Anda di halaman 1dari 5

9.

7 ETIKA PROFESI

9.7.1 Aturan Etika Akuntan Manajemen

9.7.1 .1 PENGERTIAN PROFESI AKUNTAN MANAJEMEN

Profesi akuntan manajemen sebagai salah satu profesi penting yang menunjang proses
menghasilkan nilai tambah (added value) dalam aktivitas bisnis diruntut, memilik: kompetensi yang
tinggi sehingga mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
lingkungan kerja nyata (real working environment). Untuk itu seorang akuntan manajemen dituntut
memiliki pengetahuan (knowledge),. keterampilan (skill), dan sikap (attitude) profesionalisme yang
tinggi dalam bidang terkait, seperti bidang akuntansi manajemen, manajemen keuangan, bisnis, dan
manajemen iniormasi. Dengan demikian, seorang akuntan manajemen yang kompelen adalah yang
memiiki kemampuan intelektual. strategis. teknis dan fungsional, kemampuan personal.
kemampuan komunikasi dan interpersonal, serta kemampuan manajemen dan organisasional dalam
bidang dimaksud. Selain itu, akuntan manajemen mempunyai peran penang dalam menunjang
tercapainya tujuan perusahaan, di mana tujsan tersebut harus dicapai melalui cara yang legal dan
etis. Oleh karena itu, para alkuntan manajemen dituntut untuk bertindak jujur, terpercaya, dan etis.

9.7.1.2 STANDAR ETIKA AKUNTAN MANAJEMEN

Ikatan Akuntan Manajemen (Institute of Management Accountant-IMAI di Amerika Serikat telah


mengembangkan kode etik yang disebut Standar Kode Etik untuk Praktisi Akuntan Manajemen dan
Manajemen Keuangan (Standards of Ethical Conduct for Practitioners of Management Accounting
and Financial Management). Empat standar etika untuk akuntan manajemen adalah sebagai berikut.
.

1. Kompetensi (competency)
Akuntan manajemen harus memelinara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis dan membuat laporan yang jelas dan
lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan. Praktisi akuntan
manajemen memiliki tanggung jawab untuk:
a. Menjaga tingkat kompetersi profesional sesuai dengan pembangunan berkelanjutan,
pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki;
b. Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar teknis yang berlaku;
c. Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan
serta dapat diandalkan.
2. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan ini, mengharuskan seoreng akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan
informasi rahasia, kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal
tersebut.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
a. Mampu menahan diri darı mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam
pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hikum;
b. Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang diperoleh,
agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan juga untuk
menjaga pemeliharaan kerahasiaan;
c. Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
3. Integritas (integrity)
Aturan ini, mengharuskan akuntan manajemen untuk menghindari "konflik kepentingan"
(conflicts of interest), menghindari kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap
kemampuan mereka dalam menjunjung etika. Praktisi akuntan manajemen memiliki
tanggung jawab untuk :
a. Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar
dari potensi konflik;
b. Menahan diri, agar tidak terlibat dalam kegiatan apa pun yang akan mengurang
kemampuan mereka dalam menjalankan tugas secara etis.
c. Menolak berbagai hadiah bantuan atau bentuk sogokan lain yang dapat
memengaruhi tindakan mereka;
d. Menahan diri dari aktivitas negatif yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
e. Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain yang
dapat menghalang penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan
f. Mengomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dulam penilaian profesional
g. Menahan diri agai tidak terlibat dalem aktivitas apa pun yang akan mendiskreditkan
profesi
4. Objektivitas (objectifity)
Mengharuskan para akuntan untuk mengomunikasikan informasi secara wajar dan objektif,
mengungkapkan secara penuh (fully disclose) semua informasi relevan yang diharapkan
dapat memengaruhi pemahaman pengguna (user) terhadap pelaporan, komentar, dan
rekomendasi yang ditampilkan.
Praktisi akuntan marajemen memiliki tanggung jawab untuk :
a. Mengomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif;
b. Mengungkapkan semua inlormasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahamen atas laporan atau rekomendasi yang disampaikan

Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen lebih luas dibandingkan
tanggung jawab seorang akuntan keuangan, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan sistem perencanaan,


menyusun sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-cara yang tepat antuk
memonitor arah kemajuan dalam pencapainn sasaran.

2. Pengevaluasian, mempertimbengkan implikasi-implikasi historis dan kejadian kejadian


yang diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.

3. Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan dengan aktivitas


organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan mengadakan
tindaka koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada care cara yang
diharapkan

4. Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem pelaporan


yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi sehingga
sistem pelaporan tersebut dapat memberikan kontribusi kepada efektivitas penggunaan
sumber daya dan pengukuran prestasi manajemen.

5. Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan prinsip-prinsip


akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.
9.7.1.3 PERAN PROFESI AKUNTAN MANAJEMEN DALAM IMPLEMENTASI GCG

Profesi akuntan manajemen meniliki peran yang sangat signifikan dalam implementasi
prinsip-prinsip GCG ci perusahaan, yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip kewajaran (fairness) Laporan keuangan dikatakan wajar bila laporan keuangan
tersebut memperoleh opini atau perdapat wajer tanpa pengecualian (unqualified
opinion) dari akuntan publik. Lapuran keuangan yang wajar berarti laporan keuangan
tersebut tidak mengandung salah saji material (material mistatement), disajikan secara
wajar (presented fairly), sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,
dalam hal ini Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Bagi akuntan manejemen,
meskipun mereka bekerja untuk pihak manajemen, mereka tetap harus memegang
profesionalismenya karena akuntan sebagai profesi dalam melaksanakan tugasnya
dibatasi oleh kode etik dan mereka harus tetap menjaga kepercayaan publik (public
trust) dari masyarakat dan memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya, tentu dia
informasi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan secara transparan/fair sesuai
dengan prinsip dan standar yang berlaku. Memang sering terjadi konflik dalam diri
akuntan manajemen yang bekerja pada perusahaan karena di satu pihak mereka harus
tetap memegang kode etik profesi, namun di lain pihak kadang kala mereka harus
mengikuti keinginan manajemen perusahaan tempat mereka (akuntan manajemen)
bekerja untuk melakukan suatu etap memegang etika profesi untuk mengungkapkan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kode etik. Apabila terjadi hal yang demikian,
keputusan untuk berdiri pada pihak yang mana ada ada diri akuntan manajemen Apabila
akuntan manajemen tersebut memiliki integritas (integrit) daiam melaksanakan
tugasnya, tentu dia tetap memegang etika profesi untuk mengungkapkan informasi
akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan secara fair sesuai dengan prinsip dan
standar yang perilaku. Dengan ditegakkannya prinsip kewajaran ini, paling tidak akuntan
manajemen berperan serta dalam membantu pemangku kepentingan dalam menilai
perkembangan suatu perusahaan dan membantu mereka untuk membandingkan
kondisi perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Oleh karena itu, laporan keuangan
yg disajikan harus memiliki daya banding (comparability) . Daya banding dapat diperoleh
jika informasi akuntansi disajikan secara konsisten, baik konsisten dalam pemakaian
metode akuntansi (acounting method) maupun konsisten dalam pengukurannya. Jika
penggunaan metode dan prinsip penyajian setiap tahunnya berbeda, maka hal tersebut
akan menyulitkan para pemakai informasi akuntansi untuk melakukan perbandingan
atau melakukan penilaian terhadap perkembangan usaha perusahaan. Dengan
ditegakkannya prinsip kewajaran ini, paling tidak akuntan manajemen berperan serta
dalam membantu pemangku kepentingan dalam menilai perkembangan suatu
perusahaan dan membantu mereka untuk membandingkan kondisi perusahaan dengan
perusahaan yang lainnya.
2. Prinsip akuntabilitas (accountability) Penerapan prinsip akuntabilitas merupakan
tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif, yaitu dengan dibentuknya
komite audit. Akuntan manajemen melakukan tinjauan atas reliabilitas dan integritas
informasi akuntansi dalam laporan keuangan dan laporan operasional lain beserta
kriteria untuk mengukur, melakukan klasifikasi, dan penyajian dari laporan
tersebut.Untuk alasan itulah, profesi akuntan manajemen sangat diperlukan dan
inempunyai peranan yang penting untuk menegakkan prinsip akuntabilitas.
3. Prinsip transparansi (transparency) Prinsip transparansi berhubungan dengan kualitas
informasi yang disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat bergantung
dengan kualite enyajian informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu,
akuntan manajemen dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat
waktu, dan dapa dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Dalam hal ini,
informasi yang ada dalam perusahaan harus diukur, dicatat, dan dilaporkan oleh
akuntan manajemen sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaka, dalam
hal ini Standar Akuntane Konsor kode en sebaga Au Keuangan (SAK). Prinsip trarsparansi
ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam penyajian pengungkapan yang lengkap (full
disclosure) atas semua informasi yang dimiliki perusahaan. Peran akuntan manajemen
menjadi penting terutama dalam hai penyajian informasi akuntansi dalam laporan
keuangan perusahaan secara transparan kepada para pemakai laporan keuangan. Hal ini
sesuai dengan salah satu aturan Bapepam-LK (sekarang OJK) yang menyatakan bahwa
laporan keuangan perusahaan publik harus mengandung unsur keterbukaan
(transparan) dengan mengungkapkan kejadian ekonomis yang bermanfaat kepada para
pemakai laporan keuangan. Praktik yang dikembangkan dalam rangka transparansi,
diantaranya perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan transaks transaksi penting
yang berkaitan dengan perusahaan, risiko yang dihadapi, dan
rencana/kebijakarcerusahaan (corporate action yang akan dijalankan. Selain itu,
perusahaan juga perlu menyampaikan kepada semua pihak tentang struktur kepemilikan
perusahaan serta perubahan-perubahan yang terjadi.
4. Prinsip responsibilitas (responsibility) Prinsip ini berhubungan dengan tanggurg jawab
perusahaan sebagai anggota masyarakat, yaitu dengan cara mengakomodasi
kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan, seperti masyarakat,
pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya. Prinsip ini berkaitan juga dengan kewajiban
perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Seiring dengan
pertumbuhan sosial masyarakat yang menuntut adanya tanggung jawab sosial
perusahaan, profesi akuntan maraje.nen juga mengalami perubahan peran. Pelaporan
informasi noti-ketangan ini secara umum telah terakomodasi dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. PSAK No. I in
menyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan, khususnya
bagi industri di mana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting.

9.7.2 Etika (Kode Etik) Auditor Internal

Profesi audit internal memiliki kode etik profesi yang harus ditaati dan dijalankan oleh segenap
auditor internal. Kode etik tersebut memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor
internal.

Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004) telah menetapkan kode etik bagi para auditor
internal yang terdiri dari 10 (sepuluh) hal sebagai berikut.

1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan kesanggupan dalam


melaksanekan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalıtas terhadap organisasinya atau terhadap pihak
yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat
mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik
dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan
prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan
memenuhi tanggung jawab profesinya secara objektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apa pun dari karyawan, klien,
pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis organisasinya, yang dapat atau patut diduga
dapat memengaruhi pertimbangan profesionalnva.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan
kompetensi profesional yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar
Profesi Audit Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang
diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi
rahasia: (a.) untuk mendapatkan keuntungan pribadi; (b.) melanggar hukum (c)
menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor irternal harus mengungkapkan semua fakia
fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat. (a.)
mendistorsi laporan atas kegiatan yang di-review, atau (b.) menutupi adanya praktik- praktik
yang melanggar hukum.
10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas
pelaksanaan tugasnyva. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai