Anda di halaman 1dari 30

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia – Nya makalah Merek Dagang Prespektif : Perundangan dan
Syariah dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam makalah Merek Dagang Prespektif
: Perundangan dan Syariah ini, saya akan menjelaskan tentang pentingnya
Perundang – Undangan dalam melindungi Hak Merek di Indonesia.

Saya mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam proses pembuatan makalah Merek Dagang Prespektif :
Perundangan dan Syariah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca agar
pada penulisan makalah berikutnya bisa lebih baik. Akhir kata saya mengharapkan
makalah Merek Dagang Prespektif : Perundangan dan Syariah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca

Malang, 17 Oktober 2019.

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i


BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
A. Pengertian ................................................................................................... 3
B. Jenis, Unsur, dan Tingkatan Merek ......................................................... 4
C. Syarat dan Fungsi Merek .......................................................................... 7
D. Manfaat Pendaftaran Merek. ................................................................... 8
E. Prinsip – Prinsip di dalam Undang – undang Merek. ............................ 8
F. Landasan Yuridis Hak Atas Kekayaan Intelektual : Merek Dagang. .. 9
G. Pendaftaran Merek. ............................................................................. 11
H. Pengalihan Hak dan Lisensi. ............................................................... 17
I. Merek Kolektif, Indikasi Geografi, Indikasi Asal ................................. 18
J. Penghapusan , Pembatalan, Sengketa .................................................... 20
K. Ketentuan Pidana ................................................................................. 22
L. Pandangan Islam Tentang Merek .......................................................... 24
BAB III ................................................................................................................. 26
Kesimpulan ...................................................................................................... 26
Saran ................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sulitnya mencari barang di supermarket tanpa adanya Merek yang tertera
pada barang yang akan dibeli. Begitulah fungsi dari Merek, menjadi penanda suatu
barang atau jasa untuk membedakannya satu sama lain. Bagi konsumen, Merek
penting untuk membedakan produk yang biasa mereka gunakan sedangkan bagi
produsen, Merek memiliki fungsi untuk menjaga reputasi produk mereka.
Merek yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya
disebut HKI) ialah hak yang diberikan bagi pemiliknya atas benda yang tidak
berwujud, dalam hal ini berupa nama atau logo untuk membedakan barang/jasa satu
sama lain. Merek dapat mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat karena
dengan Merek, suatu produk barang atau jasa dapat dibedakan asal muasal, kualitas,
serta jaminan keasliannya. Pemegang atau pemilik Merek berhak atas perlindungan
Merek karena mereka telah melakukan upaya-upaya untuk membesarkan Merek
yang mereka gunakan.
Instrumen hukum telah memformulasikan perlindungan Merek sebagai
bagian dari HKI, baik mengenai hak eksklusif bagi pemilik Merek maupun bagi
konsumen. Konvensi dan peraturan perundang-undangan ini bertujuan untuk
menjamin keseimbangan antara kepentingan para pihak yakni produsen, konsumen
dan pelaku usaha. Hukum nasional tidak akan terlepas dari pengaruh hukum
internasional, demikian pula dalam pengaturan mengenai Merek di Indonesia.
Dalam tulisan ini, akan dibahas secara khusus mengenai perkembangan hukum
Merek di Indonesia melalui UU No 20 Tahun 2016.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian merek ?
2. Apa saja jenis, unsur tingkatan merek ?
3. Apa syarat dan fungsi merek ?
4. Apa prinsip di dalam UUM ?
5. Apa landasan yuridis tentang merek ?
6. Bagaimana mendaftarkan merek ?
7. Bagaimana pengalihan hak dan lisensi merek ?
8. Bagaimana hukum yang mengatur merek kolektif, Indikasi Geografi
dan Indikasi Asal ?
9. Bagaimana proses penghapusan, pembatalan, dan sengketa ?
10. Bagaimana ketentuan pidana bagi pelanggaran merek ?
11. Bagaimana pandangan islam mengenai hukum merek ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian merek
2. Untuk mengetahui jenis, unsur, dan tingkatan merek
3. Untuk mengetahui syarat dan fungsi merek
4. Untuk mengetahui prinsip yang terkandung dalam UMM
5. Untuk mengetahui landasan hukum merek
6. Untuk mengetahui tata cara pendaftaran merek
7. Untuk mengetahui prosedur pengalihan hak dan lisensi merek
8. Untuk mengetahui landasan hukum mengenai merek kolektif,
Indikasi Geografi dan Indikasi Asal
9. Untuk mengetahui proses penghapusan, pembatalan, dan sengketa
10. Untuk mengetahui ketentuan pidana bagi pelanggarab merek
11. Untuk mengetahui pandangan islam mengenai hukum merek

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Merek dagang menjadi aset bisnis yang kuat dan berharga yang
mengomunikasikan inti dari produk atau layanan bernilai dan membina
pelanggan kesetiaan terhadap produk atau layanan. Dengan kata lain, merek
dagang juga dapat digunakan sebagai indikasi asal, jaminan kualitas,
sebagai pemasaran dan periklanan perangkat.1
Menurut pasal 1 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2016,2 Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa.
Merek juga dapat diartikan dengan suatu tanda untuk pembeda
antara barang – barang yang sejenis yang diperdagangkan oleh seseorang ,
kelompok atau badan usaha , yang digunakan sebagai jaminan atas mutu
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.3
Merek ialah suatu pengenal dalam kegiatan perdagangan barang dan
jasa yang sejenis sekaligus merupakan jaminan mutunya bila dibandingkan
dengan produk sejenis. Dengan melihat, membaca atau mendengar suatu
merek, seseorang sudah bisa mengetahui secara persis bentuk dan kualitas
produk yang akan diperdagangkan oleh pembuatnya.4 Contoh pengrajin
menandai barang mereka untuk menunjukkan siapa yang membuatnya telah

1
Ardya, Renggi Putra, LEGAL POSSIBILITY TO REGULATE DEFENSIVE TRADEMARK AS WELL-
KNOWN MARK PROTECTION IN INDONESIA, INTERNATIONAL PROGRAM FACULTY OF LAW
ISLAMIC UNIVERSITY OF INDONESIA YOGYAKARTA,2018, h 1 -2.
2
Undang – Undang Republik Indonesia Pasal 1 Nomor 20 tahun 2016
3
Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis Edisi Revisi, (Malang : UIN-Maliki Press,2016) , 345
4
Agus, Budi Riswandi, dkk, Dinamika Hak Kekayaan Intelektual Dalam Masyarakat Kreatif,
(Yogyakarta : Total Media, 2009), 87 – 88.

