Anda di halaman 1dari 3

Gerakan Literasi Keluarga, peran orang tua menumbuhkan minat baca anak-anak.

Disebut sebagai negara dengan peringkat ke-60 dari 61 negara lainnya dalam sebuah studi dari Central
Connecticut University, Maret 2016 dalam kategori “Most Literate Nation in the World” semestinya
cukup untuk menjadi tamparan bagi kita semua -masyarakat Indonesia- untuk mulai mengevaluasi diri
sendiri, terutama kita yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Yang menjadi paradoks adalah jumlah pengguna internet yang mencapai separuh dari total populasi
penduduk Indonesia yakni 132,7 juta orang. Bahkan berdasarkan data yang dirilis statisca.com pada
Januari 2018, 44 persen populasi penduduk kita mengambil foto dan video menggunakan ponsel mereka.

Ada berragam alasan yang membuat minat baca anak-anak kita saat ini begitu rendah. Salah satunya yaitu
kehadiran berbagai macam teknologi yang mengalihkan dunia mereka dari membaca seperti yang sudah
disebutkan oleh data sebelumnya. Padahal kita lazim mengetahui manfaat membaca yang salah satunya
adalah membentuk karakter anak dan mengurangi resiko penyakit Alzeimer di masa tua. Sayangnya, hal
itu masih pula diperparah dengan tiadanya keteladanan terutama dari orang tua, dari keluarga, tempat
anak-anak membangun setiap kebiasaan.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam sebuah masyarakat memegang peranan penting dimana anak-anak
sering meniru apapun yang menjadi kebiasaan kedua orang tuanya. Ketika lembaga keluarga dapat
memaksimalkan fungsinya dengan baik, anak-anak dapat dibentuk menjadi generasi yang memiliki
kecintaan terhadap buku dan kebiasaan membaca. Dalam upaya meningkatkan minat baca anak-anak,
keluarga hendaknya mengambil kembali peranan itu melalui salah satunya Gerakan Literasi Keluarga
dimana gerakan ini menjadi bagian dari Gerakan Literasi Nasional.

Gerakan Literasi Keluarga adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti anak yang
bertujuan agar anak memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang
hayat mereka. Di abad 21 ini, literasi yang kemudian dibangun tidak semata-mata membaca dan menulis,
namun mencakup keterampilan berfikir menggunakan berbagai sumber pengetahuan dalam bentuk cetak,
visual maupun auditori. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai literasi informasi, dimana menurut
American Library Association (ALA), literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan yang
dibutuhkan seseorang untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan
secara efektif dan menyadari kapan informasi tersebut dibutuhkan.
Berbagai upaya dapat kita lakukan dalam menggairahkan Gerakan Literasi Keluarga ini, diantaranya:

1. Memberikan teladan
Anak-anak di usia dininya akan sangat terpengaruh dengan setiap kegiatan yang dilakukan orang
tuanya. Oleh karena itu, akan sangat baik jika orang tua dapat menghindari penggunaan ponsel secara
berlebihan dan membangun kebiasaan membaca bersama di rumah.
2. Meluangkan waktu membacakan buku sebelum tidur.
Kegiatan pertama ini dapat diawali dengan durasi yang pendek –kurang lebih 10 menit- terlebih
dahulu agar anak tidak cepat bosan. Selain itu, atur waktu untuk membaca buku bersama secara rutin
di siang hari dengan anak kita.
3. Menstimulasi anak untuk memilih buku kesukaannya.
Hal ini bisa kita lakukan dengan mengajak anak kita ke perpustakaan atau toko buku dan membantu
mereka menemukan buku yang sesuai dengan bidang yang mereka minati.
4. Memperkaya jenis bahan bacaan.
Bukan hanya tentang tema-tema monoton, namun akan jauh lebih baik jika di rumah kita dapat
menyediakan berbagai jenis buku seperti komik, petualangan, sejarah, dongeng, ensiklopedia, dan
seterusnya.
5. Melibatkan seluruh anggota keluarga.
Penciptaan atmosfir keingintahuan di rumah, hendaknya dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh
anggotanya karena tentu akan menciptakan suasana rumah yang menyenangkan bersama
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik dan seragam. Baik dalam menstimulus keingintahuan
anak maupun memfasilitasinya dengan diskusi tanya jawab yang melatih keterampilan berfikir anak.

Dengan menghidupkan kembali Gerakan Literasi Keluarga, Indonesia diharapkan dapat melahirkan
generasi emas penyongsong kejayaan Indonesia. Oleh karena itu, sebagai orang tua kitalah yang mesti
membangun kesadaran kolektif akan pentingnya peranan kita dalam membangun budaya cinta
terhadap buku sedini mungkin. Membaca, poros kejayaan bangsa.
Penulis bernama Bekti Amanah, seorang guru Bahasa Inggris di SMP IT Bina Insani Metro.
Mengabdi sejak tahun 2014 karena kecintaannya terhadap anak-anak dan dunia pendidikan. Dengan
sejumput karyanya, penulis berharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang baik untuk
generasi berikutnya. Bukan untuk sekedar sebagai bacaan biasa, namun menginspirasi, insya Allah.

Anda mungkin juga menyukai