradikardi
tidak ditemukan
- Napas pendek-pen-dek Airway manajemen ( 3140)
tidak ditemukan 1 Buka jalan napas, gunakan
- Tidak ditemukan tak-til teknik chin lift atau jaw thrust
fremitus bila perlu
- Tidak ditemukan su-ara 2 Posisikan klien untuk
napas tambahan memak-simalkan ventilasi
3 Identifikasi klien perlunya
Respiratory status : gas pema-sangan jalan napas buatan
ekchange (0402) 4 Pasang mayo bila perlu
- Status mental dalam 5 Lakukan fisioterapi dada
batas normal bila perlu
- Bernapas dengan mu- 6 Keluarkan secret dengan
dah batuk atau suction
- Gelisah tidak ditemu- 7 Auskultasi suara napas,
kan catat adanya suara nafas
- Tida ada sianosis tambahan
- Somnolen tidak dite- 8 Kolaborasi pemberian
mukan bronkodilator bila perlu
9 Monitor respirasi dan status
oksigen
Aspiration Precaution (3200)
1. Monitor tingkat kesadaran,
reflek batu, gag reflek dan
kemampuan menelan.
2. Monitor status paru-paru
3. Pertahankan airway
4. Alat suction siap pakai,
tempatkan disamping bed, dan
suction sebelum makan
5. Beri makanan dalam jumlah
kecil
6. Pasang NGT bila perlu
7. Cek posisi NGT sebelum
mem-berikan makan
8. Cek residu sebelum
memberikan makan
9. Hindari pemberian
makanan jika residu banyak
10. Libatkan keluarga selama
pembe-rian makan
11. Potong makanan menjadi
kecil-kecil
12. Mintakan obat dalam bentuk
sirup
13. Puyer pil sebelum diberikan
14. Jaga posisi kepala pasien
elevasi 30-40° selama dan
setelah pem-berian makan
15. Anjurkan pasien / atur posisi
klien semi fowler atau fowler
ketika makan
16. K/p per sonde atau drip
feeding
17. Cek apakah makanan mudah
di telan

Posisitioning/Mengatur posisi
(0840)
1. Atur posisi pasien semi
fowler, ekstensi kepala
2. Miringkan kepala bila
muntah

Respirasi Monitoring (3350)