3
ditemukan di Roma kuno, Yunani, dan Mesir. Lalu seperti sekarang, tujuan
utama sebuah merek dagang adalah untuk memberi tahu konsumen tentang
sumber produk atau layanan yang mereka pikirkan pembelian. Ini
mewujudkan "niat baik" dari pembuat produk atau penyedia layanan.5
Selain pengertian diatas , merek juga memiliki pengertian sebuah
tanda yang dapat membedakan sebuah tanda yang membedakan sebuah
produk barang atau jasa dengan produk atau jasa yang lain atau sejenis.6
Dari beberapa pernyataan diatas tentang pengertian merek, dapat
disimpulkan bahwa merek adalah suatu tanda yang dibubuhkan kepada
barang ataupun jasa guna sebagai pembeda dari barang dan jasa yang sejenis
dan ciri khas dari barang atau jasa tersebut.

B. Jenis, Unsur, dan Tingkatan Merek


Berdasarkan pasal 2, 3, 4 Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2016, bahwasannya merek diklarifikasikan menjadi 3
jenis7, antara lain :
1. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang sejenis lainnya.
Contoh : KFC, Yamaha, Tupperware, dll
2. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa
sejenis lainnya.
Contph : BRI, Rumah Sakit, Bengkel, dll

5
Jacoby, David, Trademark and Branding Issues in the Hospitality Context, Leisure Industries
Section, the Arab Regional Forum, the International Franchising Committee and the Real Estate
Committee, 2011, h 3.
6
Suryo, Tomi Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi : Sebuah Kajian
Kontemporer, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 ), 206
7
Undang – Undang Republik Indonesia Pasal 2, 3, 4 Nomor 20 tahun 2016

4
3. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang
dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri
umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa
sejenis lainnya.
Contoh : Melinda Collective Marks
Sedangkan unsur – unsur yang terdapat dalam merek adalah8
o Gambar : Segala bentuk hasil karya , baik itu berupa lukisan ,
gambar teknik, yang dihasilkan dari tangan maupun secara
elektronik.
o Nama : Nama yang diambil sebagai merek bisa dari makhluk
hidup atau mati, budaya, nama perorangan , keluarga, kota, daerah,
dll.
o Kata : Kata meliputi perkataan asing, nasional dan daerah, kata
sifat, dll.
o Angka – angka : Penggunaan angka bisa digunakan pada merek
jika angka tersebut umum digunakan.
o Susunan warna : Pemberian warna pada merek lebih
memunculkan nilai pembeda daripada dengan angka.
o Kombinasi dari unsur – unsur tersebut : Mengkombinasikan
antara unsur – unsur pada merek , mulai dari gambar sampai
susunan warna bisa digunakan sebagai pembeda untuk merek , bisa
menggunakan 2 unsur atau bisa menggunakan semua unsur yang
disesuaikan dengan kebutuhan desain.

8
Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis Edisi Revisi, (Malang : UIN-Maliki Press, 2016) , 347 - 348

5
Kemudian tingkatan – tingkatan pada merek , dapat dibagi menjadi
3 jenis9, antara lain :
a. Merek Biasa (Normal Mark)
Merek jenis ini tidak begitu memiliki reputasi yang tinggi diantara
masyarakat, merek ini juga kurang memiliki selera di mata
konsumen meskipun harganya murah daripada barang sejenisnya.
Biasanya merek ini dibeli oleh golongan ekonomi ke bawah
b. Merek Terkenal (Wellknown Mark )
Merek ini memiliki reputasi tinggi dikalangan masyarakat
dibanding dengan merek biasa. Merek ini memiliki daya tarik
tersendiri sehingga konsumen akan terpukau untuk membeli.
Biasanya merek ini dibeli oleh golongan ekonomi ke atas.
c. Merek Termasyhur ( Famous Mark )
Merek ini memiliki reputasi yang elite dikalangan masyarakat
konglomerat dan merek ini jumlahnya terbatas dan harganya
mahal.
Dengan demikian , dapat kita ketahui bahwasannya merek tidak hanya satu
tapi terdiri tiga jenis yaitu merek dagang, merek jasa dan merek kolektif. Dimana
di dalam setiap merek pasti mengandung unsur – unsur di dalamnya seperti gambar,
nama, kata, angka, warna dimana unsur – unsur tersebut bisa membentuk merek
dari suatu barang atau jasa. Selain itu merek juga mempunyai beberapa tingkatan
yaitu biasa, terkenal, dan termasyhur yang dikategorikan berdasarkan tingkat
pendapatan pembeli , jangkauan pasar dan kualitas barang.

9
Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis Edisi Revisi, (Malang : UIN-Maliki Press,2016) , 351 - 352

6
C. Syarat dan Fungsi Merek
Supaya suatu merek dapat dilindungi oleh hukum, maka harus melakukan
pendaftaran merek, namun sebelumnya harus memenuhi persyaratan terlebih
dahulu10 , antara lain :
o Mempunyai daya pembeda.
o Merupakan tanda.
o Tidak bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, dan
ketertiban umum.
o Bukan menjadi milik umum.
o Tidak berupa keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa
yang dimintakan pendaftaran.
Pada hakikatnya , sebuah merek diciptakan selain sebagai pembeda dengan
barang atau jasa yang sejenis. Merek juga digunakan sebagai pelindung produk
yang produsen ciptakan. Berikut adalah beberapa fungsi merek11 :
o Fungsi Pembeda , adalah membedakan produk satu perusahaan
dengan produk perusahaan lain.
o Fungsi Jaminan Reputasi, ialah secara pribadi menghubungkan
reputasi produk bermerek tersebut dengan produsennya, sekaligus
memberi jaminan kualitas akan produk tersebut.
o Fungsi Rangsangan Investasi dan Pertumbuhan Industri,
merupakan mereka dapat menunjang pertumbuhan industri melalui
penanaman modal, baik asing dan dalam negeri dalam menghadapi
mekanisme pasar bebas.
o Fungsi Promosi , adalah merek dapat digunakan sebagai sarana
memperkenalkan produk baru dan mempertahankan reputasi produk
lama dan sekaligus untuk menguasai pasar.

10
Purwaningsih, Endang, Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi, ( Bandung : Mandar Maju, 2012
), 52
11
Purwaningsih, Endang, Perkembangan Hukum intellectual Property Rights, ( Bogor : Ghalia
Indonesia, 2005 ), 11

7
D. Manfaat Pendaftaran Merek.
Mengingat bahwasannya merek adalah salah satu dari Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI), maka merek merupakan suatu hak eksklusif bagi pencipta
merek tersebut yang timbul akibat adanya pendaftaran merek. Apabila merek sudah
terdaftar maka merek tersebut mendapat perlindungan hukum yang berlaku selama
10 tahun sejak tanggal penerimaan, dan jangka waktu perlindungan dapat
diperpanjang12. Namun pemilik merek tidak melakukan pendaftaran maka merek
tersebut tidak akan mendapat perlindungan hukum dan akan sangat rentan terjadi
tindakan kriminal seperti plagiasi merek.
E. Prinsip – Prinsip di dalam Undang – undang Merek.
Sebelum membahas dan mengetahui landasan yuridis yang mengatur
tentang merek dagang, alangkah lebih baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu
mengenai prinsip – prinsip di dalam undang – undang merek13 , sebagai berikut :
 Prinsip first to file (pendaftar pertama. Prinsip ini menjelaskan bahwa
pendaftar pertama melalui pengajuan permohonan adalah pihak yang diakui
sebagai pemegang merek
 Merek yang akan didaftarkan tidak boleh menimbulkan kebingungan dan
penyesatan dengan suatu merek yang secara umum telah terkenal dan
dimiliki oleh pihak ketiga.
 Prinsip cepat dalam penyelesaian hukum perkara merek. Upaya hukum
yang diajukan melalui pengadilan niaga, selanjutnya langsung dapat
dilakukan upaya hukum kasasi, tidak ada upaya banding.
 Perlindungan merek dapat diperpanjang, sepanjang diajukan permohonan
perpanjangan oleh pemilik merek.
 Prinsip konstitutif, ialah hak atas merek hanya diberikan jika seseorang
sudah mendaftarkan merek.
 Prinsip delik aduan. Pihak kepolisian akan melakukan tindakan apabila ada
laporan pelanggaran merek oleh pemegang merek.

12
Isnaini, Yusran, Buku Pintar HAKI : Tanya Jawab Seputar Hak Kekayaan intelektual, ( Bogor :
Ghalia Indonesia, 2010), 34
13
Hidayah, Khoirul, Hukum HKI ( Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, 2013) Kajian Undang –
undang & Integrasi Islam, (Malang : UIN-Maliki Press), 73.

8
F. Landasan Yuridis Hak Atas Kekayaan Intelektual : Merek Dagang.
UU
UU No. 20 Tahun 2016 merupakan dasar hukum tentang perlindungan
merek di Indonesia. Undang – undang perlindungan merek di Indonesia sudah
mengalami empat kali revisi, yaitu UU No. 19 Tahun 1992 , UU No. 14 Tahun 1997
, kemudian UU No. 15 Tahun 2001. Dan sekarang menggunakan UU No. 20 Tahun
2016.
Alasan dasar mengapa pemerintah melakukan revisi Undang – undang
merek terbaru , karena untuk menyesuaikan dengan zaman , dimana kasus tentang
pelanggaran merek yang semakin beragam dan juga untuk memenuhi kewajiban
Indonesia sebagai anggota WTO melalui kebijakan menyesuaikan substansi
Undang – undang nasional dengan standart internasional perjanjian TRIPS.
Ada beberapa perbedaan antara UU No. 15 Tahun 2001 dengan UU No. 20
Tahun 201614 sebagai berikut :

UU Merek Lama UU No. 20 Tahun 2016


Pengertian Merek diperluas, yaitu
1. Hanya mengenal pengertian Merek
adanya Merek 3 dimensi, Merek suara,
konvensional.
dan Merek hologram.

2. Proses pendaftaran Merek relatif


Proses pendaftaran menjadi lebih
lebih lama, yaitu pemeriksaan formal,
singkat, yaitu pemeriksaan formal,
pemeriksaan substantif, kemudian
pengumuman, pemeriksaan subtantif
pengumuman dan diakhiri dengan
dan di akhiri dengan sertifikasi.
sertifikasi.

Menteri memiliki hak untuk


3. Menteri tidak memiliki hak untuk
menghapus Merek terdaftar karena
menghapus Merek terdaftar.
Merek tersebut merupakan Indikasi
Geografis, atau bertentangan dengan

14
https://optimasihki.id/perbedaan-antara-uu-merek-lama-tahun-2001-dengan-uu-merek-dan-
ig-baru-tahun-2016-new-blog/ , diakses 16 Oktober 2019.

9
ideologi negara, peraturan perundang-
undangan, moralitas, agama,
kesusilaan, dan ketertiban umum.

Merek terkenal dapat mengajukan


4. Tidak mengatur gugatan oleh Merek
gugatan berdasarkan putusan
terkenal.
pengadilan.

Memuat pemberatan sanksi pidana


5. Tidak memuat mengenai pemberatan bagi Merek yang produknya
sanksi pidana. mengancam keselamatan dan
kesehatan jiwa manusia.

6. Ketentuan mengenai IG hanya diatur


dalam 1 (satu) bab yang terdiri dari Ketentuan mengenai IG diatur dalam 4
Pasal 56 hingga Pasal 60. Meskipun (empat) bab yang terdiri dari Pasal 53
demikian, IG banyak diatur dalam hingga Pasal 71.
Peraturan Pemerintah.

Untuk melakukan lebih lanjut Undang – undang Merek tersebut, pembentuk


UU mewajibkan pemerintah untuk membuat peraturan pelaksana dalam bentuk
Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden15 :
1) PP : tentang penolakan permohonan karena memiliki persamaan dengan
barang atau jasa yang tidak sejenis (Pasal 6 Ayat 2)
2) PP : Syarat pengangkatan konsultan HKI ( Pasal 7 Ayat 9)
3) Keppres : Tata cara pengangkatan konsultan HKI (Pasal 7 Ayat 9)
4) PP : Permohonan untuk 2 kelas barang atau lebih dan/ atau jasa (Pasal 8).
5) PP : Syarat dan tata cara permohonan merek (Pasal 9)
6) Keppres : Tata cara permohonan, pemeriksaan, serta penyelesaian banding
(Pasal 32)

15
Suryo, Tomi Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi : Sebuah Kajian
Kontemporer, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 ), 207 – 208.

10
7) PP : Susunan organisasi, tugas dan fungsi Komisi Bnading Merek (Pasal 34)
8) Keppres : Tata cara permohonan pencatatan perjanjian lisensi (Pasal 49)
9) PP : Ketentuan mengenai tata cara pendaftaran indikasi geografis (Pasal 56)
10) PP : Biaya permohonan merek dan perpanjangan merek serta biaya – biaya
yang terkait dengan merek (Pasal 75)
11) Keppres : Persyaratan, jangka waktu, dan tata cara pembayaran (Pasal 75
Ayat 2)
G. Pendaftaran Merek.
Kebutuhan untuk melindungi barang dan jasa dari kemungkinan kepalsuan
dari persaingan tidak wajar, berarti kebutuhan untuk melindungi HAKI pada merek
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, berangkat dari kesadaran di Indonesia telah
dibuat perundangan yang mengantur tentang hukum merek.16Pada pendaftaran
merek terdapat dua sistem pendaftaran yaitu sistem deklaratif dan konstitutif..
Sistem deklaratif adalah sistem pasif yang memberikan asumsi bahwa pihak yang
mereknya terdaftar adalah pihak yang berhak atas merek tersebut sebagai pemakai
pertama dan tidak diselidiki siapa pemilik sebenarnya dari merek tersebut , hanya
diperiksa kelengkapan permohonannya. Sedangkan dalam sistem konstitutif adalah
pihak yang berhak atas suatu merek adalah pihak yang sudah terdaftar mereknya.
Pihak pendaftar adalah satu – satunya yang berhak dan pihak lain harus
menghormatinya. Sistem pendaftaran di Indonesia menggunakan sistem konstitutif,
dimana pendaftarannya bisa menggunakan sistem biasa dan hak prioritas.17
Penggunaan sistem konstitutif diimbangi dengan segi keadilan seperti18 :
 Pembentukan cabang- cabang kantor merek daerah
 Pembentukan Komisi banding merek
 Memberikan kemungkinan gugatan melalui Peradilan Tata Usaha Negara.

16
Agus, Budi Riswandi , dkk , Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2005), 82-83.
17
Purwaningsih, Endang, Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi, (Bandung : Mandar Maju, 2012 ),
54
18
Soenandar, taryana, Perlindungan HAKI (Hak Milik Intelektual di Negara – Negara ASEAN,
(Jakarta :Sinar Grafika, 2007), 70

11
Supaya pemilik merek mendapatkan jaminan perlindungan hukum yang
kuat , maka seorang pemilik merek diharuskan untuk melakukan langkah pertama
yaitu mendaftarkan merek kepada lembaga yang berwenamg sesuai dengan
peraturan yang berlaku hal ini bertujuan agar pemilik merek mendapat kepastian
hukum yang jelas. Menurut Pasal 7 Undang – undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2016 ditentukan syarat dan tata cara permohonan19 , antara lain :

1) Permohonan dan hal yang berkaitan dengan administrasi Merek yang


diajukan oleh Pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib diajukan melalui
Kuasa.

2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyatakan dan


memilih alamat Kuasa sebagai domisili hukum di Indonesia.

Sedangkan permohonan untuk dua kelas atau lebih/atau jasa dapat diajukan
dalam UU Pasal 6 No 20 Tahun 201620 , yang berbunyi :

o Permohonan untuk lebih dari 1 (satu) kelas barang dan/atau jasa


dapat diajukan dalam satu Permohonan.
o Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyebutkan jenis barang dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas
yang dimohonkan pendaftarannya.
o Ketentuan lebih lanjut mengenai kelas barang dan/atau jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

19
Undang – Undang Republik Indonesia Pasal 7 Nomor 20 tahun 2016
20
UU No 20 Pasal 6 Tahun 2016

12
Dan khusus untuk permohonan pendaftaran merek dengan Hak Prioritas ,
diatur dalam UU Pasal 9 No 20 Tahun 201621 , sebagai berikut :
Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam
waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan permohonan
pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara lain yang merupakan
anggota Konvensi Paris tentang Pelindungan Kekayaan Industri (Paris Convention
for the Protection of Industrial Property) atau anggota Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade
Organization).
Tentang sistem dan tata cara pendaftaran merek sampai terbitnya sertifikat
, sudah diatur melalui Pasal 7 sampai Pasal 22 UU Merek Indonesia22 , antara lain:
1) Permohonan merek diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia kepada
Direktorat Jendral HKI dengan mencantumkan identitas permohonan,
tanggal permohonan, warna, nama negara dan tanggal permintaan merek
yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.
2) Permohonan untuk 2 kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan
dala satu permohonan, dan berkas permohonan harus menyebutkan kelas
jenis barang/jasa yang dimohonkan.
3) Dalam hal seluruh persyaratan administratif sudah lengkap dan dipenuhi
oleh pemohon maka diberikan tanggal penerimaan. Dalam jangka waktu
paling lama 30 hari sejak tanggal penerimaan, dilakukan pemeriksaan
substantif terhadap permohonan. Pemeriksaan diselesaikan paling lama 9
bulan dan dilaksanakan oleh pemeriksa substantif Ditjen HKI bagian merek.
(Pasal 18)
4) Dalam hal pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa
permohonan tidak terdaftar yang tercantum pada UU Pasal 20 No. 20 Tahun
201623 yaitu :

21
UU No 20 Pasal 9 Tahun 2016
22
Purwaningsih, Endang, Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi, (Bandung : Mandar Maju, 2012 ),
54 – 55.
23
UU No 20 Pasal 20 Tahun 2016

13
a Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-
undangan, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
b Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang
dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya;
c Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,
kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau
jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama
varietas tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis;
d Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau
khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;
e tidak memiliki daya pembeda; dan/atau
f merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.

Dan permohonan pendaftaran ditolak yang tercantum pada UU Pasal 21 No.


20 Tahun 201624 yaitu :

1. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh
pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis.
2. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
3. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak
sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau
4. Indikasi Geografis terdaftar.
5. Merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang
terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain,
kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak
6. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,
bendera, lambang atau simbol atau emblem suatu negara, atau
lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang; atau

24
UU No 20 Pasal 21 Tahun 2016

14
7. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
8. Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad
tidak baik.
9. Ketentuan lebih lanjut mengenai penolakan Permohonan Merek
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c
diatur dengan Peraturan Menteri.
Permohonan tidak terdaftar dan ditolak atas persetujuan dari Ditjen, hal
tersebut diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kekuasaannya
dengan menyebutkan alasan. Dalam waktu 30 hari sejak tanggal penerimaan
surat pemberitahuan itu, pemohon atau kuasanya bisa menyampaikan
keberatan dengan menyebutkan alasan.
5) Dalam waktu 10 hari sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk didaftar,
Ditjen HKI bagian merek mengumumkan permohonan tersebut dalam
Berita Resmi Merek. (Pasal 14 Ayat 1 No 20 Tahun 2016). Pengumuman
permohonan dalam Berita Resmi Merek berlangsung selama dua bulan.
(Pasal 14 Ayat 2 No 20 Tahun 2016), dengan mencantumkan (Pasal 15 Ayat
No 20 Tahun 2016) :
a Nama dan alamat Pemohon, termasuk Kuasa jika Permohonan
diajukan melalui Kuasa.
b Kelas dan jenis barang dan/atau jasa
c Tanggal Penerimaan
d Nama negara dan Tanggal Penerimaan permohonan yang pertama
kali dalam hal Permohonan diajukan dengan menggunakan Hak
Prioritas
e Label Merek, termasuk keterangan mengenai warna dan jika label
Merek menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf Latin
dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia,
disertai terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, huruf Latin atau
angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, serta cara
pengucapannya dalam ejaan Latin.

15
Berdasarkan pasal 17 pemohon berhak mengajukan keberatan secara tertulis
terhadap Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16. Dimana
sanggahan tersebut dalam waktu paling lama 2 bulan terhitung sejak tanggal
pengiriman kepada menteri. Kemudian dilakukan pemeriksaan kembali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat 4 dan 5 No 20 Tahun 2016.

Jika permohonan pendaftaran sudah tuntas, Menteri menerbitkan dan


memberikan Sertifikat Merek kepada pemohon atau kuasanya selambat –
lambatnya 18 bulan terhitung sejak penerbitan sertifikat. Merek yang telah
terdaftar dianggap ditarik kembali dan dihapuskan. (Pasal 25 Ayat 3 No 20
Tahun 2016). Jangka waktu berlakunya merek adalah 10 tahun sejak
penerimaan dan dapat diperpanjang (Pasal 35). Perpanjangan tersebut
dilakukan 6 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu merek.

6) Terhadap Penolakan permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar


pertimbangan yang bersifat substansif, dapat dilakukan permohonan
banding kepada Komisi Banding Merek sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29. Permohonan ini diajukan paling lambat selama 3 bulan sejak
tanggal penerimaan permohonan banding. Dalam hal Komisi Banding
Merek menolak permohonan banding, pemohon atau kuasanya dapat
mengajukan gugatan permohonan banding kepada Pengadilan Niaga dalam
waktu paling lama 3 bulan sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan
(Pasal 30 Ayat 3 No 20 Tahun 2016). Jika pemohon atau kuasanya
menerima, maka Menteri menerbitkan dan memberikan sertifikat merek
kepada pemohon atau kuasanya. (Pasal 30 Ayat 2 No 20 Tahun 2016 )

16
H. Pengalihan Hak dan Lisensi.

 Pengalihan Hak atas Merek.


Berlandaskan Pasal 41 Ayat 1 No 20 Tahun 2016 yang berbunyi :
Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena : pewarisan , wasiat,
wakaf, hibah, perjanjian, atau sebab lain yang dibenarkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengalihan ini harus diajukan pencatatannya kepada Menteri
(Pasal 41 Ayat 3) dan disertai dengan dokumen pendukung (Pasal 41 Ayat 4). Dan
pengalihan Hak atas Merek yang sudah dicatat diumumkan dalam Berita Resmi
Merek. (Pasal 41 Ayat 5). Lalu Pengalihan Hak atas Merek sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan pada saat proses Permohonan pendaftaran Merek.
(Pasal 41 Ayat 8).

 Perjanjian Lisensi
Sebagaimana diatur secara khusus pada Pasal 42 – 45. Dalam hal ini adalah
Pemilik merek terdaftar dapat memberikan lisensi kepada pihak lain yang dia
izinkan namun dia tetap dapat menggunakan sendiri. Kemudian perjanjian lisensi
ini berlaku di seluruh wilayah NKRI, kecuali ada perjanjian lain. Dan apabila terjadi
maka harus dicatat kepada Menteri dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek dan
Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung maupun tidak
langsung yang menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau
memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam
menguasai dan mengembangkan teknologi.
Dalam hal ini Menteri berhak menolak apabila lisensi mengandung unsur
yang dilarang dan pemilik merek wajib mendapat royalti apabila mereknya
digunakan oleh pihak ketiga.25

25
Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis Edisi Revisi, (Malang : UIN-Maliki Press, 2016) , 360

17
I. Merek Kolektif, Indikasi Geografi, Indikasi Asal

 Merek Kolektif
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa
dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau
jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau
badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau
jasa sejenis lainnya.26 Sebagaimana diatur secara khusus pada Pasal 46 – 51. Dalam
hal ini adalah Permohonan pendaftaran merek sebagai merek kolektif dapat
diterima jika dalam Permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa Merek tersebut
akan digunakan sebagai Merek Kolektif. Ketentuan penggunaan Merek Kolektif
paling sedikit memuat pengaturan mengenai: sifat, ciri umum, atau mutu barang
dan/atau jasa yang akan diproduksi dan diperdagangkan, pengawasan atas
penggunaan Merek Kolektif, dan sanksi atas pelanggaran ketentuan penggunaan
Merek Kolektif.27

 Indikasi Geografi
Kata “Indikasi” tidak harus merujuk pada nama sebuah tempat tapi juga
dapat mencakup nama produk yang diasosiasikan dengan sebuah tempat. Indikasi
geografis tidak sama dengan merek karena indikasi geografis tidak dapat dimiliki
perorangan dan sebagai tanda pengenal yang digunakan produsen di sebuah
tempat.28
Tujuan dari Indikasi Geografis adalah untuk melindungi suatu barang
sebagai tanda / simbol daerah karena keunikannya yang hanya dimiliki oleh daerah
tertentu saja.29

26
Hidayah, Khoirul, Hukum HKI ( Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia) Kajian Undang – undang
& Integrasi Islam, (Malang : UIN-Maliki Press , 2013), 74.
27
UU No 20 Tahun 2016 Pasal 46 – 51.
28
Suryo, Tomi Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi : Sebuah Kajian
Kontemporer, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 ), 219.
29
Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis Edisi Revisi, (Malang : UIN-Maliki Press, 2016) , 361

18
Pendaftaran untuk Indikasi Geografis dilakukan oleh pemohon merupakan30:
 Lembaga yang mewakili masyarakat di kawasan geografis tertentu yang
mengusahakan suatu barang dan/atau produk berupa: sumber daya alam,
barang kerajinan tangan, atau hasil industri.
 Pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota.
Peran Menteri bisa menolak pendaftaran Indikasi Geografi jika di dalam
Indikasi Geografi terdapat Dokumen Deskripsi Indikasi Geografis tidak dapat
dibuktikan kebenarannya dan/atau memiliki persamaan pada keseluruhannya
dengan Indikasi Geografis yang sudah terdaftar. (Pasal 56)
Contoh nama Indikasi Geografis yang didaftarkan di Dirjen HKI31:
o Susu Kuda Sumbawa didaftarkan oleh Asosiasi Pengembangan Susu Kuda
Sumbawa (Kab. Dompu) tahun 2011.
o Kangkung Lombok didaftarkan oleh Asosiasi Komuditas Kangkung
Lombok tahun 2011.
o Tembakau Hitam Sumedang didaftarkan oleh Pemerintah Kab. Sumedang
tahun 2010.

 Indikasi Asal
Indikasi Asal berada di bawah lindungan pada UU No 20 Pasal 63 - 65
Tahun 2016. Indikasi asal dilindungi tanpa melalui kewajiban pendaftaran atau
secara deklaratif sebagai tanda yang menunjukkan asal suatu barang dan/atau jasa
yang benar dan dipakai dalam perdagangan. Indikasi asal merupakan ciri asal
barang dan/atau jasa yang tidak secara langsung terkait dengan faktor alam.

30
UU No 20 Tahun 2016 Pasal 53
31
Hidayah, Khoirul, Hukum HKI ( Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia) Kajian Undang – undang
& Integrasi Islam, (Malang : UIN-Maliki Press , 2013), 84.

