Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

MATAKULIAH ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

“REKLAMASI”

DISUSUN OLEH :

Febrian Danny Leo 062001700008

Teguh Septian Zakaria 062001700016

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kehidupan perkotaan identik dengan pembangunan diberbagai bidang. Berbagai upaya


dilakukan untuk memajukan pembangunan demi dan untuk kesejahteraan bersama dalam suatu
wadah perkotaan. Kesejahteraan dan kemakmuran menjadi poin yang penting dalam kehidupan
perkotaan. Suatu kota dapat dikatakan berhasil apabila kesejahteraan kehidupan masyarakatnya
terpenuhi. Sehingga pembangunan tidak terlepas dari pemanfaatan sumber daya alam, yang
didalamnya terjadi proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Perubahan
yang dilakukan tentunya akan mempengaruhi lingkungan hidup yang berdampak negatif
maupun berdampak positif.

Reklamasi adalah salah satu upaya yang dilakukan dalam pembangunan. Reklamasi
dapat diartikan sebagai upaya pengadaan lahan dengan cara mengeringkan rawa, daerah pasang
surut dan sebagainya (Peterson, 2005). Reklamasi menjadi alasan utama dalam pemekaran kota
sehingga alternatif reklamasi pantai dilakukan karena berbagai alasan berkaitan dari
pertambahan penduduk alami maupun migrasi dan kesejahteraan penduduk yang miskin
mendorong mereka yang semula tinggal di tengah kota memilih ke daerah pinggiran atau
tempat baru untuk dapat memulai usaha demi meningkatkan kesejahteraannya serta
penyebaran keramaian kota, semula semua kegiatan terpusat di kota sehingga dibutuhkan ruang
baru untuk menampung semua kegiatan yang mana tidak bisa difasilitasi dalam kota
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001:19).

Reklamasi merupakan subsistem dari sistem pantai. Reklamasi pantai merupakan upaya
teknologi yang dilakukan manusia untuk merubah suatu lingkungan alam menjadi lingkungan
buatan, suatu tipolohi ekkosistem estuaria, mangrove dan terumbu karang menjadi suatu
bentang alam daratan (Maskur, 2008).
BAB II

PEMBAHASAN

II. DASAR HUKUM

Ruang lingkup Undang – Undang No. 27 Tahun 2007 Pasal 34 tentang pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil, reklamasi wilayah peisir dan pulau – pulau kecil
dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/ atau nilai tambah wilayah pesisir dan
pulau – pulau kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan dan sosial ekonomi. Ada tiga hal
wajib dijaga dan diperhatikan dalam reklamasi pantai, antara lain:

a. Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;


b. Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir;
c. Persyaratan teknis pengambilan pengerukan dan penimbunan material.

Kegiatan reklamasi pantai tidaklah dianjurkan namun dapat dilakukan dengan


memperhatikan isi ketentuan sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 40/PRT/M/2007
tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai yaitu :

a. Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan;
b. Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan
pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada;
c. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau
taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;
d. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.

Ada tiga tujuan dari program reklamasi adalah:

a. Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat terjangan gelombang laut;
b. Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mendirikan bangunan
yang akan difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai;
c. Untuk alasan ekonomis, pembangunan atau untuk mendirikan konstruksi bangunan dalam
skala lebih besar.
III. STUDI KASUS

Mega proyek reklamasi Teluk Jakarta pernah menjadi salah satu isu yang paling menyita
perhatian publik. Pasca ditangkapnya anggota DPRD DKI Jakarta, M. Sanusi yang diduga
menerima suap terkait dengan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Reklamasi
oleh komisi antirasuah, kontan, membuka mata publik bahwa sebenarnya proyek tersebut
masih menyisakan banyak masalah baik dari aspek sosial maupun ekologi.

Setiap pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup manusia dengan melakukan aktivitas pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan. Aktivitas ini, sering dilakukan dengan adanya perubahan-perubahan dalam
pengelolaan ekosistem dan sumber daya alam. Perubahan yang dilakukan tentunya akan
memberikan pengaruh pada masyarakat dan lingkungan hidup sekitarnya. Jamaknya, persoalan
yang paling signifikan di daerah perkotaan berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya adalah
pemanfaatan lahan.

Pertumbuhan berbagai industri dan bertambahnya penduduk di Jakarta, tidak dipungkiri akan
membutuhkan ruang terbuka yang lebih luas. Daya tarik Jakarta sebagai kota metropolitan
memicu terjadinya kepadatan penduduk yang tinggi. Data BPS Provinsi Jakarta pada Tahun
2015, penduduk Jakarta sudah mencapai 10,07 juta jiwa.1 Bertambahnya penduduk, dari tahun
ke tahun, dapat dipastikan akan membawa dampak signifikan dalam menambah deretan
permasalahan perkotaan, pemukiman, infrastruktur, transportasi, rekreasi, lingkungan hidup
dan lain-lain. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan lahan baru maka akan dilakukan
proyek reklamasi di Teluk Jakarta.

Ironisnya, alih-alih menjadi solusi alternatif, justru reklamasi pantai menjadi topik pembahasan
kontroversial yang menjadi sorotan publik. Pro dan kontra menghiasi pemberitaan media
massa, baik cetak maupun elektronik. Hal ini karena reklamasi diklaim sebagian kalangan
sebagai proyek yang akan justru membawa berbagai dampak kerusakan baik ekologis
(lingkungan), ekonomi, dan sosial. Secara ekologis, degradasi ekosistem laut tidak dapat
dipungkiri dengan adanya proyek reklamasi tersebut.
Dari segi ekonomi, rakyat kecil akan semakin termarjinalkan, karena hanya menguntungkan
para pengembang (pemilik modal). Sementara dari segi sosial, reklamasi justru menuai
resistensi dari berbagai pihak, masyarakat nelayan, LSM dan lainnya.

Sejarah Reklamasi Teluk Jakarta

Selama satu dasawarsa terakhir, wacana reklamasi Teluk Jakarta semakin kencang. Berbagai
kebijakan pemerintah muncul, ada yang melarang, tetapi tak jarang melegalkan reklamasi.
Belakangan, wacana tersebut menguat, dihadirkan dengan mengusung tujuan mulia menambah
luasan Jakarta sebagai antisipasi perkembangan ibu kota negara.

Reklamasi bukan hal baru bagi Jakarta. Kegiatan untuk meningkatkan manfaat sumber daya
lahan dengan pengurukan dan pengeringan lahan atau drainase tersebut sudah mulai dilakukan
sejak 1980-an.

Kegiatan reklamasi mulai dilakukan sejak tahun 1980-an. Rencana reklamasidiawali pada
tahun 1995 pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto. PT Harapan Indah mereklamasi
kawasan Pantai Pluit selebar 400 meter dengan penimbunan. Daerah baru yang terbentuk
digunakan untuk permukiman mewah Pantai Mutiara. Dalam catatan pemberitaan Kompas, PT
Pembangunan Jaya melakukan reklamasi kawasan Ancol sisi utara untuk kawasan industri dan
rekreasi sekitar tahun 1981.

Sepuluh tahun kemudian, giliran hutan bakau Kapuk yang direklamasi untuk kawasan
permukiman mewah yang sekarang dikenal dengan sebutan Pantai Indah Kapuk. Tahun 1995
menyusul reklamasi yang digunakan untuk industri yakni Kawasan Berikat Marunda.

Ada 4 lokasi kegiatan reklamasi sehingga menimbulkan perdebatan. Sejumlah pihak menuduh
reklamasi Pantai Pluit mengganggu sistem PLTU Muara Karang. Diduga, ini terjadi akibat
adanya perubahan pola arus laut di areal reklamasi Pantai Mutiara yang berdampak terhadap
mekanisme arus pendinginan PLTU. Tak hanya itu saja, tenggelamnya sejumlah pulau di
perairan Kepulauan Seribu diduga akibat dari pengambilan pasir laut yang digunakan untuk
menimbun areal reklamasi Ancol. Namun, adanya timbul dampak negatif tetapi tidak
diindahkan. Upaya reklamasi dipilih untuk menambah luas daratan ibu kota negara. Wiyogo
Atmodarminto, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, menyatakan reklamasi ke utara Jakarta dipilih
karena perluasan ke arah selatan sudah tidak memungkinkan lagi.
Untuk mengatasi kelangkaan lahan di Jakarta, proyek reklamasi juga untuk mengembangkan
wilayah Jakarta Utara yang tertinggal dibandingkan empat wilayah lain. Untuk memuluskan
rencana tersebut, disahkan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Utara Jakarta dan Perda Nomor 8 Tahun 1995. Namun, munculnya dua kebijakan ini
“menabrak” Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Jakarta 1985-2005. Di dalam dokumen
RUTR tersebut tidak disebutkan mengenai rencana reklamasi.

Berdasarkan sejarah reklamasi, bahwa arah dari reklamasi Teluk Jakarta lebih condong pada
bisnis properti dan memberatkan kalangan menengah ke bawah, terutama para nelayan. Seperti
yang dikemukakan oleh Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup, Edo Rahman,
menurutnya reklamasi pulau tak lebih untuk memuaskan keinginan pengembang karena target
pemukiman di pulau reklamasi nantinya adalah masyarakat kelas atas. Hal ini disampaikan
dengan melihat harga mahal yang dipasarkan walaupun bangunan belum selesai di bangun.
Mempertimbangkan atas pernyataan dari Menteri Kelautan dan Perikanan olehBu Susi
Pudjiastuti, yaitu : Karena tidak tertatanya pengelolaan pesisir saat ini, masyarakat tidak punya
akses ke pantai secara gratis dan nyaman. Semua pantai sudah dikapling milik orang atau
korporasi, ini yang harus ditata atau dijadikan ketentuan yang dipenuhi sebelum melanjutkan
pembangunan pulau-pulau tersebut, kalau tidak bagaimana cara akses masyarakat ke pantai
dan belum lagi para nelayan”.

Selain itu ada juga pendapat yang menguatkan dari Alan Koropitan, Pakar Oseanografi Institut
Pertanian Bogor (IPB). Beliau menilai bahwa kepentingan reklamasi ini hanya untuk
kepentingan bisnis semata karena tidak melihat aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi sekitar.
Menurut beliau, keputusan reklamasi tergantung dari kepentingan negara atau wilayah yang
bersangkutan. Misalnya seperti Singapura karena merupakan negara dengan wilayah yang
kecil atau Belanda untuk tujuan penurunan tanah yang merata. Sementara reklamasi 17 pulau
ini tidak ada kepentingan yang mendesak untuk dilakukan.

Apa sih Fungsi dari Reklamasi Jakarta? Apakah ada unsur Bisnis atau dll ?

Ada yang mengatakan bahwa adanya reklamasi ini selain untuk politik namun juga dapat
menarik banyak investor sehingga menguntukan dari segi bisnis dan nantinya keuntungan ini
akan membuat beberapa pihak menjadi “lebih gemuk” dari pihak lainnya . apakah itu benar ?
dari informasi yang saya ketahui berikut kegunaan teluk Jakarta :

Ada 17 pulau yang akan dibangun, mulai dari pulau A hingga Q. Tiga kawasan akan membagi
pulau ini Kawasan barat untuk pemukiman dan wisata. Kawasan tengah untuk perdagangan
jasa dan komersial. Sedang kawasan timur untuk distribusi barang, pelabuhan, dan
pergudangan.
Pada dasarnya, reklamasi pantai dilakukan sebagai upaya untuk memperluas wilayah daratan
untuk kepentingan ekonomi dari suatu daerah perkotaan yang memiliki permasalahan
keterbatasan lahan. Reklamasi pantai sendiri memiliki dampak negatif terhadap masyarakat
beserta lingkungannya.
Dampak Lingkungan

Berdasar alasan penolakan, Reklamasi Teluk Jakarta akan memberikan dampak pada
lingkungan berupa :

Dampak Sosial

Reklamasi akan mempertaruhkan kehidupan sekitar 125.000 nelayan Jakarta Utara yang
tergusur dari sumber mata pencaharian sebagai penghidupannya. Kemudian, situs sejarah Kota
Jakarta sebagai kota bandar dengan pulau-pulau bersejarah di sekitarnya akan tergerus dan
hilang.

Para nelayan kehilangan sebagian besar mata pencariannya, karena laut telah berubah
fungsinya menjadi daratan.

Para petani kehilangan mata pencarian karena air laut naik dan menendam tanaman yang
mereka tanam. Air asin tersebut yang merusak tanaman mereka.

Dampak Perekonomian

Dampak perekonomian menganggu kegiatan perekonomian masyarakat di wilayah pantai yang


sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani tambak dan nelayan. Dengan adanya
reklamasi ini akan mempengaruhi sumber daya ikan yang ada di laut, sehingga akan berakibat
pada menurunnya pendapatan mereka yang tentunya menggantungkan hidup kepada laut.
Peran Geospasial dalam Kasus Reklamasi Teluk Jakarta

Peran sisi geospasial dalam kasus Reklamasi Teluk Jakarta yaitu Untuk pemantauan
dengan memanfaatkan citra satelit Google Earth, yang gunanya untuk membandingan area
reklamasi kawasan Teluk Jakarta dan perhitungan laju muka tanah yang terancam menurun
akibat kerusakan lingkungan wilayah pesisir dan pengukuran area pulau-pulau reklamasi.

Walaupun sampai saat ini masih belum ada keputusan yang jelas mengenai bagaimana
keberlanjutan reklamasi teluk Jakarta ini, semoga pemerintah dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan dapat menguntungkan bagi setiap pihak, tanpa merugikan dan merusak
ekosistem pantai.
BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Pengembangan kawasan pesisir pantai pada dasarnya dapat dilihat sebagai bentuk kegiatan
pembangunan kawasan yang dibutuhkan perhatian khusus terhadap proses perubahan dari
lingkungan hidup alami menjadi lingkungan buatan. Dalam perencanaan kawasan secara
komprehensif didalamnya memuat aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Oleh karena itu,
pendekatan antropokosmis memberi guidance bahwa pembangunan harus memperhatikan
aspek-aspek tersebut demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan.

Pertama, mewajibkan pelaku reklamasi untuk melakukan uji kelayakan AMDAL untuk
memastikan secara ilmiah dampak dari proyek reklamasi tersebut; Kedua, kebijakan proyek
reklamasi harus berdasarkan analisis dan sebesar-besarnya didahulukan untuk kepentingan
publik bukan korporasi tertentu; Ketiga, pelaksanaan reklamasi harus melalui prosedur
perizinan dari pihak pemangku kewenangan, hal ini untuk menghindari adanya konflik sosial
dan tumpang-tindihnya kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://beritagar.id/artikel/berita/memahami-reklamasi-pantai-utara-jakarta

2. http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/04/jalan-panjang-reklamasi-di-teluk-jakarta/

3.http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Tel
uk.Jakarta.dari.era.Soeharto.sampai.Ahok

4.http://nasional.kompas.com/read/2016/04/23/14383061/Guru.Besar.IPB.Reklamasi.Teluk.J
akarta.Sudah.Telanjur

Anda mungkin juga menyukai