Anda di halaman 1dari 21

‘’Istishna dan Istishna Paralel”

Dosen Pengampuh: Muhammad Fahmi, SE, MM, AK, CA

oleh:

Rapika Anjelina: B1031171071

Andreas : B1031171078

Anastasia Dhea N : B1031171081

Agus Sucipto Aut: B1031171094

Yuli Kurnia Wati: B1031171099

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugrahnya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Istishna Paralel”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Syariah. Kami juga
mengucapkan terima kasih banyak kepadai bapak Muhammad Fahmi, SE, MM,
AK, CA. selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syariah yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini bermanfaat dalam rangka menambah


pengetahuan dan juga wawasan yang terkait dengan Istishna Paralel, kami pun
menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang kami buat ini. Semoga makalah ini dapat di pahami
oleh semua orang. Kami mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.

Pontianak, 15 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
BAB IIPEMBAHASAN................................................................................................................................... 3
1. Pengertian Istishna dan Istishna Paralel......................................................................................... 3
2. Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi dan Pengawasan Syariah Dalam Istishna............... 4
3. Landasan Hukum Dalam Istishna dan Istishna Paralel ........................................................... 8
4.. Contoh Kasus dan Penyelesaian Akuntansi Sederhana Dalam Istishna Paralel............. 10
BAB IIIPENUTUP ............................................................................................. 17
1. Kesimpulan ............................................................................................ 17
2. Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA &LAMPIRAN ............................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, ternyata akad istishna’ lebih mungkin


banyak digunakann di lembaga keuangan syariah daripada salam.Hal ini
disebabkan barang yang dipesan oleh nasabah, lebih banyak barang yang
belum jadi dan perlu dibuatkan terlebih dahulu dibandingkan yang sudah
jadi. Oleh karena itu pembiayaan yang mengimplementasikan istishna’
menjadi salah satu solusi untuk mengantisispasi masalah pengadaan
barang yang belum tersedia.
Dalam kontrak istishna’ pembuat barang menerima pesanan dari
pemberi. Pembayaran atas transaksi jual beli dengan akad istishna’ dapat
dilaksanakan dimuka, dengan cara angsuran atau ditangguhkan sampai
jangka waktu pada masa yang akan datang. Dan dalam istishna paralel,
pembayaran dilakukan melalui perantara.

2. Rumusan Masalah

1. Apa itu istishna dan istishna paralel ?


2. Bagaiman ketentuan syar’i, rukun transaksi dan pengawasan syariah
dalam istishna ?
3. Bagaimana landasan hukum dalam istishna dan istishna paralel ?
4. Bagaimana contoh kasus dan penyelesaian dalam praktek istishna
paralel ?

3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu definisi dan karakteristik istishna maupun istishna


paralel.
2. Mengetahui ketentuan syar’i, rukun transaksi dan pengawasan syariah
dalam istishna.

1
3. Mengetahui landasan dalam hukum didalam istishna dan istishna
parallel.
4. Mengetahui dan mampu memahami contoh kasus dalam praktek
istishna paralel.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Istishna dan Istishna Paralel


 Pengertian Istishna

Menurut bahasa berasal dari kata ‫( صنع‬shana'a) yang artinya membuat


kemudian ditambah huruf alif, sin dan ta’ menjadi ‫( استصنع‬istashna'a) yang berarti
meminta dibuatkan sesuatu. Transaksi jual beli istishna’ merupakan kontrak
penjualan antara mustashni’ (pembeli ) dan shani’ (pembuat barang/penjual).
Dalam kontrak ini shani’ menerima pesanan dari mustashni’. Shani’ lalu berusaha
sendiri ataupun melalui orang lain untuk membuat mashnu’ (pokok kontrak)
menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada mustashni’.
Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran (Antonio, 2001,
p.145).
Secara istilah, istishna’ adalah suatu akad yang dilakukan seorang produsen
dengan seorang pemesan untuk mengerjakan sesuatu yang dinyatakan dalam
perjanjian, yakni pemesan membeli sesuatu yang dibuat oleh seorang produsen
dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen (Azzuhaili, Alfiqhi Alislamiyatu
wa Adilatuhu, p.3642). Dalam literature fiqih klasik, masalah istishna’ mulai
mencuat setelah menjadi bahasan Madzhab Hanafi. Akademi Fiqih Islami pun
menjadikan masalah ini sebagai salah satu bahasan khusus. Karena itu, kajian
akad bai’ al-istishna’ ini didasarkan pada ketentuan yang dikembangkan oleh
fiqih Hanafi, dan perkembangan fiqih selanjutnya dilakukan fuqoha kontemporer
(Huda dan Haikal, 2010, p.54). Salah satu produk yang juga populer digunakan
dalam perbankan syariah adalah produk isitshna’. Akad istishna’ ini hukumnya
boleh (jawaz) dan telah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak masa awal tanpa
ada pihak (ulama) yang mengingkarinya (Karim, 2004, p.125).
Akad isitshna’ biasanya dipraktikan pada pembiayaan perbankan syariah dalam
proyek konstruksi, maka hal ini sangat cocok dengam kebutuhan nasabah untuk
membangun suatu kontruksi salah satunya membangun rumah (Usma, 2009,
p.197). Dari beberapa uraian tentang akad istishna’ diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa keterlibatan dalam transaksi seorang produsen dengan seorang

3
pemesan untuk mengerjakan sesuatu yakni pemesan membeli sesuatu yang dibuat
oleh seorang produsen dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen. Pada
praktiknya akad istishna’ dilakukan dipraktikan pada pembiayaan perbankan
syariah dalam proyek konstruksi.

 Pengertian Istishna Paralel


Istishna Paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual meakukan akad
istishna dengan pigak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang
dipesan oleh pembeli atatu pemesan. Syaratnya akad istishna pertama antara
penjual dana pemesan tidak bergantung pada akad istishna kedua antar penjual
dan pemasok. Selain itu,akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara
penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya
keuntungan selam konstruksi.

2. Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi dan Pengawasan Syariah Dalam


Istishna.

Transaksi istishna’ dan istishna’ paralel

 Ketentuan syar’i transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel


 Rukun transaksi Istishna
 transaktor
 Objek Istishna
 Ijab dan kabul
 Rukun Transaksi Istishna’ Paralel
 Pengawasan Syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel
 Alur Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel

4
Alur Transaksi Istishna’ Paralel

Akad Istishna 1

1. Permohonan dan Pemenuhan persyaratan

2. Surat Penawaran

6. Pelunasan Pembayaran

Bank Syariah Nasabah


3. Pemasaran
Pembangunan Rumah
5. Serah Terima Rumah

4. Pembayaran Secara Termin


Kontraktor
Akad Istishna 2

Ketentuan syar’i Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel

 Menurut mazhab Hanafi, istishna’ hukumnya boleh karena hal itu telah
dilakukan oleh masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang
mengingkari. Ketentuan syar’I transaksi istishna’ diatur dalam fatwa DSN
no 06/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG jual beli istishna’
 Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, dan ketentuan
barang.

5
Rukun Transaksi Istishna

1. Transaktor
 Transaktor terdiri atas pembeli dn penjual. Kedua transaktor disyaratkan
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang
optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan yang lain sejenis.
 Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin
dan pantauan dari walinya. Terkait dengan penjual, DSN mengharuskan
agar penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas
dan jumlah yang telah disepakati.
 Penjual diperbolekan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.

2. Objek Istishna
 harus jelas spesifikasinya
 penyerahanya dilakukan kemudian
 waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
 pembeli ( mustashni’ ) tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya
 tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
 memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
 barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan
barang masal

3. Ijab Kabul

Ijab dan kabul istishna’ merupakan pernyataan dari kedua belah pihak
yang berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual ( bank syariah )
dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli ( nasabah )

6
Menurut PSAK no 104 paragraf 12 pada dasarnya Istishna’ tidak dapat
dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi :

 Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya


 Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad

Rukun Transaksi Istishna’ Paralel

 Berdasarkan fatwa DSN no 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad istishna’


kedua(antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus
dilakukan terpisah dari akad pertama
 Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah, rukun-rukun
yang terdapat pada akad istishna’ pertama juga berlaku pada akad istishna’
kedua

Pengawasan syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna paralel

Pengawasan tersebut dilakukan untuk :

 Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah


islam
 Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan
nasabah sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati;
 Memastikan akad Istishna’ dan akad Istishna’ paralel dibuat dalam akad
yang terpisah;
 Memastikan bahwa akad Istishna’ yang sudah dikerjakan sesuai
kesepakatan hukimnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali
memenuhi kondisi antara lain (i) kedua belah pihak setuju untuk
menghentikan akad Istishna’ (ii) akad ini batal demi hukum karena timbul
kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian
akad

7
3. Landasan Hukum Dalam Istishna dan Istishna Paralel

 Berdasarkan PSAK

Akuntansi istishna’ diatur dalam Pernyataan Standar Keuangan ( PSAK ) no


104 tentang istishna’.terkait dengan pengakuan dan pengukuran transaksi,
standar ini mengatur tentang penyatuan dan segmentasi akad, pendapatan
istishna’ dan istishna’ parale, istishna’dengan pembayaran tangguh, biaya
perolehan istishna’, penyelesaian awal pengakuan taksiran rugi, perubahan
pesanan dan tagihan.

 Berdasarkan Hadits

Hukum Akad Al-Istishna’

Para ulama berbeda pendapat di dalam menyikapi al-istishna’ ini, apakah


termasuk akad jual beli, atau akad sewa atau akad as-salam.

Pendapat Pertama : mengatakan bahwa al-istishna’ termasuk dalam akad as-


salam. Ini adalah pendapat mayoritas ulama. ( Ad-Dardiri, asy-Syarh ash-
Shoghir, 3/287 )

Adapun yang dimaksud akad as-salam adalah seseorang memesan sesuatu yang
belum ada dengan menyebutkan sifat-sifat tertentu dan pembayaran dilakukan di
awal terjadinya akad. Adapun perbedaan antara keduanya, bahwa akad al-
istishna’ berlaku pada barang-barang yang dibuat oleh pabrik atau kerajinan
tangan, sedangkan akad as-salam berlaku pada tumbuh-tumbuhan dan sayur-
sayuran yang di tanam.

Dasar dibolehkan akad as-salam ini adalah hadist Ibnu Abbas :

َّ ‫سنَةَ َوال‬
‫سنَتَي ِْن فَقَا َل َم ْن‬ ِ ‫سلَّ َم ْال َمدِينَةَ َو ُه ْم يُ ْس ِلفُونَ فِي الثِ َم‬
َّ ‫ار ال‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫َّاس قَا َل قَد َِم النَّ ِب‬ ٍ ‫َع ْن اب ِْن َعب‬
ٍ ُ‫وم ِإلَى أ َ َج ٍل َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ُ‫وم َو َو ْز ٍن َم ْعل‬ ٍ ُ‫ف فِي َك ْي ٍل َم ْعل‬ ْ ‫ف فِي ت َْم ٍر فَ ْليُ ْس ِل‬
َ َ‫أ َ ْسل‬

“ Dari Ibnu Abbas dia berkata, "Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba di
Madinah, penduduk Madinah menjual buah-buahan dengan pembayaran di muka,
sedangkan buah-buahan yang dijualnya dijanjikan mereka dalam tempo setahun

8
atau dua tahun kemudian. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Siapa yang menjual kurma dengan akad as-salam, hendaklah dengan
takaran tertentu, timbangan tertentu dan jangka waktu tertentu." (HR. Bukhari
dan Muslim)

Pendapat Kedua : menyatakan bahwa al-istishna’ merupakan akad tersendiri dan


bukan termasuk dalam akad as-salam. Ini merupakan pendapat al-Hanafiyah. Dalil
mereka adalah riwayat yang menyatakan :

ْ ‫سلَّ َم ا‬
َ ‫ص‬
‫طنَ َع خَات َ ًما‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam memesan seseorang untuk


membuat cincin untuk beliau.” (HR. Bukhari)

Begitu juga beliau memesan seseorang untuk membuat mimbar masjid,


sebagaimana dalam hadist Sahal :

ُ ‫اج ِرينَ َو َكانَ لَ َها‬


‫غ ََل ٌم‬ ِ ‫س َل إِلَى ا ْم َرأَةٍ ِم ْن ْال ُم َه‬َ ‫سلَّ َم أ َ ْر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫َّللاُ َع ْنهُ أ َ َّن النَّب‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬
ِ ‫س ْه ٍل َر‬ َ ‫َع ْن‬
ُ‫صنَ َع َله‬
َ َ‫اء ف‬ َّ ‫ط َع ِم ْن ال‬
ِ َ‫ط ْرف‬ َ َ‫َب فَق‬َ ‫ت َع ْبدَهَا فَذَه‬ ْ ‫ار قَا َل لَ َها ُم ِري َع ْبدَ ِك فَ ْليَ ْع َم ْل لَنَا أَع َْوادَ ْال ِم ْنبَ ِر فَأ َ َم َر‬
ٌ ‫نَ َّج‬
‫ِم ْنبَ ًرا‬

“Dari Sahal bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam menyuruh seorang wanita
Muhajirin yang memiliki seorang budak tukang kayu. Beliau berkata kepadanya;
"Perintahkanlah budakmu agar membuatkan mimbar untuk kami". Maka wanita
itu memerintahkan budaknya. Maka ghulam itu pergi mencari kayu di hutan lalu
dia membuat mimbar untuk beliau. “ (HR. Bukhari)

Tetapi di dalam kalangan al-Hanafiyah sendiri terjadi perbedaan pendapat,


apakah al-istishna’ hanya sebuah janji yang harus ditepati atau sebuah akad.

4.Contoh Kasus dan Penyelesaian Akuntansi Sederhana Dalam Istishna


Paralel

Teknis Perhitungan Transaksi Istishna’

Transaksi Istishna’ Pertama

Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursila
berencana menambah satu unit bangunan seluas 100 m2 khusus untuk rawat inap

9
di sebelah barat bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila
menghubungi Bank Berkah Syariah untuk menyediakan bangunan baru sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah serangkaian negosiasi beserta
kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang akan dijadikan acuan
spesifikasi barang, pada tanggal 10 Februari 20XA ditandatanganilah akad
transaksi istishna’ pengadaan bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan
antara dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut:

Harga Bangunan : Rp 150.000.000

Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)

Mekanisme panagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.0000 per termin


mulai tanggal 10 Agustus

Mekanisme pembayaran : Setiap 3 hari setelah tanggal penagihan

Transaksi Istishna’ Kedua

Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada


tanggal 12 Februari 20XA, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT.
Thariq Konstruksi dengan kesepakatan sebagai berikut:

Harga Bangunan : Rp 130.000.000


Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tgl 25 Juni)
Mekanisme penagihan kontraktor : Tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50%
dan 100%.
Mekanisme pembayaran oleh Bank : dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor.

10
Penjurnalan Transaksi Istishna’

A. Transaksi biaya prakad ( Bank sebagai penjual )

Misalkan pada tanggal 5 20XA, untuk keperluan survey dan pembuatan desain
bangunan yang akan dijadikan acuan spesifkasi barang, bank Berkah syariah telah
mengeluarkan kas hingga Rp 2.000.000. jurnal untuk mengakui transaksi ini
adalah sbb :

Tanggal Rekening Debit Kredit


5/2/XA Db.Bbn praakad yang 2.000.000
ditangguhkan
Kr.Kas 2.000.000

B. Penandatanganan akad dengan pembeli ( Bank sebagai Penjual)

Misalkan kasus dr.susila dengan bank berkah syariah diatas, transaksi istishna’
jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban prakaad
menjadi biaya istishna’ adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Kredit ( Rp )


10/2/XA Db. Biaya istishna’ 2.000.000
Kr. Beban praakad yg ditangguhkan 2.000.000

C. Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang ( Bank Sebagai


Pembeli )

Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan


istishna’ paralel terdiri dari :

 biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau


kontraktor kepada entitas

11
 biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan
prakad; dan
 semua biaya akibat produsen atau kontrktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya , jika ada.

D. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual ( pembuat ) barang


istishna’

Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam


tiga termin yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Misalkan dalam
perjalanannya, realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam
tabelberikut:

No. Tingkat Tanggal Tanggal Tanggal Jumlah


Termin penyelesaian penagihan penagihan Pembayar- Pembayaran
kontraktor kontraktor an
I 20% 1 April 26.000.0000 8 April 26.000.0000
II 50% 15 Mei 39.000.0000 22 Mei 39.000.0000
III 100% 25 Juni 65.000.0000 2 Juli 65.000.0000

Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq Konstruksi menyelesaikan 20%


pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000
(20% x Rp 130.000.000) kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan
penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Debit ( Rp )


1/4/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 26.000.0000
Kr. Hutang Istishna 26.000.000

12
Misalkan tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan
pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut
adalah sebagai berikut: Debit Kredit
Tanggal Rekening
(Rp) (Rp)
15/5/XA Db. Aset istishna dalam 39.000.000
penyelesaian
Kr. Hutang istishna’ 39.000.000*
*(50%-20%) x Rp
130.000.000 = Rp
39.000.000
22/5/XA Db. Hutang istishna’ – 39.000.000
pembuat barang
Kr. Kas/rekening 39.000.000
nasabah pemasok

Misalkan tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA dan dibayarkan pada
tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


25/6/XA Db.Aset istishna 65.000.000
dalam
penyelesaian
Kr. Hutang 65.000.000*
istishna’
*(100%-50%) x
Rp 130.000.000 =
Rp 65.000.000

2/7/XA Db.Hutang 65.000.000


istishna’ –
pembuat barang
Kr. 65.000.000
Kas/rekening
nasabah pemasok

13
E. Pengakuan Pendapatan istishna’

Berdasarkan PSAK no 104 Paragraf 18 disebutkan bahwa jika metode


presentase penyelesaian digunakan, maka :

 bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah


diselesaikan dalam periode tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna’
pada periode yang bersangkutan
 bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode
pelaporan ditambahkan kepada aest istishna dalam penyelesaian ; dan
 pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna
yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tesebut

F. Penagihan Piutang Istishna’ Pembeli

Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir
dilakukan dalam 5 termin dalam jumlah yang sama yaitu Rp 30.000.000, setiap
tanggal 10 mulai bulan Agustus. Maka jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan
piutang istishna’ kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari pembeli
tersebut adalah sebagai berikut.

Tangaal Rekening Debit ( Rp ) Kedit ( Rp )


10/8/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin Istishna’ 30.000.000
* Rp 150.000.000/ 5 termin = Rp 30.000.000
per termin

Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna’ dari Pembeli

Pembayaran piutang istishna’ oleh nasabah dilakukan setelah menerima


tagihan istishna dari bank. Oleh karena termin istishna’ merupakan pos lawan dari

14
piutang istishna’, maka pada waktu pembayaran piutang, bank sebagai penjual
perlu menutup termin istishna’.

Misalkan dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli


dilakukan 3 hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual. Maka jurnal
untuk mengakui setiap penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah
sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit


(Rp)
13/8/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna 30.000.000
Kr. Piutang Istishna’ 30.000.000

Db. Termin Istishna’ 30.000.000

Kr. Aset istishna’ dalam penyelesaian 30.000.000

G. Variasi Transaksi dan Kebijakan akuntansi

1. Pengakuan Pendapatan dengan metode akad selesai

Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 19 disebutkan bahwa pada metode


akad selesai melekat beberapa ketentuan berikut :

a) Tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan


pekerjaan tersebut selesai:
b) Tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dengan
pekerjaan tersebut selesai:
c) Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ dalam
penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selsai: dan

15
d) Pengakuan pendapatan istishna’, harga pokok istishna’, dan
keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelasaian pekerjaan.
2. Pembayaran dengan cara tangguh

Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 20, jika menggunakan metode


persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode
lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan
pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung


apabila istishna’ dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase
penyelesaian; dan
b) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan
diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan
jumlah pembayaran. Proporsional yang dimaksud sesuai dengan
paragraf 24-25 PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah

PENYAJIAN

Berdasarkan PSAK no 104, penyajian rekening yang terkait transaksi


istishna’ dan istishna’ paralel antara lain :

1. Piutang istishna’, yang timbul kaena pemberian modal usaha istishna’ oleh
bank Syariah.
2. Piutng, yang timbul kerna penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi istishna’, Rekening ini disajikan terpisah dari piutang
istishna’
3. Hutang Istishna’, timbul bank menjadi penjual barang istishna’ yang
dipesan olehnasabah pembeli.

16
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari beberapa uraian tentang akad istishna’ diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa keterlibatan dalam transaksi seorang produsen dengan seorang
pemesan untuk mengerjakan sesuatu yakni pemesan membeli sesuatu yang dibuat
oleh seorang produsen dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen. Pada
praktiknya akad istishna’ dilakukan dipraktikan pada pembiayaan perbankan
syariah dalam proyek konstruksi.
Dan juga istishna didalam perbankan dan akuntansi syariah adalah produk
yang digunakan untuk jual beli dalam berupa pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria tertentu berdasarkan pemesanan pelanggan dan juga akad
istishna harus jelaskan spesifikasi barang yang dipesan.

2. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan, mudah-mudahan


bermanfaat bagi kita semua, khsususnya bagi pembaca. Dan tidak lupa kritik serta
saran sangat kami harapkan, untuk memeperbaiki, makalah selanjutnya.
terimakasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Salman, Kautsar Riza. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Akademia


Permata.

Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Akutansikeuangan.com. “Mengenal Transaksi Istishna “

http://akuntansikeuangan.com/mengenal-transaksi-istisna/. (online).
Dikunjungi pada 13/02/2019

Researchgate.net. “Journal of Islamic Banking and Finance”

https://www.researchgate.net/publication/324524896_Journal_of_Islamic_
Banking_and_Finance. (online). Dikunjungi pada 13/02/2019

Dergipark.gov.tr. “ International Journal of Islamic and Finance Studies”

http://dergipark.gov.tr/download/article-file/381901. (online). Dikunjungi


pada 14/02/2019

18

Anda mungkin juga menyukai