19
J. Penghapusan , Pembatalan, Sengketa
 Penghapusan Merek
Pada UU No 20 Pasal 72 – 75 Tahun 2016, berikut adalah penjabarannya.32
Penghapusan tentang merek dapat diajukan oleh pemilik Merek atau melalui
Kuasanya, baik untuk sebagian maupun seluruh jenis barang dan/atau jasa.
Penghapusan pendaftaran Merek diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Penghapusan Merek terdaftar atas prakarsa Menteri dapat dilakukan jika:
a Memiliki persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhannya dengan
Indikasi Geografis
b Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,
moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum.
c Memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya
tradisional, warisan budaya takbenda, atau nama atau logo yang sudah
merupakan tradisi turun temurun.
Apabila Pemilik Merek yang keberatan terhadap keputusan penghapusan
Merek terdaftar atas prakarsa Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat
(6) dan ayat (7) dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara.
Dan apabila Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud
dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
Penghapusan Merek terdaftar dalam Pasal 74 dapat pula diajukan oleh pihak
ketiga yang berkepentingan dalam bentuk gugatan ke Pengadilan Niaga dengan
alasan Merek tersebut tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian
terakhir.
Alasan Merek tidak digunakan tidak berlaku dalam hal adanya:
a larangan impor
b larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang
menggunakan Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak
yang berwenang yang bersifat sementara

32
UU No 20 Tahun 2016 Pasal 72 - 75

20
c larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Penghapusan Merek terdaftar dicatat dan diumumkan dalam Berita Resmi
Merek.

 Pembatalan Merek
Gugatan pembatalan Merek33 terdaftar dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau
Pasal 21. Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mengajukan Permohonan kepada
Menteri.
Gugatan pembatalan diajukan kepada Pengadilan Niaga terhadap pemilik
Merek terdaftar. Gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran Merek.
Terhadap putusan Pengadilan Niaga atas gugatan pembatalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3) dapat diajukan kasasi. Kemudian Panitera
pengadilan segera menyampaikan putusan kepada para pihak yang bersengketa.

 Sengketa Merek
Permasalahan pelanggaran dan perlindungan merek pernah terjadi di
Indonesia, masalah pelanggaran merek di Indonesia memiliki keunikan, karena
pemilik merek yang sebenarnya, justru digugat oleh pihak lokal, misalnya kasus
Piere Cardin dan Levi’s.34
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah membentuk Undang – Undang No
20 Tahun 2016 berdasarkan pada Pasal 83 – 8635 , pemilik Merek dan/atau
penerima Lisensi selaku penggugat dapat mengajukan permohonan kepada hakim
untuk menghentikan kegiatan produksi, peredaran, dan/atau perdagangan barang
dan/atau jasa yang menggunakan Merek tersebut secara tanpa hak. Dalam hal
tergugat dituntut menyerahkan barang yang menggunakan Merek secara tanpa hak.

33
UU No 20 Tahun 2016 Pasal 76 - 79
34
Budi, Insan Maulana , dkk, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual I, (Yogyakarta: Yayasan
Klinik HAKI Jakarta, 2000), 112.
35
UU No 20 Tahun 2016 Pasal 83 - 86

21
Gugatan diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum
tempat tinggal atau domisili tergugat. Panitera mendaftarkan gugatan pada tanggal
gugatan yang bersangkutan. Panitera menyampaikan gugatan kepada ketua
Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak
gugatan didaftarkan.
Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal
gugatan ketua Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menunjuk majelis hakim
untuk menetapkan hari sidang.
Sidang pemeriksaan sampai dengan putusan atas gugatan harus diselesaikan
paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah perkara diterima oleh majelis.
Putusan atas gugatan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
Isi putusan Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak
paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan.
Selain penyelesaian masalah melalui gugatan juga bisa menggunakan cara
Arbitrase dan melalui Mediasi oleh pihak luar.36

K. Ketentuan Pidana
Seperti yang kita ketahui bersama sifat dari hukum adalah mengikat bagi
siapa saja yang melanggar , termasuk juga dalam melanggar Hukum Merek di
Indonesia dan siapapun yang melanggar wajib menerima sanksi sesuai dengan
perbuatannya menurut Perundang – undangan.
Berhubungan dengan sanksi hak merek dalam UU No 20 Tahun 2016 yang
diatur dalam Pasal 100 – 10337 , dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada
keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

36
UU No 20 Tahun 2016 Pasal 93
37
UU No 20 Tahun 2016 Pasal 100 – 103.

22
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

3. Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dan ayat (2), yang jenis barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan,
gangguan lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai
persamaan pada keseluruhan dengan Indikasi Geografis milik pihak lain
untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang
dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).

5. Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk
barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau
produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).

6. Setiap Orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui


atau patut diduga mengetahui bahwa barang dan/atau jasa dan/atau produk
tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
100 dan Pasal 101 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

23
L. Pandangan Islam Tentang Merek
Sepuluh dari 15 prinsip ekonomi yang dikemukakan oleh ulama berkaitan
dengan Hak Kekayaan Intelektual , sebagai berikut38 :
1. Manusia adalah makhluk pengemban amanah Allah untuk memakmurkan
kehidupan di bumi, diberi kedudukan sebagai khalifah yang wajib
melaksanakan petunjuk- Nya.
2. Bumi dan langit seisinya diciptakan untuk melayani kepentingan hidup
manusia, dan ditundukkan kepadanya untuk memenuhi amanah Allah,
Allah juga Pemilik Mutlak atas semua ciptaan-Nya.
3. Manusia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhannya
4. Kerja yang sesungguhnya adalah yang menghasilkan
5. Islam menentukan berbagai macam kerja yang halal dan yang haram. Kerja
yang halal saja dipandang sah.
6. Hasil kerja manusia diakui sebagai miliknya.
7. Hak milik manusia diberikan kewajiban yang diperuntukkan bagi
kepentingan masyarakat. Hak milik bersifat sosial
8. Kerjasama kemanusiaan yang bersifat tolong menolong dalam suasana
memenuhi kebutuhan perlu ditegakkan
9. Nilai keadilan dalam kerjasama kemanusiaan perlu ditegakkan
10. Campur tangan negara dibenarkan dalam rangka penertiban kegiatan
ekonomi menuju tercapaindaliya tujuan dan keadilan sosial.

Campur tangan pemerintah disini adalah dibentuknya Undang – Undang


Republik Indonesia. Salah satunya adalah UU No 20 Tahun 2016 tentang Hukum
Merek. Disnilah peran nyata pemerintah sebagai lembaga legislatif dan eksekutif di
suatu negara yaitu melindungi pemegang merek dari tindakan asusila, kecurangan,
kemudian memberi jaminan hukum yang jelas karena hukum merek merupakan hak
eksklusif pagi pemilik merek yang wajib diberi perlindungan hukum, dengan
membuat UU No 20 Tahun 2016 merupakan bentuk rasa peduli pemerintah kepada
pelaku usaha.

38
Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis Edisi Revisi, (Malang : UIN-Maliki Press, 2016) , 368 – 369.

24
Dalil Al – Qur’an juga membahas mengenai HAKI, antara lain QS. Az-
Zalzalah, 99: 7-8 berikut :
”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” 39
Berdasarkan dalil diatas dapat kita korelasikan bahwasannya Allah SWT
adalah Maha Melihat setiap tindakan manusia dimanapun dan kapanpun, dan setiap
tindakan kita akan dicatat dan diberi ganjaran di akhirat sesuai perbuatannya jika
melakukan larangan dari Allah SWT. Hal ini jika kaitkan dengan hukum merek
adalah kita sebagai manusia tidak sepantasnya melakukan pencurian, plagiasi pada
merek orang lain, karena itu merupakan salah satu perbuatan dzalim yang dibenci
oleh Allah SWT karena itu merupakan tindakan mencuri hak orang lain secara
paksa dan tanpa izin.
Sesuai keputusan Fatwa MUI No:1/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang
HKI , bahwasannya dalam pandangan Hukum Islam, HKI dipandang sebagai salah
satu huquq maliyyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum
sebagaimana mal (kekayaan. Selama HKI tersebut tidak bertentangan dengan
Hukum Islam.40

39
QS. Az-Zalzalah, 99:7-8
40
Djakfar, Muhammad, Hukum Bisnis Edisi Revisi, (Malang : UIN-Maliki Press, 2016) , 371.

25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas kita dapat mengetahui pentingnya hukum


dalam melindungi Hak Kekayaan Atas Intelektual , salah satunya adalah merek,
karena merek merupakan hak eksklusif pemilik merek yang harus dilindungi oleh
hukum sebagai bentuk jaminanperlindungan. Pemerintah telah membuat UU No 20
Tahun 2016 tentang Hukum Merek, dimana di dalam pasal tersebut membahas
tentang pengertian merek , Jenis , unsur , tingkatan merek, Syarat dan Fungsi
Merek, Prinsip di dalam UUM, Landasan yuridis Merek, Pendaftaran Merek ,
Pengalihan Hak dan lisensi, Merek kolektif , Indikasi Geografis, Indikasi Aset,
Penghapusan , pembatalan , sengketa , Ketentuan Pidana dan Pandangan Islam
Tentang Merek.

Saran
Adanya UU No 20 Tahun 2016 tentang Hukum Merek diharapkan
Indonesia tentang penegakan dan perlindungan hukum tentang merek bagi pelaku
usaha bisa semakin maksimal, karena perkembangan teknologi yang semakin pesat
dan tak bisa dihindari, maka diperlukan adanya bentuk perundang undangaan yang
terus berkembang mengikuti kebutuhan zaman. Agar pelaku industri bisa tetap
merasa aman dari persaingan licik yang mencuri hak eksklusif mereka yaitu merek
barang ataupun jasa.

26
DAFTAR PUSTAKA

QS. Az-Zalzalah, 99:7-8


Ardya, Renggi Putra.2018 LEGAL POSSIBILITY TO REGULATE DEFENSIVE
TRADEMARK AS WELL- KNOWN MARK PROTECTION IN
INDONESIA.INTERNATIONAL PROGRAM FACULTY OF LAW
ISLAMIC UNIVERSITY OF INDONESIA YOGYAKARTA.
Undang – Undang Republik Indonesia Pasal 1 Nomor 20 tahun 2016 tentang
Hukum Merek
Djakfar, Muhammad. 2016. Hukum Bisnis Edisi Revisi.Malang : UIN-Maliki Press
Agus, Budi Riswandi, dkk. 2009. Dinamika Hak Kekayaan Intelektual Dalam
Masyarakat Kreatif, Yogyakarta : Total Media.
Jacoby, David. 2011.Trademark and Branding Issues in the Hospitality Context,
Leisure Industries Section, the Arab Regional Forum, the International
Franchising Committee and the Real Estate Committee.
Suryo, Tomi Utomo. 2010. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi :
Sebuah Kajian Kontemporer. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Purwaningsih, Endang. 2012. Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi.Bandung :
Mandar Maju.
Purwaningsih, Endang. 2005. Perkembangan Hukum intellectual Property Rights.
Bogor : Ghalia Indonesia.
Isnaini, Yusran. 2010. Buku Pintar HAKI : Tanya Jawab Seputar Hak Kekayaan
Intelektual. Bogor : Ghalia Indonesia.
Hidayah, Khoirul.2013.Hukum HKI ( Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,
2013) Kajian Undang – Undang & Integrasi Islam.Malang : UIN-Maliki
Press
https://optimasihki.id/perbedaan-antara-uu-merek-lama-tahun-2001-dengan-uu-
merek-dan-ig- baru-tahun-2016-new-blog/ , diakses 16 Oktober 2019.
Agus, Budi Riswandi , dkk. 2005. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soenandar, taryana. 2007. Perlindungan HAKI (Hak Milik Intelektual di Negara –
Negara ASEAN, Jakarta :Sinar Grafika, 2007

27
Budi, Insan Maulana , dkk. 2000. Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual I.
Yogyakarta: Yayasan Klinik HAKI Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai