Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ TUMOR OTAK “

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

1. DESTI ANGGRAINI (172426009 SP)


2. BENI SUBIANTO (172426006 SP)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN(FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
T.A 2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................


TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR TEORI TUMOR OTAK
A. Definisi .................................................................................................. 1
B. Insiden.................................................................................................... 1
C. Etiologi .................................................................................................. 2
D. Patofisiologi ........................................................................................... 3
E. Klasifikasi Tumor Otak.......................................................................... 4
F. Jenis-jenis tumor otak ............................................................................ 4
G. Manifestasi Klinik ................................................................................. 11
H. Pencegahan ............................................................................................ 12
I. Penanganan ............................................................................................. 13
J. Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak .................................................... 14
K. Komplikasi Tumor Otak ........................................................................ 18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengertian asuhan keperawatan ............................................................. 20
B. Tujuan dan manfaat keperawatan .......................................................... 21
C. Tahap pengkajian asuhan keperawatan
1. Pengkajian ......................................................................................... 21
2. Analisa data ...................................................................................... 27
3. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 27
4. Intervensi ........................................................................................... 29
WOC ................................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA

ii
TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi Tumor Otak

Gambar 1.Tumor Otak

Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis
tumor yang berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak)
dan beberapa tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal
dari otak (tumor otak primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan
merambat ke otak (tumor otak sekunder / metastatik).(Ginsberg,lionel.2011)

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (syilvia
A 2015)

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,
ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).

B.Insiden
Central Brain Tumor Registry for the United States (CBTRUS) memperkirakan
bahwa akan terdapat 190.600 tumor otak yang akan terdiagnosis pada 2005.
Dari jumlah tersebut 43.800 diperkirakan adalah tumor otak primer. dan
sisanya adalah sekunder atau metastasis. Insiden umum untuk tumor otak

1
2

primer dan CNS adalah 14 kasus per 100.000 orang/tahun. Insiden tumor otak
tampaknya makin meningkat, tetapi ini mungkin mencerminkan diagnosis yang
lebih cepat dan lebih akurat. CBTRUS mencatat bahwa, pada tahun 2000,
sekitar 359.00 orang di Amerika Serikat hidup dengan tumor otak primer
dengan 75% memiliki tumor jinak dan 23% memiliki tumor ganas
C.Etiologi Tumor Otak

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :(Tarwoto,watonah,dan eros 2014)

A.Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang
menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

B.Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

C.Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
3

D.Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
E.Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
F.Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.

D. Patofisiologi Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh
dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial
(TIK).Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron.(Sity suryati,2014)
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak.Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara
akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya
massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS.
Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan
oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan
tumor.Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak,
menimbulkan peningkatan volume intracranial dan meningkatkan TIK. (Sity
suryati, M price.2014)
4

Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf
otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.
(Lorence M wilson 2015)

F.Klasifikasi Tumor Otak


a.WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
b.WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun sering
timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke arah derajat
keganasan yang lebih tinggi.
c.WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi,
dan terdapat anaplasia.
d.WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan
dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi

G. Jenis – jenis Tumor otak


1.Astrocytic tumor terdiri dari :(Bulechek,Gloria M,.2013)
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse Astrocytoma (grade II)
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)

2.Oligodendroglioma tumors : :(Bulechek,Gloria M,.2013)


a)Oligodendroglioma (grade II)
b)Anaplastic ol igodendroglioma (grade III)
5

3.Glioma campuran : :(Bulechek,Gloria M,.2013)


a)Oligoastrocytoma (grade III)
b)Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)
a) Ependymal tumors
b) Choroid plexus tumors
c) Embryonal tumors :
d) Medulloblastoma
e) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
f) Meningeal tumors :Meningioma
g) Primary CNS Lymphoma
h) Germs cell tumors
i) Tumors of the sellar region
j) Brain metastase of the systemic cancers.
k) Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul sehingga mudah
dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena berbatas tegas. Pembesaran tumor
akan menekan jaringan di dekatnya dan dapat menyebabkan obstruksi atau atrofi.
Acoustic Neuroma.
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh dari sel
selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region meatus auditorius internus.
Manifestasi awal yang khas adalah gangguan pendengaran sensorineural
unilateral, yang disebabkan oleh kerusakan nervus delapan dalam meatus (lesi
intrakanalikular). Ekspansi tumor lebih lanjut ke sudut serebelopontin melibatkan
nervus kranialis yang berdekatan (nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih
lanjut menyebabkan ataksia ipsilateral akibat kompresi batang otak-serebelum dan
palsi nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya, terjadi gambaran
peningkatan tekanan intracranial, terutama jika terjadi hidrosefalus akibat ostruksi
pada tingkat ventrikel keempat. tumor lain yang dapat mengenai sudut
serebelopontin termasuk meningioma dan metastasis.
6

1.Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien
usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki.
Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai struktur di atas
maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela dan parasela). Manifestasi
neurologis klasik dari lesi ini adalah hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh
kompresi kiasma optikum oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan
patologis lainnya yang dapat menyebabkan kompresi kiasma, sehingga
menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis, meningioma suprasela,
dan kraniofaringioma (tumor yang berasal dari sel perkembangan epitel bukan
yang secara embriologis dekat dengan tangkai hipofisis).
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin bersamaan dengan
atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat bersifat fungsional, yaitu
mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali yang disebabkan oleh
kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit Cushing akibat tumor yang
mensekresi kortikortropin). selain itu, dapat terjadi hipopituitarisme akibat supresi
sel normal kelenjar oleh tumor. Terkadang adenoma hipofisis dapat mengalami
infark akut. pasien menunjukkan gejala nyeri kepala akut dan muntah-muntah
(menyerupai perdarahan subarachnoid) dan hipopituitarisme akut (aplopeksi
hipofisis). Pembengkakan jaringan tumor nekrotik menyebabkan hemianopia
bitemporal yang berkemebang cepat dengan oftalmoplegia bilateral akibat
ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
2).ganas
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan cenderung
berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan jarang
berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan asal jaringan
saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan endoderm disebut
7

karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma. Jika
jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut
sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari dua
lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis jaringan
embrio disebut sebagai teratoma.
Astrocytoma (Grade 2,3,4)
a) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi
bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada
manusia yang paling bersifat kemosensitif.
b) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim
yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat
terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Dua faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah
usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
1) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak.Kanker paru, payudara, dan ginjal, serta
melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak metastasis.Tumor metastasis
pada otak umumnya multiple yang membuatnya lebih sulit ditangani.Lokasi
tumor dapat terletak di dalam otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak
itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak.
Berdasarkan Lokasi Tumor
A.Tumor Supratentorncul dengan terapi lebih baik untuk tumor terberat,
Glioblastoma. satu pendekatan adalah memasukkan obat penghancur kanker
langsung ke dalam tumor dalam bentuk tablet berisi obat bubuk yang dikeluarkan
dengan lambat. Pendekatan ini memperpanjang kelangsungan dan kulitas hidup,
tapi sejauh ini belum memproduksi obat. Tehnik genetic modem juga diuji yang
dapat memasukkan gen ke dalam tumor, dengan harapan akan membunuh tumor,
8

atau membuatnya lebih responsive terhadap pengobatan dengan kemoterapi atau


radiasi.Terdapat 2 subtipe glioblastoma
1.De Novo (baru atau primer
Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera membentuk sel yang terlihat
berbahaya. tumor tersebut merupakan kejadian tumor terbanyak dan sangat
berbahaya dari glioblastoma.

2.Sekunder

Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien berusia kurang dari 45 tahun
hingga 45 tahun. Glioblastoma sekunder ditandai dengan dimulainya grade
astrocytoma awal hingga grade sedang yang berasal dari kelainan gen yang akan
berubah menjadi ganas, tumbuh cepat menjadi glioblastoma.

Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa yang berbatas tegas atau


neoplasma yang infiltrative secara difus. hampir 60% tumor ini merupakan
massan yang solid dan sisanya kistik. nekrosis tumor juga dapat dijumpai.
Potongan tumor dapat berupa massa yang lunak berwarna keabu-abuan atau
kemerahan atau berupa daerah nekrosis dengan konsistensi seperti krim
kekuningan atau berwarna cokelat kemerahan. Tampilan mikroskopik
glioblastoma berupa massa hiperseluler, pleiomorfisme sel dan nucleus serta
nekrosis. garam kalsium dijumpai pada 3% kasus. Kadang ada kecenderungan sel
untuk berkumpul di sekitar daerah nekrosis, dimana tampilan ini dikenal dengan
istilah pseudopalisade. terjadi pertambahan jumlah kapiler dan proliferasi
endotelnya. gejala yang dialami pasien mulai dari nyeri kepala, gangguan motorik,
perubahan mental, kejang, abnormalitas neurologis berupa refleks yang abnormal,
konfusi atau diaorientasi, kesadangan menurun, gangguan lapang pandang, koma
dan parese nervus ke III dan VI.

Astroscytoma

Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan diturunkan pada
astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang).Pada orang dewasa tumbuh di
9

hemisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan


pada umumnya berisi cairan atau kistik.

Oligodendroglioma

Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma


tetapi terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor relative
avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya di
jumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
1) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung araknoid. Tumor ini
umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang
lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari
membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar
90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang
berupa hiperostosis. Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio
frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di
basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis,
sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan
menyebabkan gangguan visus yang progresif. Secara mikroskopis, sel
tumor terlihat bundar, oligonal, oval, atau bentuk spindle. intinya teratur,
bundar atau oval, leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik
pucat. tumor ini vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan
tindakan operatif mutlak dilakukan angiografi. CT-scan non kontras
terlihat hiperdens. post kontras enhancemennya homogen, kecuali bila
terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis
10

Gambar 3. Meningioma
Gambar 4. Lokasi umum
Meningioma
1)Tumor Infratentorial
Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannyadan paling sering berkembang pada saraf
akustikus sehingga muncul
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan
dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari
paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran
cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak. Organ tubuh seperti
tulang, paru, dan otak mempunyai kecenderungan lebih besar sebagai tempat
metastasis jika dibandingkan dengan organ tubuh lain, sebaliknya limpa, ginjal,
dan hari merupakan organ yang paling jarang terkena.
Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat cukilan kecil tumor pecah
dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan tumor terbawa ke orang lain, yang
memulai aksinya. kanker yang menyebar ke otak paling umum menimpa orang
lanjut usia; kanker paru, payudara, usus dan kaker kulit yang disebut melanoma
yang berbahaya. Kanker prostat adalah kasus khusus karena atas suatu alasan,
penyebarannya mengarah ke penutup otak daripada jaringan otak itu sendiri.
Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh sebagai tumor tunggal.
jadi, tumor otak metastatic memiliki gejala sama sebagai tumor otak primer dan
terlihat mirirp sekali pada studi pencitraan. Dokter bisa memberitahu perbedaan
hanya dengan melihat tumor di bawah mikroskop dan mengenali bahwa sel-sel
11

yang membentuk tumor tidak, secara normal, berada di dalam otak tapi bergerak
ke sana dari paru-paru atau payudara. tak ajrang gejala dari otak adalah tanda
pertama yang meanndai munculnya kanker. di waktu-waktu yang lan, keterlibatan
otak dalam penyakit sudah terlambat, setelah kanker sudah menyebar ke organ-
organ lain.
2) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel
mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dural.
3) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering
dijumpai dalam serebelum.

G.Manifestasi Tumor Otak

Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh edema
dan peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi anatomi
tertentu.(Fransiska,komistrasi,buku saku medikal bedah 2009)

a. Perubahan Status Mental


Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat
kesadaran atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status emosional dan
mental, seperti letargi dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta
perubahan kepribadian dapat ditemukan.
b. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri
kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver
valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada
50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak
80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior
memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
12

Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya intermiten dengan


durasi meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau
mengejan. Sakit kepala parah dan berulang pada klien yang sebelumnya
bebas sakit kepala atau sakit kepala berulang di pagi hari yang frekuensi dan
keparahannya meningkat dapat menandakan suatu tumor intrakranial dan
membutuhkan pengkajian lebih lanjut.
c. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada
medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering mengeluhkan sakit kepala
parah setelah berbaring di ranjang. Saat sakit kepala makin nyeri, klien juga
dapat mengalami mual atau muntah yang spontan. Selama episode muntah
biasanya nyeri kepala akan berkurang.
d. Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat
menyebabkan papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari hal ini
masih belum diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial mengganggu aliran
balik vena dari mata dan menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga
dikenal sebagai “Choked disc”, papiledema umum pada klien dengan tumor
intrakranial dan mungkin merupakan manifestasi awal dari peningkatan
tekanan intrakranial. Papiledema awal tidak menyebabkan perubahan
ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan
oftalmologis. Papiledema parah dapat bermanifestasi sebagai penurunan
tajam penglihatan.
e.Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor
intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat parsial atau
menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu membatas i lokasi tumor

H.Pencegahan

Berikut ini ada beberapa cara mencegah kanker otak yang bisa kamu terapkan:

1. Membatasi Radiasi. Radiasi diklaim merupakan salah satu faktor utama pemicu
dari kanker otak.
13

2. Mencukupi Istirahat dan Hindari Stres

3.Jaga Pola Makan Sehat

4.Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Teratur.

I.Penanganan Tumor Otak


Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan: Moorhead,
Sue., [et al.]. (2013).
1.Usia
a) Lokasi Tumor
b) Jenis Tumor General Health
c) Ukuran Tumor
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid
yang bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh kortikostreoid
terutama dapat dilihat pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang hebat,
deficit motorik, afasia dan kesadaran yang menurun. Beberapa hipotesis yang
dikemukakan: meningkatkan transportasi dan reasirbsi cairan serta
memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. Jenis kortikostreoid yang dipilih
yaitu glukokortikoid; yang paling banyak dipakai ialah deksametason, selain
itu dapat diberikan prednisone atau prednisolon. Dosis deksametason biasa
diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam untuk mengatasi edema vasogenik
(akibat tumor) yang menyebabkan tekanan tinggi intracranial (Greenberg et
al., 1999). Selain itu terapi suportif yang dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX
tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine ampul 1
gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6 jam.
Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu :
1) Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor
primer maligna, atau sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan
tumor biasanya harus melalui diagnosis yang histologis terlebih dahulu.
14

2) Terapi Medikamentosa
a) Antikonvulsan untuk epilepsi
b) Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan
intrakranial. Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal
sementara dengan mengobati edema otak
c) Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik
neuro onkologi
3) Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan
akselerator linier. Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000
Gy yang diberikan lima kali seminggu selama 6 minggu. Untuk klien dengan
tumor metastasis, dosis standar radiasi kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti
akan bergantung pada karakteristik tumor, volume jaringan yang harus
diradiasi biasanya diberikan dalam periode yang lebih pendek untuk
melindungi jaringan normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi radiasi,
walaupun tidak dianggap konvensional dan belum tersedia luas, adalah terapi
radiasi partikel berat, radioterapi neutron cepat, terapi fotodinamik, dan terapi
tangkapan neutron boron.Walaupun penggunaannya luas, terapi radiasi bukan
tanpa konsekuensi.

J.Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak


1.CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2.Foto Polos Dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
15

Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
ang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4.Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5.Angiografi Serebral

Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

6.Elektroensefalogram (EEG)

Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang digunakan


dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah sebagai berikut:
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
a. Tanda proses desak ruang:
1. Pendorongan struktur garis tengah itak
2. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
b. Kelainan densitas pada lesi:
1. Hipodens
2. Hiperdens atau kombinasi
c. Klasifikasi, perdarahan
1. Edema perifokal
1. Positron Emmision Tomography (PET)
Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan
nuklir berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi
organ secara aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan
dengan zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila
16

positron ini berkombinasi dengan elektron-elektron bermuatan negatif


(normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan sinar gamma dapat
dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor tersusun
dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar dua
dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh
komputer dan memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak.PET
memungkinkan pengukuran aliran darah, komposisi jaringan, dan
metabolisme otak. PET mengukur aktifitas ini secara spesifik pada
daerah otak dan dapat mendeteksi perubahan penggunaan glukosa. Uji ini
digunakan untuk melihat perubahan metabolik otak, melokasikan lesi
seperti adanya tumor otak. PET digunakan untuk mendiagnosa kelainan
metabolisme pada otak dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer
serta penyebab lain dari demensia.Hasil yang didapatkan seperti pada
(Gambar 2-6).

Gambar 6 Positron Emmision Tomography (PET)(Pearce, 2009)


2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan
menggunakan fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal dan
sagital dengan gambaran yang sangat baik pada fosa posterior, karena
tidak ada artefak tulang. MRI merupakan pemeriksaan yang sangat
sensitif dalam mendeteksi tumor seperti adenoma hipofisis dan neuroma
17

akustik.MRI menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda


penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari
abses ataupun proses lainnya. Pada keadaan tumor otak ini akan nampak
warna yang kontras dengan warna organ normal dan terjadi penebalan
jaringan otak.

Gambar 7 Hasil MRI pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


3. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di
otak, dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala
atau dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak.
Pemeriksaan ini memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG
bertindak sebagai indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut,
bekuan darah, dan infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda
dari pola normal irama dan kecepatan.Pemeriksaan ini pada tumor otak
berfungsi untuk mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.
18

Gambar 8 Contoh Gambaran EEG pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


4. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh
darah serebral dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh
darah pada siklus Willis di cabang arteri otak yang kecil akan mengalami
pembesaran masa pembuluh darah saat dilakukan pemeriksaan ini.

Gambar 10 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral pada Tumor Otak (Pearce, 2009)
, 2009)

K.Komplikasi Tumor Otak


Menurut beberapa sumber salah satunya menurut
Ginsberg(2010) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
1. Peningkatan Tekanan IntrakraialPeningkatan tekanana intrakranial terjadi
saat salah satu maupun semua faktor yang terdiri dari massa otak, aliran
19

darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal mengalami peningkatan.


Peningkatan dari salah satu faktor diatas akan memicu:
a) Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasidisekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak.
b) Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
c) Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra, unkus, dan
singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon sehingga menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga (okulomotor) (Fransisca,
2008).
2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam
selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor
(Yustinus, 2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak
adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi
neurologis ini tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain
6. Kematian
20

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


TUMOR OTAK
A.PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
Keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien (Hilman Hafiz, 2017 dikutip dari PPNI,
2016).

Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang


meliputi tahap:

1. Pengkajian
2. Diagnosakeperawatan
3. Perencanaan (intervensi)
4. Pelaksanaan (implementasi)
5. Evaluasi (formatif/proses dan sumatif)
Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam
pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah.
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:
- Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi.
- Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
- Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
- Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan
Keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang
diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat
keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam
usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang
optimal(Hilman Hafiz, 2017 dikutip dari PPNI, 2016).
21

B.TUJUAN DAN MANFAAT ASUHAN KEPERAWATAN


Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:
1. Membantu individu untuk mandiri.
2. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang
kesehatan.
3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara
kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memelihara kesehatannya.
4.Setiap fungsional kesehatan untuk melakuka tindakan keperawatan dalam
rangka memecahkan masalah yang sedang dihadapi seorang pasien.

5.Sebagai alat untuk mengukur profesionalisme seorang tenaga fungsional


kesehatan ketika melakukan serangkan tindakan keperawatan terhadap
pasiennya.

6.Sebagai alat dalam menjamin kebebasan seorang pasien untuk mendapat


pelayanan yang sesuai kebutuhan dan keperluan dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihapainya.

