Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Cooling Tower


Cooling tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya
adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan kontak langsung
dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap. Cooling tower pada
yang bekerja pada sistem pendinginan udara umumnya menggunakan pompa
sentrifugal untuk menggerakkan air vertikal ke atas melintasi menara. Semua
cooling tower yang bekerja akan melepaskan kalor melalui kondensor, refrigeran
akan melepas kalornya kepada cooling tower sehingga air menjadi panas. Air panas
selanjutnya ini akan dipompakan ke cooling tower (El-Wakil, 1992).
Cooling tower secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor dari air
tersebut dan menyediakan sejumlah air yang relatif dingin untuk dipergunakan
kembali di suatu instalasi pendingin. Fungsinya untuk menurunkan suhu aliran air
dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfer.
Menurut Christian (2018), fungsi dari cooling tower adalah sebagai alat untuk
mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara mengontakkan langsung
dengan udara secara konveksi paksa menggunakan kipas.
Fungsi cooling tower adalah memproses air panas menjadi air dingin,
sehingga dapat digunakan kembali sebagai sprint pada main condensor dan bisa
diinjeksikan kembali. Cooling tower juga berfungsi sebagai unit pembuangan akhir
yang berupa uap atau gas ke atmosfer. Cooling tower memanfaatkan air dan udara
pada proses perpindahan panas yang dibuang ke atmosfer. Adanya pendinginan air
dari proses pendinginan tersebut maka akan diketahui berapa beban kalor yang
terjadi di cooling tower, sehingga diketahui apakah pendinginan air yang berasal
dari mesin dapat berjalan dengan baik. (Fauzi dan Rudiyanto, 2016).
Cooling tower mampu menurunkan suhu air lebih dari peralatan-peralatan
yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam
mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan lebih efisien energi. Konsumsi
air pada suatu sistem cooling tower relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan
sistem pengaliran sekali lewat. Cooling tower bekerja mengunakan kombinasi
perpindahan panas dan perpindahan massa untuk mendinginkan air. Air yg
didinginkan didistribusikan ke dalam tower dengan spray nozzles, splash bars, atau
filming fill sebagai cara untuk membuat luas permukaan air yg berhubungan udara
atmosfir sebesar mungkin. Sirkulasi udara atmosfir sebagai pendingin bisa dengan
cara paksa menggunakan fans, atau secara natural (Prasetyo, 2007).

2.2. Prinsip Kerja Cooling Tower


Sistem Cooling tower merupakan perpindahan panas terjadi melalui kontak
langsung antara air yang mempunyai suhu lebih tinggi dengan udara dan
mempunyai suhu yang lebih rendah. Air akan memberikan panas laten dan panas
sensible di udara sehingga suhu air akan menjadi turun. Udara yang akan digunakan
sebagai media pendingin dialirkan dari bawah ke atas, secara berlawanan dengan
arah aliran air, dengan bantuan tarikan pada kipas melalui lubang aliran udara. Air
yang didinginkan mengalir dari atas melalui pipa suplai utama dan kemudian
dipancarkan ke bawah lewat sprayfitting dan sistem distribusi air. Proses
pendinginan terjadi dengan pemindahan terhadap panas dari air ke udara selama
aliran menuju kolam. Air akan mengalir pada bagian konstruksi khusus honeycomb.
Uap panas ditarik dan dilepas ke udara setelah air mengalami proses penurunan
temperatur maka akan jatuh pada bagian bawah cooling tower (Pratiwi dkk, 2014).
Cooling tower merupakan suatu sistem yang terdapat pada refrigerasi untuk
dapat melepaskan suatu kalor ke udara. Cooling tower dapat bekerja dengan cara
mengontakkan air dengan udara dan menguapkan sebagian air. Luas permukaan air
yang besar pada sebagian dapat dibentuk untuk menyemprotkan air lewat nozzle
atau memercikan air kebawah dari suatu bagian ke bagian lainnya. Cooling tower
basah tergantung dari temperatur bola basah dari udara yang masuk.
Kemampuan dari cooling tower biasanya ditunjukkan dalam sebuah
hubungan range dan approach. Range adalah perbedaan temperatur antara
temperatur air yang masuk dan temperatur air yang akan keluar dari cooling tower.
Approach adalah perbedaan temperatur antara temperatur air yang keluar dari
cooling tower dan temperatur bola basah udara yang masuk cooling tower (Muhsin
dan Pratama, 2018). Cooling tower dapat beroperasi menurut prinsip difusi, dimana
adanya perubahan temperatur dapat mengakibatkan perbedaan besarnya laju
perpindahan massa dan panas yang akan terjadi. Besarnya laju perpindahan massa
dan panas dipengaruhi oleh luas daerah kontak antara fluida panas dengan fluida
dingin, waktu kontak, kecepatan fluida dan temperatur fluida. Cooling water adalah
air pendingin yang digunakan untuk mendinginkan peralatan, pendinginan terhadap
air dapat terjadi didalam cooling tower (Muhsin dan Pratama, 2018).
Cooling tower pada sebagian air akan menguap ke udara dan kalor sensible
akan berpindah dari air panas ke udara yang lebih dingin. Kedua proses itulah yang
mengakibatkan turunnya temperatur air dan untuk menjaga keseimbangan air,
menambahkan air make up water untuk menggantikan air yang hilang karena
penguapan atau terbawa oleh udara (Putra, 2015).

