Anda di halaman 1dari 9

Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA


BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2017

Fitri Yuliana1*, Nurul Hidayah2, Sri Wahyuni1


1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia
2Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin

*Korespondensi Penulis: Telp: 0813-4970-2168, e-mail: yuliana_fitri34@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Bayi yang diberi minum ASI lebih awal dengan efektif dan pemberian kolostrum
diyakini dapat mengurangi kejadian hiperbilirubinemia fisiologis. Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi AKB di Indonesia yaitu ikterus pada bayi baru lahir (5%), di RSUD dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2016, menunjukan 205 (7,7%) bayi mengalami ikterus.
Tujuan: Menganalisis Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus pada Bayi
Baru Lahir di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi penelitian ini
adalah ibu yang memiliki bayi dan dilakukan rawat gabung diruang nifas RSUD dr. H. Moch
Ansari Saleh sebanyak 243 orang. Sampel berjumlah 71 orang dengan teknik Accidental Sampling.
Data dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil: Dari 71 responden yang diteliti, frekuensi pemberian ASI yang tidak sering sebesar 63,3%
mengalami ikterus, dan 36,7% yang tidak mengalami ikterus. frekuensi pemberian ASI yang sering
sebesar 68,3% bayi tidak mengalami ikterus, dan 31,7% mengalami ikterus. Adapun hubungan
antara frekuensi pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus pada bayi baru lahir di RSUD dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin (ρ=0,016  =0,05)
Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan kejadian ikterus
pada bayi baru lahir.

Kata Kunci: Bayi baru lahir, Frekuensi pemberian ASI, Ikterus

526
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

THE CORRELATION FREQUENCY OF BREASTFEEDING


WITH INCIDENCE OF NEONATAL JAUNDICE
AT DR. H. MOCH ANSARI SALEH HOSPITAL BANJARMASIN

Fitri Yuliana1*, Nurul Hidayah2, Sri Wahyuni1


1Department of Diploma IV Midwifery Major in Teaching, STIKES Sari Mulia, Banjarmasin
Indonesia
2Sari Mulia Midwifery Academy of Banjarmasin Indonesia

*Correspondence author: Phone: 0813-4970-2168, e-mail: yuliana_fitri34@yahoo.co.id

ABSTRACT

Introduction: Breastfed infants fed early with effective and giving colostrum is believed to reduce
the incidence of physiological hyperbilirubinemia. One of the main factors that affect the IMR in
Indonesia, namely jaundice in newborns (5%), at dr. H. Moch Ansari Saleh hospital of Banjarmasin
in 2016, showed 205 (7.7%) babies have jaundice.
Objective: This research is aimed to analyze about the correlation Frequency of Breastfeeding with
Incidence of Jaundice in Newborns at dr. H. Moch Ansari Saleh hospital of Banjarmasin in 2017.
Method: Quantitative research with cross sectional study design. Population in this research is 243
mother who have babies and conducted rooming-in postpartum room in Hospital dr. H. Moch
Ansari Saleh. The sample is 71 people, in this research with Accidental Sampling technique. The
data were analyzed using chi-square test.
Results: Of 71 respondents studied, frequent breastfeeding frequencies of not often 63.3% had
jaundice, and 36.7% had no jaundice. Frequent breastfeeding frequency of 68.3% of infants did not
have jaundice, and 31.7% had jaundice. The correlation between the frequency of breastfeeding
with the incidence of jaundice in newborns at dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Hospital
(ρ=0.016   = 0.05).
Conclusion: There is a significant correlation between the frequency of breastfeeding and the
incidence of jaundice in newborns.

Key words: Frequency of breastfeeding, Jaundice, Newborn baby

527
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

PENDAHULUAN mengalami penurunan yaitu 22,23 per 1000


Ikterus Neonatorum merupakan salah kelahiran hidup yang artinya sudah hampir
satu masalah yang sering terjadi pada bayi mencapai target MDGs 2015 yaitu sebesar 23
baru lahir yaitu suatu kondisi kadar bilirubin per 1000 kelahiran hidup. Meski mengalami
> 10 mg%. Ikterus adalah diskolorisasi penurunan dari tahun sebelumnya, jumlah
kuning pada kulit atau organ lain akibat tersebut masih terbilang cukup tinggi.
penumpukan bilirubin. Banyak bayi baru Survei Demografi dan Kesehatan
lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan
lahir < 2500 gram atau usia gestasi < 37 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
minggu) mengalami ikterus pada minggu disebabkan oleh asfiksia (37%), prematuritas
pertama kehidupannya. Data epidemiologi (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus
menunjukkan bahwa lebih dari 50% bayi baru (5%), post matur (3%), dan kelainan
lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi kongenital (1%) (Kementerian Kesehatan RI,
secara klinis dalam minggu pertama 2012).
kehidupannya (Boback, 2006). Berdasarkan data Rekam Medik pada
Untuk mengendalikan kadar bilirubin tahun 2014 di RSUD Dr. H. Moch Ansari
pada bayi baru lahir dapat dilakukan Saleh Banjarmasin dari 1713 bayi yang
pemberian minum sedini mungkin dengan dilahirkan terdapat 109 bayi (6,3%) yang
jumlah cairan dan kalori yang mencukupi. mengalami ikterus neonatorum, kemudian
Pemberian minum sedini mungkin akan menurun pada tahun 2015 yaitu dari 2070
meningkatkan motilitas usus dan juga bayi yang dilahirkan terdapat 99 bayi (4,7%)
menyebabkan bakteri introduksi ke usus. yang mengalami ikterus neonatorum, akan
Bakteri dapat mengubah bilirubin direk tetapi pada tahun 2016 mengalami
menjadi urobilin yang tidak dapat diabsorpsi peningkatan yaitu dari 2653 bayi yang
kembali. Dengan demikian, kadar bilirubin dilahirkan terdapat 205 bayi (7,7%) yang
serum akan turun. Pemberian minum yang mengalami Ikterus neonatorum.
cukup dapat membantu pemenuhan
kebutuhan glukosa pada neonatus BAHAN DAN METODE
(Muslihatun, 2008). Metode penelitian ini menggunakan
Berdasarkan Data World Health Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross
Organization (WHO) tahun 2012 disebutkan Sectional. Populasi dalam penelitian ini
bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Dunia adalah ibu yang memiliki bayi dan dilakukan
tahun 2012 sebesar 49 per 1000 kelahiran rawat gabung diruang nifas RSUD Dr. H.
hidup, sedangkan menurut Profil Kesehatan Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada bulan
Indonesia tahun 2015, AKB di Indonesia Februari 2017 sebanyak 243 orang. Sampel

528
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

penelitian ini diambil menggunakan teknik (45,1%) dan responden yang tidak ikterus
Accidental Sampling yaitu pengambilan sebanyak 39 bayi (54,9%).

sampel didasarkan pada kenyataan bahwa Analisis Bivariat

mereka kebetulan muncul, dari populasi 1. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI

sampel dalam penelitian ini sebanyak 71 dengan Kejadian Ikterus Neonatorum


Tabel 3 Hubungan antara Frekuensi Pemberian
orang.
ASI dengan Kejadian Ikterus pada Bayi Baru Lahir
di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
HASIL Tahun 2017
Analisis Univariat Frekuensi Ikterus Neonatorum Jumlah p
pemberian Ikterus Tidak
1. Frekuensi Pemberian ASI ASI Ikterus
f % f % f %
Tabel 1 Distribusi frekuensi Pemberian ASI di Tidak
19 63,3 11 36,7 30 100
sering 0,016
RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin sering 13 31,7 28 68,3 41 100
Jumlah 32 45,1 39 54,9 71 100
Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan
Kategori Frekuensi
N % bahwa frekuensi pemberian ASI yang
Pemberian ASI

1. Tidak Sering 30 42.3% tidak sering yaitu sebesar 63,3%


2. Sering 41 57,7% mengalami ikterus, dan sebesar 36,7%
Jumlah 71 100% yang tidak mengalami ikterus. frekuensi
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
pemberian ASI yang sering yaitu sebesar
distribusi frekuensi pemberian ASI dari
68,3% bayi tidak mengalami ikterus, dan
71 responden yang diteliti, jumlah
sebesar 31,7% mengalami ikterus.
responden pemberian ASI yang tidak
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
sering sebanyak 30 orang (42,3%) dan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh
pemberian ASI yang sering sebanyak 41
nilai ρ=0,016  =0,05 maka ρ < α,
orang (57,7%).
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,
2. Ikterus pada bayi baru lahir
artinya terdapat hubungan yang
Tabel 2 Distribusi frekuensi Kejadian Ikterus di
RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
signifikan antara frekuensi pemberian
Tahun 2017 ASI dengan kejadian ikterus pada bayi
Ikterus Neonatorum N % baru di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
1. Ikterus 32 45.1% Banjarmasin Tahun 2017.
2. Tidak Ikterus 39 54,9%

Jumlah 71 100% PEMBAHASAN


Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
1. Frekuensi Pemberian ASI
distribusi frekuensi kejadian ikterus dari 71
Berdasarkan hasil penelitian yang
responden yang diteliti, jumlah responden
yang mengalami ikterus sebanyak 32 bayi telah dilakukan di RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017

529
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

didapatkan pemberian ASI tidak sering sebanyak 32 bayi (45,1%) dan yang tidak
dengan frekuensi kurang dari 8 kali ikterus sebanyak 39 bayi (54,9%).
perhari (setiap > 4 jam) sebanyak 30 Ikterus ialah warna kuning yang
orang (42,3%) dan ibu yang memberikan dapat terlihat pada sklera, selaput lendir,
ASI pada bayinya dengan frekuensi kulit atau organ lain akibat penumpukan
sering yakni 8 sampai 12 kali perhari bilirubin (Marmi, 2012). Ikterus
(setiap per 2,5-4 jam) sebanyak 41 orang fisiologis adalah ikterus dengan kadar
(57,7%). bilirubin <10 mg% timbul pada hari
Prasetyono (2012) mengatakan kedua dan ketiga yang tidak memiliki
bahwa ASI merupakan makanan alami dasar patologis dan tidak memilki potensi
pertama dan utama selama tahun pertama untuk terjadi kern-ikterus serta tidak
bayi dan menjadi makanan penting menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
selama tahun kedua. ASI juga Pada bayi normal, kadar bilirubin akan
dikondisikan untuk memenuhi kebutuhan meningkat mulai hari ke 2-3, mencapai
bayi, mengandung nutrisi dan puncaknya pada hari ke 5-7 dan menurun
kemampuan biologis tinggi untuk kembali sampai hari ke 10-14. Kulit
pertumbuhan. biasanya nampak kuning bila kadar
Sebagian besar bayi yang baru lahir bilirubin mencapai 5-7 mg% mulai dari
akan menyusu ASI sebanyak 8-12 jam muka, leher, kemudian turun ke badan
sehari atau setiap 2-3 jam sekali dengan dan ekstremitas (Maryunani, 2008).
lama 5-7 menit, karena umumnya perut Ikterus pada bayi baru lahir yang
bayi akan kosong kembali dalam waktu terjadi pada hari ke 2-3 dikarena organ
tersebut. hati pada bayi baru lahir belum matang
Faktor pertumbuhan dan nutrisi yang dengan sempurna, sehingga
terdapat dalam ASI sangat menentukan mengakibatkan kuning pada kulit atau
proses pertumbuhan dan perkembangan organ lain karena penumpukan bilirubin.
bayi. Oleh karena itu sangat diperlukan Marmi (2012) mengatakan bahwa
perhatian dalam frekuensi pemberian Ikterus dapat disebabkan karena hati
ASI, bayi yang sehat akan menyusu 8 dalam bayi tersebut belum matang atau
hingga 12 kali per hari (Arif 2009). disebabkan kadar penguraian sel darah
2. Ikterus pada bayi baru lahir merah yang cepat. Dalam kadar tinggi
Berdasarkan hasil penelitian yang bilirubin bebas ini bersifat racun dan sulit
telah dilakukan di RSUD Dr. H. Moch larut dalam air. Beberapa organ bayi baru
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017 lahir belum dapat berfungsi secara
didapatkan bayi yang mengalami ikterus optimal dalam mengeluarkan bilirubin

530
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

karena masa matang organ hati pada bagi bayi, Pemberian ASI juga dapat
setiap hati berbeda-beda, namun meningkatkan dan mengeratkan jalinan
umumnya pada hari ketujuh organ hati kasih sayang antara ibu dengan bayi serta
mulai melakukan fungsinya dengan baik. meningkatkan kekebalan tubuh bagi bayi
Menurut Yang et al, (2013), itu sendiri. Ikterus merupakan penyakit
penyebab ikterus pada bayi baru lahir yang sangat rentang terjadi pada bayi
dapat berdiri sendiri maupun disebabkan baru lahir, terutama dalam 24 jam setelah
oleh beberapa faktor. Menurut adanya kelahiran, dengan pemberian ASI yang
peningkatan kadar bilirubin pada ikterus sering bilirubin yang dapat menyebabkan
dapat disebabkan peningkatan pemecahan terjadinya ikterus akan dihancurkan dan
sel darah merah atau heme, fungsi hepar dikeluarkan melalui feses bayi. Oleh
yang belum sempurna, peningkatan sebab itu, pemberian ASI sangat baik dan
sirkulasi enterohepatik pada bilirubin, dianjurkan guna mencegah terjadinya
dan intake nutrisi yang tidak adekuat. ikterus pada bayi baru lahir.
3. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Rentang frekuensi menyusui yang
dengan Kejadian Ikterus pada bayi baru optimal adalah antara 8 hingga 12 kali
lahir setiap hari, salah satu manfaat pemberian
Hasil penelitian yang telah dilakukan ASI bagi bayi adalah menjadikan bayi
di RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh yang diberi ASI lebih mampu
Banjarmasin, dapat diketahui bahwa ibu menghadapi efek penyakit kuning
yang menyusui bayinya tidak sering (ikterus). Jumlah bilirubin dalam darah
sebesar 63,3% bayi mengalami ikterus, bayi banyak berkurang seiring
dan sebesar 36,7% yang tidak mengalami diberikannya kolostrum yang dapat
ikterus, frekuensi pemberian ASI yang mengatasi kekuningan, asalkan bayi
sering yaitu sebesar 68,3% bayi tidak tersebut disusui sesering mungkin dan
mengalami ikterus, dan sebesar 31,7% tidak diberi pengganti ASI (Sunar 2009).
mengalami ikterus. Berdasarkan hasil uji Prasetyono, (2012) juga
statistik nilai ρ=0,016  =0,05 maka menyebutkan bahwa kolostrum yang
dapat disimpulkan ada hubungan yang terdapat saat ASI keluar pertama kali
signifikan antara frekuensi pemberian memiliki efek laktasif yang dapat
ASI dengan kejadian ikterus pada bayi membantu bayi baru lahir untuk
baru lahir. mengeluarkan mekonium dari usus.
ASI merupakan sumber makanan Bersamaan dengan keluarnya mekonium,
terbaik bagi bayi selain mengandung dikeluarkan pula kelebihan bilirubin,
komposisi yang cukup sebagai nutrisi

531
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

sehingga akan mencegah terjadinya dilakukan Cadwell (2007), bilirubin ini


ikterus pada bayi baru lahir. akan dengan mudah berikatan dengan
Yang, et al, (2013) mengatakan asam glukoronat membentuk bilirubin
bahwa ASI memberikan manfaat yang glukorosida atau hepatobilirubin. Dari
besar bagi bayi baru lahir. Namun bila hati bilirubin ini masuk kesaluran
pemberian tidak adekuat, maka hal itu empedu dan dieksresikan ke usus. Di
dapat menyebabkan penurunan berat dalam usus, flora usus akan
badan bayi dan berhubungan dengan mengubahnya menjadi urobilirubin untuk
kejadian ikterus. Sejalan dengan kemudian di buang keluar dari tubuh
penelitian yang telah dilakukan oleh melalui urin dan feses. Bilirubin direk
Tazami, et al, (2013) mengenai gambaran bersifat larut dalam air. Cadwell (2007)
faktor resiko ikterus neonatorum juga menyebutkan terdapat beberapa
didapatkan bahwa faktor maternal yakni faktor yang berperan dalam menentukan
frekuensi pemberian ASI yang kurang 8 kisaran frekuensi pemberian ASI untuk
kali sehari meningkatkan resiko bayi yang sedang menyusu. Ibu memiliki
terjadinya ikterus neonatorum. kapasitas jumlah penyimpanan ASI yang
Adapun bayi yang tidak sering diberi berbeda dalam payudara mereka.
ASI pada penelitian ini sebesar 36,7% Kapasitas penyimpanan ASI ini adalah
tidak mengalami ikterus, ASI itu terdiri jumlah ASI yang dapat terakumulasi
dari cairan Foremilk dan Hindmilk. sebelum memberikan sel-sel suatu pesan
Foremilk (ASI depan) adalah cairan yang untuk mengurangi jumlah ASI. Seorang
pertama kali keluar dari payudara, ibu dapat memiliki kapasitas
warnanya agak bening dan encer. penyimpanan yang memungkinkan
Kandungan dari Foremilk itu adalah payudara menyimpan ASI lebih lama
protein dan rendah lemak, Sedangkan atau lebih singkat bahkan lebih banyak
Hindmilk (ASI belakang) adalah ASI atau lebih sedikit dibandingkan dengan
yang kaya akan lemak, warnanya lebih ibu yang lain.
putih dan lebih kental. Preer dan Philipp Peneliti juga menemukan sebesar
(2011), menyebutkan bahwa foremilk 31,7% bayi yang diberi ASI masih
lebih cair (tinggi kandungan air) dan mengalami ikterus, hal ini disebut dengan
warnanya kehijauan atau kebiruan, Breastmilk Jaundice atau kuning yang
mengandung karbohidrat, protein dan disebabkan oleh ASI. Breastmilk
vitamin, sehingga akan memudahkan jaundice disebabkan karena bilirubin yg
pengeluaran bilirubin melalui feses. telah diolah susu terserap kembali oleh
Sejalan dengan hasil penelitian yang tubuh. Sejalan dengan hasil penelitian

532
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

yang dilakukan Preer dan Philipp (2011), DAFTAR PUSTAKA


Breastmilk jaundice biasanya timbul
setelah bayi berusia sekitar 1 minggu dan Arif, N. 2009. Panduan Ibu Cerdas ASI dan
Tumbuh Kembang. Yogyakarta:
memuncak pada hari ke-10 sampai ke-21
Media Pressindo.
hal ini disebabkan ketika Bilirubin yang
telah larut dalam air (water soluble) Bobak , L. 2004. Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
masuk ke dalam usus untuk dibuang
melalui BAB, ternyata ada sebagian yang
Cadwell, K. 2007. Latching-On And Suckling
akan terserap kembali oleh tubuh, oleh Of The Healthy Term Neonate:
Breastfeeding Assessment. J
dinding usus diubah lagi komposisinya
Midwifery Womens Health. 52(6):
menjadi larut dalam lemak (fat soluble). 638-642.
Belum diketahui secara pasti apa yang
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Pusat Data
menyebaban kondisi ini, namun kalangan
Dan Informasi Profil Kesehatan
medis mencurigai bahwa Beta Indonesia 2015. Kemenkes RI:
Jakarta.
Glucuronidase yang terkandung dalam
ASI sebagai penyebab Breastmilk
---------- .2013. Survei Demografi dan
jaundice. Breastmilk jaundice merupakan Kesehatan Indonesia 2012.
Kemenkes RI: Jakarta.
sesuatu yang normal dan tidak harus
menghentikan pemberian ASI. Sudah
Marmi, Rahardjo Kukuh. 2012. Asuhan
jelas, cara terbaik untuk mencegah sakit Neonatus Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
kuning karena ASI adalah dengan mulai
Pelajar.
menyusui dengan benar dan adekuat.
Moerschel et al (2011) mengatakan Maryunani, Anik. 2008. Asuhan
Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada
bahwa petugas kesehatan seharusnya
Neonatus. Penerbit Buku Kesehatan:
memberikan nasehat agar ibu menyusui Jakarta.
bayinya minimal 8 sampai 12 kali sehari
Moerschel et al. 2011. A Practical Approach
selama beberapa hari setelah melahirkan
to Neonatal Jaundice’. Am Fam
agar intake nutrisi yang didapatkan oleh Physician. 77(9): 1255-1262.
bayi secara adekuat sehingga
Prasetyono. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif.
meminimalisir resiko terjadinya ikterus
Yogyakarta : Diva Press.
pada bayi.
Preer GL, Philipp BL. 2011. Understanding
and Managing Breast Milk
Jaundice. Arch Dis Child Fetal
Neonatal. 96(6): F461-466.

533
Dinamika Kesehatan, Vol 9 N0. 1 Juli 2018 Yuliana et al Hubungan Frekuensi Pemberian..

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh. 2014.


Rekam Medik. Banjarmasin: RSUD
Dr. H. Moch. Ansari Saleh.

-------- . 2015. Rekam Medik. Banjarmasin:


RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh.

-------- . 2016. Rekam Medik. Banjarmasin:


RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Muslihatun, Nur, Wafi. 2008. Asuhan


neonatus bayi dan balita.
Yogyakarta: Fitramaya.

Sunar, Prasetyono Dwi. 2009. ASI Ekslusif.


Jogjakarta : Diva Press.

Tazami et al. 2013. Gambaran Faktor Risiko


Ikterus Neonatorum Pada Neonatus
Di Ruang Perinatologi Rsud Raden
Mattaher Jambi [Skripsi]. Jambi :
Universitas Jambi

Yang et al. 2013. Bodyweight Loss In


Predicting Neonatal
Hyperbilirubinemia 72 Hours After
Birth In Term Newborn Infants
[internet]. [diakses 2017 Agust 01].
Tersedia pada :
http://www.biomedcentral.com/1471
-2431/13/145

534

Anda mungkin juga menyukai