AKTOR
( Unit Aktuator )
Sensor mengkonversikan suatu kwantitas masukan berupa phisik atau bahan kimia
(pada umumnya non-elektrik) ke dalam suatu kwantitas keluaran elektrik.
Fisik/ Kimia
Keluaran
Kwantitas Φ Sensor Sinyal Elektrik
(non electric)
Gangguan-gangguan
(temperature, tegangan
tidak setabil,……)
Keterangan :
a.
U = Sinyal output
f = Frekuensi
t = waktu
b.
U = Sinyal output
TP = Pulsa duration
t = waktu
Keterangan :
SE : Sensor
SA : Sinyal conditioning (analog)
A/D : Analog to Digital Converter
SG : ECU
MC : Microcomputer
Pada 0ºC mempunyai tahanan ± 5 KΩ, dan pada temperatur 80ºC tahanan ± 250 Ω. Bila kita
grafikkan akan terlihat seperti grafik dibawah.
Circuit ECT
Cara kerja :
ECT dihubungkan seri dengan tahanan dan
diberi tegangan 5 V. Bila tahanan pada
ECT berubah (karena temperatur) maka
tegangan yang ke ECU juga berubah.
Tegangan kerja 4,5 s/d 0,2 Volt. Dari
dingin ke panas.
Kesimpulan :
- Temperatur dingin = tahanan besar = tegangan besar
- Klasifikasi sensor = Sensor Conventional
2. Intake Air Temperature (IAT) Sensor
- Bahan : Thermistor NTC.
Circuit IAT
Cara kerja :
IAT dihubungkan seri dengan tahanan
dan diberi tegangan 5 V. Bila tahanan
pada IAT berubah (karena temperatur),
tegangan sinyal akan mengalami
perubahan. Perubahan tegangan identik
dengan perubahan temperatur.
Keterangan : Keterangan :
Cara Kerja :
Tegangan 5 volt dari ECU sebagai sumber, bila katup gas dibuka akan membuat perbandingan
tegangan yang berasal dari perbandingan tahanan, sehingga mengeluarkan sinyal tegangan 0,5
s/d 4,7 Volt.
Kesimpulan :
- Sinyal berupa tegangan.
- Tegangan sinyal berbanding lurus dengan bukaan katup gas
- Klasifikasi sensor = conventional
C. Air Flow Sensor (Sensor Udara Masuk)
Keterangan :
1. Penyetel CO
2. Plat Sensor
3. Stoper
4. Plat Kompensasi
5. Ruang Kompensasi
6. IAT Sensor
Keterangan :
QM = Mass Flow
UM = Tegangan Sinyal
RH = Tahanan Kawat Panas (Platinum)
RK = Resistor Kompensasi (IAT)
RM = Tahanan Ukur
R1,R2 = Tahanan Pelengkap
Prinsip Kerja :
Kawat panas dijaga pada temperatur tetap dirangkai dengan termistor seperti gambar.
Suatu aliran udara akan menyebabkan kawat panas menjadi dingin, rangakian elektronik akan
mempertahankan temperatur pada kawat panas tetap. Pada waktu yang bersaan rangkaian
elektronik mengukur arus yang mengalir ke kawat panas dan mengeluarkan sinyal tegangan
sebanding dengan aliran arus. Grafik tegangan dapat dilihat pada gambar diatas.
Untuk menjaga performa dan kesetabilan sensor, maka sensor akan melakukan
Keterangan :
1. Pendingin
2. Pengatur Jarak
3. Driver stage
Keterangan :
A = Tampak Depan
B = Tampak Belakang
B
1 = Keramik
2 = Potongan keramik
RH = Tahanan Kawat Panas (Platinum)
RK = Resistor Kompensasi (IAT)
RS = Sensor Resistor
R1 = Tahanan penghubung
Kisi-kisi
Pusaran udara
Ke komputer
Keterangan :
1,3 = Konektor 6 = Rumah Vacum
2 = Vacum referensi 7 = Input Vacum (Intake Manifold)
4 = Silicon Chip Ukur 8 = Silicon Chip
5 = Gelas Isolator 9 = Sirkuit rangkaian
Keterangan :
A = Unit MAP Sensor Uo = Tegangan sumber
B = Op-Amp UM = Tegangan sensor
C = Rangkaian Kompensasi Temperatur UA = Tegangan sinyal
Piezo Resistive adalah bahan yang nilai tahanannya tergantung dari perubahan bentuk.
Piezo resistive dibuat diafragma (Silicon chip) berfungsi sebagai membran antara ruangan
vacuum (0,2 bar) sebagai referensi dan ruangan yang berhubung dengan intake manifold.
Perbedaan tekanan antara ruang vacum dengan intake manifold berakibat perubahan
lengkungan pada membran silicon chip. Pengolah sinyal merubah menjadi tegangan sinyal. MAP
sensor mengeluarkan tegangan paling tinggi ketika tekanan intake manipold adalah paling tinggi
(kunci kontak ”ON” mesin ”MATI”, atau katup gas diinjak tiba-tiba/Accelerasi). Begitu pula
sebaliknya mengeluarkan tegangan paling rendah jika terjadi decelerasi (perlambatan).
D. Sensor Putaran.
Keterangan :
1
1 = Rotor
2 = Stator
2 3 = Kumparan Induktif
4 = Plat Dudukan
5 = Busing Rotor
6 = Badan Stator
3 7 = Celah Udara
8 = Magnet Permanan
9 = Celah Dalam
10 = Plat Dudukan Tetap
Keterangan :
1. Magnet Permanen
2. Rumah sensor
3. Inti Besi lunak
4. Kumparan
5. Roda gigi dengan refesensi
Keuntungan :
o Cukup satu sensor induktif
o Satu sensor keluar 2 sinyal (Data RPM dan Posisi TOP)
Kerugian :
o Pengolahan Sinyal lebih rumit
Keterangan :
1. Sensor CKP
2. Sensor CMP
3. Magnet Permanen
4. Inti Besi Lunak
5. Kumparan
6. Rumah Poros Engkol
7. Tonjolan segmen
8. Roda Gaya
Effek Hall :
Bila lempeng hall (5) dialiri
elektron (terminal 1,2), dan
dijatuhkan medan magnet
(tanda panah), maka pada sisi
(3) dan (4) akan ada beda
potensial disebut dengan effek
Hall (Sinyal hall).
Gambar : Effek Hall
Keterangan :
1. = Sudu logam
2. = Soft magnetik konduktor
3. = IC-hall
4 = Celah sensor
b = lebar sudu
US = Tegangan sumber
Grafik tegangan sinyal UO = Tagangan Sinyal
Prinsip Kerja :
Terdapat LED sebagai pemancar dan
Photodiode sebagi penerima, diantara sensor
tersebut terdapat disc yang didesain
sedemikian rupa. 4 celah sebagai sensor CKP,
dan 1 celah sebagai sensor CMP.
Prinsip Kerja :
Bila terjadi knoking (pinking),
akan terjadi getaran pada sensor
knoking berupa nois seperti terlihat
pada gambar. ECU akan memundur-
kan saat pengapian 2 kali sampai
tidak terjadi detonasi lagi.
Untuk 4 silinder perlu 1 sensor, 5
atau 6 perlu 2 sensor, 8 lebih bisa 2
atau lebih sensor.
Keterangan :
1. Lambda Sensor
2. Ceramic monolic
3. Wire screen
4. Heat resistant double
shell
Keterangan :
3. Electroda
4. Saluran Buang
Prinsip kerja :
Bila ada perbedaan jumlah O2 gas
buang dengan O2 udara luar, akan terjadi
beda potensial antara kedua elektroda.
Tegangan max 1 volt. Temperatur kerja min
400 °C.
λ = 1 Berbandingan 14,7 : 1
( Tegangang sinyal = 0,45 V)
λ < 1 Campuran kaya
( Tegangang sinyal = 0,6 – 1,0 V)
λ > 1 Campuran miskin
( Tegangang sinyal = 0,4 – 0,1 V)
1. Konversi ke Tegangan
) Metode pembagi tegangan.
Metode ini dapat langsung kita terapkan bila bentuk sinyal linier.
R
Maka VOUT dapat kita hitung dengan rumus :
Rntc
V VOUT VOUT = xVcc
RNTC
( R + Rntc)
+ Out
VOut
RS R2
E − Out
R1 R3
Komponen utamanya berupa IC yang didalamnya terdiri dari beberapa op-amp dan komponen
pendukung lainnya.
2. Op–Amp.
Op-Amp adalah Operasional Amplifier atau Penguat Operasional, mempunyai fungsi
banyak sekali diantaranya :
- Sebagai penguat sinyal
- Sebagai komparator
- Perubah bentuk sinyal
- Filter tegangan
- Dll.
Op - Amp membutuhkan tegangan sumber positip dan negatip. Tegangan sumber Op - Amp
tersebut antara ± 5V sampai dengan ± 18V.
Disamping hubungan untuk tegangan sumber, Op - Amp mempunyai pula hubungan tegangan
sebagai masukan pembalik - ( Inverting input ) dan sebagai masukan bukan pembalik + ( Non
Inverting Input ) demikian juga halnya sama dengan keluarannya.
Masukan
Masukan pemilik
pembalik
(Inventar is Input)
(Inverting Input)
OP - AMP
Keluaran
OFFSET N1 1 8 Nc
IN - 2 7 + Vcc
IN + 3 OUT
6
Vcc - 4 5 OFFSET N2
) Penguat Operasi
Penguatan tegangan V dari Op - Amp umumnya besar sekali, lebih dari 100.000 kali.
Misalnya pada masukan diberi tegangan U1 sebesar 1 mV, maka tegangan keluaran U2 sebesar :
U2 = V .U1
Karena menurut suatu ketentuan Op - Amp hanya mempunyai tegangan catu sebesar ± 15V,
maka untuk tegangan keluaran U2 sebesar 100V tersebut tidak dapat dicapai. Tegangan
keluaran Op - Amp sangat ditentukan oleh besarnya tegangan catu dari Op - Amp itu sendiri. (
sehingga praktis tegangan keluarannya 15V )
+ 12V
P1 = 10K
R=10K 2
- 7
U1 6
U2
3
+ 4
-12V
-12V
+ 12V
2
+ 7
6
U1 U2
3 - 4
-12V
R1
R2
R 2 + R1 R1
U2 = U1 = ( 1 + ) U1
R2 R2
) Prinsip komparator
+ 12V
U1 _
U3
+
U2
-12V
Gambar : Komperator
Sinyal keluaran U3 adalah merupakan sinyal digit dengan perkataan lain sinyal tersebut
adalah berlogika “1” atau “0” ( + 12 V atau GND )
Pada saat U1 > U2 , U3 berlogika “ 0 “
U1 < U2 , U3 berlogika “ 1 “
Rangkaian ini dapat digunakan untuk mendeteksi besaran - besaran level atau
amplitudo sinyal.
39