Anda di halaman 1dari 6

Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Kebudayaan Islam

Kemunduran peradaban dan kebudayaan Islam sudah terasa saat terpecahnya


kekuasaan Islam yang ditandai dengan banyaknya kerajaan yang terpisah-pisah,
secara umum penyebab terjadinya kemunduran peradaban Islam adalah sebagai
berikut:

· Tidak menjaga dengan baik wilayah kekuasaan yang luas

· Penduduknya sangat heterogen sehingga mengalami kendala dalam penyatuan

· Para Penguasanya lemah dalam kepemimpinannya

· Krisis ekonomi

· Dekadensi moral yang tidak terkendali

· Apatis dan staknasi dalam dunia Iptek

· Konflik antar kerajaan islam

Adapu beberapa faktor-lain penyebab kemunduran peradaban Islam adalah sebagai


berikut :

1. Disentregasi politik (Faktor Internal)

Disintegrasi politik ini sebenarnya bukan hanya terjadi di dalam pemerintahan Dinasti
Bani Abbasiyah, juga terjadi pada Dinasti Bani Umayah, dan kerajaan-kerajaan Islam
lainnya. Pada dinasti Bani Umayah, puncak disintegrasi terjadi ketika para khalifah
tidak lagi memiliki kekuatan politik untuk menekan gerakan pemberontakan yang
dilakukan oleh lawan politik yang tidak menyukai kepemimpinan para khalifaah
tersebut. Hal itu disebabkan antara lain, karena pada masa-masa akhir kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah para khalifahnya tidak memiliki kekuatan dan hanya sebagai
simbol kekuasaan saja.

Mereka menjadi boneka para penguasa yang menguasai roda pemerintahan saat itu,
seperti penguasa Bani Buwaihiyah, Bani Saljuk dan para perwira tinggi Turki lainnya.
Hal itu diperparah dengan banyaknya daerah yang mencoba melepaskan diri dari
pusat kekuasaan di Bagdad. Dalam kata lain, disintegrasi politik dan kekuasaan
pememrintahan Bani Abbasiyah muncul dalam beberapa bentuk.

1) Pemberontakan
Berdasarkan data dari perjalanan sejarah panjang pemerintahan Dinasti Abbasiyah,
hampir semua khalifah pernah mengalami masa-masa pemberontakan yang dilakukan
oleh kelompok yang tidak menyukai kepemimpinan khalifah-khalifah tersebut.
Sebagian pemberontakan itu dapat diatasi, sehingga tidak menimbulkan kegoncangan
sosial politik dan ekonomi. Tetapi sebagian lagi tidak dapat diatasi dengan baik,
sehingga membawa dampak negatif bagi pemerintahan dan perekonomian negara.
Diantara pemberontakan-pemberontakan yang pernah terjadi adalah sebegai berikut:

a) Pemberontakan Kaum Zanj

b) Gerakan Kelompok Qaramithah

c) Gerakan Kelompok Assasins

2) Perebutan Kekuasaan

Sejak masa-masa awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, terlihat ada indikasi adanya
perebutan kekuasaan di dalam keluarga khalifah. Di antara penyebabnya adalah
kurang tegasnya para khalifah dalam menentukan putera mahkota. Bagaimanapun,
perebutan kekuasaan di dalam istana membawa dampak yang negatif bagi
pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah. Pada akhirnya juga memperlemah dan
menghancurkan kekuasaan Bani Abbas.

3) Kedudukan Khalifah yang lemah.

Wibawa khalifah Bani Abbas memudar sejak masa al-Watsiq, al- Mutawakil dan
sesudahnya. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang mempunyai kemampuan
cukup untuk memimpin kerajaan. Mereka hanya menjadi boneka kekuasaan para
wazir dan para menteri yang korup dan ambisius. Kelemahan dan ketidakmampuan
mereka dimanfaatkan oleh para pejabat gubernur di berbagai provinsi untuk
melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Sebagai contoh, sepeninggal al-Muntashir
orang-orang Turki mengangkat al-Musta’in sebagai khalifah (248-252 H/862-866 M).
Sebagai seorang khalifah, mestinya ia memiliki kekuasaan penuh. Tapi nyatanya, ia
banyak diatur oleh orang-orang Turki yang pernah mengangkatnya dan tidak diijinkan
untuk menjalankan roda pemerintahan.Kenyataan ini merupakan gambaran dari peta
politik kekuasaan pada masa-masa akhir pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah.
Para khalifah tidak lagi memiliki kekuatan hukum dan politik untuk menentukan
jalannya pemerintahan. Hal itu terjadi karena mereka hanya sebagai simbol kekuasaan
dan bertindak hanya sebagai pejabat negara, bukan pejabat pemerintahan. Kenyataan
ini sekali lagi menunjukkan kelemahan-kelemahan para khalifah Bani Abbas.
Kelemahan ini tidak hanya membawa citra buruk bagi pemerintahan Dinasti Bani
Abbasiyah, juga membawa dampak pada melemahnya sistem dan struktur
pemerintahan. Pada akhinrya juga akan membawa pada kehancuran pemerintahan
Dinasti Bani Abbasiyah.

4) Kemerosotan Ekonomi

Salah satu penyebab kemunduran Abbasiyah adalah kemerosotan ekonomi mereka.


Hal ini dilatar belakangi oleh menyempitnya wilayah kekuasaan karena munculnya
dinasti-dinasti kecil yang memisahkan diri dari kepemerintahan pusat. Akhirnya
pendapatan kas negara berkurang , karena yang semula mereka membayar upeti
kepada khalifah , tidak lagi membayar.

Lemahnya ekonomi menyebabkan naiknya pajak, lahan-lahan banyak terbengkalai


dan tidak dimanfaatkan karena penduduk sipil terlibat perang. Atas dasar inilah yang
menjadi penyebab kemunduran Abbasiyah.[1]

2. Ancaman dari luar (Faktor eksternal)

1) Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja
megakhiri khilafah Abbasiyah disana, tetapi juga merupakan awal dari masa
kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan
dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut
pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu
Khan.[2]

Bangsa Mongol berasal dari daerah Pegunungan Mongolia yang membentang dari
Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta
Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Aanja Khan, yang mempunyai dua
putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa yang
besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang
melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol dikemudian hari.
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang
tiba disalah satu pintu Baghdad. Khalifah al-Mu’yashim, penguasa bani abbasiyah
terakhir betul-betul tidak mampu membendung tentara Hulagu Khan. Pada saat krisis
wazir Khilafah abbasiyah, Ibn al-‘alqami ingin mengambil kesempatan dengan
menipu khalifah. Ia mengatakan pada khalifah “Saya telah menemui mereka untuk
perjanjian damai. Raja Hulagu Khan ingin mengawinkan anak perempuannya dengan
Abu Bakr, putera khalifah. Dengan demikian Hulagu Khan akan menjamin posisimu,
ia tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu
terhadap sultan-sultan Seljuk”.

Khalifah menerima usul tersebut , lalu ia keluar bersama beberapa orang pengikutnya
dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk
diserahkan kepada Hulagu Khan. Tetapi sambutan Hulagu Khan diluar dugaan
khalifah, apa yang dikatakan wazirnya tidak benar. Mereka semua termasuk wazirnya
sendiri dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang
kejam ini berakhirlah kekuasaan abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdada sendiri
dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara
Mongol. Dan Hulagu Khan mendirikan dinasti Ilkhan.

2) Serangan Timur Lenk

Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari
kehancuran akibat serangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan,
malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya adalah serangan yang juga dari keturunan
bangsa Mongol. Berbeda dengan Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan,
penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman
masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si
Pincang.

Sang penakluk ini lahir dekat Kesh ( Sekarang Khakhrisyabz, “kota hijau”
Ubzbekistan), sebelah selatan Samarkand, di Transoxiana. Ayahnya bernama Taragai,
kepala suku Barlas, keturunan karachar Noyan yang menjadi mentri dan kerabat
jagatai, putera Jengish Khan. Sejak usia muda , keberanian dan keperkasaannya yang
luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda binal
yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar. Setelah jagatai wafat,
masing-masing amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur lenk
mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan. Ketika Qazaghan
meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq temur khan, pemimpin Moghulistan
yang menjarah dan menduduiki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin
perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas, dan Timur Lenk berhasil
mengalahkan Tughluq temur.

Pada tahun 1381 Masehi Timur Lenk menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan.
Setelah itu ia berhasil menaklukkan negeri-negeri lain seperti Afganistan, Persia, dan
Kurdistan. Disetiap negeri yang ia taklukkan ia membantai penduduk yang melakukan
perlawanan. Di Sabzawar, Afganistan bahkan ia membangun menara yang disusun
dari 200 mayat yang dibalut dengan batu dan tanah liat.

1.Kondisi Umat Islam Pada Masa Abad Pertengahan

1. Keadaan dalam bidang sosial politik

Setlah mengelami kemunduran di bidang politik akibat penyerangan dari bangsa


mogul, umat Islam mencoba bangkit kembali dan memulai episode baru. Fase
kebangkitan ini dimulai dengan muncul dan berkembangnya tiga kesultanan besar,
yaitu Usmani di Turki, Mogul di India, dan Safawi di Persia.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan

Pada abad pertengahan tersebut, muncul beberapa tokoh-tokoh ilmu pengetahuan


yang ahli dalam bidangnya, diantaranya sebagai berikut:

a) Dalam bidang tasawuf, muncul tokoh Ibnu Taimiyah

b) Bidang astronomi muncul tokoh Nashirudin Al-Tusi

c) Bidang matematika muncul tokoh Abu al Faraj al Ibri

d) Bidang Kedokteran muncul tokoh Abu al-Hasan Ali Nafis dan Abdul Mun’im

e) Bidang Psikoterapi muncul tokoh ar-Razi

f) Bidang Agama muncul tokoh Ibn Taimiyah, Jalaludin as-Suyuti, Ibn Hajar
al-Saqalani, Ibnu Batutah

g) Bidang Sejarah dan Sosiologi muncul tokoh Ibnu Khaldun.


selain munculnya beberapa tokoh ahli dalam bidang pengetahuan, pada abad
pertengahan ini dibangun sebuah observatorium untuk menyelidi perbintangan di
wilayah Tabriz.

3. Seni dan Arsitektur

Tokoh yang muncul pada abad pertengahan ini tidak hanya tokoh ahli dalam bidang
ilmu pengetahuan, dalam bidang seni dan arsitektur muncul tokoh Jalaluddin
Muhammad bin Muhammad al-Balkh

Anda mungkin juga menyukai