Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERJEMAHAAN FISIOLOGI

TIM PENYUSUN
Pascal Filio 040001800111
Raynor Favianozaki 040001800116
Rossa Nabila 040001800121
Sheilaz Augusty 040001800125
Siti Azizah 040001800127
Eveline Michelle T 040001800164
Stephannie Alvinsia 040001800132
Tasha Nadila 040001800135

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
2018
Reflek tendon organ
Sama seperti otot rangka pada umumnya , otot mastikasi mengandung reseptor sensorik
yang biasa disebut golgi tendon organ. Golgi tendon organ terletak di persimpangan serat otot
dan tendon.Golgi tendon organ memberikan sinyal jika terdapat tegangan pada otot. Golgi
tendon organ sangat sensitif terhadap tegangan yang kecil ,tetapi output yang dikeluarkan
menjadi jenuh ketika otot utama berkontraksi lebih kuat . Terdapat bermacam-macam teori
mengenai bagaimana golgi tendon organ berkontribusi secara reflek di fungsi otot tetapi tidak
ada teori secara menyeluruh dapat di terima , dan tidak ada informasi apapun mengenai
fungsi di setiap peran di dalam sistem mastikasi. Dapat disimpulkan , dari analogi dengan
sistem spinal (tulang belakang ) , mereka memonitor tegangan yang diberikan menurut
jumlah terhadap unit motorik yang berbeda saat berkontraksi lemah.

Reflek sendi
Jaringan ikat yang berada di dalam dan di sekitar kapsul sendi mengandung banyak
mekanoreseptor yang rupanya akan aktif jika kapsul terdistorsi ketika sendi bergerak aktif
atau pasif . Terdapat banyak literatur mengenai kemungkinan fungsi peran terhadap reseptor
sensorik ini, dimana terletak di dalam dan di sekitar sendi temporomandibular (TMJ) pada
keadaan sehat dan sakit. Namun, hasil laporan ini masih belum mendekati kesimpulan .

Kesulitan dalam mempelajari reseptor di TMJ dan kemungkinan fungsi reflek mereka
,muncul sebagai hasil dari nervus anatomi yang mempersarafi sendi. Untuk mengukur respon
dari reseptor sendi , perlu untuk merekam aktivitas nervus sensorik yang membawa sinyal
dari reseptor ini ke otak. Sayangnya, meskipun eksperimen dilakukan pada hewan , nervus
yang berfungsi menyuplai TMJ sangat pendek dan sulit untuk di capai/ di akses .Di tubuh
manusia , nervus ini tidak dapat dicapai / di askes untuk tujuan ini. Beberapa peneliti telah
berusaha untuk meneliti fungsi reflek mereka dimana peneliti membloking reseptor sensorik
dengan cara menyuntikan anestesi lokal di dalam sendi. Kesulitan jalan masuk ini karena
anestesi/obat bius lokal ini tidak bisa dibatasi pada sendi . Oleh karena itu , beberapa dari
efek tersebut telah dianggap sebagai "joint anaesthesia" boleh jadi hasil dari blokade terhadap
struktur di sekitarnya,termasuk otot pterygoid lateral .
Karena kita tidak punya informasi yang spesifik mengenai reseptor TMJ, maka di
perlukan ekstrapolasi mengenai TMJ, dari apa yg sudah diketahui mengenai reseptor sendi di
sendi yang mudah di capai/akses seperti jari (di manusia ) atau lutut (pada eksperimen
hewan) ,darimana rekaman jelas terhadap aktivitas reseptor sendi yang dibuat.

Berdasarkan hasil penelitian pada sendi yang terletak di lutut dan persendian lainnya
memiliki pola pembakaran diantara reseptor sendi yang dapat memberikan indikasi yang
akurat terhadap sudut dari sendi tersebut. Meskipun demikian , bukti indikasi yang kuat
sangat sedikit, jika ada , reseptor sendi memberi sinyal sudut persendian secara akurat.Dalam
hal TMJ ini , inspeksi sederhana dari anatomi sendi dan kompleksitas yang harus
diperhatikan dari anatomi adalah kapsul dan pergerakkannya yang dapat menolak argumen
bahkan sebelum argument itu dibuat. Sementara itu , mekanoreseptor di ligamen periodontal
dapat mengkode secara akurat arah dan banyaknya pergerakan gigi sehingga mudah
diketahui, bayangkan betapa rumitnya bagi mekanoreseptor di TMJ dan ligamen itu untuk
memberi sinyal secara tepat pada perputaran/ rotasi gabungan dan gerakan engsel dimana
rahang bergerak satu sisi.

