Anda di halaman 1dari 8

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah
beras. Gula menjadi begitu penting bagi masyarakat sebagai sumber kalori.
Pada umumnya gula digunakan untuk mengawetkan makanan dan untuk
pemanis. Gula di Indonesia terdapat berbagai jenis berdasarkan bahan
pembuatnya misalnya gula tebu, gula aren dan gula kelapa. Untuk gula tebu
sendiri dapat dibedakan menjadi tiga, yakni Gula Kristal Mentah (GKM),
Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula Kristal Rafinasi (GKR). Gula kristal
mentah (GKM) merupakan gula yang digunakan sebagai bahan baku untuk
produksi gula rafinasi. Gula kristal putih merupakan gula yang terbuat dari
kristalisasi yang dapat langsung digunakan untuk konsumsi rumah tangga,
sedangkan GKR merupakan gula yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industri
Suatu proses produksi harus berjalan baik agar output yang diharapkan
dapat tercapai dengan dukungan input yang optimal, seperti tenaga kerja,
bahan baku, modal, dan energi. proses pengolahan merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, dalam hal ini input
dapat diolah menjadi output untuk meningkatkan nilai tambah produk,
sehingga memungkinan produsen memperoleh keuntungan. Pengolahan bahan
hasil pertanian menjadi sebuah produk dengan nilai tambah, dilakukan mulai
dari kegiatan paska panen bahan hasil pertanian hingga penyimpanan produk
akhir. Proses tersebut terdiri atas proses ekstraksi/penggilingan, pemurnian,
pengupan menggunakan evaporator, pengkristalan, dan yang terakhir yaitu
pengemasan. Pada proses pemurnian terdapat dua metode yaitu metode
sulfitasi dan metode karbonatsi. Tetapi tidak semua pabrik menerapkan kedua
metode tersebut. Penggunaan metode bebas ditentukan oleh pabrik, tetapi
harus sesuai standard SNI 3140.3-2010 yang dikeluarkan oleh Badan
Standarisasi Nasional.
Oleh karena itu dilakukan kunjungan lapang ini di pabrik gula Semboro.
Semboro menjadi tujuan utama karena semboro menerapkan metode yang
berbeda dengan pabrik lainnya. Semboro menerapkan pemurnian dengan
metode karbonatasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kunjungan ini yaitu mahasiswa dapat lebih memahami proses
pembuatan gula kristal putih dan dapat membandingkan dengan literatur serta
dengan materi di perkuliahan.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengolahan Gula Di PG. Semboro


Pabrik gula semboro merupakan salah satu pabrik peninggalan Bangsa
Belanda sehingga masih terdapat peralatan kuno peninggalan Bangsa
Belanda. Namun sekarang sudah mempunyai dan menggunakan alat-alat yang
baru, sehingga peralatan kuno ada yang sudah tidak digunakan. Pabrik gula
Semboro merupakan salah satu unit produksi PTPN XI (Persero) yang
mengolah tebu menjadi gula kristal putih. Pabrik Semboro sudah menerapkan
ISO 9001 dan SNI 3140.3. Pabrik Semboro menerapkan metode karbonatasi
sejak tahun 2009. Sebelumnya, Semboro menerapkan metode sulfitasi seperti
pabrik-pabrik yang lainnya.
Pada proses pembuatan gula kristal putih ini ada beberapa langkah yang
harus dilakukan. Langkah pertama masih sama dengan pabrik-pabrik yang
lain yaitu berawal dari masuknya truk yang mengangkut tebu. Tebu yang
berada didalam truk tidak boleh dibiarkan terlalu lama ditempat yang terbuka
karena dapat menurunkan rendemen pada tebu, selain itu juga untuk
mencegah tumbuhnya bakteri Leuconostoc. Batas maksimal tebu berada
ditermpat terbuka yaitu selama 36 jam. Setelah tebu masuk ke dalam pabrik,
dilakukan pra proses yaitu pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran ini
bertujuan untuk mempermudah proses pengekstraksian nira tebu.
Tebu yang ukurannya sudah kecil kemudian disalurkan ke stasiun
penggilingan. Di stasiun ini dilakukan proses imbibisi. Imbibisi ini yaitu
menambahkan air dengan suhu yang cukup tinggi yaitu 900C. Tujuan dari
imbibisi ini yaitu mengoptimalkan pengambilan sukrosa. Penambahan air
pada proses ekstraksi dilakukan pada pengekstrak 1, 3, dan 4 guna membantu
pengekstrakan nira pada tebu. Penambahan air tidak dilakukan di pengekstrak
yang ke 5 karena pada pengekstrak ini akan menghasilkan ampas yang
digunakan sebagai bahan bakar ketel.
Proses selanjutnya setelah penggilingan yaitu proses pemurnian. Pada
pemurnian dilakukan metode awal yaitu defekasi. Defekasi yaitu penambahan
susu kapur (Ca(OH)2) pada nira yang telah diekstrak. Penambahan (Ca(OH)2)
ini bertujuan untuk menyerap kotoran yang ada pada nira dan menambah
flokulan supaya lebih optimal dalam penyerapannya.
Setelah pemurnian, langkah berikutnya yaitu penguapan. Penguapan
dilakukan dengan menggunakan evaporator. Evaporator yang digunakan ada
sebanyak lima buah untuk menguapkan air sehingga nira yang dihasilkan
menjadi kental. Pada proses penguapan dilakuan dengan evaporasi single.
Pada evaporasi ini, nira masih memiliki brix sebanyak 16 sehingga harus
dinaikkan menjadi 60-65o brix supaya nira menjadi kental.
Proses selanjutnya yaitu kristalisasi. Pada proses kristalisasi ini menghasilkan
tetes dan nira menjadi remelt carbonation. Dari remelt carbonatation
kemudian dialirkan ke stasiun kristalisasi. Gula lebur ini kemudian ditambah
denga susu kapur dan air panas dan dilakukan pemurnian dengan metode
karbonatasi, kemudian gula lebur tadi kemudian direaksikan dengn CO2. Dari
proses tersebut akan dihasilkan clear liquor yang kan dikristalkan hingga
mencapai ICUMSA yang sudah ditentukan. Selanjutnya kristal gula
disentrifugasi untuk memisahkan kristal gula dan sirup. Sirup gula yang
terpisah akan diolah lagi menjadi kristal atau menjadi bibit. Kemudian kristal
gula yang diperoleh akan dikemas pada ruang pengemasan.

2.2 Proses Pengolahan Gula Pada literature dan Perkuliahan


Proses pengolahan gula di Semboro hampir sama dengan literatur.
Pengolahan awal yaitu pengekstrakan tebu. Sebelum diekstraksi terlebih
dahulu tebu tersebut dikecilkan ukurannya. Pengecilan ukuran ini bertujuan
untuk mempermudah pengekstrakan dan mempermudah proses selanjutnya.
Selain pengecilan ukuran, dilakukan imbibisi pada proses ekstraksi. Imbibisi
ini dilakukan pada ekstraktor keempat menggunakan air yang akan dialirkan
ke ekstraktor 3, 2, dan 1. Setelah sampai pada ekstraktor 1, hasilnya akan
bergabung dengan ekstraksi pertama pada ekstraktor 1. Hasil nira gabungan
inilah yang dipakai untuk bahan pengolahan gula. Lalu dialanajutkan dengan
pemurnian nira. Pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang
saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang
telah tercemar atau tercampur (Petrucci, 2006).. Proses pemurnian terbagi
menjadi dua metode yaitu sulfitasi dan karbonatasi (Effendi, 2009). Sebelum
dilakukan metode pemurnian, terlebih dahulu dilakukan defekasi. Defekasi
merupakan proses yang paling sederhana yang pada intinya adalah
memberikan susu kapur Ca(OH)2 pada nira, sehingga terjadi pengendapan,
kemudian dapat dipisahkan antara nira kotor dan nira jernih (Gautara dan
Wijadi, 2005). Kemudian hasil dari proses defekasi tersebut akan bereaksi
dengan metode sulfitasi atau karbonatasi. Metode karbonatasi akan
menghasilkan nira yang lebih bagus daripada metode sulfitasi (Andaka,
2011).
Setelah proses pemurnian dilanjutkan dengan penguapan. Penguapan ini
dilakukan menggunakan evaporator. Evaporator adalah alat yang digunakan
untuk mengevaporasi suatu bahan. Evaporasi adalah proses pengentalan
larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Cara kerJa
evaporator Jenis ini adalah saat air mulai mendidih, maka buih air akan naik
ke permukaan dan memulai sirkulasi yang mengakibatkan pemisahan liquid
dan uap air di bagian atas tabung pemanas (Manda, 2013). Pada proses ini
nira akan mendekati titik jenuh, sehingga suhu penguapan dan suhu nira
disamakan. Jika suhu nira terlalu tinggi akan divakum terlebih dahulu untuk
menurunkan titik didih nira. Selanjutnya dilakukan pengkristalan yang
mencapai zona metastabil atau lewat jenuh. Kemudian ditambahkan bibit
kristal supaya terbentuk kristal. Proses selanjutnya adalah pemisahan molase
denga gula kristal dengan gaya sentrifugal. Dari proses tersebut, molase akan
keluar dari alat sentrifugasi dan digunakan lagi untuk dikristal atau digunakan
sebagai bibit. Gula kristal yang didapatkan dari proses sentrifugasi kemudian
dikemas dan dilakukan penyimpanan.

