prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
Istilah prudent sangat terkait dengan pengawasan dan manajemen Bank. Kata
prudent itu sendiri secara harafiah dalam Bahasa Indonesia berarti kebijaksanaan,
Namun dalam dunia perbankan istilah itu digunakan untuk asas kehati-hatian.9
menyalurkan kredit-kreditnya. Hal ini didasarkan karena resiko yang sangat tinggi
dalam melakukan pemberian kredit sebagai usaha utama bank. Selain itu
Banking Principles) dalam seluruh kegiatan perbankan merupakan salah satu cara
8
Rachmadi Usman.Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hlm. 18.
9
Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hlm. 21.
ayat (4) Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas
dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan
kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi
dalam dunia perbankan. Apabila informasi tersebut telah dilaksanakan maka bank
bahwa bank benar-benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya. Hal ini
sangat relevan dengan konsep hubungan antara bank dengan nasabahnya yang
bukan hanya sekedar hubungan antara debitur dengan kreditur melainkan juga
nasabahnya.11
10
Pengertian Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit Dalam Perbankan dan
Pengaturannya di Indonesia dalam http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-prinsip-
kehati-hatian-dalam.html (diakses tanggal 20 Juli 2016)
11
Penjelasan Pasal 29 ayat 4 Undang-Undang Perbankan
sendiri melainkan dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu untuk
penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang
sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi
perkreditan yang teratur dan lengkap, semua itu bertujuan agar kredit yang
disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit
prinsip kehati-hatian bagi usaha bank dengan menyatakan bahwa ”Dalam rangka
12
Ibid.
13
Penjelasan Pasal 25 ayat 1 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang BI
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia di atas. Oleh karena itu,
dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal 25,
prinsip kehati-hatian,
berlaku secara internasional. Dan pada ayat (2) dijelaskan bahwa pokok-pokok
dari berbagai ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia
1. perizinan bank;
9. penyehatan perbankan;
10. pencabutan izin usaha, likuidasi dan pembubaran bentuk hukum bank.
mengandung substansi prinsip kehati-hatian, yakni Pasal 29 ayat (2), (3) dan (4).
(2) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian.
Pasal 29 s/d Pasal 37B), maka pasal 29 merupakan pasal yang termasuk dalam
sendiri merupakan bagian dari pembinaan dan pengawasan bank. Lebih khusus
sesuai dengan yang diperjanjikan sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 8
kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b dan huruf c serta melakukan
usaha perasuransian dan melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
Perbankan.
Pasal 11 :
jaminan, penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa,
melebihi 30 % (tiga puluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan
c. anggota Direksi;
huruf c;
melebihi 10% dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang
Perbankan sama sekali tidak dijelaskan, baik pada bagian ketentuan maupun
ruang lingkup saja sebagaimana dijelaskan dalam pasal 29 ayat 2, 3, dan 4 di atas.
Dalam bagian akhir ayat 2 misalnya disebutkan bahwa bank wajib menjalankan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dalam pengertian, bank wajib untuk
aset, kualitas manajemen, likuiditas, dan aspek lain yang berhubungan dengan
Pengaturan Prudent Banking saat ini sudah cukup banyak, bahkan sudah
(Pembinaan dalam arti sempit) meliputi modal awal maupun rasio modal terhadap
Kredit), rasio pinjaman terhadap deposito (LDR) maupun posisi luar negeri
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Miranti.Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential) banking dalam rangka pemberian
kredit dengan jaminan deposito secara gadai di bank X.2010 Tesis. FH.UIdalam
http://www.lib.ui.ac.id/detail?id=131521&lokasi=lokal (diakses tanggal 20 Juli 2016)
Yaitu penilaian kualitas kredit harus berdasarkan pada suatu tata cara yang
dilakukan oleh bank telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
pemberian kredit dalam bentuk apapun harus senantiasa disertai dengan surat
2. Memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah dapat diperhitungkan
4. Memberikan kredit untuk pembelian saham dan modal kerja dalam rangka
di Indonesia.
mencantumkan NPWP.
18
Ibid.
primebank.
19
Ibid.
berikut ini :
sebagai penyertaan.
(prinsip kehati-hatian) ada suatu singgungan yuridis dimana di satu pihak sektor
Akan tetapi, di lain pihak, banyak juga kegiatan yang sudah berada di pinggir-
pinggir dari kegiatan suatu bank (kegiatan marginal), tetapi kegiatan tersebut
sebagai berikut:20
20
Ibid.
(substansive risk) kepada bank. Jadi, bank tidak boleh melakukan kegiatan
suatu bank. Jadi, bank tidak boleh berbisnis yang sama sekali tidak ada
Pinjaman kredit yang telah disalurkan oleh bank kepada masyarakat dalam
jumlah yang cukup besar dan tidak dibayarkan kembali kepada bank tepat pada
waktunya sesuai dengan perjanjian kredit, maka akan berakibat kualitas kredit
suatu bank digolongkan menjadi Non Performing Loan (NPL) dan jumlah kredit
dengan NPL yang tinggi mengakibatkan terganggunya kesehatan suatu bank yang
loan/NPL).21
sebelum persetujuan kredit yang diajukan oleh calon debitur disetujui. Dalam
21
Ibid.
harus dipenuhi debitur. Kriteria-kriteria itu ada lima, yang disebut dengan lima
analisis kredit (The Five C’s Of Credit Analysis). Kelima kriteria itu adalah
sebagai berikut:23
a. Watak (character)
Watak debitur yang dinilai adalah kepribadian, moral dan kejujuran dalam
mengajukan permohonan kredit, karena debitur yang berwatak buruk tidak dapat
b. Kemampuan (capacity)
c. Modal (capital)
22
Ibid.
23
Levy Mariam Darus Badrulzaman. Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1991), hlm. 56-59.
pokok.
e. Jaminan (collateral)
guna kepastian pelunasan dikemudian hari jika penerima kredit tidak melunasi
hutangnya.
diperjanjikan.”
mendalam atas itikad baik debitur dan kemampuan dari debitur. Ukuran itikad
dapat dianalisa dari pendapatan debitur dalam berusaha atau pendapatan dari
maupun inmaterial.
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
Dari pasal 1131 KUHPerdata dapat kita simpulkan bahwa hak-hak tagihan
1) semua barang yang sudah ada, artinya yang sudah ada pada saat hutang
dibuat;
2) semua barang yang akan ada; disini berarti barang-barang yang pada saat
menjadi miliknya,
3) baik barang bergerak maupun tak bergerak. Hal ini menunjukan bahwa
24
Sutarno. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Jakarta: CV.Alfabeta, 2003),
hlm. 141.
25
H. Budi Untung.Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2000),
hlm. 55.
26
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan , Cetakan 4, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 4-6.
Mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur (bank) atas suatu pemberian
kredit tidak lain adalah karena jaminan merupakan salah satu upaya untuk
kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian merupakan salah satu asas penting yang wajib
kehati-hatian dalam pemberian kredit adalah agar bank selalu dalam keadaan
27
Sutarno, Op. Cit, hlm. 142.
28
H.Budi Untung, Op.Cit, hlm 57.