Berdasarkan fakta yang telah di terima , kebanyakan reseptor sendi mula-mula aktif
saat pergerakan yang ekstrim . Pada TMJ, pergerakan esktrim terjadi pada pembukaan ,
tonjolan , ekskursi lateral , karena kapsul sendi tidak merengang saat gigi dalam oklusi.
Anatomi sendi menunjukan bahwa reseptor akan diaktifkan, katakanlah , saat terbuatnya
kapsul sendi kanan ketika terjadi pergerakan ekstrim ke kiri. Peran reseptor sendi dalam
mengendalikan pergerakan rahang masih belum jelas. Namun, karena reseptor sendi tersebut
memberikan sinyal ekstrim terkait perpindahan sendi, kemungkinan reseptor sendi dapat
berkontribusi dalam refleks perlindungan untuk mencegah perpindahan sendi yang berlebihan
dengan mengaktifkan otot-otot yang mencegah pergerakan di luar batas “aman”, di mana
kapsul akan diregangkan dengan kuat. Reseptor dalam kapsul TMJ secara refleks
mengaktifkan neuron motorik otot yang bertindak menentang pergerakan pembukaan rahang
secara berlebihan yang berpotensi dalam terlepasnya sendi.

Stimulus yang kesakitan di daerah TMJ akan mengaktifkan nociceptor yang dapat
menyebabkan koaktivasi yang kuat dari otot rahang saat membuka dan menutup mulut. Hal
ini memiliki efek membatasi rentang rahang dan persendiannya dalam bergerak, misalnya,
semacam bidai atau bebat fungsional.
Siklus Pengunyahan
Bagaimana berbagai mekanisme kontrol dapat bekerjasama selama proses mengunyah?
Sementara kita tahu bahwa mengunyah merupakan suatu siklus, terjadi sesuai kecepatan yang
telah ditentukan oleh generator pola mastikasi (Neural oscillator), merupakan suatu kebiasaan
untuk membahas siklus pengunyahan dalam suatu rangkaian fase. Oleh karena itu, dalam
mengunyah, generator pola mastikasi (Neural oscillator) telah memprogram fase-fase sebagai
berikut.

Preparatory phase

Gerakan mengunyah dimulai ketika generator pola mastikasi (Neural oscillator)


menyebabkan otot-otot yang berfungsi dalam membuka rahang menarik mandibula ke bawah
dari posisi istirahat atau posisi intercuspal dengan kecepatan kira-kira 7-8 cm/s. Pola
pergerakan rahang dalam satu langkah pengunyahan ditunjukkan pada Gambar 7, dimulai
dari posisi intercuspal yang ditunjukkan oleh gambar 7.A.

Awalnya rahang bergerak menjauh dari sisi oklusinya ketika mulai terbuka
(ditunjukkan dalam gambar 7.B), tetapi kemudian berayun menuju sisi oklusinya kembali
(ditunjukkan oleh gambar 7.C) yaitu sisi di mana ia akan mulai menggigit makanan. Gerakan
ini terutama melibatkan perpindahan dari kondilus sebagai hasil dari aktivitas pada muskulus
pterygoideus lateralis yang menarik kondilus ke arah depan dengan gerakan engsel atau
berputar. Ketika rahang terbuka, generator pola mastikasi (Neural oscillator) berhenti untuk
mengaktifkan otot-otot yang berfungsi dalam membuka rahang, dan mengaktifkan otot-otot
lidah dan pipi untuk memposisikan makanan di antara gigi.

Siklus pergerakan ini kemudian berlanjut tanpa jeda ke fase berikutnya, yaitu:
Food contact phase

Saat generator pola mastikasi (Neural oscillator) mematikan aktivitas otot-otot yang
berfungsi dalam membuka rahang, ia akan segera mengaktifkan aktivitas otot-otot yang
berfungsi dalam menutup rahang untuk menghasilkan gerakan penutupan awal dengan
kecepatan sekitar 10 cm/s. Yang akan menjebak makanan di antara gigi (tidak ditunjukkan
pada Gambar7). Pada fase inilah refleks periodontal dapat membantu menjaga makanan agar
tetap berada pada posisi yang benar di antara gigi, dan makanan siap untuk digigit.

Gambar 7. Pergerakan yang dilakukan oleh mandibula dalam satu rangkaian siklus
pengunyahan. Memperlihatkan gigi molar atas dan bawah dari bagian korona. Pergerakkan
bagian oklusal gigi molar diperlihatkan dalam bentuk elips dengan tanda panah sebagai arah
pergerakkan. Posisi dari inter-incisal dilihat dari empat sudut pandang yang berbeda, yaitu :
A merupakan posisi intercuspal, B merupakan fase saat rahang membuka, C merupakan fase
saat rahang membuka secara maksimal, dan yang D merupakan pertemuan kontak oklusal
pada saat rahang menutup. Pada bagian D gigi saling berkontak secara antagonis untuk
mengembalikan posisi intercuspal. Bolus makanan yang sedang dikunyah tidak diperlihatkan
pada gambar ini.
Food crushing phase

Pada fase ini, output dari generator pola mastikasi (Neural oscillator) ke otot yang
berfungsi dalam penutupan rahang memberi tekanan kepada gigi melalui bolus makanan
dengan bantuan refleks kompensasi beban dari sistem refleks spindel otot. Untuk sebagian
besar pola makan budaya barat, kekuatan selama mengunyah makanan adalah sekitar 50-100
N, meskipun sulit, makanan seperti kacang-kacangan mungkin melibatkan tingkat kekuatan
mengunyah yang jauh lebih tinggi.

Fase kontak gigi

Aktivasi otot2 rahang penutup berlanjut ketika gigi-gigi yang bersebrangan bersentuhan
dan sementara mereka bergeser dan sisi yang bekerja ke posisi intercuspal.

Kontak gigi tersebut terjadi pada 30-90% dari mengunyah. Pada fase ini, output dari
reseptor ligamen periodontal sscara refleks mengontrol otot-otot penutup rahang (dan
mungkin juga pterygoid lateral) untuk memastikan gigi berada di arah yang benar untuk
menuju posisi intercuspal (A), sehingga menggiling makanan menjadi pasta.Pada akhir slide
ini, generator pola mematikan penutup rahang, dan mengaktifkan kembali otot-otot pembuka
rahang untuk bergerak ke siklus mengunyah berikutnya.

Kebanyakan orang dengan gigi asli mengunyah pada sisi yang sama sepanjang hidup
mereka, meskipun beberapa pemakai gigi tiruan merubah pola mengunyah menggunakan dua
sisi .Tidak diragukan lagi ini membantu mencegah gigi palsu dari memutar di mulut ketika
kekuatan dari makanan cenderung menggesernya.Pola mengunyah yang aneh kadang-kadang
dapat diamati pada pasien dengan oklusi abnormal. gigi, sendi, dan otot yang sakit sementara
mengubah pola mengunyah biasanya dengan cara yang meminimalkan stimulasi daerah yang
menyakitkan. bahkan dengan gigi asli yang sehat, beberapa orang melakukan langkah awal
mengunyah secara bilateral/dua sisi. Setelah itu makanan yang dikunyah dipindahkan ke satu
sisi lainnya untuk pengunyahan unilateral.
Kontrol otot pengunyahan

Fokus utama dari diskusi dalam bab ini adalah pada kontrol otot pengunyahan oleh
generator pola dan oleh berbagai refleks yang menyempurnakan output generator pola
memenuhi kekuatan perubahan yang harus diatasi selama mengunyah. Namun, seperti
kebanyakan otot rangka lainnya, otot pengunyahan juga sangat tunduk kontrol sukarela yang
tepat.Ketikaa seseorang ingin melakukan pergerakan mandibular tertentu, rencana gerakan
tersebut dikeluarkan/di output melalui korteks motorik, dan berpindah langsung ke neuron
motor trigeminal. Jalur kortikobulbar langsung ini ditunjukkan oleh garis putus-putus yang
menurun.Kombinasi yang tepat pada neuron motor trigeminal diaktifkan, dan mereka
mengirimkan sinyal ke otot untuk melakukan pergerakan pada mandibular tersebut.Pada
dasarnya adalah proses yang mengontrol otot rangka lainnya juga, tetapi dengan satu
perbedaan penting. sementara itu umum untuk bergerak, katakanlah, hanya satu jari di
tangan, otot-otot pengunyahan harus diaktivasi pada kedua sisi dihampir semua pergerakan
volunter pada rahang .Ini adalah hasil dari cara mereka dikendalikan oleh korteks motor,
yang dapat ditunjukkan dengan bantuan beberapa teknologi baru.

Sekarang relatif mudah untuk menstimulasi korteks motorik manusia tanpa rasa sakit di
laboratorium eksperimental.Ini dicapai dengan mengeluarkan arus yang sangat besar melalui
koil yang dipegang di sebelah kulit kepala ini secara tidak langsung menginduksi aktivitas
dalam motor kortikal neuron, yang mengirimkan sinyal ke neuron motorik yang
mengaktifkan otot-otot yang dikendalikan oleh bagian korteks tersebut, menyebabkan otot-
otot berkedut, ketika, misalnya, koil dipegang di atas bagian korteks.Kulit kepala di atasnya
korteks motorik yang mengontrol otot-otot tangan, itu menginduksi kedutan pada otot-otot di
tangan di sisi yang berlawanan dari tubuh. Namun, ketika seseorang melepaskan kumparan di
atas bagian motor korteks yang mengontrol otot rahang, kedutan muncul di otot pengunyahan
di kedua sisi wajah. tidak dengan berdiri ini, ketika memberikan umpan balik yang tepat dari
aktivitas otot, kebanyakan orang dapat secara sukarela mengaktifkan hanya satu otot masseter
yaitu, mereka dapat menekan kontrol kortikal bilateral.
Kekuatan gigitan saat pengunyahan normal
Suatu penelitian telah melaporkan bahwa mengunyah kacang tanah dapat menghasilkan
kekuatan gigitan hingga 350 N, yang kira-kira setara dengan gaya yang diperlukan untuk
mengangkat anak yang besar! .Namun, kekuatan demikian melibatkan aktivasi semua jenis
serat otot di penutupan rahang yang hanya muncul untuk sepersekian detik selama
mengunyah normal, sehingga kelelahan otot mastikasi tidak terjadi selama proses
pengunyahan normal. Penting dicatat bahwa otot mastikasi seperti kebanyakan otot lain
,hanya yang membedakan mereka sangat jarang berkontraksi secara maksimal. Ketika
mengunyah normal / biasa saat diet ala barat, otot untuk menutup rahang/ otot penutup
rahang hanya menggunakan 30-40% kekuatan yang mereka mampu.

Hal ini dinyatakan dalam Bab 8 bahwa pelatihan isometrik meningkatkan


kekuatan maksimal yang dapat digunakan oleh otot rangka.Suatu penelitian menemukan
bahwa kekuatan gigitan maksimal yang dimiliki subyek yang mengunyah lilin lengket untuk
1 jam per hari dalam 7 minggu,dapat meningkat sekitar 20%.

Ini jelas menjelaskan terdapat kenaikan kekuatan gigitan maksimal daripada gigitan
maksimal normal yang ditemukan pada orang yang berulang kali/sering menggertakkan gigi
(gigi saling bergesekan ) mereka di malam hari. Hal ini sepenuhnya mungkin bahwa otot
penutup rahang dapat kelelahan saat prolonged , gigitan yang terlalu besar , kontraksi
isometrik yang mungkin terjadi selama bruxing, walaupun sebagian besar otot rahang
beraktivitas saat tidur tetapi lebih relatif rendah dan sering fasik.

Kekuatan gigitan maksimal yang dimiliki subyek yang telah kehilangan semua gigi
secara alami terjadi penurunan sekitar 50%, meskipun mereka mengunakan gigi tiruan
lengkap yang pas dengan baik. Hilangnya kekuatan tergantung secara kasar pada berapa
banyak gigi posterior yang telah hilang: oleh karena itu pemakai gigi tiruan sebagian
biasanya berkurang sedikit kekuatan gigitan maksimalnya.Berkurangnya kekuatan gigitan
maksimal ini mengakibatkan ketidakcukupan kemampuan gigi untuk mengunyah/menggiling
makanan seperti daging dan sayur.
Efisiensi mengunyah juga secara penting berkurang, pemakai gigi tiruan/gigi palsu
biasanya membutuhkan 3-6 gerakan mengunyah untuk memecah makanan. Jika gigi palsu
tidak cocok dengan baik, Diet akan membatasi pada makanan seperti lemak dan karbohidrat
dimana mudah dikunyah: ini jelas memiliki konsekuensi buruk bagi nutrisi dan kesehatan
mereka . Subyek kekuatan gigitan dijelaskan lebih rinci dalam Bab 7.

Peran masing masing otot dalam mengunyah


Ada banyak laporan yang terinci mengenai pola aktivasi otot mastikasi dan arah
kekuatan yang digunakan saat mengunyah.Detail deskripsi terletak di luar bahasan ini,
dimana hanya akan dibahas beberapa aspek dari kinematika mengunyah. Peran utama otot
masseter pada saat penutupan rahang dan temporalis digunakan sebagian besar selama
pengunyahan dan sudah cukup jelas. Arah serat otot yang berjalan di otot ini menunjukan di
mana mereka menerapkan kekuatan untuk mandibula. Pola susunan serat otot cukup
kompleks di otot temporalis dengan serat yang menyatu dalam cara seperti kipas pada ramus
anterior dari rahang bawah/mandibula, sehingga serat yang paling belakang menarik
posterior, dan serat paling depan menarik keatas dan anterior.

Otot Lateral pterygoideus memiliki peran yang penting di beberapa fase siklus
pengunyahan. Tidak hanya menarik mandibula kedepan saat rahang terbuka,tetapi juga
mengontrol laju kondilus untuk kembali ke fossa saat penutupan rahang.Otot pembuka
rahang tidak memerlukan untuk menggunakan banyak kekuatan saat mengunyah karena
jarang terdapat banyak resistensi /perlawanan saat membuka rahang.

Oleh karena itu peran serat otot cepat dalam pterygoideus lateral untuk membantu
mengubah posisi mandibula secara cepar saat berbicara. Akhirnya , hal tidak boleh dilupakan
bahwa, dalam pembukaan rahang, kontraksi otot digastrikus tidak sepenuhnya dirinya sendiri
cukup untuk menarik mandibula ke bawah. Hal ini juga diperlukan tulang hyoid dalam posisi
vertikal yang stabil sehingga digastrikus memiliki platform/ruang yang stabil yang dapat
menarik, dan ini dicapai dengan kontraksi otot infrahyoideus. Oleh karena itu,
pengunyahan/mastikasi dapat bekerja secara normal ketika mereka, serta otot digastrikus
terjadi aktifasi secara tepat.
Peran lidah dalam mastikasi
Semua orang tahu bahwa meski kedekatannya dengan gigi dan perannya untuk
memposisikan makanan antara gigi, lidah biasanya tidak tergigit saat makanan sedang
dikunyah. Bagaimanapun, itu tidak membutuhkan upaya sadar untuk menjaga lidah.Sudah
jelas bahwa posisi lidah selama mengunyah harus sangat dikoordinasi dengan aktivitas otot
mastikasi selama kontrol pertautan dari saraf motorik ke intrinsik dan ekstrinsik otot lidah
dari pola mastikasi. Namun, perlu di ketahui bahwa pasien akan sangat sering tergigit
lidahnya (atau setengahnya) ketika dalam keadaan tidak sadar oleh blok saraf lingual disertai
injeksi blok mandibular. Ini menekankan peran dari reseptor sensorik pada kontrol
mastikasi/pengunyahan.

Sebagai tambahan pada peran penting lainnya seperti berbicara, bernafas, dan menelan,
lidah bermain sebagai peran vital di posisi makanan antara permukaan oklusal dari gigi untuk
mengunyah, dan membentuk makanan yang terkunyah berbentuk bolus dan menekannya ke
orofaring dimana dimulainya proses menelan.

⁃ Efisiensi Pengunyahan

Orang-orang dengan gigi geligi yang utuh dan sehat mendapatkan efisiensi dan
otomatisasi pengunyahan, atau memotong makanannya. Bagaimanapun, pengukuran fungsi
pengunyahan dengan berbagai variasi pendekatan berbeda menunjukkan bahwa efisiensi
pengunyahan dapat sangat luas khususnya pada orang-orang yang punya gigi geligi tidak
utuh atau lengkap. Ketika kemampuan pengunyahan telah dinilai secara sederhana dengan
cara menanyakan ke subjek seberapa bagus mereka dapat mengunyah, dilaporkan bahwa
kemampuan mengunyah yang dirasakan dalam sebagian besar mengalami penurunan/lemah
ketika jumlah gigi yang terposisi benar menjadi lepas dibawah 20 buah . Di penelitian
lainnya, efisiensi pengunyahan telah diukur lebih objektif berdasarkan kemampuan orang
untuk memotong makanan menjadi bagian yang lebih kecil. Penelitian ini telah
mengkonfirmasi bahwa efisiensi pengunyahan berkurang banyak pada orang yang telah
kehilangan gigi posteriornya dan pada beberapa yang menggunakan gigi tiruan lepasan.
Juga sudah dinyatakan pada usia, kekuatan maksimal menggigit dan daya sekresi saliva
mungkin akan mempengaruhi fungsi mastikasi atau pengunyahan. Namun, asalkan gigi geligi
itu utuh, usia tidak menjadi variabel penting. Kekuatan maksimal gigit merupakan faktor
efisiensi pengunyahan pada orang dengan gigi geligi utuh tetapi tampaknya kurang penting
pada subjek yang mengalami edentulous atau gigi tidak lengkap . Ini sangat mengejutkan,
karena ketidakmampuan seseorang dengan gigi palsu utuh/ full dentures untuk menghasilkan
kekuatan menggigit yang relatif tinggi adalah faktor yang membatasi apa yang bisa mereka
makan. Seperti yang dijelaskan pada Chapter 1, saliva akan melunakkan makanan saat
dikunyah dan itu penting untuk membentuk makanan menjadi sebuah bolus siap untuk
ditelan.

Propriosepsi
Ini tepat untuk mempertimbangkan propriosepsi mandibula pada titik ini. Propriosepsi
adalah posisi dalam ruang atau untuk anggota tubuh ,posisi mereka relatif terhadap struktur
tubuh lainnya.Untuk sistem mandibula, ini merupakan kesadaran posisi mandibula relatif
terhadap maksila.Pengertian ini sangat penting dalam beberapa situasi klinis.Pengertian
proprioseptif inilah yang memberi tahu pasien bahwa rahang bawahnya dalam posisi istirahat
yang normal ,misalnya ,atau mungkin terbuka sedikit lebih lebar daripada posisi istirahat
lainnya. Contoh terbaik dari pentingnya propriosepsi dalam kedokteran gigi adalah
pengamatan sehari-hari bahwa pasien dapat secara akurat mendeteksi "titik tinggi" bahkan
yang sangat kecil pada permukaan oklusal restorasi.Dalam penelitian yang cermat, telah
ditunjukkan bahwa orang dapat mendeteksi benda di antara gigi mereka yang tebalnya kurang
dari 20 mikrometer ketika mereka menutupnya dengan hati-hati.Ini jelas merupakan
tantangan yang luar biasa bagi dokter gigi yang mengerjakan restorasi pada permukaan
oklusal, untuk mendapatkan ketinggian restorasi yang benar.
Meskipun penting secara klinis, kesadaran proprioseptif dari otot-otot pengunyahan
tidak sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, untuk memahami mekanisme yang
melatarbelakangi posisi mandibula relatif terhadap maksila, kita perlu juga untuk
memperkirakan/ekstrapolasi dari penelitian pada anggota tubuh, di mana mekanisme
propriosepsi telah dipelajari dengan hati-hati.Ketajaman proprioseptif anggota tubuh sangat
tinggi bahkan pada sendi yang sangat kompleks seperti bahu yang memiliki banyak derajat
kebebasan di mana itu mudah bergerak. Perubahan posisi sendi bahu bahkan dalam derajat
atau ke segala arah mudah dideteksi.Mekanisme apa yang bertanggung jawab untuk tingkat
ketajaman proprioseptif yang luar biasa ini? dalam diskusi singkat ini, kami akan
mempertimbangkan propriosepsi hanya dalam konteks reseptor sensorik yang memberi sinyal
itu, sebagai pusat pengolahan dari sinyal-sinyal ini oleh sistem saraf yang menghasilkan
kesadaran akan posisi persendian yang sangat kompleks.Sebagian besar penelitian baru-baru
ini menyimpulkan bahwa propriosepsi pada tungkai sebagian besar muncul dari spindel otot,
walaupun input dari reseptor kulit sangat penting, terutama di jari dan di wajah.

 Pelepasan/tanggalnya gigi alami menghilangkan sumber yang berharga pada


informasi proprioseptif dari sistem saraf pusat.Apa yang terjadi, kemudian, ketika
gigi alami diganti dengan implan buatan yang melekat erat ke tulang dan jelas tidak
memiliki ligamen periodontal? sekarang telah ditunjukkan bahwa sinyal sensorik
dapat diaktifkan dengan tekanan yang diterapkan pada implan: bahwasannya, istilah
osscoperception telah diciptakan untuk menggambarkan persepsi stimulasi mekanik
yang diterapkan pada prostesis berlabuh tulang/ bone-anchored prostesis.Penggantian
gigi palsu penuh dengan prostesis yang didukung implan menghasilkan kemampuan
taktil yang lebih baik (serta peningkatan fungsi motorik). Namun, kemampuan ini
masih kurang dari orang-orang dengan pertumbuhan gigi normal. (perhatikan bahwa
ungkapan "osseoperception" sedikit menyesatkan karena tidak ada bukti bahwa
reseptor sensorik dalam tulang itu sendiri yang bertanggung jawab atas sensasi)
(chapter 6). Reseptor sendi muncul untuk memainkan peran yang sangat kecil. bahkan
ketika sendi panggul yang normal dan kapsulnya termasuk reseptor sendi sepenuhnya
dihilangkan dan diganti dengan sendi buatan,sehingga ada sedikit atau tidak ada penurunan
ketajaman proprioseptif terdeteksi pada sendi pinggul.

Dalam sistem pengunyahan, maka itu, propriosepsi juga cenderung muncul terutama
dari spindle otot pada otot-otot penutup rahang (ingat bahwa pembuka rahang tidak memiliki
spindel), serta dari reseptor mekanik lain di dalam dan sekitar mulut.Otot spindel reseptor
sangat sensitif untuk meregangkan, dan memiliki kemampuan untuk menandai panjang otot-
otot penutup rahang dan, dengan kesimpulan, posisi vertikal mandibula relatif terhadap
rahang atas.

Kemungkinan reseptor sensorik lainnya juga berkontribusi sesuatu untuk kesadaran


pada posisi rahang. Misalnya, reaktor mekanis/mekanoreseptor pada kulit wajah diaktifkan
ketika kulit perioral meregang selama gerakan rahang. Telah diketahui bahwa reseptor pada
TMJ penting dalam kesadaran akan posisi rahang, tetapi karena alasan yang diberikan
sebelumnya dalam bab ini, Ini hampir pasti tidak demikian kecuali ketika rahang diregangkan
terbuka lebar. berdasarkan pengetahuan bahwa spindel otot dan reseptor kulit sebagian besar
bertanggung jawab untuk proprioception di tungkai. Mari kita kembali ke pertanyaan tentang
bagaimana pasien dapat mendeteksi pemulihan yang hanya beberapa mikron terlalu tinggi.
Seperti disebutkan di atas, sebagian besar subyek normal dapat mendeteksi keberadaan foil
logam yang hanya setebal 20 mikro milimeter ketika mereka menutup dengan lembut ke
atasnya. Bahkan ketika kedua gigi atas dan bawah telah teranastesi, pasien masih dapat
mendeteksi foil yang tebalnya hanya sekitar 80 mikrometer. karenanya, deteksi titik tinggi
pada restorasi dibantu oleh mekanoreptor pada ligamentum periodontal gigi yang bersentuhan
propioceptor yang lain pun harus ikut andil yang besar

Faktanya, tidak ditunjukkan secara definitive, reseptor mana yang bertanggung jawab
untuk mendeteksi titik tinggi ketika gigi yang berlawanan dibius secara lokal. Ada
kemungkinan bahwa ada beberapa sinyal yang menimbulkan reaksi berasal dari gigi lain
terutama di sisi lain mulut yang tidak dibius.menandakan kekuatan yang diterapkan padanya
berbeda dari apa yang terjadi ketika gigi sepenuhnya oklusi. Kemungkinan besar spindel otot
memberi sinyal ke otak bahwa otot penutup rahang di satu sisi kepala sedikit lebih panjang
daripada ketika rahang sepenuhnya tertutup. Gagasan ini didukung oleh pengamatan bahwa
bahkan pasien dengan gigi palsu penuh masih dapat mendeteksi foil tipis mungkin 7-8 kali
lebih tebal daripada yang diidentifikasi oleh pasien dengan gigi asli

Gangguan pada pengunyahan


Gangguan paling umum dari sistem pengunyahan adalah, tentu saja mengunyah yang
tidak efisien yang merupakan akibat dari kehilangan gigi. Efisiensi mengunyah turun secara
drastis saat gigi posterior hilang orang dengan gigi-geligi yang habis, mengunyah untuk
waktu yang lebih lama dan menelan makanan yang lebih besar, kabar baiknya adalah bahwa
peningkatan yang substansial dalam efisiensi mengunyah pada pasien yang sebagian
“edentulous” dapat diperoleh dengan perawatan prostodontik yang tepat. Kehilangan semua
gigi menyebabkan berkurangnya kemampuan mengunyah yang lebih parah Bahkan gigi palsu
penuh yang pas sekalipun hanya mengembalikan sebagian kecil dari efisiensi fungsional gigi-
geligi alami. Telah disebutkan sebelumnya bahwa kemampuan pasien dengan gigi palsu
penuh untuk memecah Makanan sangat berkurang. umumnya mereka perlu mengunyah 3-6
kali lebih sering daripada orang-orang dengan gigi alami untuk mengurangi partikel makanan
ke ukuran yang sebanding. Kemampuan untuk mengunyah berkurang lebih jauh ketika
mereka mengonsumsi makanan yang lebih keras

Pengurangan fungsi pada pemakai gigitiruan sebagai hasil dari penurunan jumlah
kekuatan maksimum yang mereka miliki untuk mengunyah, Sejumlah penelitian telah
melaporkan bahwa kekuatan gigitan unilateral maksimal pemakai gigitiruan adalah antara 75
dan 140 newton, dibandingkan dengan kekuatan yang dihasilkan oleh subyek dentate dalam
studi yang berkisar antara 350 hingga 550 newton .Tingkat pengurangan kekuatan gigitan
maksimal ini cukup untuk membatasi rentang makanan yang bisa dimakan orang-orang yang
tidak sehat, bahan makanan seperti daging dan bahkan roti yang keras mungkin
membutuhkan kekuatan gigitan lebih dari 150 newton. dengan demikian ketidakmampuan
pemakai gigitiruan penuh untuk menghasilkan kekuatan mengunyah yang cukup, jelas
memiliki potensi untuk menyebabkan defisiensi makanan
Kemampuan mengunyah secara substansial meningkat ketika gigi palsu mandibula
didukung oleh implan oral. pasien seperti itu dapat menggigit hingga dua kali lebih keras
daripada pasien dengan gigi tiruan penuh konvensional.Bahkan gaya ini masih hanya sekitar
70% dari apa yang dapat dihasilkan oleh subjek dengan gigi-geligi alami.

Kecacatan Temporomandibular
Sindrom sakit pada orofasial dapat ditangani dalam bab 4, tetapi pada topik kecacatan
temporomandibular (TMDs), yang dimana merupakan keluarga penyakit yang melibatkan
otot pengunyahan, TMJ dan struktur didalamnya, atau ketduanya, yang akan diterangkan
sedikit disini untuk kelengkapan. Meskipun variasi dari prensentasi klinikal dari penyakit
musculoskeletal, penyakit ini mempunyai tanda-tanda utama, seperti, nyeri, suara klik dan
kertakan pada persendian, dan penghambatan fungsi seperti penghambatan dan kemiringan
pergerakan rahang. Etiologi dari TMDs biasanya tidak diketahui dan biasanya pengangannya
berupa simptomatik. Sakit dari jaringan musculoskeletal yang akan mempengaruhi
pengunyahan akan berada pada kedua keadaan yaitu: sadar, seperti contoh pada saat pasien
berhati hati untuk mengunyah tidak terlalu keras atau tidak membuka rahang terlalu lebar,
tetapi juga terjadi pada level reflek yang melibatkan koordinasi dari sinyal nociceptive dari
bagian yang sakit di pembuat pola sentral dan neuron pre motor yang berada di batang otak.
Sebagai konsekuensi, sakit yang diikuti menyebabkan pembukaan rahang yang terbatas,
kontraksi yang lemah, dan biasanya pola mengunyah yang lama. Ini mengganti koordinasi
dari mastikasi yang merupakan adaptasi untuk mengantisipasi sakit.

Setelah dipercayai bawa gesekan yang terlalu banyak atau terlalu sering menggigitkan gigi,
yang biasa dikenal dengan bruxism, merupakan penyebab TMD sekarang, bagaimanapun
bruxism pada saat tidur dilihat sebagai penyakit yang melibatkan banyak aktivasi dari
pembuat pola sentral. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa bruksisme saja tidak
dapat menjelaskan masalah TMD, tetapi itu mungkin bisa menjadi faktor risiko. Faktor-faktor
seperti stres, obat-obatan, alkohol, dan sifat-sifat kepribadian dapat memengaruhi bruxism,
tetapi secara umum dapat diterima bahwa oklusi atau kontak tinggi dalam oklusi tidak
memulai bruxism. Asal usul anatomis dan patofisiologis dari nyeri otot dan persendian pada
orang orang yang menderita bruxism masih belum jelas, dan mungkin memiliki banyak
penyebab. Bahkan faktor seperti kepribadian pasien dapat berkontribusi terhadap kerentanan
terhadap gangguan ini. Menariknya, telah ditunjukkan bahwa orang bruxism memiliki gejala
nyeri paling kecil, meskipun tentu saja, gigi mereka sudah sangat aus. Dalam hal ini, occlusal
splint merupakan tindakan yang efektif untuk melindungi gigi dari keausan lebih lanjut.

Agak mengherankan, perbedaan intervensi terapi yang digunakan, mulai dari menggunakan
pelindung mulut hingga obat antidepresif memiliki tingkat keberhasilan yang sama di
sebagian besar bentuk TMD. Hal ini merujuk pada komponen psikogenik yang signifikan
dalam gangguan ini yang merespon "dirawat" secara umum daripada perawatan tertentu.

Penyakit neuromuskular

Berbeda sekali dengan menelan, mengunyah relatif kebal dari banyak gangguan neurologis.
Bahkan stroke biasanya tidak memiliki dampak mendalam pada sistem pengunyahan: ini
tidak diragukan lagi merupakan hasil dari kontrol kortiko-bulbar yang kuat, bilateral, dan otot
pengunyahan.

Sistem pengunyahan sering terpengaruh di myasthenia gravis, suatu gangguan autoimun dari
neuromuscular junction yang mempengaruhi semua otot rangka.

Penyakit ini ditandai dengan perasaan tidak normal seperti lemah dan hilangnya kekuatan
otot, yang dapat mengganggu proses pengunyahan. Sebuah studi baru baru ini dari pasien
dengan gangguan yang sama melaporkan bahwa gigitan maksimal dikurangi menjadi 50%
dibandingkan dengan subyek kontrol yang cocok: namun, tingkat penurunan kekuatan gigitan
akan terus memburuk saat kondisi semakin meningkat.

Orang yang menderita bulbar myasthenia, yaitu yang hanya memengaruhi saraf kranial,
mungkin juga mengalami kesulitan menelan. Kerusakan pada mekanisme saraf yang
mengontrol lidah tentu saja dapat mengganggu mengunyah dengan mengurangi kemampuan
untuk menempatkan makanan tepat diantara permukaan oklusal gigi.

Saraf motorik lidah adalah hypoglossal (XII). Ini dapat terluka selama operasi leher atau
operasi intrakranial (disebut juga sebagai lesi neuron motorik lebih yang lebih rendah) tetapi
biasanya lebih ke pusat yang lebih tinggi yaitu yang mengontrol inti motor hypoglossus
menjadi rusak (lesi neuron motorik atas). Seperti yang sudah diperkirakan, hilangnya kontrol
unilateral dari otot intrinsik dan ekstrinsik lidah menghasilkan defisit signifikan dalam
kontrol lidah yang kemudian dapat mengganggu penempatan posisi bolus makanan di antara
gigi selama mengunyah.

Saraf lingual (trigeminal) lebih rentan terhadap kerusakan di dalam mulut yang dekat dengan
foramen mandibula. Paling umum, kerusakan terjadi selam pencabutan gigi molar ketiga,
yang dapat menghasilkan hilangnya sensasi dari permukaan lidah. Kebanyakan pasien akan
mengalami sensasi ini secara sementara ketika saraf lingual diblokir oleh saraf mandibula
dengan anestesi lokal. Sebenarnya, efek dari anestesi unilateral lidah pada efisiensi
pengunyahan relatif sedikit, meskipun lidah yang di anastesi kekurangan refleks pelindung,
itu sangat rentan digigit.

Kesimpulan

Mengunyah adalah langkah pertama dalam pencernaan makanan. Ini adalah proses yang
rumit yang melibatkan kontrol yang tepat dari sejumlah otot termasuk yang ada di lidah, dan
ini juga terintegrasi dengan menelan. Mastikasi adalah proses semi-otomatis, siklus di mana
sinyal berirama dasar yang berasal dari generator pola di batang otak secara bergantian
mengaktifkan otot pembukaan rahang dan otot penutup rahang. Gerakan pembukaan dan
penutupan ini disesuaikan dengan sejumlah refleks komplementer yang secara otomatis dapat
menyesuaikan aktivitas neuron motorik yang mengendalikan otot untuk mengimbangi
perubahan tak terduga pada tekstur makanan, dan untuk memastikan bahwa gigi masuk
dengan benar ke dalam oklusi di dalam setiap gerakan penutupan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal Epidemiologi
    Soal Epidemiologi
    Dokumen42 halaman
    Soal Epidemiologi
    David Anggara Putra
    87% (23)
  • Komplemen Dan Respon Imun
    Komplemen Dan Respon Imun
    Dokumen52 halaman
    Komplemen Dan Respon Imun
    Rado Razo
    0% (1)
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • CGG
    CGG
    Dokumen9 halaman
    CGG
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • UVULA BIFIDA
    UVULA BIFIDA
    Dokumen4 halaman
    UVULA BIFIDA
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • 1751 FIx
    1751 FIx
    Dokumen16 halaman
    1751 FIx
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • ProprioRahang
    ProprioRahang
    Dokumen1 halaman
    ProprioRahang
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat
  • CGG
    CGG
    Dokumen9 halaman
    CGG
    Eveline Michelle
    Belum ada peringkat