Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH NAMA INDONESIA

Nama “Indonesia” berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di
pertengahan abad ke-19. Asal usul nama Indonesia mulai dikenal pada medio tahun 1800-an.
Menurut sejarawan Universitas Oxford, Peter Carey, dari kajian sejarah nama Indonesia
ditemukan oleh James Richardson Logan dan George Samuel Windson Earl. Earl mengusulkan
nama Indonesia dalam tuisannya “ Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia “ volume IV
tahun 1850. Earl juga punya dua calon nama yaitu Indunesia dan Malayunesia.
“Nama yang diperkenalkan adalah Indonesia untuk menyebut Kepulauan Hindia yang waktu itu
merupakan jajahan Belanda sehingga disebut Hindia-Belanda,” kata Carey.
PENDUDUAN JEPANG
Masa pendudukan jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17
Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M Hatta
atas nama bangsa Indonesia. Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh
Jerman Nazi. Hindia belanda mengumumkan keadaan siaga dan pada juli mengalihkan ekspor
untuk jepang ke amerika serikat dan inggris. Negosiasi dengan jepang yang bertujuan untuk
mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal pada juni 1941, dan jepang memulai
penaklukan asia tenggara dibulan desember tahun itu. Pasukan belanda yang terakhir dikalahkan
jepang pada maret 1942. Orang belanda dan campuran Indonesia-belanda merupakan target
sasaran dalam penguasaan jepang. Selama masa pendudukan, jepang juga membentuk badan
persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI. Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-
kemerdekaan dan membuat dasar Negara dan digantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan
kemerdekaan.
BPUPKI
BPUPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan bala tentara jepang.
BPUPKI dibentuk pada 1 maret 1945. Pendirian badan ini sudah diumukan oleh Kumakichi
Harada. Tetapi badan ini baru benar benar diresmikan pada tanggal 29 april 1945 bertepatan
dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang diketuahi oleh
Dr.Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat denagn wakil ketua Ichibangase
Yosio dan Raden Pandji Soeroso. Diluar anggota BPUPKI dibentuk sebuah badan tata usaha
yang beranggotakan 60 orang.
Pada tanggal 7 agustus 1945, jepang membubarkan BPUPKI dan kemudian membentuk PPKI.
Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi BPUPKI, dan juga
adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil dibawah BPUPKI. Pembukaan
masa persidangan BPUPKI yang pertama digedung “ Chuo Sangi In ”, masa persidangan
BPUPKI yang pertama diadakan selama empat hari.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (dikenal oleh Jepang sebagai Dokuritsu Junbi inkai)
atau PPKI adalah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Sebelumnya sudah dibentuk BPUPKI, kemudian dibubarkan oleh Jepang dan dibentuk PPKI
pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Izin pembentukan badan ini
diberikan oleh Hisaichi Terauchi, seorang marsekal Jepang yang berada di kota Saigon.
Pada awal berdirinya PPKI, keanggotaan terisi oleh Ir. Soekarno sebagai ketua, Drs. Mohammad
Hatta sebagai wakil ketua, dan 19 orang anggota lainnya hingga membentuk 21 anggota untuk
formasi awal. Seiring waktu, PPKI bertambah lagi 6 anggota (termasuk Achmad Soebardjo
sebagai penasihat) tanpa sepengetahuan jepang. Tanggal 8 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI
yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu
Marsekal Terauchi.
PPKI menjalani beberapa sidang, diantaranya:
1. Sidang 18 Agustus 1945 : Mengesahkan Undang-Undang 1945. Lalu, memilih dan
mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden.
2. Sidang 19 Agustus '45 : Membentuk 12 kementerian dan 4 menteri negara, dan membentuk
pemerintahan daerah Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi (Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Borneo).
3. Sidang 22 Agustus '45 : Membentuk Komite Nasional Indonesia; Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) dibentuk berdasarkan Pasal IV, Aturan Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan
dilantik serta mulai bertugas sejak tanggal 29 Agustus 1945 sampai dengan Februari 1950.
Membentuk Partai Nasional Indonesia; Nasional Indonesia atau dikenal juga PNI adalah partai
politik tertua di Indonesia. Partai ini didirikan pada 4 Juli 1927 dengan nama Perserikatan
Nasional Indonesia dengan ketuanya pada saat itu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr.
Sartono, Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo, dan Mr. Sunaryo.
Membentuk Badan Keamanan Rakyat; Pembentukan BKR bertujuan agar tidak memancing
permusuhan dengan tentara asing di Indonesia. Anggota BKR adalah himpunan bekas anggota
PETA, Heiho, Seinendan, Keibodan, dan lain sebagainya.
PERUMUSAN DASAR NEGARA INDONESIA
perumusan dasar negaraPerumusan dasar negara Republik Indonesia mulai disusun pasca
pembentukan BPUPKI. Pada sidang pertama BPUPKI tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 membahas
mengenai pembentukan dasar negara. Pada sidang pertama ini ada tiga tokoh yang
mengemukakan dasar negara yaitu Moh Yamin, Supomo dan pada hari terakhir adalah Soekarno.