1. Monitor rata-rata, ritme,
kedalaman, dan usaha napas
2. Catat gerakan dada apakah
simetris, ada penggunaan otot
tambahan, dan retraksi
3. Monitor crowing, suara
ngorok
4. Monitor pola napas :
bradipneu, takipneu, kusmaul,
apnoe
5. Dengarkan suara napas :
catat area yang ventilasinya
menurun / tidak ada dan catat
adanya suara tam-bahan
6. K/p suction dengan
mendengarkan suara ronkhi atau
krakles
7. Monitor peningkatan
gelisah, ce-mas, air hunger
8. Monitor kemampuan klien
untuk batuk efektif
9. Catat karakteristik dan
durasi batuk
10. Monitor sekret di saluran
napas
11. Monitor adanya krepitasi
12. Monitor hasil rontgen thorak
13. Bebaskan jalan napas
dengan chin lift atau jaw thrust
bila perlu
14. Resusitasi bila perlu
15. Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi, atau
terapi inhalasi)
4. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindak-an Monitor Cairan (4130)
volume cairan keperawatan selama 1. Tentukan riwayat jenis dan
… X 24 jam klien tidak banyaknya intake cairan dan
Faktor resiko : mengalami kekurangan cairan. kebiasaan eleminasi
- Kehilangan 2. Tentukan faktor resiko yang
melalui rute normal : Hidrasi (0602) me-nyebabkan
muntah Kriteria hasil : ketidakseimbangan cairan
- Sesak napas - Hidrasi kulit adekuat (hipertermi diuretik, kelainan
sehingga sehingga - Tekanan darah dalam ginjal, muntah, poliuri, diare,
mempenga-ruhi intake batas normal diaporesis, terpapar panas,
menjadi kurang - Nadi teraba infeksi)
- Peningkatan - Membran mukosa 3. Menimbang BB
metabo-lisme lembab 4. Monitor vital sign
- Diaporesis - Turgor kulit normal 5. Monitor intake dan output
- Berat badan stabil dan 6. Periksa serum, elektrolit
dalam batas normal dan mem-batasi cairan bila
- Kelopak mata tidak diperlukan
cekung 7. Jaga keakuratan catatan
- Urin out put normal intake dan out-put
- Tidak demam 8. Monitor membrane mukosa,
- Tidak ada rasa haus turgor kulit dan rasa haus
yang sangat 9. Monitor warna dan jumlah
- Tidak ada napas pen- urin
dek / kusmaul 10. Monitor distensi vena leher,
krakles, odem perifer dan
Balance Cairan (0601) peningkatan berat badan.
Kriteria hasil : 11. Monitor akses intravena
- Tekanan darah nor-mal 12. Monitor tanda dan gejala
- Nadi perifer teraba asites
- Tidak terjadi orto-statik 13. Catat adanya vertigo
hypotension 14. Berikan cairan
- Intake-output seim-bang 15. Pertahankan aliran infus
dalam 24 jam sesuai advis
- Serum, elektrolit da-lam
batas normal. Manajemen Cairan (4120)
- Hmt dalam batas normal 1. Timbang berat badan sesuai
- Tidak ada suara napas kebutuhan dan monitor
tambahan kecenderungannya.
- BB stabil 2. Timbang popok
- Tidak ada asites, ede-ma 3. Pertahankan keakuratan
perifer catatan intake dan output
- Tidak ada distensi vena 4. Pasang kateter kalau perlu
leher 5. Monitor status hidrasi
- Mata tidak cekung (kelembaban mem-bran
- Tidak bingung mukosa, denyut nadi, tekanan
- Rasa haus tidak ber- darah)
lebihan / rakus 6. Monitor vital sign
- Membrane mukosa 7. Monitor tanda-tanda
lembab overhidrasi / kelebihan cairan
- Hidrasi kulit adekuat (krakles, edema perifer, distensi
vena leher, asites, edema pulmo)
8. Berikan cairan intravena
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan intake oral selama
24 jam
11. Berikan cairan dengan
selang (NGT) bila perlu
12. Monitor respon klien
terhadap terapi elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada
tanda dan gejala kelebihan
cairan

Manajemen Hipovolemia (4180)


1 Monitor status cairan
intake dan output
2 Pertahankan patensi akses
intravena
3 Monitor Hb dan Hct
4 Monitor kehilangan cairan
(perda-rahan, muntah, diare)
5 Monitor tanda vital
6 Monitor respon pasien
terhadap perubahan cairan
7 Berikan cairan isotonic /
kristaloid (NaCl, RL)
8 Monitor tempat tusukan
intravena dari tanda infiltrasi
atau infeksi
9 Monitor IWL (missal :
diaporesis)
10 Anjurkan klien untuk
menghindari mengu-bah posisi
dengan cepat, dari tidur ke
duduk atau berdiri
11 Monitor berat badan
12 Monitor tanda dehirasi (
turgor kulit menurun, pengisian
kapiler lambat, membrane
mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus
me-ningkat, nadi lemah)
13 Dorong intake oral
(distribusikan cairan selama 24
jam dan beri cairan diantara
waktu makan)
14 Pertahankan aliran infuse
15 Posisi pasien Trendelenburg
/ kaki ele-vasi lebih tinggi dari
kepala ketika hipotensi jika
perlu

Monitoring Elektrolit (2020)


1 Monitor elektrolit serum
2 Laporkan jika ada
ketidakseimbangan elektrolit
3 Monitor tanda dan gejala
ketidakseim-bangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor,
mual dan muntah, letargi, ce-
mas, bingung, disorientasi, kram
otot, nyeri tulang, depresi
pernapasan, gangguan irama
jantung, penurunan kesadaran :
(apatis, coma)

Manajemen Elektrolit (2000)


1 Pertahankan cairan infus
yang me-ngandung elektrolit
2 Monitor kehilangan
elektrolit lewat suction
nasogastrik, diare, diaporesis
3 Bilas NGT dengan normal
salin
4 Berikan diet makanan yang
kaya kalium
5 Berikan lingkungan yang
aman bagi klien yang
mengalami gangguan neurologis
atau neuromuskuler
6 Ajari klien dan keluarga
tentang tipe, penyebab, dan
pengobatan ketidak-seimbangan
elektrolit
7 Kolaborasi dokter bila tanda
dan gejala ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien
terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping
pemberian suplemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter
pemberian obat yang
mengandung elektrolit
(aldakton, Kcl, Kalsium
Glukonas).
11. Berikan suplemen elektrolit
baik lewat oral, NGT, atau
infus sesuai advis dokter
5. Kurang pengetahuan Setelah diberikan penje-lasan Teaching : Disease
b.d kurang infor-masi, selama … X per-temuan klien / Process (5602)
keterbatasan kogni-si, orang tua mengetahui dan 1. Berikan penilaian tentang
tak familier dengan mema-hami tentang penyakit- tingkat pengetahuan klien /
sumber informasi. nya, dengan criteria : orang tua tentang proses
penyakitnya
Batasan Karakteristik : Knowledge : Disease Process 2. Jelaskan patofisiologi asma
- Mengungkapkan (1803) : dan bagaimana hal ini
ma-salah - Mengetahui jenis / berhubungan dengan anatomi
- Tidak tepat nama penyakitnya dan fisiologi dengan cara yang
mengi-kuti perintah - Mampu menjelaskan sesuai.
- Tingkah laku proses penyakit
yang berlebihan
(histeris, bermusuhan, - Mampu menjelaskan 3. Gambarkan tanda dan
agitasi, apatis) factor resiko gejala yang biasa muncul pada
- Mampu menjelaskan asma dengan cara yang sesuai
efek penyakit 4. Gambarkan proses penyakit
- Mampu menjelaskan asma dengan cara yang sesuai
tanda dan gejala penyakit 5. Identifikasi kemungkinan
- Mampu menjelaskan penyebab dengan cara yang
komplikasi tepat
- Mampu menjelaskan 6. Bantu klien / orang tua
bagaimana mencegah mengenali factor pencetus
komplikasi serangan asma
7. Berikan informasi pada
Knowledge : Health klien / orang tua tentang kondisi
behavors(1805) klien dengan tepat
- Mampu menjelaskan 8. Informasikan kepada orang
pola nutisi yang sehat tua tentang kemajuan /
- Mampu menjelaskan perkembangan penyakit klien
aktifitas yang ber-manfaat dengan cara yang sesuai
- Mampu menjelaskan 9. Sediakan informasi tentang
efek tembakau / merokok peng-ukuran diagnostik yang
- Mampu menjelaskan ada
teknik manajemen stress 10. Diskusikan perubahan gaya
- Mampu menjelaskan hidup yang mungkin diperlukan
efek zat kimia untuk mencegah komplikasi di
- Mampu menjelaskan masa yang akan datang dan atau
bagaimana mengura-ngi resiko proses pe-ngontrolan penyakit
sakit 11. Diskusikan pilihan terapi
- Mampu menjelaskan atau penanganan
bagaimana menghin-dari 12. Gambarkan pilihan rasional
lingkungan yang berbahaya reko-mendasi manajemen terapi
(factor pencetus) / pe-nanganan
- Mampu menjelaskan 13. Dukung klien / orang tua
pemakaian obat se-suai resp untuk mengeksplorasikan atau
men-dapatkan second opinion
dengan cara yang tepat
14. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan dengan
cara yang tepat
15. Instruksikan klien / orang
tua mengenai tanda dan gejala
asma untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
16. Kuatkan informasi yang
disediakan tim kesehatan yang
lain dengan cara yang tepat

Teaching Procedur / Treatment


(5618)
1. Informasikan kepada klien
dan orang tua kapan prosedur
pengobatan akan di-laksanakan
2. Informasikan seberapa lama
prosedur pengobatan akan
dilakukan
3. Informasikan tentang
peralatan yang akan digunakan
dalam pengobatan
4. Informasikan kepada orang
tua siapa yang akan melakukan
prosedur pe-ngobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan
dilakukan prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien
untuk kooperatif saat dilakukan
prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan
yang mungkin akan dialami
selama di-lakukan prosedur
pengobatan
6. Takut b.d hospitalisasi, Setelah dilakukan tindak-an Coping enhancement (5230)
tindakan invasife, terapi keperawatan selama … X 24
inhalasi, pengalaman / jam rasa takut klien hilang / 1. Kaji respon takut pasien :
lingkungan yang kurang berkurang, de-ngan kriteria : data objektif dan subyektif
bersahabat.(00148) 2. Jelaskan klien / keluarga
Fear control (1404) : tentang proses penyakit
Batasan karakteristik : - Klien tidak menye-rang 3. Terangkan klien / keluarga
- Panik atau menghin-dari sumber yang tentang semua pemeriksaan dan
- Teror menakutkan pengobatan
- Perilaku - Klien menggunakan 4. Sampaikan sikap empati
menghindar atau teknik relaksasi un-tuk (diam, memberikan sentuhan,
menyerang mengurangi takut mengijinkan menangis,
- Impulsif - Klien mampu me- berbicara dll)
- Nadi, respirasi, ngontrol respon takut 5. Dorong orang tua untuk
TD sistolik meningkat - Klien tidak melarikan selalu menemani anak
- Anoreksia diri. 6. Berikan pilihan yang
- Mual, muntah - Durasi takut menurun realistik tentang aspek
- Pucat - Klien kooperatif saat perawatan
- Stimulus sebagai dilakukan perawatan dan 7. Dorong klien untuk
an-caman pengobatan (terapi inhalasi) melakukan aktifitas sosial dan
- Lelah komunitas
- Otot tegang Anxiety control (1402) 8. Dorong penggunaan sumber
- Keringat - Tidur pasien adekuat spi-ritual
meningkat - Tidak ada manifestasi
- Gempar fisik Anxiety Reduction (5820)
- Ketegangan - Tidak ada manifestasi 1. Jelaskan semua prosedur
mening-kat perilaku termasuk perasaan yang
- Menyatakan - Klien mau berinter-aksi mungkin dialami selama
takut sosial menjalani prosedur
- Menangis 2. Berikan objek yang dapat
- Protes mem-berikan rasa aman
- Melarikan diri 3. Berbicara dengan pelan dan
tenang
4. Membina hubungan saling
percaya
5. Jaga peralatan pengobatan
di luar penglihatan klien
6. Dengarkan klien dengan
penuh perhatian
7. Ciptakan suasana saling
percaya
8. Dorong klien
mengungkapkan perasaan,
persepsi dan takut secara verbal
9. Berikan peralatan / aktivitas
yang menghibur untuk
mengurangi ke-tegangan
10. Anjurkan klien
menggunakan tek-nik relaksasi
11. Anjurkan orang tua untuk
mem-bawakan mainan kesukaan
dari rumah
12. Libatkan orang tua dalam
pe-rawatan dan pengobatan
13. Berikan lingkungan yang
tenang, batasi pengunjung
7. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindak-an Terapi Aktivitas (4310)
ketidakseimbangan keperawatan selama … x 24 1 Catat frekuensi jantung
suplai dan kebutuhan jam, klien mampu mencapai : irama, pe-rubahan tekanan darah
O2, ke-lemahan activity to-leransi , dengan sebelum, selama, setelah
Batasan Karakteristik : kriteria : aktivitas sesuai indi-kasi
- Laporan kerja : 2 Tingkatkan istirahat, batasi
kele-lahan dan Activity tolerance (0005) aktivitas dan berikan aktivitas
kelemahan - Saturasi oksigen da-lam senggang yang tidak berat
- Respon terhadap batas normal ke-tika 3 Batasi pengunjung
ak-tivitas menunjukkan beraktivitas 4 Monitor / pantau respon
nadi dan tekanan darah - HR dalam batas nor-mal emosi, fisik, sosial dan spiritual
abnormal ketika aktivitas 5 Jelaskan pola peningkatan
- Perubahan EKG - Respirasi dalam batas aktivitas secara bertahap
me-nunjukkan aritmia / normal saat aktivitas 6 Bantu klien mengenal
disritmia - Tekanan darah sisto-lik aktivitas dengan penuh arti
dalam batas nor-mal saat 7 Bantu klien mengenal
beraktivitas pilihan untuk beraktivitas
- Dispneu dan - Tekanan darah dias- 8 Tentukan klien komitmen
ketidak-nyamanan yang tolik dalam batas nor-mal saat untuk meningkatkan frekuensi
sa-ngat beraktivitas untuk aktivitas
- Gelisah - EKG dalam batas 9 Kolaborasi yang
normal berhubungan de-ngan fisik,
- Warna kulit terapi rekreasi, pe-ngawasan
- Usaha bernafas saat program aktivitas yang tepat
beraktivitas 10 Bantu klien membuat
- Berjalan di ruangan rencana yang khusus untuk
- Berjalan jauh pengalihan aktivitas rutin tiap
- Naik tangga hari
- Kekuatan ADL 11 Bantu klien / keluarga
- Kemampuan ber- mengenal ke-kurangan mutu
bicara saat latihan aktivitas
12 Latih klien / keluarga
mengenai peran fisik, sosial,
spiritual , pe-ngertian aktivitas
didalam peme-liharaan
kesehatan
13 Bantu klien / keluarga
menye-suaikan lingkungan
dengan ke-inginan aktivitas
14 Berikan aktivitas yang
mening-katkan perhatian dalam
jangka wak-tu tertentu
15 Fasilitasi penggantian
aktivitas ketika klien sudah
melewati batas waktu, energi
dan pergerakan
16 Berikan lingkungan yang
tidak berbahaya untuk berjalan
sesuai indikasi
17 Berikan bantuan yang positif
untuk partisipasi didalam
aktivitas
18 Bantu klien menghasilkan
motivasi sendiri
19 Monitor emosi, fisik, sosial,
dan spiritual dalam aktivitas
20 Bantu klien / keluarga
monitor men-dapatkan
kemajuan untuk men-capai
tujuan

Manajemen Energi (0180)


1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
2. Dorong mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang
menyebabkan adanya kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat
5. Monitor klien adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur / istirahat klien

Manajemen Disritmia (4090)


1. Mengetahui dengan pasti
klien dan keluarga yang
mempunyai riwayat jantung.
2. Monitor dan periksa
kekurangan O2, keseimbangan
asam basa, elektrolit.
3. Rekam EKG
4. Anjurkan istirahat setiap
terjadi serangan.
5. Catat frekuensi dan
lamanya serangan .
6. Monitor status
hemodinamik.

8. Defisit self care b.d Kebutuhan ADL klien NIC: Membantu perawatan diri
kele-mahan, dengan terpenuhi selama pera-watan klien Mandi dan toiletting
kelelahan, sesak nafas Indikator: Aktifitas:
- Klien tampak bersih dan 1. Tempatkan alat-alat mandi
Batasan karakteristik : rapi ditempat yang mudah dikenali
- Klien tidak - Mengerti secara seder- dan mudah dijangkau klien
mampu mengambil hana cara mandi, ma-kan, 2. Libatkan klien dan dampingi
makanan toileting, dan ber-pakaian serta 3. Berikan bantuan selama klien
- Klien tidak mau mencoba secara aman masih mampu mengerjakan
mampu ke toilet tanpa cemas sendiri
- Klien tidak - Klien mau berpartisipasi 4. Libatkan keluarga dalam
mampu ke kamar mandi dengan senang hati tanpa memenuhi kebutuhan mandi dan
- Klien tidak keluhan dalam memenuhi ADL toileting
mampu memakai baju - Kebutuhan makan mi-
sendiri num, mandi, toileting, dll NIC: ADL Berpakaian
terpenuhi Aktifitas:
1. Informasikan pada klien
dalam memilih pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat
yang mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
berpakaian
NIC: ADL Makan
1. Anjurkan duduk dan berdo’a
bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum
mampu dan beri contoh
4. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan makan
dan minum
5. Beri rasa nyaman saat makan
DAFTAR PUSTAKA

Nining. 2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat dalam http://ns-nining.blogspot.com/2009/07/koma-


hipoglikemi.html

Askep Hipoglikemia. Dimuat dalam http://blog.ilmukeperawatan.com/askep-hipoglikemia.html

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and
NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey

Anda mungkin juga menyukai