Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

METODE ANALISIS GEOFISIKA

Oleh
Andris Manafe
1606060069

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah
atau prinsip-prinsip fisika. Didalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas, atmosferis
dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi dibawah permukaan bumi
melibatkan pengukuran diatas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki
oleh batuan didalam bumi. Dari perngukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan
kondisi dibawa permukaan bumi baik secara vertikal maupun horisontal.
Bumi sebagai tempat tinggal manusia secara alami menyediahkan sumber daya alam
yang berlimpah. Kekayaan sumber daya alam indonesia sangat melimpah sehingga kita
sebagai generasi penerus bangsa harus berupaya untuk dapat memanfaatkan sumber daya
yang ada tersebut untuk kesejahteraan bangsa. Keterbatasan ilmu untuk mengolah sumber
daya alam tersebut memang menjadi kendala bagi kita untuk melakukan eksplorasi terhadap
kekayaan alam yang kita miliki tersebut. Sehingga kita merasa perlu untuk mempelajari cara
atau metode untuk mengungkap suatu informasi yang terdapat didalam perut bumi. Salah satu
cara atau metode untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan menggunakan metode
survei geofisika. Survei geofisika yang sering dilakukan selama ini antara lain :
1. Metode Geolistrik
2. Metode Seismik
3. Metode GPR
4. Metode Gravity
5. Metode Magnetik.

Namun dalam makalah ini hanya akan membahas tentang salah satu dari metode geofisika
yaitu metode geolistrik (resistivity/tahanan jenis).
Metode geolistrik (resistivity/tahanan jenis) adalah salah satu metode geofisika untuk
menyelidiki kondisi bawah permukaan dengan mempelajari sifat aliran listrik pada batuan
dibawah permukaan bumi. Metode geolistrik sangat baik untuk mengetahui kondisi atau
struktur geologi bawah permukaan berdasarkan variasi tahanan jenis batuannya, terutama
untuk daerah yang memiliki kontras tahanan jenis yang cukup jelas terhadapa sekitarnya,
misalnya untuk keperluan eksplorasi air tanah dan panas bumi (geothermal).Metode tahanan
jenis didasari oleh hukum Ohm, bertujuan mengetahuijenis pelapisan batuan didasarkan pada

2
distribusi nilai resistivitas pada tiaplapisan. Dengan menginjeksikan arus melalui dua
elektroda arus maka bedapotensial yang muncul dapat terukur dari elektroda potensial.
Variasi hargatahanan jenis akan didapatkan jika jarak masing-masing elektroda diubah,
sesuaidengan konfigurasi alat yang dipakai (metode Schlumberger). Pada metodetahanan
jenis diasumsikan bahwa bumi bersifat homogen isotropik, dimana nilaitahanan jenis yang
terukur bukan merupakan harga sebenarnya akan tetapimerupakan nilai tahanan jenis semu
(apparent Resistivity).
Metode geolistrik secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu geolistrik yang
bersifat pasif dan geolistrik yang bersifat aktif. Pada geolistrik yang bersifat pasif, energi
yang dibutuhkan telah ada terlebih dahulu sehingga tidak diperlukan adanya injeksi atau
pemasukan arus terlebih dahulu. Geolistrik jenis ini disebut Self Potential (SP). Pada
geolistrik yang bersifat aktif, energi yang dibutuhkan ada karena penginjeksian arus ke dalam
bumi terlebih dahulu. Geolistrik jenis ini dibagi menjadi dua metode, yaitu metode resistivitas
(tahanan jenis) dan polarisasi terimbas (induced polarization) (Saputro, 2012)Berdasarkan
letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya,dikenal beberapa jenis metode
geolistrik tahanan jenis, antara lain metodeSchlumberger, metode Wenner dan metode
Dipole-dipole. Metode ini lebihefektif dan cocok digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya
dangkal, Karenajarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki atau
1500kaki. Pada metode tahanan jenis konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikansebagai
bola padat yang mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini,maka seharusnya
resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dantidak bergantung atas spasi
elektroda, namun pada kenyataannya bumi terdiri ataslapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-
beda sehingga potensial yang terukurmerupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka
harga resistivitas yangterukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja,
tetapibeberapa lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar.
Metode geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi
rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial di antara dua buah
elektroda potensial. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang
tetap akan diperoleh suatu variasi beda tegangan yang mengakibatkan variasi nilai resistansi.
Nilai resistansi akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang
dilewatinya

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
3
1. Memahami konsep metode resistivity,
2. Mengetahui sifat kelistrikan batuan,
3. Memahami konsep resistivitas semu,
4. Memahami petunjuk penggunaan resistivity meter, dan
5. Memahami penggunaan metode resistivity dalam penelitian.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Dasar Metode Resistivitas


Konsep dasar metode geolistrik adalah Hukum Ohm yang pertama kali dicetuskan
oleh George Simon Ohm.Pada tahun 1826 Ohm melakukan eksperimen menentukan
hubungan antara tegangan V pada penghantar dan arus I yang melalui penghantar dalam
batas-batas karakteristik parameter penghantar. Parameter itu disebut resistansi R, yang
didefinisikan sebagai hasil bagi tegangan V dan arus , sehingga dituliskan :
𝑉
𝑅= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼𝑅 (Hukum Ohm) (1)
𝐼

Dengan R adalah resistansi bahan (ohm), I adalah besar kuat arus (ampere), dan V adalah
besar tegangan (volt).

Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial atau tegangan antara ujung-ujung


penghantar adalah sama dengan hasil kali resistansi dan kuat arus. Hal ini diasumsikan bahwa
R tidak tergantung I, bahwa R adalah konstan (tetap).

i
V + R
-

Gambar 1. Rangkaian listrik sederhanahubungan resistansi, arus dan tegangan

Arus listrik I pada sebuah penghantar didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik positif (dq)
yang melewati penampang penghantar itu dalam arah tegak lurus per satuan waktu (dt),
sehingga dapat ditulis:

(2)
Ditinjau sebuah kawat dengan panjang terhubung potensial di setiap ujung-ujungnya
sebesar V1(+) dan V2(-) sehingga memberikan beda potensial V, maka terdapat aliran
muatan positif (I) yang bergerak dari potensial tinggi V1(+) ke potensial rendah V2(-). Adanya
beda potensial di antara kedua ujung kawat menyebabkan adanya kuat medan listrik E. Kuat

5
medan listrik Epada penghantar sebanding dengan beda potensial V dan berbanding terbalik
dengan panjang kawat penghantar

(3)
Semakin besar V dan luas penghantar A, maka semakin banyak muatan yang berpindah dan
kelajuan perpindahan muatan pun semakin besar. Ini berarti arus listrik menjadi:

(4)
Besaran rapat arus listrik (J) merupakan besaran vektor arus listrik per satuan luas penghantar
lintang kotak, yaitu :

(5)
dengan J merupakan rapat arus (ampere/m2), Iadalah kuat arus listrik (ampere) dan A adalah
luas penampang penghantar (m2). Apabila pada medium homogen isotropis dialiri arus searah
(I) dengan kuat medan listrik E (volt/meter), maka elemen arus (dI) yang melalui suatu
elemen luas (dA) dengan rapat arus ( ) akan berlaku hubungan:

(6)
Merujuk pada persamaan 3, persamaan 6 rapat arus menjadi:

(7)

dengan adalah konduktivitas penghantar dan adalah resistivitas penghantar. Kuat medan
listrik adalah gradien dari potensial skalar,

(8)

Merujuk pada persamaan 8, maka persamaan 7 dapat ditulis sebagai:

(9)

Kuat arus listrik pada penampang juga bergantung pada jenis penghantar yang
dinyatakan oleh resistivitas penghantar ( ) yang dinyatakan dalam ohmmeter ( m) atau

besaran konduktivitas yang memenuhi hubungan yang dinyatakan dalam (ohmmeter)-


1
. Hubungan antara besar arus listrik dan resistivitas penghantar dapat ditulis sebagai berikut:

atau

6
Persamaan 10 memberi makna bahwa nilai tahanan dari penghantar adalah:

(11)

dengan R=V/I, sehinggaresistivitas (Ohm-meter) adalah:

(12)

dengan 𝜌 adalah hambatan jenis bumi (ohm-meter), 𝑉 adalah potensial (volt), I adalah arus
listrik (ampere,) L panjang lintasan (meter), A adalah luas penampang (meter2).

Gambar 2. Kawat dengan panjang L, luas penampang A yang dialiri arus listrik I

Resistivitas dan konduktivitas adalah besaran-besaran yang menjelaskan mengenai baik


atau buruknya bahan-bahan atau material-material dalam menghantar listrik (Suyoso, 2003 ).

(13)

Persamaan di atas digunakan untuk medium yang homogen sehingga akan terukur
nilai tahanan jenis yang sesungguhnya (True Resistivity) sedangkan untuk medium yang tidak
homogen akan terukur nilai tahanan jenis semu (Apparent Resistivity). Pada pengukuran di
lapangan, nilai tahanan jenis semu tergantung pada tahanan jenis lapisan-lapisan batuan yang
terukur dan metode pengukuran (konfigurasi elektroda). Batuan penyusun di dalam bumi
yang berfungsi sebagai resistor dapat diukur nilai tahanan jenisnya secara sederhana dengan
mengasumsikan bahwa mediumnya merupakan medium yang homogen isotropis (Santoso,
2002).Kawat yang dialiri arus kemudian diasumsikan menjadi half-space atau permukaan
medium homogen isotropis seperti pada Gambar 3.

7
Gambar 3. Sumber arus tunggal di permukaan medium homogen isotropis (Loke 2004)

Sehingga persamaan 12 dapat diubah menjadi persamaan 14 (Flathe 1976):


𝑉 𝐼
= 𝐴𝜌 (14)
𝐿

Pada bagian sisi kiri muncul medan listrik E (volt/meter), sedangkan pada bagian kanan
muncul rapat arus j (ampere/m2), sehingga persamaan diatas menjadi :
𝑬=𝒋𝜌 (15)

2.2 Konsep Resistivitas Semu


Pada metode resistivitas ini diasumsikan bahwa bumi bersifat homogen isotropis.
Dengan asumsi ini, resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak
bergantung pada ekektroda. Pada kenyataannya, bumi ini terdiri dari lapisan-lapisan dengan
𝜌 yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-
lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas
untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar. Resistivitas semu
ini dirumuskan dengan persamaan:
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾
𝐼
Dimana 𝜌𝑎 adalah resisitivitas semu (Ohm meter), K adalah faktor geometri,∆Vadalah beda
potensial (Volt), dan I adalah kuat arus (Ampere).
Pada kenyataannya, bumi merupakan medium berlapis dengan masing-masinglapisan
mempunyai harga resistivitas yang berbeda. Resistivitas semumerupakan resistivitas dari
suatu medium fiktif homogen yang ekivalen denganmedium berlapis yang ditinjau, seperti
gambar 4.Medium berlapis yang ditinjau terdiri dari dua lapisan dengan resistivitas berbeda
(ρ1dan ρ2) dianggap medium satu lapis homogen yang mempunyai satu harga resistivitas,
yaitu resistivitas semu ρa dengan konduktansi masing-masing lapisan,𝜎𝑎 = 𝜎1 + 𝜎2 .

8
ρ1
ρa

ρ2

Gambar 4. Konsep Resistivitas Semu pada Medium Berlapis

2.3 Potensial Pada Bumi Homogen Isotropis


Pendekatan yang dilakukan adalah lapisan bumi dianggap bersifat homogen isotropis
untuk menentukan tahanan jenis lapisan-lapisan batuan bumi. Persamaan 1 kita terapkan pada
bumi, kawat yang dialiri arus kita rubah menjadi bumi yang dialiri arus listrik atau
diinjeksikan arus listrik, seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Elektroda arus di injeksikan kedalam bumi (Flathe 1976)

Berdasarkan Gambar 4 persamaan 2 dapat diubah, L sama dengan dr kulit bola. A sama
dengan luas permukaan ½ bola yaitu 2𝜋𝑟2, karena luas permukaan bola 4𝜋𝑟2. Resistansi R
diubah menjadi dR, sehingga persamaan yang didapatkan adalah (Flathe, 1976):

(16)
Kemudian ruas kanan dan kiri diintegralkan mulai dari 𝑟1 sampai 𝑟2. Maka akan didapatkan
persamaan 𝑅1.2 yang ditunjukkan oleh persamaan 17.

9
(17)

(18)

Lapisan bumi yang bersifat homogen isotropis adalah pendekatan sederhana dalam
penentuan resistivitas lapisan-lapisan batuan bumi, sehingga resistivitas ρ dianggap tidak
bergantung pada sumbu koordinat. Arus tunggal I menyebabkan timbulnya distribusi
potensial. Aliran arus yang mengalir dalam bumi homogen isotropis didasarkan pada Hukum
Kekekalan Muatan yang secara matematis dapat ditulis sebagai (Syamsuddin, 2007):

(19)
dengan J adalah rapat arus (ampere/meter2) dan q adalah rapat muatan (coulomb/meter3).
Persamaan 19 disebut juga sebagai persamaan kontinuitas. Apabila arus stasioner (tetap)
maka persamaan 19 menjadi :

(20)
Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya rapat arus J akan sebanding dengan besarnya
medan listrik E seperti pada persamaan 7 dan 9. Merujuk dari persamaan 7,9, dan 20 untuk
medium homogen isotropis konstan, maka juga konstan atau = 0, sehingga diperoleh
persamaan Laplace sebagai berikut:
(21)
Persamaan 21 ini termasuk persamaan dasar dalam teori penyelidikan geolistrik resistivitas
sehingga distribusi potensial listrik untuk arus listrik searah dalam medium homogen
isotropis memenuhi persamaan Laplace.

2.4 Elektroda

a. Potensial elektroda arus tunggal pada permukaan homogen isotropis

10
Gambar 6. Sumber arus tunggal di permukaan medium homogen isotropis.

Model bumi yang berbentuk setengah bola homogen isotropis memiliki konduktivitas
udara sama dengan nol. Dengan demikian, arus I yang dialirkan melalui sebuah elektroda
pada titik P di permukaan akan tersebar ke semua arah dengan besar yang sama (Gambar 6).
Potensial pada suatu jarak r dari titik P hanya merupakan fungsi r saja. Persamaan Laplace
yang berhubungan dengan kondisi ini dalam koordinat bola adalah (Syamsuddin, 2007):

(22)
Mengingat arus yang mengalir simetris terhadap arah θ dan ϕ pada arus tunggal, maka
persamaan di atas menjadi:

(23)
sehingga :

(tetapan). (24)
Dari persamaan 24 diperoleh:

(25)
Dari persamaan 10, arus total yang melewati permukaan bola adalah:

(26)
Jika luas bola A= , maka persamaan 26 menjadi :

(27)
Merujuk pada persamaan 24 kuat arus listrik pada permukaan bola adalah:
(28)
Kuat arus listrik yang melewati permukaan setengah bola (bawah permukaan merupakan
luasan setengah bola) adalah :

11
(29)

Dengan demikian nilai tetapan B menjadi :

(30)

Merujuk pada persamaan 27 potensial di setiap titik yang berhubungan dengan sumber arus
pada permukaan bumi yang homogen isotropis adalah:

atau (31)

b. Potensial dua elektroda arus pada permukaan homogen isotropis


Pada umumnya metode resistivitas menggunakan empat buah elektroda, dua buah
elektroda arus dan dua buah elektroda beda potensial. Arus listrik diinjeksikan melalui
elektroda arus sedangkan pengukuran tegangan yang terjadi diukur melalui elektroda beda
potensial, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 7.

Gambar 7.Skema Dua Elektroda Arus Dan Potensial Terletak di Permukaan TanahHomogen

Isotropis dengan Tahanan Jenis (Anonim, 2012)

Arus pada kedua elektroda (C1 dan C2) tersebut sama tetapi arahnya berlawanan, maka

potensial yang terjadi pada P1 akibat adanya C1 adalah:

12
dengan (32)
Potensial yang terjadi pada P1 akibat adanya C2 adalah:

dengan (33)
Jika arus pada kedua elektroda tersebut sama tetapi arahnya berlawanan, maka potensial di
titik P1 adalah:

(34)
Potensial di titik P2 adalah:

(35)
Dengan demikian beda potensial antara titik P1 dan P2 :

(36)

Resistivitas yang diperoleh sangat bergantung pada cara pemasangan elektroda arus dan
potensial. Dalam metode geolistrik tahanan jenis ada beberapa cara pemasangan atau
konfigurasi elektroda. Konfigurasi ini bergantung pada letak elektroda arus dan potensial.
Merujuk pada persamaan 30 hubungan antara beda potensial dan tahanan jenis dapat ditulis
sebagai berikut:

atau

dengan (37)

Besaran adalah nilai resistivitas (Ohmmeter), k adalah faktor geometri tergantung


konfigurasi yang digunakan, besar r1 menunjukkan jarak C1P1 (jarak elektroda arus C1 ke
elektroda potensial P1) dalam satuan meter, r2 adalah jarak C2P1(jarak elektroda arus C2 ke
elektroda potensial P1) dalam satuan meter,r3adalah jarak C1P2(jarak elektroda arus C1 ke
elektroda potensial P2) dalam satuan meter, dan r4 adalah jarak C2P2(jarak elektroda arus C2
ke elektroda potensial P2) dalam satuan meter. Nilai resistivitas pada persamaan 37
merupakan nilai resistivitas semu yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan. Nilai
resistivitas sebenarnya dapat diperoleh dengan melakukan suatu proses perhitungan.

13
Proses perhitungan bisa dilakukan secara manual maupun secara komputerisasi.
Perhitungan manual dilakukan dengan bantuan beberapa jenis kurva yang dikenal dengan
kurva standar dan kurva bantu. Jenis kurva yang digunakan untuk perhitungan manual adalah
kurva matching. Sedangkan perhitungan secara komputerisasi membutuhkan perangkat
lunak, yang biasa digunakan adalah IPIwin dan Res2DInv.

2.5 Sifat Kelistrikan Batuan


Batuan tersusun dari berbagai mineral dan mempunyai sifat kelistrikan. Beberapa
batuan tersusun dari satu jenis mineral saja, sebagian kecil lagi dibentuk oleh gabungan
mineral, dan bahan organik serta bahan-bahan vulkanik. Sifat kelistrikan batuan adalah
karakteristik dari batuan dalam menghantarkan arus listrik. Batuan dapat dianggap sebagai
medium listrik seperti pada kawat penghantar listrik, sehingga mempunyai tahanan jenis
(resistivitas). Resistivitas batuan adalah hambatan dari batuan terhadap aliran listrik.
Resistivitas batuan dipengaruhi oleh porositas, kadar air, dan mineral. Menurut Telford
(1982) aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.
a. Konduksi secara elektronik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas
sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektronelektron bebas
tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing
batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas
(tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus
listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut
menghantarkan arus listrik,begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang
berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan
tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan
resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri.
Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A, dan resistansi R,
maka dapat di rumuskan:

14
Gambar 8. Silinder Konduktor

Di mana secara fisis rumus tersebut dapat di artikan jika panjang silinder konduktor (L)
dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor
diturunkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Di
mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm.

b. Konduksi Secara Elektrolitik


Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memilikiresistivitas
yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanyabersifat porus dan memiliki
pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air.Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi
konduktor elektrolitik, di manakonduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam
air. Konduktivitas danresistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-
porinya.Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan
bertambahbanyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalambatuan berkurang.

(38)
di mana ρ e adalah resistivitas batuan, φ adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori yang
berisi air, dan ρ w adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n adalah konstanta. M disebut
juga faktor sementasi. Untuk nilai n yang sama, schlumberger menyarankan n = 2.

c. Konduksi Secara Dielektrik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus
listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak
sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena
adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi.

15
d. Resistivitas Batuan
Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memperlihatkan variasi harga
yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar pada 10−8 Ωm hingga
107 Ωm. Begitu juga pada batuan-batuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam
akan menghasilkan range resistivitas yang bervariasi pula. Sehingga range resistivitas
maksimum yang mungkin adalah dari 1,6 x 10-8 (perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang
murni).Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas kurang
dari 10-8 Ωm, sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari 107 Ωm. Dan diantara
keduanya adalah bahan semikonduktor.
Secara umum berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
 Konduktor baik : 10-8< ρ < 1 Ωm

 Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm

 Isolator : ρ > 107 Ωm

Air tanah secara umum berisi campuran terlarut yang dapat menambah kemampuannya untuk
menghantar listrik, meskipun air tanah bukan konduktor yang baik Variasi resistivitas
material bumi ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 1. Resistivitas batuan dan mineral (Telford, 1990)


Material Resistivitas (Ωm)
Udara ~
Pirit (pyrite) 0.01 – 100
Kwarsa (quartz) 500 − 8 × 105
Kalsit (calcite) 1 × 1012 − 1 × 1013
Garam batu (rock salt) 30 − 1 × 1013
Granit (granite) 200 − 1 × 105
Andesit (andesite) 1.7 × 102 − 4.5 × 104
Basal (basalt) 10 − 1.3 × 107
Batu gamping (limestones) 500 − 1 × 104
Batu pasir (sandstones) 200 − 8000
Batu tulis (shales) 20 − 2000

16
Pasir (sand) 1 − 1000
Lempung (clay) 1 − 100
Air tanah (ground water) 0.5 − 300
Air laut (sea water) 0.2
Magnetit (magnetite) 0.01 − 1000
Kerikil kering (dry gravel) 600 − 1000
Aluvium (alluvium) 10 − 800
Kerikil (gravel) 100 − 600

17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode
Dalam survey metode geolistrik akan diperoleh nilai beda potensial, kuat arus dan
nilai tahanan jenis batuannya. Tahanan jenis batuan yang dapat didapat secara langsung
merupakan tahanan jenis semu yang memerlukan suatu pengolahan data lebih lanjut untuk
mendapatkan tahanan jenis sebenarnya untuk tiap-tiap lapisan. Tahanan jenis sebenarnya
tersebut digambarkan sebagai penampang 1D pada setiap stasiun. Kemudian dari penampang
1D tersebut, dapat dikembangkan menjadi penampang 2D dengan metode mapping dengan
cara korelasi tiap-tiap stasiun.

Konfigurasi Wenner
Untuk menanggulangi kelemahan pada sumber pembangkit arus yang kuat karena
elektroda arus jauh dari potensial, maka jarak antara elektrode potensial dibuat lebih pendek
dan sama jaraknya.
Metode resistivity konfigurasi wenner biasanya digunakan untuk horizontal profiling
(mapping) dengan hasil akhir hanya diperoleh profil secara horizontal (mendatar).

Keterangan : R1 = R2 = R3 = r
Gambar . Rangkaian elekrode metode Wenner

V
I  1 
 
2  r 
V 
  2r 
 
 I 
k  2r
Dimana :
I = arus listrik (mA) pada transmitter k = faktor geometris

18
r = jarak antar elektrode  = resistivitas semu
V = beda potensial (mV) pada receiver

Konfigurasi ini adalah aturan kuat yang dipopularkan dengan karya perintis yang
dilakukan oleh grup penelitian universitas birmingham (griffiths dan turnbull 1985; griffiths,
turnbull dan olayinka 1990, dalam Loke 2004), banyak dari awal survei 2 dimensi yang
dilakukan dengan aturan ini. aturan Werner yg biasa adalah aturan alpha wenner secara
teknis. Untuk aturan 4 elektroda, ada tiga kemungkinan permutasi pada posisi elektroda
(carpenter dan habberjam 1956, dalam Loke 2004).
Plot sensitivitas untuk aturan alpha wenner memiliki kontur hampir horisontal di
bawah pusat aturan. Karena hal tersebut aturan wenner relatif sangat sensitif terhadap
perubahan vertikal pada bawah permukaan resistivitas dibawah pusat aturan. Namun, ini
kurang sensitif pada perubahan horisontal pada bawah permukaan resistivitas. Pada
umumnya, Wenner baik dalam menyelesaikan perubahan vertikal (contoh : struktur
horisontal), tetapi relatif buruk dalam mendeteksi perubahan horisontal (contoh : struktur
vertikal yang sempit). Kedalaman median pada penyelidikan untuk aturan alpha wenner
adalah sekitar 0.5 kali "a" jarak yang digunakan
Dibandingkan dengan aturan lainnya, aturan alpha wenner memiliki kedalaman yang
cukup pada penyelidikan. Kekuatan sinyal berbanding terbalik dengan faktor geometrik yang
digunakan untuk menhitung nilai resistivitas semu pada aturan. Faktor geometrik untuk
aturan wenner adalah 2πa. Ini lebih kecil daripada faktor geometrik untuk aturan lain.
Diantara aturan umum, aturan wenner memiliki kekuatan sinyal yang kuat. Ini bisa
menjadi faktor penting jika survei dilakukan di area dengan latar belakang keributan yang
tinggi. Satu dari kekurangan pada aturan untuk Survei 2-D adalah cakupan horisontal yang
sangat buruk sebagai jarak elektroda meningkat. Ini bisa menjadi permasalahan jika
menggunakan sistem dengan jumlah elektroda yang sangat sedikit.
Perhatikan bagian sensitivitas menunjukan nilai negatif yang besar di dekat
permukaan antara elektroda C1 dan P1, sama seperti antara elektroda C2 dan P2. Ini berarti
bahwa jika badan kecil dengan resistivitas yang lebih tinggi daripada latar belakang medium
diletakan pada area negatif. Nilai resistivitas semu diukur akan menurun. Fenomena ini
dikenal juga sebagai anomali inversi. Dalam perbandingan, jika badan resistivitas tinggi
diletakan antara elektroda P1 dan P2 dimana adanya nilai sensitivitas positif yang besar, nilai

19
resistivitas semu diukur akan meningkat. Ini adalah dasar metode pengimbang wenner untuk
mengurangi efek variasi lateral dalam survei penampang resistivitas.
Dua permutasi lainnya dari aturan wenner adalah aturan wenner beta dan wenner
gamma. Aturan beta wenner sebenarnya adalah kasus khusus dari aturan dipole-dipole
dimana jarak antara elektroda adalah sama. Sehingga aturan ini akan didiskusikan dalam
bagian berikut dibawah aturan dipole-dipole. Aturan gamma wenner mempunyai pengaturan
yang sangat tidak biasa dimana elektroda arus dan potensial yang disisipkan. Bagian
sensitivitas menunjukan bahwa daerah terdalam dipetakan oleh aturan ini dibawah dua
elektroda luar (C1 dan P2) dan bukan dibawah pusat aturan. (telford et, al. 1990)

3.2 Instrumentasi
1. Resistivitymeter
Jenis Resistivitymeter :
a. OYO Model 2115 McOHM
Bagian-bagian pengoperasian alat ini dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :

20
Gambar 8. Bagian-bagian panel alat OYO Model 2115 McOHM dan rangkaian
pemasangan electrode

b. Naniura Model NRD 22 S


Resistivitymeter model ini dapat membaca besarnya harga SP, dimana nantinya dalam
pengukuran SP harus dinolkan terlebih dahulu. Instrumen alatnya adalah sebagai
berikut :

21
Gambar 9. Instrumen Resistivitymeter Naniura Model NRD 22

2. GPS (Global Positioning System)

Gambar 10. Instrumen GPS model Garmin 12


3. Alat Bantu
a. Elektrode Arus
Digunakan 2 buah elektrode arus dari batang stainless steel untuk
menginjeksikan arus dari sumber
b. Elektrode Potensial
Digunakan 2 buah elektrode potensial (porouspot) yang diisi dengan cairan
CuSO4 yang berfungsi sebagai receiver arus yang diinjeksikan.
c. Amperemeter
Digunakan untuk mengecek kebocoran pada kabel dengan range/batas
pengukuran 1 mA – 30 A.
d. Sumber arus

22
Digunakan generator yang memiliki kapasitas 2 KW (400 Hz), pemilihannya
berdasarkan besar arus bolak-balik yang ditimbulkan. Dapat pula digunakan accu
12 volt dan beberapa baterai kering jenis UM-1.
e. Kabel arus
Kabel yang digunakan adalah 4 gulung dengan panjang lebih dari 250 m. Dipakai
kabel biasa yang tidak kaku.
f. Alat komunikasi
Digunakan untuk mempermudah dalam komunikasi waktu di lapangan.
g. Kompas geologi dan palu geologi
Digunakan untuk keperluan penyelidikan secara geologi, misalnya menentukan
strike/dip lapisan batuan dan kemiringan lereng.
h. Meteran serta peta topografi dengan skala 1 : 500
Digunakan untuk mengukur jarak/panjang lintasan. Sedangkan peta digunakan
untuk untuk mengetahui dan merencanakan titik-titik pengukuran daerah
prospek.

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


Dari singkapan yang dijumpai pada daerah penelitian kemudian menjadi lintasan garis
bentangan geolistrik Lintasan 01 dan Lintasan 02, dijumpai material yang berdasarkan ciri-
ciri dan sifat materialnya dikenali sebagai alterasi.

Gambar 11. Alterasi pada Lintasan 01 dan 02

Dari singkapan yang dijumpai pada daerah setempat yang kemudian menjadi lintasan garis
geolistrik Lintasan 03, Lintasan 04, Lintasan 05, Lintasan 06 dan Lintasan 07, dijumpai
batuan yang dikenali berdasarkan ciri-ciri fisikya yaitu Batuan beku dengan nama Latit
(Mottana et. Al, 1988).

Gambar 12. Singkapan batuan pada lintasan 03, 04, 05, 06 dan 07.

Dari singkapan yang dijumpai pada daerah penelitian yang kemudian menjadi lintasan
geolistrik Lintasan 08, dijumpai material yang berdasarkan ciri-ciri dan sifat materialnya
dikenali sebagai alterasi. Juga dijumpai mineralisasi pirit dan kalkopirit pada batuan yang
berada disekitar daerah alterasi.

24
Gambar 13. Singkapan alterasi pada Lintasan 08

Gambar 14. Mineralisasi pada batuan

4.2 Interpretasi dan Pembahasan


Penafsiran Nilai Tahanan Jenis Material yang terdapat pada Lintasan Geolistrik
dengan menggunakan Konfigurasi Elektroda Wenner dengan jarak lintasan 100 meter dan
jarak masing-masing elektroda sebesar 5 meter. Berdasarkan kemampuan material untuk
menghantarkan arus listrik terintegrasi dengan jenis batuan penyusun dan hasil inversi
tahanan jenis menggunakan program Res2DInv maka penafsiran hasil pengukuran geolistrik
dapat diuraikan seperti berikut.

25
Tabel 6. Kisaran Nilai Tahanan Jenis Geolistrik

A. LINTASAN GEOLISTRIK 01
Lintasan 01, diperoleh harga tahanan jenis berkisar antara 1,23 hingga 100888 Ωm.
Mineralisasi yang terindikasi berada pada kedalaman 4 – 5 meter dengan nilai tahanan jenis
berkisar antara 157 hingga 791 Ωm. Berdasarkan nilai resistivitas diindikasikan Material
berupa batuan yang teralterasi dengan ketebalan sekitar 2,5 meter.

Gambar 15. Penampang Geolistrik Lintasan 01

B. LINTASAN GEOLISTRIK 02
Lintasan 02, diperoleh harga tahanan jenis berkisar antara 3,98 hingga 32554 Ωm.
Mineralisasi yang terindikasi berada pada kedalaman 4 – 5 meter dengan nilai tahanan jenis

26
berkisar antara 189 hingga 685 Ωm. Berdasarkan nilai resistivitas diindikasikan Material
berupa batuan yang teralterasi dengan ketebalan sekitar 2,5 meter.

Gambar 16. Penampang Geolistrik Lintasan 02

C. LINTASAN GEOLISTRIK 03
Lintasan 03, diperoleh harga tahanan jenis berkisar antara 4,44 hingga 31289 Ωm.
Mineralisasi yang dindikasi berada pada batuan yang tersingkap di permukaan dengan nilai
tahanan jenis berkisar antara 8825 hingga 31289 Ωm.

Gambar 16. Penampang Geolistrik Lintasan 03

D. LINTASAN GEOLISTRIK 04
Lintasan 04 diperoleh harga tahanan jenis berkisar antara 319 hingga 31920 Ωm.
Mineralisasi yang terindikasi berada pada kedalaman 5 - 6 meter dengan nilai tahanan jenis
berkisar antara 16532 hingga 31920 Ωm.

27
Gambar 17. Penampang Geolistrik Lintasan 04

E. LINTASAN GEOLISTRIK 05
Lintasan 05 dihasilkan harga tahanan jenis antara 268 hingga 18942 Ωm. Mineralisasi
yang terindikasi berada pada kedalaman 4 meter dengan nilai tahanan jenis berkisar antara
10311 hingga 18942 Ωm.

Gambar 18. Penampang Geolistrik Lintasan 05

F. LINTASAN GEOLISTRIK 06
Lintasan 06 harga tahanan jenis berkisar antara 342 hingga 7377 Ωm. Mineralisasi
yang terindikasi berada pada kedalaman 5 meter dengan nilai tahanan jenis berkisar antara
4757 hingga 7377 Ωm.

28
Gambar 19. Penampang Geolistrik Lintasan 06

G. LINTASAN GEOLISTRIK 07
Lintasan 07, harga tahanan jenis berkisar antara 360 hingga 119085 Ωm. Mineralisasi
yang terindikasi berada pada kedalaman 9 - 10 meter dengan nilai tahanan jenis berkisar
antara 51987 hingga 119085 Ωm.

Gambar 20. Penampang Geolistrik Lintasan 07

H. LINTASAN GEOLISTRIK 08
Lintasan 08, nilai tahanan jenis yang diperoleh yaitu berkisar 11,9 hingga 7928 Ωm.
Material berupa batuan yang teralterasi dengan ketebalan sekitar 5-10 meter dengan
ketebalan sekitar 5 meter dan nilai Tahanan jenis yang diindikasi sebesar 193 hingga 800
Ωm.

29
Gambar 21. Penampang Geolistrik Lintasan 08

4.1 Analisis Keterdapatan Emas Pada Batuan

Hasil pengambilan conto pada Lintasan 01 dan Lintasan 02, dijumpai material yang
kemudian dianalisis. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan indikasi positif keterdapatan
mineral logam emas dengan kadar yaitu sebesar 2,01ppm dengan material yang dianalisis
berupa campuran tanah dan batuan.
Hasil pengambilan contoh pada Lintasan 08, dijumpai material yang kemudian
dianalisis. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan indikasi positif keterdapatan mineral
logam emas dengan kadar yaitu sebesar 2,27ppm dengan material yang dianalisis berupa
campuran tanah dan batuan.

30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Hasil penafsiran Nilai Tahanan Jenis Material yang terdapat pada seluruh Lintasan
Geolistrik dengan menggunakan Konfigurasi Elektroda Wenner dengan Resistivitas
terendah yaitu 1,23 hingga tertinggi 119085 Ωm.
b. Lintasan Geolistrik 01 dan Lintasan 02 merupakan daerah teralterasi. Berada pada kisaran
kedalaman 4-5 meter dari permukaan tanah dengan ketebalan berkisar 1-2 meter. Nilai
kadar emas yaitu 2,01ppm.
c. Lintasan Geolistrik 03, 04, 05, 06 dan 07 dijumpai material berupa batuan beku dengan
nama batuan Latit yang dikenali berdasarkan ciri-ciri fisiknya secara megaskopik.
Keterdapatan batuan ini tersingkap dipermukaan sampai dengan kedalaman 10 meter
yang diindikasi berdasarkan nilai tahanan jenis materialnya.
d. Lintasan Geolistrik 08 merupakan daerah teralterasi dengan indikasimineralisasi yang
berada disikitar daerah alterasi. Berada pada kisaran kedalaman 5-10 meter dari
permukaan tanah dengan ketebalan sekitar 5 meter. Nilai kadar emas yaitu 2,27ppm
berdasarkan pada hasil analisis laboratorium terhadap conto batuan.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah semoga makalah ini dapat bermanfaat

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Modul Praktikum Geofisik, Jurusan Teknik Geofisika, FTM UPN “Veteran”
,Yogyakarta

Loke, M.H., 2004. Tutorial 2-D and 3D Electrical Imaging Surveys, diakses pada
www.Geoelectrical.com.

Mottana, A., Crespi, R., Liborio, G., 1988. Simon & Schuster’s Guide to rocks and minerals,
Fireside Book, New york.

Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990. Applied Geophysics Second Edition,
Cambridge university press, Cambridge.

32

Anda mungkin juga menyukai