Anda di halaman 1dari 9

Recurrent spontaneous fetal loss (RSFL) pada sindrom antifosfolipid

John J. E. Wantania

Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi - RSUP Prof. R. D. Kandou Manado
Email: john_w_md@yahoo.com

Abstract: Approximately 40-50% causes of recurrent spontaneous fetal death, often called the
recurrent spontaneous fetal loss (RSFL), could not be identified so far. Antiphospholipid
syndrome itself is one of the most common causes of RSFL and is responsible for
approximately 16-36% of patients with RSFL. Various factors associated with the occurrence
of the RSFL in APS are as follows: intrauterine growth restriction (IUGR), preeclampsia,
premature placental separation, DVT, HELLP, and DIC at a normal fetal karyotype. Diagnosis
includes clinical and laboratory criteria. Additional laboratory examinations have been
developed and used to improve the predictive power and diagnostics. Repeat aPL antibodies
examination may be required to increase the sensitivity and specificity of diagnosis. Other
treatment options include the use of anticoagulants, corticosteroids, or any other modalities
with regard to obsterics conditions.
Keywords: recurrent spontaneus fetal loss, APS

Abstrak: Sekitar 40-50% penyebab terjadinya kematian janin spontan berulang atau sering
disebut pula dengan Recurrent Spontaneous Fetal Loss (RSFL) sampai saat ini tidak dapat
diidentifikasi. Sindrom antifosfolipid sendiri adalah salah satu penyebab paling umum
terjadinya RSFL dan bertanggung jawab pada sekitar 16-36% pasien dengan RSFL. Berbagai
faktor yang terkait dengan terjadinya RSFL pada APS meliputi pertumbuhan janin intrauterin
yang terhambat (IUGR), preeklampsia, pemisahan plasenta prematur, DVT, HELLP, dan DIC
pada kariotipe janin yang normal. Diagnosis mencakup kriteria klinis dan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium tambahan telah dikembangkan dan digunakan untuk meningkatkan
kekuatan prediksi dan diagnostik. Pemeriksaan antibodi aPL berulang mungkin diperlukan
untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas diagnosis. Pilihan penanganan antara lain
dengan penggunaan antikoagulan, kortikosteroid, atau pun modalitas lain dengan tetap
memperhatikan kondisi obsterik.
Kata kunci: kematian janin spontan berulang, APS

Sindrom antifosfolipid (Antiphospholipid Antibodi aPL ditemukan 30-40% pada


syndrome; APS) adalah suatu gangguan pasien dengan systemic lupus erythema-
autoimun, dengan trombosis berulang atau tosus (SLE), namun hanya sekitar 10%
morbiditas obstetrik. APS pertama kali yang menderita APS. Kurang lebih
ditemukan tahun 1983.1-3 setengah kasus APS tidak selalu berkaitan
Angka kejadian APS (di Amerika dengan penyakit reumatik lainnya. Dalam
Serikat) belum diketahui. Satu sampai lima penelitian pada 100 pasien dengan
persen dari individu sehat mempunyai trombosis vena tanpa riwayat SLE, antibodi
antibodi antifosfolipid (aPL) sedangkan aCL ditemukan pada 24% dan antibodi
antibodi antikardiolipin (aCL) lebih sering lupus/lupus anticoagulant (LA) pada 4%
ditemukan pada orang tua, dan harus sampel.3
berhati-hati pada hasil titer positif.

S1
S2 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S1-S9

EBM kejadian keguguran berulang • aktivasi trombosit untuk meningkatkan


Prevalensi antibodi aPL pada wanita penempelan endotel.
usia muda dengan tampilan yang sehat • aktivasi endotel vaskuler yang dapat
sekitar 1-5%. Pada SLE, aPL ditemukan memfasilitasi pengikatan trombosit dan
sekitar 12-34%. Pada pasien SLE yang monosit.
diikuti dalam jangka waktu yang lebih • reaksi antibodi untuk mengoksidasi low
lama, sekitar 50% pasien menunjukkan density low protein, yang menjadi
antibodi aPL. Antibodi LA dan aCL juga predisposisi terjadinya arterosklerosis
ditemukan pada berbagai kasus medis dan infark miokardium.
seperti penyakit autoimun, kelainan
jaringan ikat dan beberapa keadaan lain Bukti baru menyatakan bahwa aktivasi
seperti penggunaan obat-obatan, komplemen yang dimediasi oleh aPL,
keganasan, infeksi, dan beberapa penyakit kemungkinan merupakan penyebab primer
sistemik. Frekuensi dan interpretasi kejadian abortus.3
bergantung pada sensitifitas berbagai
pemeriksaan yang digunakan. Antibodi aPL Tabel 1. Beberapa mekanisme patogen dari
(APA) positif juga ditemukan pada aPL 5
penderita idiopathic thrombocytopenic Inhibition of anticoagulant reactions
purpura (ITP), wanita usia tua, dan 5-10%
Inhibition of β2GPI anticoagulant activity
darah donor yang normal.4
Inhibition of the protein C pathway
Patofisiologi Inhibition of protein C activation
Inhibition of activated protein C
Mekanisme terjadinya trombosis pada
Inhibition of antithrombin activity
pasien APS belum jelas, beberapa teori
mencakup penurunan aktivitas plasmino- Displacemnet of annexin A5
gen, peningkatan agregasi platelet, inhibisi Cell-mediated events
prostasiklin dan protein C, serta On endothelial cells
peningkatan faktor VIII. 3 Enhanced endothelial cell procoagulant
Satu hipotesis menyebutkan adanya activity
defek dalam apoptosis seluler, yang Increased expression and activation of
tissue factor
emaparkan fosfolipid membran pada Expression of adhesion molecules
pengikatan berbagai protein plasma, seperti Impaired fibrinolysis
beta-2 glikoprotein membentuk kompleks Dysregulation of eicosanoids
fosfolipid-protein saat sudah terikat, dan
Decreased endothelial cell prostacyclin
neoepitop terbuka yang selanjutnya production
menjadi target autoantibodi.3 Bukti terbaru Increased platelet thromboxane A2
mengatakan bahwa beta-2 glikoprotein I production
teroksidasi dapat berikatan dan mengakti- Impaired function of endothelial nitric oxide
vasi sel dendritik dengan cara yang sama synthase
On monocytes
seperti aktivasi yang dipicu oleh toll-like
receptor 4 (TLR-4), yang dapat meningkat- Expression of tissue factor
kan produksi autoantibodi.3 Mekanisme Increase oxidative stress
lain yang mungkin untuk terjadinya On platelets
hiperkoagulasi dari antibodi aPL ialah:3 Enhanced platelet activation/eggregation
• produksi antibodi yang melawan faktor On plasmocytoid dendritic cells
koagulasi, meliputi protrombin, protein Increased expression of toll-like receptor 7 and
C, protein S, dan anneksin. toll-like receptor 8
Wantania: Recurrent spontaneous fetal loss... S3

Gambar 1. Patogenesis trombosis pada APS. Sumber: Greaves M, 1999.6

Mekanisme terjadinya keguguran maternal dan menginvasi trofoblas secara


berulang langsung; hal ini merusak plasentasi fetus.
Antibodi dapat menyebabkan kerusakan
Adanya trombosis pada plasenta
sel, apoptosis, inhibisi proliferasi dan
menjelaskan berbagai manifestasi klinis.
pembentukan sinsitia, serta menurunkan
Antibodi aPL dapat menginduksi trombosis
produksi hCG.4
intervilus dan infark intervilus sehingga
mengganggu perfusi plasenta. Antibodi
juga memengaruhi jaringan sitotrofoblas in Kriteria diagnosis
vitro. Antibodi ini menghambat prosta- Kriteria diagnosis APS berdasarkan
siklin, mengurangi protein C, memroduksi International Consensus Classification,
vilitis kronis dan atau infiltrasi plasma sel ialah sebagai berikut:7 APS terjadi bila
desidual. Annexin A5 dan A2 yang terdapat terdapat satu dari kriteria klinis dan satu
pada plasenta berfungsi sebagai
dari kriteria laboratorium terpenuhi.
antikoagulan. Antibodi aPL menghambat
annexin dan menyebabkan trombosis.
Kriteria klinis
Annexin A5 secara normal menutupi
permukaan anionik trombogenik dan 1. Trombosis vaskular
menghambat aktivasi faktor X dan 2. Morbiditas kehamilan
protrombin. Antibodi aPL/β2gp1 dapat a) Satu atau lebih kematian janin yang
merusak pelindung trofoblas dan sel tidak dapat dijelaskan penyebabnya
endotel selapis.4 pada janin dengan morfologi normal
Antibodi aPL menyebabkan respon pada usia kehamilan diatas 10
inflamasi lokal yang berperan dalam minggu dengan menggunakan
keguguran. Antibodi ini menyerang desidua ultrasonografi atau pemeriksaan
S4 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S1-S9

langsung pada janin. defisiensi protrombin, lupus


b) Satu atau lebih persalinan prematur anticoagulant
pada neonatus dengan morfologi • Neurologik: iskemia akut
normal sebelum usia kehamilan 34 (cerebrovascular accident, transient
minggu karena pre eklampsia berat, ischemic attack, ensefalopati); migrain
eklampsia, atau insufisiensi plasenta. parah; infark multipel demensia;
c) Tiga atau lebih abortus spontan disfungsi kognitif; dan kejang
berturut-turut yang tidak dapat • Dermatologik: livedo reticularis;
dijelaskan penyebabnya terjadi acrocyanosis (iskemia kulit distal, ulkus,
sebelum minggu ke-10 kehamilan gangren); nekrosis kulit luas; lesi kulit
(dengan ekslusi dari kelainan anatomi seperti pioderma gangrenosum;
dan hormonal ibu dan penyebab anetoderma
kromosom ayah dan ibu). • Cardiopulmonar: marantic endocarditis;
iskemia dan infark miokard; massa
Kriteria laboratorium trombotik intrakardial; penyakit arteri
perifer; tromboemboli dan hipertensi
1. Adanya lupus anticoagulan di dalam pulmonal nontrombotik
plasma pada dua kali atau lebih • Obstetrik: aborsi spontan berulang; per-
pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 tumbuhan janin terganggu; preeklamsia;
minggu, atau chorea gravidarum; skor Apgar rendah;
2. Adanya isotop IgM dan IgG antibodi persalinan prematur.
aCl pada serum atau plasma dengan titer
medium atau tinggi (>40 GPL atau MPL
atau persentil >99th), pada dua atau lebih Penyulit-penyulit obstetrik terkait APS
pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 Manifestasi obstetrik
minggu, atau
3. Adanya isotop antibodi IgM dan atau Sindrom antifosfolipid adalah salah
IgG Anti-β2 glikoprotein-I pada serum satu penyebab paling umum terjadinya
atau plasma (dengan titer lebih dari kematian janin spontan berulang atau
persentil 90th) pada dua atau lebih sering disebut pula dengan Recurrent
pemeriksaan paling sedikit berjarak 12 Spontaneous Fetal Loss (RSFL). Definisi
minggu. RSFL adala tiga atau lebih keguguran
berturut-turut pada umur kehamilan 20
minggu atau kurang atau dengan berat janin
Masalah obstetri pada pasien demikian
kurang dari 500g. Sekitar 40-50%
meliputi preeklampsia, eklampsia,
penyebab terjadinya RSFL sampai saat ini
trombosis plasenta, dan kelahiran prematur.
tidak dapat diidentifikasi. APS bertanggung
Komplikasi obstetri yang jarang dilaporkan
jawab pada sekitar 16 - 36% pasien dengan
ialah sindrom HELLP (Hemolysis, elevated RSFL. 4
liver enzymes, and low platelets) yang Terjadinya RSFL pada APS adalah
terjadi pada 0,01-0,2% kehamilan; 10-20% dikarenakan berbagai alasan yang meliputi
pada preeklampsia berat dan eklampsia.1,8 pertumbuhan janin intrauterin yang
Beberapa manifestasi klinis yang terhambat (IUGR), preeklampsia, pemisah-
mungkin terjadi akibat antibodi antifosfo- an plasenta prematur, DVT, HELLP dan
lipid antara lain:4 DIC. Kariotipe janin dalam hal ini harus
• Tromboemboli arteri dan vena normal. Pasien dengan RSFL harus
asimtomatik: osteonekrosis avaskular dilakukan pemeriksaan antibodi aPL.
• Hematologik berupa sitopenia: trombo- Banyak penelitian telah menunjukkan
sitopenia, anemia hemolitik autoimun, bahwa pengujian berulang mungkin
leukopenia. diperlukan untuk meningkatkan sensitivitas
• Koagulopati: disfungsi trombosit, dan spesifisitas diagnosis.5
Wantania: Recurrent spontaneous fetal loss... S5

Gambar 2. Skema mekanisme patogenik sindrom anti-fosfolipid pada kehamilan. (a) Sindrom anti-
fosfolipid (APS) vascular. Antibodi anti-fosfolipid (aPLs) dapat menargetkan jenis sel-sel yang
berbeda dan faktor koagulasi soluble. aPLs patogen adalah komponen aktif beta2 glikoprotein I
(β2GPI) setelah stimulus inflamasi (paparan kedua). Variabel tambahan yang dapat memengaruhi
patogenisitas aPL, adalah seperti kemampuan antibodi untuk memodulasi sinyal sel yang berbeda
dan untuk menampilkan beragam spesifisitas epitop dan reaktivitas dengan β2GPI modifikasi. (b)
APS pada kehamilan. β2GPI- bergantung aPLs dapat menargetkan trofoblas dan sel desidua. β2GPI
dapat berada pada tingkat uterus bahkan pada hewan yang tidak hamil dan dapat berikatan pada sel-
sel trofoblas (sinsitiotrofoblas). Paparan kedua tampaknya tidak diperlukan, dan hormon wanita atau
kehamilan itu sendiri bisa menjadi setara dengan paparan kedua seperti yang telah dijelaskan pada
manifestasi vaskular. Seperti pada APS vaskular, kemampuan antibodi untuk memodulasi sinyal sel
yang berbeda dan untuk menampilkan beragam spesifisitas epitop dan reaktivitas dengan β2GPI
modifikasi dapat menjadi variabel tambahan yang dapat mempengaruhi patogenisitas aPL. APC,
protein C aktif; FII, Faktor II; FIXa, Faktor IXa, FVIIa, Faktor VIIa; FXA, Faktor Xa; PT,
protrombin; TF, faktor jaringan; TPA, faktor plasminogen jaringan. Sumber: Meroni et al, 2014.9
S6 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S1-S9

Peningkatan protein alpha feto Antikoagulan oral seperti warfarin


maternal dan human chorionic diberikan secara tumpang tindih dengan
gonadotropin sering ditemukan pada pemberian heparin inisial yaitu pada hari
wanita dengan antibodi aPL (APA) dan keempat dan kelima sampai angka
secara signifikan berhubungan dengan terapiutik INR tercapai. Percobaan-
kematian janin.4 percobaan klinis telah menunjukkan
Beberapa pemeriksaan laboratorium intensitas standar penggunaan warfarin
telah dipaparkan akhir-akhir ini. Walaupun (target INR antara 2 dan 3) merupakan
tidak termasuk kriteria klasifikasi, beberapa pilihan utama dibandingkan dengan
jenis pemeriksaan masih berhubungan penggunaan warfarin intensitas tinggi (INR
dengan dua protein utama fosfolipid yang antara 3,1 sampai 4 atau 4,5).4
diperkirakan ikut hadir bersama target Setelah 12 minggu pengobatan,
antigen aPL yaitu β2GPI dan protrombin antibodi aPL harus kembali diukur untuk
(PT).9 mengonfirmasi APS. Jika antibodi masih
1. Antibodi anti-protrombin. positif, penanganan dengan antikoagulan
2. New assays for anti-β2GPI antibodies: oral sebaiknya dilanjutkkan. Tes diag-
the anti-domain antibodies β2GPI, anti- nostik untuk LA dapat menyebabkan positif
palsu pada beberapa pasien yang sedang
domain (D)I reactivity.
menjalani pengobatan dengan warfarin.
3. Antibodi terhadap phosphatidylethanol
Oleh karena itu dokter harus sebaiknya
amine (PE)
menghentikan pengobatan warfarin
4. Antibodi terhadap anionic phospholipids
(beberapa hari) sebelum pengambilan
other than cardiolipin: PS, phosphatidyl
sampel plasma. Penggunaan jangka
inositol and phosphatidic acid.
panjang warfarin sangat direkomendasikan
5. Antibodi terhadap vimentin: Annexins
karena tingginya angka rekurensi.4
Pada percobaan klinis, pasien yang
Penanganan melanjutkan pengobatan dengan anti-
Penanganan medikamentosa koagulan oral selama lebih dari 8 tahun
tidak terjadi kekambuhan. Sedangkan
Antikoagulan pasien yang menghentikan penggunaan
Pasien asimptomatik dengan antibodi antikoagulan oral mengalami rekurensi
positif diberikan antikoagulan jangka tromboemboli 50% dalam 2 tahun dan
pendek ketika ancaman trombofilik seperti sekitar 80% setelah 8 tahun.4
imobilisasi atau pembedahan akan dilaku- Jika titer awal antibodi tinggi telah
kan. 4 menjadi negatif setidaknya selama 6 bulan,
Pasien dengan trombosis yang dapat dipertimbangkan untuk penghentian
signifikan seperti DVT, iskemia arterial antikoagulasi dengan syarat pasien tersebut
atau keguguran merupakan rekomendasi tidak boleh memiliki risiko trombofilik lain
untuk diberikan antitrombotik. Sebagian dan harus dilakukan pengawasan yang
besar pasien ini diberikan heparin. ketat.4
Regimen yang sering digunakan adalah Penanganan APS dengan stroke
pemberian low molecular weight heparin iskemik yang efektif ialah dengan
(ENOXAPARIN atau NADROPARIN 0.4 menggunakan baik aspirin atau warfarin
ml (40 mg - 3800 IU)) diberikan subkutan intensitas standar (2-3). Pada trombus
dua kali sehari. Pasien harus tidak memiliki arterial non-serebral, kombinasi warfarin
kontraindikasi pemberian heparin seperti intensitas standar (2-3) dan aspirin 75 mg
risiko tinggi perdarahan atau riwayat direkomendasikan. Pasien dengan sindrom
trombositopenia akibat pemberian heparin. hipotrombinemia yang mengalami per-
Pasien dengan insufisiensi renal diberikan darahan atau membutuhkan operasi dapat
unfractionated heparin yang dapat diberikan terapi steroid dan Ig G intravena.4
dihentikan segera bila terjadi perdarahan.4
Wantania: Recurrent spontaneous fetal loss... S7

Kortikosteroid sekali sehari dengan dosis terapeutik).


Terapi kortikosteroid sering menghen- Untuk pasien yang tidak mampu mendapat
tikan abnormalitas koagulasi dan trombo- LMWH, heparin konvensional atau
sitopenia imun pada APS. 4 unfractionated dapat digunakan dengan
dosis 5000-10000 unit subkutan sehari atau
Terapi tambahan lain dua kali sehari. Pengobatan ini memerlukan
Terapi tambahan seperti aspirin, monitoring APTT dimana seharusnya
kortikosteroid dan dosis obat imunosupresif menjadi dua kali dan dua setengah kali lipat
seperti siklofosfamide tidak direkomendasi- nilai normal. Penggunaan LMWH tidak
kan secara rutin pada pasien yang sedang memerlukan monitoring.4
menjalani pengobatan dengan warfarin. Dengan penanganan yang tepat, angka
Obat obat ini digunakan hanya bila terjadi lahir hidup pada pasien dengan APS
trombosis rekuren dan iskemik. 4 meningkat dari 0-40% menjadi 70-80%.
Aspirin meningkatkan prostasiklin dan
Penanganan obstetrik menurunkan tromboksan A2. Selain efek
Hasil yang memuaskan dapat dicapai antikoagulan, heparin juga memiliki efek
pada wanita dengan RSFL yang mendapat antiinflamasi dan penghambatan dalam
penanganan. Pasien dengan abortus aktivasi komplemen; hal ini menguntung-
berulang dan kematian janin harus kan dalam terapi kehamilan dengan APS.4
dilakukan pemeriksaan antibodi aPL. Pada
pasien dengan antibodi aPL positif dan Penanganan khusus
tidak diobati, keguguran dapat mencapai Hematoma spinal dapat disebabkan
90%. Banyak obat termasuk aspirin, oleh penggunaan LMWH jika digunakan
kortikosteroid dosis rendah dan anti- pada kehamilan khususnya pada pasien usia
koagulan telah dicoba. IgG intravena tidak tua, penggunaan bersama sama dengan
memberikan keuntungan pada pasien- terapi antiplatelet dan jarum traumatik/
pasien ini. Pasien dengan RSFL dan positif pemakaian kateter.4
antibodi aPL sebaiknya diberikan konseling Faktor yang paling penting yang
mengenai pengobatan. Kehamilan harus mempengaruhi resiko perdarahan adalah
direncanakan. Aspirin 75 mg sebaiknya jarak antara injeksi LMWH dan waktu
dimulai satu atau dua bulan sebelum penggunaan kateter/jarum. Pasien dengan
rencana konsepsi. LMWH segera diberikan
antibodi aPL yang akan menjalani
pada saat kehamilan dikonfirmasi dengan
pembedahan sebaiknya menggunakan
ultrasonografi. Sampai saat ini masih
LMWH (dosis profilaksis) atau injeksi
terdapat kontroversi mengenai intensitas
fondaparinaux 2,5 mg setiap hari dimulai 6-
pengobatan menggunakan heparin. Untuk
8 jam setelah operasi.4
pasien dengan riwayat trombosis, dosis
terapeutik heparin diindikasikan. 4
LMWH contohnya Enoxaparin atau Penggunaan antikoagulan pada wanita
Nadroparin 0.4 ml (40 mg, 3800 Iu) menyusui
diberikan subkutan dua kali sehari (12 jam) Heparin dan LMWH tidak disekresi-
sampai onset persalinan. Heparin dimulai kan ke dalam ASI dan dapat digunakan
sesaat setelah melahirkan. Warfarin dimulai pada ibu menyusui secara aman. Warfarin
dan bersamaan dengan heparin sampai aman digunakan setelah melahirkan dan
target INR tercapai diantara 2,0 dan 3,0. menyusui, walaupun penggunaannya
Pada titik ini heparin dihentikan dan membutuhkan pengawasan yang ketat,
penggunaan antikoagulan oral dilanjutkan 3 kunjungan ke klinik lebih sering dan dapat
sampai 6 bulan.4 menimbulkan risiko perdarahan post
Untuk pasien tanpa riwayat trombosis, partum dan hematom perianal dibanding-
heparin diberikan profilaksis (LMWH kan dengan LMWH.10
S8 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S1-S9

Gambar 3. Algoritma penanganan anti trombotik pada pasien dengan antibodi antifosfolipid.
Sumber: Lim W et al, 2006.11

Warfarin tidak memberikan efek penggunaan IUD lebih disarankan. Akan


antikoagulan pada bayi yang menyusui. tetapi kontrasepsi yang hanya mengandung
Oleh karena itu, penggunaan warfarin pada progesterone tidak meningkatkan resiko
wanita postpartum yang membutuhkan thrombosis.14 Jika wanita dengan APS
terapi antikoagulan dapat dikategorikan ingin hamil lagi, penanganan prekonsepsi
aman dan wanita ini justru harus harus dipertimbangkan.15
disarankan untuk tetap menyusui.12
Simpulan
Kontrasepsi setelah melahirkan
APS merupakan penyakit autoimun
Kontrasepsi estrogen oral meningkat- yang sering menyulitkan. Antibodi yang
kan resiko thrombosis materal pada wanita sering ditemukan dan terdeksi ialah LA,
dengan APAs dan SLE.10,13 Oleh karena itu aCL, dan β2gp1. APS dapat terjadi secara
Wantania: Recurrent spontaneous fetal loss... S9

primer maupun sekunder terhadap berbagai loss. Fertil Steril, 2012.


kondisi. Beberapa pasien dengan APS 8. HELLP syndrome [Internet]. 2012 [cited
dapat tetap asimtomatik. Sebagian lainnya 2013 Feb 20]. Available from:
mengalami trombosis arteri dan vena atau http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/
RSFL. ency/article/000890.htm
9. Meroni PL, Chighizola CB, Rovelli F,
Diagnosis meliputi kriteria klinis dan
Gerosa M. Antiphospholipid
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium
syndrome in 2014: more clinical
tambahan telah dikembangkan dan manifestations, novel pathogenic
digunakan untuk meningkatkan kekuatan players and emerging biomarkers.
prediksi dan diagnostik akan tetapi Arthritis Res Ther. 2014;16:209.
penemuan yang telah dilaporkan dan 10. Royal College of Obstetricians and
menjanjikan hanya terbatas pada antibodi Gynaecologists. Thromboprophylaxis
anti PS/PT dan anti-DI. Pilihan penanganan during pregnancy, labour and after
lebih didasarkan pada evidence based. vaginal delivery. Guideline 2004;
http://www.blackwellpublishing.com/
medicine/bmj/nnf5/pdfs/uk
DAFTAR PUSTAKA guidelines/ENOXAP ARIN.
11. Lim W, Crowther MA, Eikelboom JW.
1. Jo YY, Lee KC, Kim HS, Bae HK, Chang
YJ. Anesthetic management of Management of anti- phospholipid
HELLP syndrome complicating antibody syndrome: a systematic
primary antiphospholipid syndrome. review. JAMA. 2006;295:1050–1057.
Korean J Anesthesiol. 2012;6:575-8. 12. Ginsberg JS, Greer I, Hirsh J. Use of
2. Ramli M. Seksio sesar pada penyakit antithrombotic agents during
autoimun. Workshop Anestesi pregnancy. Chest. 2001;119(1
Obstetri. Second Annual Symposium Suppl):122S-31S.
on Anesthesia Complication. 13. Duarte C, Ines L. Oral contraceptives and
Yogyakarta, 14-17 November 2012. systemic lupus erythematosus: what
3. Belilos E, Diamond HS. Antiphospholipid should we advise to our patients?
syndrome [Internet]. 2012 [cited 2013 Acta Rheumatol Port. 2010;
Feb 20]. Available from: 35(2):133-40.
http://emedicine.medscape.com/articl 14. Erkan D, Patel S, Nuzzo M, Gerosa M,
e/333221-overview Meroni PL, Tincani A, et al.
4. Mathew Thomas. Antiphospholipid Management of the controversial
Syndrome (ASP) An Update - Special aspects of the antiphospholipid
Reference To Recurrent Spontaneous syndrome pregnancies: a guide for
Pregnancy Loss (RSPL). Medicine clinicians and researchers.
Update 2011. Rheumatology (Oxford) 2008;47
5. Espinosa G, Cervera R, Font J, Shoenfeld Suppl 3:iii23-iii27.
Y. Antiphospholipid syndrome: 15. Reber G, Tincani A, Sanmarco M, de
pathogenic mechanisms. Autoimmun MP, Boffa MC. Proposals for the
Rev. 2003;2:86e93. measurement of anti-beta2-glycoprotein I
6. Greaves M. Antiphospholipid antibodies antibodies. Standardization group of
and thrombosis. Lancet. 1999;353: the European Forum on Anti-
1348-53. phospholipid Antibodies. J Thromb
7. Practice Committee. Recurrent pregnancy Haemost. 2004;2(10):1860-2.

Anda mungkin juga menyukai