Pasca sidang BPUPKI yang pertama kemudian dilanjutkan dengan pembentukan panitia kecil
yang disebut dengan Panitia Sembilan. Hasil dari panitia Sembilan yang dikenal dengan Piagam
Jakarta kemudian disahkan oleh PPKI pada sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945 dengan
beberapa perubahan. tiga tokoh perumus dasar negaraMuh.Yamin pada sidang tanggal 29 Mei
1945 menyampaikan dasar negara hasil pemikirannya. Dalam pidatonya Moh Yamin
mengemukakan Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia.
Menurut Yamin ada lima azas, yaitu ( 1) Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusian, (3) Peri
Ketuhanan, (4) Peri Kerakyatan, dan (5) Kesejahteraan rakyat. Supomo pada tanggal 31 Mei
1945 mengusulkan dasar negara yang terdiri dari lima pokok pikiran yaitu (1) Persatuan, (2)
Kekeluargaan, (3) Keseimbangan lahir batin, (4) Demokrasi atau Mufakat, dan (5) Keadilan
rakyat.
Pada kesempatan tersebut Ir. Sukarno juga menjadi pembicara kedua. Ia mengemukakan tentang
lima dasar negara. Lima dasar itu adalah (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Internasionalisme atau
Peri Kemanusiaan, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, (5) Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pidato itu kemudian dikenal dengan Pancasila .
PIAGAM JAKARTA
Piagam jakarta adalah sebuah dokumen historis berupa kompromi antara pihak agamis dan pihak
nasionalis dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
untuk menjembatani perbedaan dalam agama dan negara. Nama lainnya adalah "Jakarta Charter".
Piagam Jakarta merupakan piagam atau naskah yang disusun dalam rapat Panitia Sembilan atau 9
tokoh Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945 malam. Pada masa perang Jepang melawan negara
Sekutu, Indonesia mendapat janji kemerdekaan yang direalisasikan dalam bentuk BPUPKI atau
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pembentukan badan ini
terjadi pada tanggal 29 April 1945 yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 sebagai bentuk nyata
janji Jepang.Dalam menyiapkan segala kebutuhan atau persiapan kemerdekaan, faktanya
BPUPKI pun memiliki banyak masalah perbedaan hingga melahirkan Piagam Jakarta.
Proses terbentuknya Piagam Jakarta
Pada masa reses, telah terbentuk Panitia Sembilan yang beranggotan 9 orang untuk
mengumpulkan gagasan-gagasan
terkait persiapan kemerdekaan Indonesia. Panitia ini pula yang menyusun naskah teks
proklamasi yang akhirnya menjadi mukadimah atau pembukaan UUD 1945 yang disebut sebagai
Piagam Jakarta. Ada beberapa rumusan yang diusulkan seperti Ir Soekarno dan Moehamad
Yamin hingga tersepakati menjadi sila dasar Pancasila.
Isi Piagam Jakarta
Selain menjadi pembuka UUD 1945 yang sering dibaca saat ini, isi dari naskah Piagam Jakarta
atau sering pula disebut sebagai Jakarta Charter berikut ini.
1-Ketuhanan dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2-Kemanusiaan yang adil dan beradab
3-Persatuan Indonesia
4-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/keadian.
5-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
PANCASILA PADA ORDE LAMA
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama
adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.
Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3
periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan
periode 1959-1966.
Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila mengalami
ideologisasi. Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan,
kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi
Pancasila berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila dapat
mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa
konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia. Pada masa ini, Pancasila
dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang ketika itu diliputi
oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di dalam suasana transisional dari masyarakat
terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini adalah masa pencarian bentuk implementasi
Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang
berbeda-beda pada masa orde lama.
1. Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun
dalam prakteknya system ini tidak dapat terwujudkan setelah penjajah dapat diusir. Persatuan
rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar Negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di
Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang ingin mendirikan Negara dengan agam Islam.
2. Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang pada nyatanya
tidak dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar Negara tetap Pancasila, tetapi
rumusan sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Dalam
bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap
paling demokratis.
3. Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi justru tidak berada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi kepemimpinana
berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka terjadilah berbagai penyimpangan
penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.akibatnya presiden Soekarno menjado otoriter,
diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis,
Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok dengan kehidupan Negara Indonesia. Terbukti
dengan adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan
nilai-nilai pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Pada masa orde lama adanya penyelewengan pada sila keempat yang mengutamakan
musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan,
sebab demokrasi yang diterapkan pada tahun 1945-1950 adalah demokrasi parlementer,
dimana presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang
oleh Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan. Sistem
pemerintahan tahun 1950-1959 yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak individual.
anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan.
Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan.
Pada periode 1959-1965 menerapkan demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada
kekuasaan pribadi presiden Soekarno.
Presiden Soekarno melakukan pemahaman pancasila dengan paradigma yang di sebut dengan
USDEK dan menyebarkan Nasionalis, Agama, dan Komunis.
Adanya upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara faham komunis oleh PKI
melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang ingin mendirikan negara
dengan dasar Islam.

Anda mungkin juga menyukai