HAEMORAGIC FEVER
(DHF)
DI SUSUN OLEH
ANDINI MUTIARA S
2014.1243
SURAKARTA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE
HAEMORAGIC FEVER ( D H F )
A. PENGERTIAN
DHF ( Dengeu Haemoragic Fever ) adalah merupakan penyakit
anak yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan
arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina ( A. Aziz alimul
hidayat, 2006 )
Penyakit demama berdarah dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue I,II,II dan IV yang ditularkan oleh nyamuk
aedes aegypti dan ades albopictus.
( soegeng soegijanto,2007 )
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh arbovirus ( artho
podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes(aedes
albocpictus dan aedes aegypti ). ( mansjoer. Arif ,2008)
B. ETIOLOGI
Menurut Suriadi ( 2006:57) penyebab DHF adalah abovirus (
arthropodborn virus ) melalui gigitan nyamuk aedes ( aedes albopictus dan
aedes aegepty )
C. Tanda dan Gejala
Menurut Sunaryo ( 2008:178-179 ) tanda dan gejala penyakit DHF adalah:
1. Meningkatkan suhu tubuh
2. Nyeri pada oto seluruh tubuh
3. Suara serak
4. Batuk
5. Epis taksis
6. Disuria
7. Nafsu makan menurun
8. Muntah
9. Ptekie
10. Ekimosis
11. Perdarahan gusi
12. Muntah darah
13. Hematuria darah
14. Melena
D. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ketubuh penderita akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya
ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikolo endothelial
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Peningkatan premeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia,efusi dan renjatan ( slock ). Sebagai akibat dari pelepasan
zat anafilatoxin, histamine dan serotonin serta aktivitas system kalikrein
yang mengakibatkan ekstravasasi cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler juga berakibat
pembesaran kapiler yang kemudian bisa terjadi perdarahan berupa petekie,
epistaksis, haema temesis dan melena yang dalam hal ini beresiko
terjadinya shcok hipovolemik.
Homokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan
adanya kebocoran plasma, sehingga nilai hematokrit sangat penting untuk
patokan pemberian cairan intravena.
Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah eritrosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi untuk mencegah edema paru dan gagal ajntung.
Sebaliknya bila tidak mendapatkan cairan yang cukup penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengalami hipovolemik /
renjatan yang bisa timbul anoksia jaringan metabolic asidosis dan
kematian , apabila tidak teratasi segera . ( carpenito,2007 )
E. PATHWAYS
VIRUS DENGUE
(Masuk melalui gigitan nyamuk Aedes Agyptie)
Pireksi
a Permecabilitas
Splenomegali - Perdarahan
kapiler
Hipertermia - Petekic
Penekanan Pada daerah - Epistaksis
gaster Kehilangan - Hematensis
plasma darah - Melena
Peningkatan
Anoreksia stimulasi Dehidrasi
nosiseptor Resiko Shock
Hipovelemia
Gangguan pemenuhan Nyeri Defisit volume
kebutuhan nutrisi cairan
Hipovelemia
- Anoreksia Jaringan
- Asidosis metabolik
( carpenito, 2007 )
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut 2-7 hari ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Mialgia/ antralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan ( petekie atau uji bendung positif )
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila
semau hal dibawah ini terpenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasnya bersifat bifasik
b. Mainfestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa( epistaksis, perdaahan gusi) saluran cerna ,
tempat bekas suntikan
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia<100.00/uL
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
- Peningkatan nila hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
- Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
( Nanda. 2015 : 173)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang DHF menurut Nursalam & Utami ( 2013: 162)
yaitu :
1. Hb dan PCV meningkat ( >20% )
2. Trombositopenia ( < 100.000/ml)
3. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis )
4. Ig. D. Dengue positif
5. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolik : Pco2 < 35.40 MmHg, Hc03 rendah
8. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
H. KOMPLIKASI
Kegagalan sirkulasi darah dengan adanya kebocoran plasma dari
pembuluh darah kedalam jaringan ekstravasukuler, yang pada puncaknya
terjadi renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab ( edema ) dan
darah menjadi kental. Keadaan ini dapat terlihat dari hematrokrit yang
meningkatnya Hematokrit ini kadang – kadang meningkat lebih dari 20%.
Akibat meningginya hematokrit ini aliran darah seluruh tubuh menjadi
lambat. Sedangkan penurunan cara kardiovaskuler menyebabkan renjatan .
( Ngastiyah, 2014: 372 )
I. PENATALKASANAAN
a. Medik
- DHF tanpa renjatan
- DHF dengan renjatan
b. Keperawatan
- Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue tiap kam
- Resiko pendarahan
- Peningkatan suhu tubuh ( PADILA. 2013 )
J. FOKUS PENGKAJIAN
1. Wawancara
- Biodata
- Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
- Kepala : mulut, wajah, leher
- Paru
- Jantung
- Abdomen
- Ekstermitas
- Kulit ( NANDA ,2015 )
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder
trehadap pelepasan zat pirogen
2. Nyeri b.d peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder
terhadapperadangan ( proses inflamasi )
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dengan
anoreksia sekunder terhadap penekanan daerah gaster
4. Kekurang volume cairan b.d kehilangan plasma darah sekunder
terhadap reaksi imunologi
5. Resiko shcok hipovolemi b.d perdarahan sekunder terhadap
pembesaran kapiler
L. FOKUS INTERVENSI
1. Hipertermi b.d pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder
trehadap pelepasan zat pirogen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam
hipetermi dapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh dalam rentan normal
- Nadi dan RR dalam rentan normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi Rasional
1. Kaji saat timbulnya 1. Untuk mengidentifikasi
nyeri pola demam
2. Kaji tanda-tanda vital 2. Tanda vital dipakai sebagai
setiap 8 jam pedoman untuk mengetahui
3. Beri penjelasan keadaan umum klien
tentang penyebab 3. Penjelasan yang diberikan
demam dapat membantu
menurunkan kecemasan
Intervensi Rasional
1. Monitor status sirkulasi 1. Untuk mengetahui
warna kulit status kulit
2. Monitor suhu dan 2. Untuk mengetahuo
pernapasan suhu normal
3. Monitor input dan 3. Untuk mengetahui
uotput pengawasan makanan
M. DISCHARGE PLANNING
1. Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan ( tidak harus
jusa jambu) dan ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum
2. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
3. Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung
DEET saat mengunjungi tempat endemik dengue
4. Buang sampah pada tempatnya
( NANDA, 2015:175 )
DAFTAR PUSTAKA