C.TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a) Identitas Pasien
Nama Pasien :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
No reg :
Diagnosa medis :
Tanggal masuk rs :
Tanggal pengkajian :
Identitas penanggung jawab
22

Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Hub dengan pasien :
b) Keluhan Utama
Sakit kepala yang sangat hebat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu, klien
muntah-muntah ketika mengalami sakit kepala,dan trauma. Pasien berjalan
tidak seimbang sejak satu bulan terakhir, napsu makan menurun, penurunan
berat badan satu bulan terakhir, penglihatan pasien mulai kabur sejak 1 bulan
terakhir
Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat kejang
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidakada
A.Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien tumor otak kebanyakan bandres total sehingga
personal hygiene mengalami gangguan.

2. Pola nutrisi dan metabilisme


Px mengalami muntah karena adanya nyeri hebat sehingga
mengakibatkan asam lambung meningkat.

3. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi tidak terjadi gangguan.

4. Pola istirahat tidur


Px mengalami gangguan pada pola istirahat tidur karena adanya
nyeri hebat pada kepala.

5. Pola aktivitas dan latihan


23

Pada Px tumor otak terjadi gangguan pola aktivitas karena nyeri


kepala yang dirasakan oleh Px

6. Pola persepsi dan konsep diri


Pada pola ini mengalami gangguan persepsi dan konsep diri
karena px merasa sudah tidak berguna lagi dan merasa dirinya
orang lemah

7. Pola sensori dan kognitif


Px mengalami nyeri kepala yang terus menerus dan biasanya Px
tidak mengerti tentang penyabab rasa nyeri kepala yang
dialaminya.

8. Pola reproduksi
Tidak ada gangguan pada pola reproduksi.

9. Pola hubungan peran


Tidak ada gangguan pada pola hubungan peran.

10. Pola penanggulangan stress


Tidak ada gangguan pada pola penanggulangan stress.

11. Pola tata nilai kepercayaan


Tidak ada gangguan pada pola tata nilai kepercayaan.

Pemeriksaan Fisik

- Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : Kulit kepala tampak kotor, rambut kusam,
warna rambut hitam.
Palpasi : Ada nya nyeri tekan yang hebat
b) Tidak simetris, pergerakan wajah tidak
Wajah : normal, hidrasi kulit wajah tidak ada.
Inspeksi adanya edema, ada nyeri tekan
:
Palpasi
c) Mata
24

Inspeksi : Mata kabur,Alismatatidaksimetris,


distribusialis rata, bulumatatidaksimetris,
distribusibulumata rata, , tidak ada secret
Adanya edema, konjungtiva
Palpasi : ananemis,kelopakmatatidaksimetris, pupil
normal sclera anikterik, tidak ada nyeri tekan.
d) Hidung
Inspeksi : Bentukhidungtidak simetris,
tidakadapenyumbatanpadaventilasi hidung,
tidakadapernapasancupinghidung, tidakada
benjolan, warna membranmukosa normal,
tidakadaperadanganpadahidung, tidakada
fungi, polip, secret.
Palpasi : Tidak adanyeri tekan pada sinus.
e) Telinga
Inspeksi : Telingakirikanansimetris ,Adanya gangguan
pendengaran
Tidakadamassa, bengkak, tidakadanyeritekan.

Palpasi :
f) Mulut
Inspeksi : Penurunan kemampuan bicara,
bibirtidaksimetris, warnabibiragakpucat,
mukosakeringagakkering,
tidakadapembengkakan, tidakada stomatitis,
warnagusi normal, tidakadalesi, tidakada
edema, tidakadakariesgigi, lidahbersih,
warnalidah normal, pengecapanlidah normal,
Palpasi : baunafas normal.
ada nyeri tekan
g) Leher
Inspeksi : Bentuklehersimetristidakadamassa,
tidakadakelainan, warna kulitlehersawo
matang normal.
Palpasi : Tidakadakemiringanpadatrakea,
tidakadapembengkakanpada kelenjartiroid,
tidakadakelainanpada kelenjarlimfa,
tidakadanyeri.
h) Thorak/ma
mae
Inspeksi : Dada sesak sesak karena peningkatan tekanan
intrakranial
tidakadapembengkakanpadaketiak.
Palpasi : Tidak dullnes, tidak hiper resonan
Bunyiparu normal, bunyijantunglub dub,
25

suaranapas normal.
Perkusi :
Auskultasi :
i) Abdomen
Inspeksi : Simetris, countour normal, warnakulit
normal, tidakadapembengkakan, tidakadalesi.
Bisingusus normal 5-30 kali/ menit.
Auskultasi : Tidakada nyeritekan, tidakadanyerilepas,
Palpasi : tidakadakelainanpada abdomen,
tidakadapembesaranhati.
Tidak dullness
Perkusi :
j) Esterimtasat
as
Inspeksi : ROM: bahuelevasidepresi normal,
sikufleksiekstensi normal,
lenganbawahsupinasipronasi normal,
pergelangantanganekstensihiperekstensifleksi
rotasi normal, reflekbisepdantrisep normal,
kekuaranototkanan 5,kiri 5, jarilengkap,
keadaankulit normal, tidakadakelainanpada
Palpasi : kuku.
Tidak ada nyeri tekan, turgor kulit normal,
pengisian darah kapiler <3 detik

k) Ekstremitas
bawah
Inspeksi : ROM jari kaki (ekstensifleksi normal), lutut
(fleksiekstensidepandanbelakang normal,
pangkalpaha(abduksiadduksirotasikeluardanr
otasikedalam), reflek patella dan Babinski
normal,kekuatanototkanankiri 5, warnakulit
normal, jari-jarilengkap,tidakadakelainan
kuku.
Palpasi : Tugorkulit normal, pengisian darah kapiler<3
detik,tidak ada nyeri tekan.
l) Integumen Turgor kulit menurun dan kering
:
c. Pemeriksaan XII Saraf Kranial
1) Nervus I, bisanya pada klien tumor otak tidak ada kelaianan
pada kepala

2) Nervus II, tes ketajaman penglihatan pada kondisi.


26

3) Nervus III, IV, dan VI, penurunan gerakan kelopak mata pada
sisi yang sakit (lagoftalmos).

4) Nervus V, kelumpuhan seluruh otot wajah satu sisi, lipatan


nasolabial pada sisi kelumpuhan mendatar, adanya gerakan
sinkinetik.

5) Nervus VII, berkurangnya ketajaman pengecapan, mungkin


sekali edema saraf fasialis di tingkat foramen srtilomastoideus
meluas sampai bagian saraf fasialis, di mana khorda timpani
menggabungkan diri padanya.

6) Nervus VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli


persepsi.

7) Saraf IX dan X, paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara,


mengunyah dan menelan, kemampuan menelan kurang baik,
sehingga menggangu pemenuhan nutrisi via oral.

8) Saraf XI, adanya atrofi otot sternokleidomastoideus dan


trapezius, kemampuan mobilisasi leher tidak baik.

9) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi.
10) Pemeriksaan Psikososial
Terjadi perubahan mental keluarga pada saat awal klien didiagnosa
menderita penyakit tumor pada kepala dan berbagai pengobatan telah
dilakukan sesuai dengan anjuran pada medis hingga akhirnya keluarga
pasrah melihat perkembangan, dimana keadaan klien semakin
memburuk.
27

2.Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : pasien mengatakan Pembesaran massa tumor Nyeri kronis
nyeri dibagian rahang

dan gigi, nyeri terasa
seperti ditusuk-tusuk, Ukuran tengkorak tetap
nyeri hilang timbul, lama

nyeri ± 15 menit
DO : pasien tampak PTIK
menahan nyeri, skala ↓
nyeri sedang 8 Nyeri
P:Penyebab nya krna
adanya tumor
Q:ps.terlihat merintih
kesakitan menahan nyeri
nya
R:nyeri nyeri dibagian
rahang dan gigi, nyeri
terasa seperti ditusuk-
tusuk
S:Nyri berada di skala
8(yaitu nyeri berat)
T:mulainya paska operasi
tumor

DS : - Pembesaran masa tumor Ketidak efektifan pola


DO : ↓ nafas
a. Klien tampak sesak Menekan pusat saraf napas
b. Hasil TTV ↓
N 100x/menit Pola napas tidak feketif
RR 30x/menit
S 37,8 dearajat
28

TD 140/100 mmHg
Ds:pasien mengatakan Jaringan selebral sakit Risiko ketidakefekifan
nyri dan sakit di  perfusi jaringan
Pasien tegang
intrakranial  serebral
Do: pasien merintih Sakit dibagian intrakranial

Kesakitan Resiko
DS : pasien mengatakan Adanya tumor Nutrisi kurang dari
sulit makan karena susah
↓ kebutuhan tubuh
mengunyah dan merasa
kurang nafsu makan, Nyeri kepala
berat badan menurun

semenjak sakit
DO : pasien tampah Rasa sakit yang berlebih
lemas, berat badan ↓
menurun (timbang berat Nafsu makan turun
badan)

3.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan tekanan


intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
29

4.Intervensi Keperawatan

No. Tujuan& Kriteria Intervensi Rasional


DX Hasil
1. Tujuan : setelah 1) Mengurangi/menghila a. Klien
dilakukan tindakan ngkan faktor-faktor mengungkapka
keperawatan selama yang memimbulkan / n nyeri yang
1x24 jam nyeri yang meningkatkan dirasakan
dirasakan berkurang 1 pengalaman nyeri berkurang atau
atau dapat diadaptasi 2) Memilih dan dapat
oleh klien dengan mengimplementasikan diadaptasi
kriteria hasil : satu jenis tindakan ditunjukkan
a. Klien (farmakologi, non- penurunan
mengungkapkan farmakologi, skala nyeri.
nyeri yang interpersonal) untuk Skala = 2
dirasakan memfasilitasi b. Klien tidak
berkurang atau pertolongan nyeri merasa kesakitan.
dapat diadaptasi 3) Mempertimbangkan c. Klien tidak
ditunjukkan jenis dan sumber nyeri gelisah
penurunan skala ketika memilih Domain-Health
nyeri. Skala = 2 strategi pertolongan Knowledge &
b. Klien tidak nyeri Behaviour (IV)
merasa kesakitan. 4) Mendorong klien Pain Control (1605)
c. Klien tidak untuk menggunakan Klien dapat mengenal
gelisah pengobatan nyeri yang onset nyeri
adekuat Klien dapat
5) Instruksikan menggambarkan faktor
pasien/keluarga untuk penyebab
melaporkan nyeri Klien mengenal gejala
dengan segera jika yang berhubungan
nyeri timbul. dengan nyeri (160509)
30

6) Mengajarkan tehnik Melaporkan kontrol


relaksasi dan metode nyeri (160511)
distraksi Pain: Disruptive
7) Observasi adanya Effects (2101)
tanda-tanda nyeri non Hubungan
verbal seperti ekspresi interpersonal tidak
wajah, gelisah, terganggu
menangis/meringis, Tindakan peran seperti
perubahan tanda vital. semula
Kolaborasi: Analgesic Dapat melakukan
Administration (2210) ktivitas sehari-hari

Aktivitas fisik tidak


terganggu
2. Tujuan : setelah a. Monitor status a. Pola nafas
dilakukan tindakan respirasi dan efekif
keperawatan selama oksigenasi, yang tepat b. GDA normal
1x24 jam pola Respiratory Management c. Tidak terjadi
pernafasan kembali (3350) sianosis
normal dengan kriteria 1) Monitor kecepatan,
Domain-Physiologic
Hasil : irama, kedalaman dan
Health (II)
a. Pola nafas efekif upaya pernafasan.
Class-
b. GDA normal 2) Monitor pola
Cardiopulmonary (E)
c. Tidak terjadi pernapasan
Respiratory Status
sianosis 3) Monitor tingkat
(0415)
saturasi oksigen dalam
Respiraroty Rate
klien yang tenang
normal
Auskultasi suara napas, Respiraory Rhytm
mencatat area penurunan normal
ketiadaan ventilasi dan Kedalaman inspirasi
31

keberadaan suara tambahan normal


Saturasi oksigen
normal

Tidak ada sianosis


3. Tujuan : setelah 1) Monitor kualitas dan a. Tekanan
dilakukan tindakan karakteristik dari perfusi
keperawatan selama bentuk gelombang serebral
1x24 jam perfusi TIK >60mmHg,
jaringan klien membaik 2) Monitor tekanan tekanan
ditandai dengan tanda- perfusi cerebral intrakranial
tanda vital stabil 3) Monitor status <15mmHg,
dengan kriteria hasil : neurologis tekanan arteri
a. Tekanan perfusi 4) Monitor TIK klien rata-rata 80-
serebral dan respon neurologis 100mmHg
>60mmHg, untuk merawat b. Menunjukkan
tekanan aktivitas dan stimuli tingkat kesadaran
intrakranial lingkungan normal
<15mmHg, 5) Monitor jumlah, c. Orientasi pasien
tekanan arteri kecepatan, dan baik
rata-rata 80- karakteristik dari d. RR 16-20x/menit
100mmHg aliran cairan e. Nyeri kepala
b. Menunjukkan serebrospinal (CSF) berkurang atau
tingkat kesadaran 6) Memberikan agen tidak terjadi
normal farmakologi untuk Domain-Physiologic
c. Orientasi pasien menjaga TIK pada Health (II)
baik batas tertentu Class-
d. RR 16-20x/menit 7) Memberi jarak waktu Cardiopulmonary (E)
e. Nyeri kepala intervensi Perfusi Jaringan:
berkurang atau keperawatan untuk Serebral (0406)
tidak terjadi meminimalkan PTIK Tekanan intracranial
32

8) Monitor secara normal


berkala tanda dan Tekanan darah sistolik
gejala peningkatan normal
TIK Tekanan darah
a. Kaji perubahan diastolic normal
tingkat kesadaran, Mean Blood Pressure
orientasi, memori, normal
periksa nilai GCS Sakit kepala hilang
b. Kaji tanda vital Tidak mengalami
dan bandingkan penurunan tingkat
dengan keadaan kesadaran
sebelumnya
Tidak ada gangguan
c. Kaji fungsi
reflek neurologic
autonom: jumlah
dan pola
pernapasan,
ukuran dan reaksi
pupil, pergerakan
otot

Kaji adanya nyeri kepala,


mual, muntah, papila edema,
diplopia
4. Tujuan : setelah b. Identifikasi tingkah a. Pasien dapat
dilakukan tindakan laku dan menjelaskan
keperawatan selama faktoIdentifikasi metode
1x24 jam diagnosa tingkah laku dan pencegahan
tidak menjadi masalah faktor yang penurunan
actual dengan kriteria berpengaruh pada aliran darah di
hasil : risiko jatuh otak tiba-tiba
a. Pasien dapat c. Memberikan tanda yang
33

mengidentifikasik untuk mengingatkan berhubungan


an kondisi- klien untuk meminta dengan
kondisi yang tolong ketika pergi ortostatik.
menyebabkan dari tempat tidur, yang b. Pasien dapat
vertigo tepat melaksanakan
b. Pasien dapat d. Menggunakan teknik gerakan
menjelaskan yang sesuai untuk mengubah posisi
metode mengantar klien ked dan mencegah
pencegahan an dari kursi roda, drop tekanan di
penurunan aliran tempat tidur, toilet dan otak yang tiba-
darah di otak lainnya tiba.
tiba-tiba yang e. Kaji tekanan darah c. Menjelaskan
berhubungan pasien saat pasien beberapa episode
dengan ortostatik. mengadakan vertigo atau
c. Pasien dapat perubahan posisi pusing.
melaksanakan tubuh. Domain-Health
gerakan f. Diskusikan dengan Knowledge &
mengubah posisi klien tentang fisiologi Behaviour (IV)
dan mencegah hipotensi ortostatik. Class-Risk Control &
drop tekanan di g. Ajarkan teknik-teknik Safety (T)
otak yang tiba- untuk mengurangi Falls Occurrence
tiba. hipotensi ortostatik (1912)
a. Untuk mengetahui Tidak terjadi jatuh
Menjelaskan beberapa
pasien mengakami ketika posisi berdiri,
episode vertigo atau
hipotensi berjalan, duduk dan
pusing.
ortostatik ataukah ketika tidur
tidak. Domain-Health
b. Untuk menambah Knowledge &
pengetahuan klien Behaviour (IV)
tentang hipotensi Class-Risk Control &
ortostatik. Safety (T)
34

Physical
1) M Injury
Severity
e (1913)
Cedera
l bedah kepala
tidak aada
Gangguan
t mobilitas
tidak pada
Penurunan
e tingkat
kesadaran tidak terjadi

Perdarahan tidak
terjadi
5. Tujuan : setelah Nutrition Monitoring (1160) a. Antropometri:
dilakukan tindakan 1) Kaji tanda dan gejala berat badan
keperawatan selama kekurangan nutrisi: tidak turun
1x24 jam kebutuhan penurunan berat (stabil)
nutrisi klien dapat badan, tanda-tanda b. Biokimia:
terpenuhi dengan anemia, tanda vital albumin normal
adekuat dengan kriteria 2) Monitor intake nutrisi dewasa (3,5-5,0)
hasil: pasien g/dl
a. Antropometri: 3) Berikan makanan c. Hb normal (laki-
berat badan tidak dalam porsi kecil tapi laki 13,5-18 g/dl,
turun (stabil) sering. perempuan 12-16
b. Biokimia: 4) Timbang berat badan g/dl)
albumin normal 3 hari sekali 1) Clinis: tidak
dewasa (3,5-5,0) 5) Monitor hasil tampak kurus,
g/dl laboratorium: Hb, terdapat
c. Hb normal (laki- albumin lipatan lemak,
laki 13,5-18 g/dl, rambut tidak
Kolaborasi dalam pemberian
perempuan 12-16 jarang dan
obat antiemetic
g/dl) merah
1) Clinis: tidak 2) Diet: klien
35

tampak kurus, menghabiska


terdapat n porsi
lipatan lemak, makannya
rambut tidak dan nafsu
jarang dan makan
merah bertambah
2) Diet: klien Nutritional Status
menghabiska (1004)
n porsi Intake nutrisi adekuat
makannya Intake makanan
dan nafsu adekuat
makan Intake cairan adekuat
bertambah
Hidrasi
36

WOC KASUS TUMOR OTAK

Trauma

Mengenai lobus oksipitalis Pertumbuhan Sel yang Abnormal Obstruksi cairan Peregangan Epidural
serebrospinal dari ventrikel
lateral ke sub arachnoid
Gangguan visual TUMOR OTAK Nyeri Kepala

Papiledema
Penambahan Massa Otak dan atau Cairan Otak

Kerusakan pembuluh darah otak Bergesernya ginus Mengenai batang otak


medialis lobus temporal
ke inferior melalui
Perpindahan cairan intravaskuler insisura tentorial Iritasi pusat vagal di
ke jaringan serebral medula oblongata

Herniasi medula
Volume intrakranial naik (PTIK) oblongata Mual & Muntah

Menggangu fungsi spesifik Menekan pusat saraf napas MK. Nutrisi


bagian otak tempat tumor Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
MK. Ketidakefektifan
MK. Nyeri Kronis
Pola Napas
37

DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg,Lionel.2011. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga


Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
(Mayer. SA,2002).
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2012. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Price, Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2014. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Hallo Sehat 2018
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley
Blackwell

Hilman Hafiz, 2017 dikutip dari PPNI, 2016).

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement
of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
38

Anda mungkin juga menyukai