Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang
diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik
berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara.
Puskesmas Abcde dijadikan Puskesmas Perawatan atau Puskesmas rawat
inap karena :
1. Puskesmas Terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit.
2. Puskesmas mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor
3. Puskesmas dipimpin oleh dokter (memiliki 3 dokter) dan memiliki tenaga
keperawatan 14 PNS dan 10 Non PNS
4. Jumlah kunjungan Puskesmas lebih dari 100 orang per hari
5. Penduduk wilayah kerja Puskesmas Abcde sekitar …. jiwa tahun 2018
6. Pemerintah Daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.
Kebutuhan masyarakat akan kesehatan semakin lama semakin meningkat,
sehingga kesadaran masyarakat akan kesehatan juga meningkat. Ini dapat dibuktikan
dengan kunjungan pasien rawat inap Puskesmas Abcde yang selalu meningkat sejak
tahun 2015 sampai dengan tahun 2018. Tahun 2011 BOR pasien rawat inap
Puskesmas Abcde sebanyak 65%, Tahun 2015 sebanyak 85 %, Tahun 2016 sebanyak
86,7%, tahun 2017 sebanyak 94% dan tahun 2018 sebanyak 98%.

B. Tujuan Pedoman
Pedoman rawat inap Puskesmas Abcde bertujuan untuk menjadi acuan
dalam memberi pelayanan kepada pasien rawat inap baik pasien anak maupun
dewasa. Sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan..

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Abcde meliputi
pelayanan orang sakit pada :

1
1. Pasien Dewasa
2. Pasien geriatri
3. Pasien anak diatas usia 4 bulan
Pelayanan yang diberikan pada pasien yang di rawat inap pada Puskesmas
Abcde dengan kriteria penyakit yang sudah ditetapkan pada SK Kepala Puskesmas
Abcde. Pelayanan di rawat inap juga mencakup pemberian konsultasi kepada pasien
jika didapatkan pasien yang membutuhkan konsultasi lebih lanjut misalnya gizi
buruk, TB dll . Jika pasien di rawat inap di Puskesmas Abcde tidak menunjukkan
kondisi perbaikan atau ditemukan diagnosa lain dari hasil pemeriksaan penunjang
(laboratorium) yang tidak bisa di layani di rawat inap Puskesmas maka dilakukan
proses rujukan ke Rumah Sakit yang terdekat.

D. Batasan Operasional
1. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnostis, pengobatan.
2. Pasien rawat inap adalah pasien Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di
Puskesmas.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap
pasien.
4. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan yang bertugas pada rawat inap yang ada di
Puskesmas Abcde:
1. PNS

2. Non PNS
-

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Rawat inap Abcde meniliki 10 tenaga perawat PNS dan 10 perawat non PNS
dengan status magang di Puskesmas. Dalam melayani pasien karena tenaga
perawat masih kurang, oleh sebab itu meskipun sudah ditunjuk penanggung
jawab dan anggota rawat inap dan UGD, akan tetapi pada pelaksanaannya
saling bekerjasama pekerjaan antara rawat inap dan UGD demi kelancaran
dalam memberi pelayanan.
Pembagian tugas tambahan di Rawat Inap adalah :
Koordinator Rawat Inap :
Koordinator UGD :
Sie Keperawatan :
Sie Humas :
Sie Gizi :
Sie Sarpras :
Pembagian shift jaga pada rawat inap terdiri dari 3 (tiga) Shift yakni Dinas
Pagi dari jam 7.30-14.00 WIB, dinas Sore jam 14.00- 21.00 WIB dan dinas
malam jam 21.00 – 7.30 WIB. Pembagian shift jaga rawat inap dan UGD jadi
satu yang di atur oleh koordinator rawat inap.

3
Selain memiliki tugas di rawat inap, ada juga yang memiliki tugas integrasi di
Puskesmas. Semua perawat di rawat inap sudah mempunyai sertifikat PPGD
atau BTCLS .

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Rawat Inap


RUANG BIMA

RUANG BIMA

RUANG BIMA

RUANG ARSIP
GUDANG

GUDANG
NAKULA

SADEWA
ISOLASI

SHINTA
RUANG

RUANG

RUANG

RUANG
TOILET
TOILET
1-2

3-4

5-6

TOILET
RUANG RAMA

R.ADMINISTRASI

RUANG UGD
MUSHOLA

ARJUNA II

TOILET
ARJUNA I
RUANG

RUANG
PINTU

TOILET
TOILET
UTAMA
PINTU

PINTU
UGD

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana

Ruang Rawat Inap terdiri dari : Ruang keperawatan, ruang perawat dan
ruang pasien yang terdiri dari 26 yang diletakkan ke dalam 10 ruangan. Tempat tidur
yang ada terdiri dari : 4 ( empat) bed untuk pasien anak dan 21 bed untuk pasien
dewasa serta 1 bed untuk pasien isolasi. Disamping itu pada ruangan pasien sudah
dilengkapi dengan lemari pasien pada setiap bed nya. Almari, meja, rak serta wastafel
melengkapi ruang rawat inap. Di rawat inap juga dilengkapi dengan peralatan yang
menunjang pelayanan kepada pasien.

5
2. Peralatan
 Tabung O2 dan humidifier
 Nebulizer set
 Suction
 Lampu tindakan
 Sterilisator
 Sketsel
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer

6
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Rawat Inap
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Perangkat Kerja
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Heacting set
 Nebulizer
3. Tatalaksana
 Petugas menerima pasien dari UGD.
 Petugas menyiapkan tempat tidur untuk pasien sesuai dengan pesanan
kamar,
 Petugas memindahkan pasien ke dalam ruangan yang telah disediakan.
 Petugas mengorientasikan fasilitas yang ada di rawat inap
 Petugas memberi informasi hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan
 Petugas memberi informasi kepada pasien agar melaporkan kepada
petugas jika ada hal-hal yang kurang berkenan,
 Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital setiap jam 06.00
WIB, jam 12.00 WIB, , dan jam 17.00 WIB sekaligus menganamnesa
keluhan yang di alami pasien saat itu untuk dituliskan pada lembar
perjalanan penyakit.
 Dokter melakukan visite setiap hari pada jam 09.00 WIB atau jika
suatu saat pasien benar-benar membutuhkan visite karena kondisi
penyakitnya.
 Petugas Rawat inap melengkapi terapi yang diresepkan dokter saat
visite.

7
 Jika ada terapi injeksi antibiotika petugas melakukan skin test terlebih
dahulu untuk menghindari anafilaktik syok
 Petugas memberikan terapi injeksi antibiotika jam 07.00 WIB dan
19.00 atau jam 11.00 WIB dan 23.00 WIB jika terapi 2 kali pemberian
dalam 24 jam, Jika pemberian 3 kali dalam 24 jam diberikan pada jam
07.00 WIB, jam 15.00 WIB dan jam 23.00 WIB.
 Petugas mencatat semua tindakan yang dilakukan pada pasien dalam
rekam medis
 Petugas melaporkan pada dokter jika didapatkan ada hal yang penting
dilaporkan mengenai kondisi kesehatannya pasien,
 Petugas melaporkan kepada koordinator rawat inap jika didapatkan
KTD, KTC, KPC dan KNC pada pasien untuk segera di follow up.

8
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka


perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui
perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan pasien dan usulan petugas rawat
inap atas dasar kebutuhan pasien dan demi kelancaran dari pelayanan di rawat inap.
Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah
dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya
klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam pengadaan logistik rawat inap melakukan usulan kepada dokter
penanggung jawab rawat inap untuk disampaikan pada pimpinan Puskesmas dalam
rangka mendapatkan persetujuan. Sumber dana untuk pembelian logistik berasal dari
APBD dan swadaya rawat inap sendiri.

9
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur
lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien
anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap
pasien, umur/tanggal lahir dan pernah di rawat di Puskesmas Abcde untuk
pencarian nomor rekam medis yang lama (Jangan menyebutkan nama atau
menanyakan apakah nama pasien sudah benar, Sebaliknya, minta
pasien untuk menyebutkan namanya),

10
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat inap
harus melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien ,
6. Petugas rawat inap memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama
lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
8. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal
lahir pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
10. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai
dengan yang tercantum dalam gelang identitas,
11. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
gelang identitas,
12. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis
yang akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis pada pasien tidak
sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa dan
tidak ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia
atau kelainan mental), Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama
lengkap pasien dan Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada gelang
identitas pasien, dicocokan dengan informasi yang telah dimiliki ruang
rawat inap (rekam medis, resep, atau tabung specimen).
14. Petugas Puskesmas yang memasang gelang identitas pasien harus
menuliskan tanggal dan jam masuk Puskesmas pada gelang
identitas,Untuk identifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga,
15. Petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada
keluarga (Mr X1, Mr X2 dst) dengan mencocokkan gelang identitas pasien

11
yang meliputi nama pasien, tanggal dan jam masuk UGD Puskesmas dan
nomor rekam medis,
16. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan
gelang identitas bayi lahir dengan memberikan nama lengkap ibu (Contoh:
By Ny. Ana Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam
pada gelang identitas bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan
dibuatkan rekam medik baru dan terpisah dari ibu,
17. Petugas Puskesmas memberikan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir
dengan memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah
nomor urut kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana
Suryana 2) untuk mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,
18. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing,
Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
2. Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien
Prosedur pemasangan gelang pasien yang benar adalah
a) Petugas Puskesmas menganamnesa identitas pasien pada saat proses
identifikasi pasien,
b) Petugas Puskesmas membuat label pada gelang identitas pasien memuat 4
(empat) identitas pasien, yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal lahir/
umur di sisi kiri bawah, jenis kelamin (P untuk perempuan dan L untuk
laki-laki) di sisi kanan bawah, dan nomor rekam medis di sisi kanan atas.
Tn. aaa 313.10.88
13 Februari 1986 (28) L

c) Petugas UGD dan PONED memasangkan gelang identitas pasien sewaktu


pasien masuk pada unitnya masing-masing,
d) Petugas menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien sebelum
memasangkan gelang identitas pasien,
e) Petugas memasang gelang identitas pasien pada tangan yang tidak dipasang
infuse,

12
f) Pasang gelang identitas pasien dengan memberi ruang/ jarak kulit dengan
gelang ± 2 cm. (lihat gambar)

g) Petugas mengganti gelang identitas bila selama perawatan gelang identitas


rusak atau terjadi infeksi pada lokasi pemasangan gelang, .
h) Petugas melepaskan gelang identitas di ruang rawat inap / PONED bila
pasien pulang atau meninggal oleh perawat/ bidan penanggung jawab
pasien,
i) Petugas melepaskan gelang identitas dengan cara memasukkan jari diantara
tangan pasien dan gelang Identitas kemudian menggunting gelang identitas
tersebut,

Cara pengguntingan lihat gambar

a) Petugas membuang gelang yang sudah digunting ke tempat sampah,


b) Bila pasien menolak pemasangan gelang identitas maka pasien harus
menandatangani formulir penolakan tindakan,
c) Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pemasangan gelang identifikasi pasien di tiap-tiap unit
masing-masing,

13
d) Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

3. Meningkatkan komunikasi effektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas rawat inap/ PONED melaporkan kondisi pasien/ hasil test
laboratorium yang kritis kepada Dokter penaggungjawab menggunakan
teknik Komunikasi SBAR (Situation - Background – Assessment –
Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat inap/
PONED,
3. Petugas rawat inap/ PONED menerapkan write down read back/ TBaK
Tulis Baca Kembali,
4. Petugas rawat inap/ PONED yang menerima instruksi per telepon/ lisan/
hasil test laboratorium yang kritis menuliskan/ Tulis (write down) pesan
yang disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5. Petugas rawat inap/ PONED yang menerima instruksi secara verbal / lisan
bertanggung jawab untuk mencatat instruksi tersebut pada lembar catatan
terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi :
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik untuk
menghindari kesalahan penafsiran.
6. Petugas rawat inap/ PONED membacakan kembali /BaK (read back)
kepada pengirim pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran
pesan yang dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan
diagnosis.setelah dituliskan, pesan/ hasil test laboratorium yang kritis ,
7. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dokter yang memberikan pesan,
8. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dan tanda tangan sebagai tanda
yang menerima pesan,
9. Petugas rawat inap/ PONED memverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.

14
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan
penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan
instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah
dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan
lanjutan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal
keperawatan,),
13. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

4. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety

Prosedur

a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam
mengidentifikasi pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,
6. Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat
yang digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi,
penyesuaian, kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan
obat).

15
7. Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double
check.

b. Benar Obat
8. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
9. Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah,
kuantitas, pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal
kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa
jika kurang dari 24 jam.
10. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
11. Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
12. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi (
jangan pada saat syringe masih kosong)
13. Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
14. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
15. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan
oleh petugas lama dan petugas baru secara bersama,
16. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
17. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang
perlu kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
18. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double
cek) jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi,
19. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu,.

16
20. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
21. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari
 tiap 48 jam
22. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh
dokter,
23. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
24. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk
dan jenis obat :
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup,
25. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
26. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
27. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf
setelah memberikan obat pada dokumen rekam medik,
28. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
29. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf
jika penulisan resep salah,

17
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
30. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
31. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke
Komite Farmasi dan Terapi,
32. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
33. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
34. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
35. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
36. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

5. Pengkajian resep obat


Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1. Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang rawat, berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan aturan
pakai,
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu),
maka petugas mengkonfirmasi ke dokter yang bersangkutan untuk
mengetahui dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan
diketahui jumlah obat yang dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratan resep jaminan,

18
5. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,

B. Pengkajian dari aspek klinik


6. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat, terutama untuk pasien pediatri dan geriatric,
7. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
8. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan
rekam medic,
9. Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
10. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
11. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
resep/ instruksi pengobatan,
C. Penanganan Resep yang Bermasalah
12. Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,
13. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan
menulis perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan
tidak boleh menindih dengan tulisan yang baru,
14. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi,
15. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
16. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.

6. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan

19
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
4) Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil
skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.

7. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup
kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Prosedur cuci tangan :


1. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum kontak dengan pasien,

20
2. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
4. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub , poster
tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,
8. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahas iswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan enam
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.

21
8. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :

22
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien


dan keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di rawat
inap semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien sekitar puskesmas ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak
proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana
yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di rawat inap merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekitar.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.

24
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan rawat inap puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. APD (alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
7. Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
e. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
f. Buanglah sampah pada tempatnya,
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
h. Dilarang merokok.

25
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu
pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.

Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-


langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

Pada unit rawat Inap Puskesmas Abcde selalu dilakukan rapat intern rawat inap setiap
bulan untuk membahas pelayanan yang sudah dilakukan dalam bulan tersebut. Jika
ada permasalahan diselesaikan dalam rapat intern rawat iinap untuk segera
diputuskan rencana tindak lanjutnya. Rencana tindak lanjut yang dirumuskan
dikonsultasikan pada penanaggungjawab rawat inap untuk disetujui oleh kepala
Puskesmas Abcde.

Jika ada KTD, KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada koordinator rawat inap
untu segera di follow up bersama-sama dengan tim mutu dan keselamatan pasien
Puskesmas Abcde.

26
BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di rawat inap


Puskesmas Abcde adalah Kepala Puskesmas Abcde. Sedangkan penanggungjawab
utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten
Defgh adalah dinas kesehatan kabupaten Defgh. Puskesmas bertanggungjawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten Defgh sesuai dengan kemampuannya. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

27

Anda mungkin juga menyukai