2.3 Perbedaan Pengolahan Gula Di PG. Semboro dan Literatur serta


Perkuliahan
Dari penjelasan subbab pertama dan kedua dapat dibandingkan
berdasarka proses pengolahannya. Pengolahan di pabrik gula Semboro
menggunakan pemurnian karbonatasi, dimana nira dilakukan remelting
carbonatation terlebih dahulu. Pada langkah ekstraksi dilakukan imbibisi.
Imbibisi menurut pabrik gula dialkukan pada ekstraktor ke 1, 3, dan 4.
Ekstraktor pada pabrik Semboro terdapat lima buah. Sedangkan pada imbibisi
menurut perkuliahan dilakukan pada ekstraktor terakhir yaitu keempat.
Imbibisi yang dilakukan dipabrik tidak dilakukan diekstraktor terakhir karena
akan membasahi ampas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel.
Perbedaan selanjutnya yaitu pada proses kristalisasi. Pada pabrik
kristalisasi dilakukan sebanyak dua kali, sedangkan pada perkuliahan hanya
dilakukan satu kali. Di pabrik awalnya dilakukan pembibitan pada kristalisasi
pertama yang kemudian menghasilkan tetes dan remelting carbonatation,
kemudian dilakukan kristalisasi kedua untuk menjadikan remelting
carbonatation gula kristal. Pada perkuliahan, tidak terdapat perlakuan
remelting carbonatation tetapi dari pemurnian defekasi dilanjutkan dengan
karbonatasi biasa. Karbonatasi biasa dilakukan hanya menambah gas CO2
tanpa diremelting.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat yaitu pada umumnya proses-proses yang
dilakukan oleh pabrik gula Semboro hampir sama dengan di perkuliahan..
Terdapat beberapa perbedaan pada prosesnya yaitu tempat imbibisi,
kristalisasi, dan adanya remelting carbonatation. Di pabrik gula Semboro,
imbibisi dilakukan pada ekstraktor 1, 3, dan 4, kristalisasi dilakukan sebanyak
2 kali, dan terdapat proses remelting carbonatation. Pada perkuliahan
dijelaskan imbibisi dilakukan pada ekstraktor terakhir, kristalisasi dilakukan
sekali, dan tidak ada proses remelting carbonatation.

3.2 Saran
Saran untuk kunjungan lapang ini adalah lebih kondusifnya saat
kunjungan pabrik. Selain itu disediakannya alat pengeras suara saat
menjelaskan di pabrik supaya semua mahasiswa mendengar dan mengerti
proses yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Andaka, G. 2011. Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator


Asam Sulfat. Jurnal Teknologi Volume 4 Nomor 2, 180-188.
Effendi, A. 2009. Teknologi Gula, Bee Marketer Institute, cetakan pertama,
Jakarta. Hal. 222 dan 223.
Gautara dan Wijadi. 2005. Dasar Pengolahan Gula I. Bogor : departemen
Teknologi Hasil Pertanian Fateta, IPB.
Manda, S. 2013. Kerja evaporator. Yogyakarta: kanisius.
Petrucci. 2006. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai