PENDAHULUAN
Akhir ini terdapat kasus yang sedang ramai dibicarakan publik baik dari
media cetak, penyiaran, maupun di media sosial. Kasus yang bergulir di masyarakat
tersebut adalah kasus dugaan korupsi E- KTP yang dilakukan oleh Setya Novanto,
Ketua DPR RI periode 2014-2019. Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Ketua
DPR RI Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP yang
diduga merugikan negara Rp2,3 triliun.Dia diduga memiliki peran dalam proses
penganggaran atau pengadaan barang dan jasa. Ketua Umum Partai Golkar ini
juga diduga telah mengkondisikan pemenang pengadaan e-KTP.
Setya Novanto sendiri telah diminta untuk hadir dalam sidang tetapi ia kerap
tidak dapat hadir sehingga akhirnya KPK pun mengeluarkan surat penangkapan yang
ditujukan kepada Setya Novanto pada hari Rabu, 15 November 2017. KPK mendatangi
rumah Setya Novanto di Jalan Wijaya XIII, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan untuk
dijemput secara paksa namun ternyata Setya Novanto tidak ditemui dilokasi. Berbagai
argument pun bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa ia selalu mencari alasan agar
tidak hadir dalam sidang,ada yang mengatakan bahwa dirinya melarikan diri, dan ada
juga beberapa pihak yang mengatakan Setya Novanto mendapat tugas di luar kota. Lalu
jika memang benar Setya Novanto melarikan diri, apa yang akan terjadi ?
Selain itu jika memang terbukti Setya Novanto melarikan diri, ia bisa saja
terkena pelangaran hukum terkait menghalangi penyidikan sesuai dengan yang
tercantum pada Pasal 216 ayat (1): “Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang
tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana, demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegha,
mengalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang-
undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu.”
Selain itu jika Setya Novanto memang melarikan diri hal ini bisa menjadi faktor
yang akan memberatkan dirinya di penuntutan sesuai dengan yang telah dikatakan oleh
Mahfud “ Melarikan diri bisa jadi tindak pidana sendiri menghalangi penyidikan, tapi
bisa menjadi faktor memberatkan di penuntutan.”
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
1. Menganalisis kasus yang terjadi dengan cermat dan mengaitkannya dengan materi
pancasila yang telah disajikan oleh dosen
2. Mengembakngkan kasus tersebut dan membuat landasan hukum yang dilanggar.
3. Menjelaskan Solusi/pemecahan masalah yang terbaik terhadap kasus yang dianalisis
BAB II
ANALISIS KASUS.
A.Analisis Kasus Setya Novanto yang berhubungan dengan Hakikat dan Kedudukan
Pancasila
Seperti kita ketahui bersama,bahwa hakikat pancasila itu adalah Sebagian aspek
kehidupan bangsa Indonesia selalu mencerminkan, menjunjung tinggi dan tidakboleh
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.pengamalan pancasila itu tidak memiliki
sifatimperative (memaksa).Nah,jika kita liat banyak sekali kasus yang menimpa setnov
saat ini mulai dari SIdang E-KTP,Papa minta saham,kasus pembuangan limbah di kepri
tahun 2006,dan masih banyak lagi.Ini tidak lepas dari kurangnya kesadaran akan
pentingnya hakikat pancasila yaitu menjunjung tinggi nilai nilai pancasila terutama sila
1 yaitu “Ketuhanan yang maha esa” dan sila ke lima yaitu “Keadilan social bagia
seluruh Indonesia”.Mengapa saya memilih sila ke 1 dan ke 5 dan apa kaitannya dengan
kasus setnov tersebut?Karena jika kita cermati bersama,bahwa Setya Novanto alias
setnov telah melanggar sila ke 1 yaitu ketuhanan yang maha esa karena dalam
perbuatannya tanpa dilandasi ketakutan kepada sang pencipta yaitu khalik,berbuat
sekehendaknya tanpa adanya rasa percaya kepada allah. Padahal allah telah
menjelaskan bahwa berfikirlah dulu sebelum bertindak(kalau tidak salah).Tidak hanya
berpangku pada sila pertama saja,namun setnov juga melanggar sila kelima yaitu
“Keadilan social bagi seluruh Indonesia”.Bagaimana tidak,setnov telah merugikan
rakyat,bangsa,dan negra dengan kasus korupsi E-KTP.Uang yang seharusnya untuk
kepentingan negara,malah disalahgunakan.Untungnya dapat oleh dia ruginya kepada
masyarakat kalangan menengah kebawah karena uang untuk E-KTP yang dikeluarkan
malah diselewengkan untuk kepentingan pribadi,tapi anehnya,selama kurang lebih 1
tahun pamornya masih meninggi di kalangan politik.Apakah ini namanya
keadilan?Keadilan yang seharusnya dapat dirasakan oleh orang kalangan atas dengan
kalangan bawah/Intinya semua bias merasakan.Begitulah sedikit gambaran sebelum
masuk ke penjelasan yang lebih rinci tentang esensi yang bertentangan dengan pancasila
Sebagai rakyat yang hidup didalam sebuah negara yang berlandaskan hukum adalah
diwajbkan untuk mentaati hukum yang berlaku didalam negara Indonesia dalam
konteksnya, sedangkan hukum yang dimaksud ialah hukum yang berlandaskan UUD
1945 yang berdasarkan Pancasila, sebagaimana dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (1)
mengenai WARGA NEGARA DAN KEPENDUDUKAN yang menyatakan "Segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya."
Akan tetapi dilain pihak banyak para oknum-oknum pejabat yang seakan-akan
menunjukkan superioritasnya dimata hukum dan cenderung menyepelekannya yang jika
diartikulasikan banyak pejabat yang menjadi terduga kasus korupsi memiliki imunitas
atau kekebalan terhadap penegakan hukum.
Dan yang terbaru ialah kasus korupsi mega proyek E-KTP yang menjerat banyak nama
pejabat baik di tingkat pusat maupun daerah. Akan tetapi yang menjadi sorotan ialah
kasus dugaan korupsi proyek E-KTP yang menjerat ketua umum Dewan Perwakilan
Rakyat, yakni Setya Novanto yang dinilai oleh masyarakat terlalu banyak melakukan
drama untuk menghindar dari hukum.
Perilaku seperti ini adalah merupakan contoh buruk dari pejabat bangsa ini yang tidak
mentaati proses berjalannya hukum dinegara ini,, mulai dari tidak menghadiri
pengadilan yang dilaksanakan sampai yang terburuk ialah melakukan pembangkangan
terhadap proses hukum yang semestinya harus dilaksanakan demi menjamin kesamaan
hak dan kewajiban sebagai rakyat dimata hukum dan ketika seorang pejabat yang
tersangkut masalah korupsi.
Pembangkangan terhadap proses hukum yang ada didalam negara yang dimaksud
adalah tidak menghadiri proses hukum yang sedang berjalan yang rasanya sudah
lengkalah dan layak disebut sebagai pembangkangan terhadap hukum dan ketika
melakukan pembangkangan terhadap hukum maka bolehlah kita (Bangsa) ini
menyebutnya sebagai "Pengkhianat Negara dan Bangsa" dan mau tidak mau harus
dicabut hak-haknya sebagai warga negara.
Perilaku Ketua DPR-RI yang sedemikian rupa tentu memberikan pengaruh terhadap
stigma masyarakat terhadap hukum dinegara ini yang dapat ditarik kesimpulan bahwa
pejabat tinggi memiliki imunitas terhadap hukum dan seenaknya menyepelekan proses
penegakan hukum.
Dalam perspektif Pancasila perilaku Setya Novanto adalah telah benar-benar menciderai
nilai-nilai pancasila yang idealnya melekat didalam diri bangsa ini khususnya pejabat
negara sebagai suatu mesin yang menyelenggarakan pemerintahan negara ini. Pancasila
bukan hanya sebuah ideologi yang dihasilkan dari sebuah kesepakatan semata akan
tetapi pancasila juga sebagai falsafah negara yang mengatur, merumuskan kebijakan,
membuat perundang-undangan dan produk hukum lainnya.
Meminjam pendapat Abdurrahman Wahid (1991:163) yang dikutip oleh Cholisin
(2012: 2) " menyatakan Pancasila sebagai falsafah negara berstatus sebagai kerangka
berpikir yang harus diikuti dalam menyusun undang-undang dan produk hukum yang
lain, dalam merumuskan kebijakan pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal
antar lembaga-lembaga dan perorangan yang hidup dalam kawasan negara ini." Dari
pendapat Abdurrahman Wahid maka dapat dijabarkan bahwa segala sesuatu tentang
perundang-undangan dan produk hukum lainnya adalah berasal dari pancasila sebagai
falsafah negara ini, yang kebenarannya tentu sudah disusun secara sistematis.
Dan kesejahteraan yang dimaksud ialah kesejahteraan secara haqiqi dan secara jelas
dimuat dalam pembukaan UUD 1945 Alinea ke-4 yang berbunyi "kemudian daripada
itu, untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum,...................." dan perilaku seperti yang dilakukan oleh Ketua DPR
tentu akan juga menghambat tujuan daripada negara ini untuk memajukan kesejahteraan
umum dan negara akan mengeluarkan lebih banyak biaya untuk menuntaskan sebuah
permasalahan korupsi apabila oknum yang menjadi terduga berperilaku seperti ini
semua dan juga akan menghambat proses penyelesaian kasus korupsi lainnya, dengan
terhambatnya penyelesaian kasus korupsi juga berarti menghambat kesejahteraan sosial
didalam masyarakat atau bangsa ini dan justru akan memunculkan permasalahan
permasalahan baru yang akan semakin ruwet.
Dan seharusnya seorang ketua DPR idealnya dapat menjadi contoh sebagai wakil rakyat
yang baik dengan menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan yang taat terhadap
hukum yang berlaku dan menerima seluruh keputusan yang akan dijatuhkan kepadanya
nantinya, apakah ditetapkan sebagai tersangka atau tidak dengan menaruh kepercayaan
terhadap penegakan hukum yang dilakukan penegak hukum, sebab adalah hal yang
tidak mungkin lembaga setingkat KPK melakukan penetapan atau penyidikan terhadap
pejabat yang terindikasi terlibat kasus korupsi dengan asal-asalan atau dalam arti
ngawur, mencari-cari kesalahan untuk menumbangkan jabatan seseorang yang berarti
KPK berpolitik padahal KPK adalah lembaga non politik.
B.Pasal Pasal yang berhubungan dengan kasus setya Novanto dan punya kaitan dengan
Konstitusi dan Nilai pancasila
PASAL 1
(1) Anggota dalam setiap tindakannya harus mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan.
PASAL 3
(2) Anggota sebagai wakil rakyat memiliki pembatasan pribadi dalam bersikap,
bertindak, dan berperilaku.
(5) Anggota dilarang meminta dan menerima pemberian atau hadiah selain dari apa
yang berhak diterimanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PASAL 4
(1) Anggota harus bersikap profesional dalam melakukan hubungan dengan Mitra
Kerja.
(2) Anggota dilarang melakukan hubungan dengan Mitra Kerjanya untuk maksud
tertentu yang mengandung potensi korupsi, kolusi dan nepotisme.
PASAL 7
Anggota wajib menjaga Rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil Rapat
yang dinyatakan sebagai Rahasia sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan atau
sampai dengan masalah tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum
PASAL PIDANA
(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum,
diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang rnaupun menghapuskan piutang
diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah):
(e) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
Pasal 15
Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.
Penjelasan : Ketentuan ini merupakan aturan khusus karena ancaman pidana pada
percobaan dan pembantuan tindak pidana pada umumnya dikurangi 1/3 (satu pertiga)
dari ancaman pidananya.
C.Kasus Setya Novanto yang berkaitan dengan Aspek Ekonomi dan Aspek Hukum
Pancasila(Implementasi Nilai Keadilan)
1.Aspek Ekonomi
Lantas kita ketahui bersama bahwa setnov telah menggelapkan dana paja E-KTP
sehingga membuat ketimpangan yang jelas antara pemimpin dengan rakyat.KPK baru
mengumumkan total kerugian negara dalam kasus ini pada 2016, yakni sebesar Rp 2,3
triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp 250 miliar dikembalikan kepada negara oleh 5
korporasi, 1 konsorsium, dan 14 orang. Nilai kerugian negara dari Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Angkanya pun sangat fantastis yang lebih dari
Rp 2 triliun.
2.Aspek Hukum
akan saya jabarkan mungkin hanya sebagian dari beberapa pemecahan masalah yang
mungkin banyak ruang lingkupnya,dan mungkin dalam pemecahan masalah ini tidak
terfokus kepada bagaimana cara pemberantasan E-KTP tetapi lebih kepada cara
dalam artian yang sempit(yaitu E-KTP itu sendiri) pemecahan masalah ini juga
berhubungan dengan materi pancasila pada bab terakhir yaitu “Membangun Kesadaran
Hukum”.
Sebelum Kita menelusuri lebih lanjut tentang apa apa saja yang akan dipecahkan
dari permasalahn tersebut,marilah liat terlebih dahulu pentingnya kesadarn hukum di
Indonesia.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali.Kesadaran
hukum merupakan faktor dalam penemuan hukum.Maka sumber segala hukum adalah
kesadaran hukum. Oleh sebab itu yang disebut hukum hanyalah yang dapat memenuhi
kesadaran hukum kebanyakan orang, maka undang-undang yang tidak sesuai dengan
kesadaran hukum kebanyakan orang akan kehilangan kekuatan mengikat.
Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa pentingnya kesadaran hukum
bagi seluruh manusia ,baik atasan maupun bawahan.karena jika kita mempuntai
kesadarn hukum yang tinggi maka kita akan hidup aman,tentram dan nyaman dan
terhindar dari segala tindak pidana.Sama halnya dengan kasus Setya Novabto,seperti
kita ketahui bersama bahwa beliau sudah jelas rendah kesadaran hukumnya,tidak
memiliki jiwa kesadarn hukum sama sekali.Akibatnya dia berurusan dengan ranah
kepolisisan akibat dari ulah yang dia perbuatan.Selain itu masa tuanya akan dinikmati di
1. Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga
yang independen yang khusus menangani korupsi. Sebagai contoh di beberapa
negara di-dirikan lembaga yang dinamakan Ombudsman. Lembaga ini pertama
kali didirikan oleh Parlemen Swedia dengan nama Justitieombudsmannen pada
tahun 1809. Peran lembaga ombudsman --yang kemudian berkembang pula di
negara lain--antara lain menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak
mengkomplain apa yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya.
Selain itu lembaga ini juga memberikan edukasi pada pemerintah dan
masyarakat serta mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi
lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan. Salah satu
peran dari ombudsman adalah mengembangkan kepedulian serta pengetahuan
masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur
dan efisien dari pegawai pemerintah (UNODC : 2004). Di Hongkong dibentuk
lembaga anti korupsi yang bernama Independent Commission against
Corruption (ICAC); di Malaysia dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA).
Kita sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk memberantas
korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga peradilan
baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga
Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus
bersikap imparsial (tidak memihak), jujur dan adil. Banyak kasus korupsi yang
tidak terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk.
Bila kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable), mungkin masih dapat
dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum
harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau
(unwilling) atau tidak memiliki keinginan yang kuat (strong political will) untuk
memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi.
Tentunya akan menjadi malapetaka bagi bangsa ini bukan? Dimana lagi kita
mencari keadilan ?
1. Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum maupun sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat
memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki
khususnya apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi
dialihkan kepemilikannya kepada orang lain misalnya anggota keluarga.
2. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat,
daerah maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi
adalah dengan melakukan lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat
harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari
pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang
dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun
memonitor hal ini
3. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan anggota
militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam kondisi ini.
Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai
negeri dan anggota militer juga perlu dikembangkan.
Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat untuk
mendapatkan akses terhadap informasi (access to information). Sebuah sistem harus
dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala
informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup
orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk membuat
kebijakan dan menjalankannya secara transparan.Pemerintah memiliki kewajiban
melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan
dijalankan.
Pendidikan antikorupsi bagi siswa mengarah pada pendidikan nilai, yaitu nilai-nilai
kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009) berpendapat bahwa pendidikan yang
mendukung orientasi nilai adalah pendidikan yang membuat orang merasa malu apabila
tergoda untuk melakukan korupsi, dan marah bila ia menyaksikannya. Menurut Suseno,
ada tiga sikap moral fundamental yang akan membuat orang menjadi kebal terhadap
godaan korupsi. Ketiga sikap moral fundamental tersebut adalah kejujuran, rasa
keadilan, dan rasa tanggung jawab.
Melaui pendidikan karakter antikorupsi inilah yang pertama, para siswa sejak usia dini
sudah mengetahui tentang seluk-beluk praktek korupsi sekaligus konsekuensi yang akan
diterima oleh para pelaku. Yang kedua, juga memberikan proses pembelajaran tentang
kepakaan terhadap praktek-praktek korupsi yang ada disekitar kita. Ketiga, mendidik
para siswa dari usia dini tentang akhlak atau moral yang sesuai dengan ajaran-ajaran
sosial keagamaan. Keempat, menciptakan generasi penerus yang bersih dari perilaku
penyimpangan, dan Kelima, membantu seluruh cita-cita warga bangsa dalam
menciptakan clean and good-goverment demi masa depan yang lebih baik dan berada.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kasus korupsi E-KTP yang melibakan setya novanto menunjukkan
bahwa telah dilanggarnya sila ke 1 dan 5 karena dengan adanya korupsi E-KTP secara
besar besaran maka terjadilah ketimpangan yang jelas antara atasan dengan rakyatnya
dan perbuatannya tidak berlandaskan kepada agama.
Pendekatan ekonomi politik berbasis kekuasaan menekankan pada
pentingnya kekuasaan pada hubungan ekonomi. Kasus korupsi proyek e-KTP
membuktikan bahwa kekayaan dapat memberikan kekuasaan. Kasus ini juga
merepresentasikan adanya hubungan timbal balik antara pemilik kekuasaan dari
jabatan dengan pemilik kekuasaan dari kekayaan. Semua ini menunjukkan
bahwa kekuasaan dalam hubungan ekonomi politik itu sangat penting. Itulah
mengapa kami sebagai tim penyusun mendukung asumsi “pendekatan ekonomi
politik berbasis pada kekuasaan berbeda dengan pendekatan neoklasik yang
lebih meminimalisir kekuasaan”.
B.Saran
Menurut saya,masih banyak lagi yang akan diungkap dalam kasus
Setya Novanto ini.namun karena keterbatasan waktu dan tempat,akhirnya saya hanya
mengambil sedikit dari beberapa kasus yang pernah menimpa Setya Novanto. Penulis
menyarankan agar supaya Hukum di Indonesia harus dipertegas jati dirinya lagi,tidak
tajam kebawah tumpul keatas karena itu dapat membuat korupsi semakin merajalela di
Indonesia.Dan perlu adanya pembinaan/Sosialisasi di semua kalangan agar Negara
Indonesia bebas dari KorupsiMenyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penulisan maupun isi,penulis mengucapkan maaf sebesar besarnya
apabila ada kesalahan.Karena kesalahan dating dari diri sendiri dan kebenaran itu dating
dari allah.akhirul kalam penulis ucapkan terima kasih