2.3. Klasifikasi Cooling Tower


Cooling tower adalah alat penukar kalor yang berfungsi mendinginkan air
dengan mengontakannya ke udara sehingga menguapkan sebagian kecil dari air
(Handoyo, 2015). Cooling tower merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan
mengemisikannya ke atmosfir. Cooling tower menggunakan penguapan dimana
sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke
atmosfir (Effendi and Wirza, 2013). Cooling tower dapat diklasifikasikan menjadi
tiga bagian, yaitu wet cooling tower, dry cooling tower, dan wet dry cooling tower.
2.3.1 Wet Cooling Tower
Wet cooling tower mempunyai sistem distribusi air panas yang
disemprotkan secara merata ke kisi-kisi, lubang-lubang, atau batang-batang
horizontal pada sisi menara. Udara masuk dari luar menara melalui kisi yang
berbentuk celah horizontal yang terpancang pada sisi menara. Celah bisanya
mengarah miring kebawah agar air tidak keluar. Adanya pencampuran antara air
dan udara maka terjadi perpindahan kalor sihingga air menjadi dingin.
Air yang sudah dingin berkumpul di bak atau basin di dasar menara dan dari
situ diteruskan ke kondenser atau dibuang, sehingga udara baru kalor dan lembab
keluar melalui atas menara. Wet cooling tower dibedakan menjadi tiga bagian
(Wakil, 1992). Pertama yaitu, Natural Draft Cooling Tower jenis ini tidak
menggunakan kipas, dan aliran udaranya bergantung pada tekanan dorong alami
tidak ada bagian yang bergerak. Udara mengalir keatas karena adanya perbedaan
massa jenis antara udara atmosfer dengan udara kalor lembab didalam menara
pendingin yang bersuhu lebih tinggi daripada udara atmosfer sekitarnya. Beda
massa jenis ini akan menimbulkan tekanan dorong yang mendorong udara keatas.
Natural draft cooling tower ini dibagi menadi dua jenis yaitu cooling tower
aliran counter flow dan cooling tower aliran cross flow. Cooling tower aliran cross
flow kurang diminati, karena lebih sedikit memberi tahanan terhadap aliran udara
di dalam menara. Kecepatan udaranya akan lebih tinggi dan mekanisme
perpindahan kalornya kurang efektif dan efisien. Cooling tower aliran counter flow
lebih sering dipakai karena mempunyai kelebihan yaitu memiliki konstruksi yang
kuat dan kokoh sehingga lebih tahan terhadap tekanan angin (Putra, 2015).
Jenis kedua yaitu, Mechanical Draft Cooling Tower yang sistemnya telah
dilengkapi dengan beberapa kipas yang digerakkan secara mekanik sehingga dapat
mengalirkan udara. Berdasarkan fungsi kipas yang digunakan cooling tower aliran
angin mekanik dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe aliran angin dorong (forced
draft) dan tipe aliran angin tarik (induced draft). Keunggulan mechanical draft
cooling tower adalah terjaminnya jumlah aliran udara dalam jumlah yang
diperlukan pada segala kondisi beban dan cuaca. Biaya investasi dan konstruksinya
lebih rendah dan ukuran dimensinya kecil. Kelemahan tipe ini adalah kebutuhan
daya dan biaya operasi yang besar dan suara yang lebih ribut (Hartono, 2018).
Natural draft cooling tower mempunyai ukuran yang besar dan
membutuhkan lahan yang luas, tetapi dengan konsumsi daya dan biaya operasi yang
kecil. Mechanical draft cooling tower ukurannya lebih kecil, namun membutuhkan
daya yang besar. Kedua hal tersebut digabungkan didalam combined draft cooling
tower. Menara ini disebut juga fan assisted hyperbolic tower.Menara hibrida terdiri
dari cangkang beton, tetapi ukuran-nya lebih kecil dimana diameternya sekitar dua
pertiga dari diameter menara aliran angin mekanik. Menara ini dapat dioperasikan
pada musim dingin tanpa kipas, sehingga lebih hemat listrik (Hartono, 2018).
2.3.2. Dry Cooling Tower
Menara ini adalah menara pendingin yang air sirkulasinya dialirkan didalam
tabung-tabung yang dialiri udara, kalor yang dikeluarkan dari air sirkulasi diubah.
Dry cooling tower ini dirancang untuk dioperasikan dalam ruang tertutup.
Keunggulan cooling tower ini yaitu tidak memerlukan pembersihan berkala dengan
jangka waktu seperti menara pendingin basah. Tidak memerlukan zat kimia aditif
yang banyak dan memenuhi syarat peraturan pengelolaan lingkungan mengenai
pencemaran termal dan pencemaran udara pada lingkungan. Kelemahan cooling
tower jenis ini adalah efisiensi yang kurang maksimal, sehingga mempengaruhi efi-
siensi siklus keseluruhan. Jenis dry cooling tower dibagi menjadi dua yaitu dry
cooling tower secara langsung dan secara tidak langsung (Putra, 2015).
2.3.3. Wet Dry Cooling Tower
Menara ini merupakan gabungan dari wet cooling tower dan dry cooling
tower, dan mempunyai dua jalur udara paralel dan dua jalur udara seri. Bagian atas
menara di bawah kipas adalah bagian kering yang berisi tabung-tabung bersirip.
Bagian bawah adalah ruang yang lebar yang merupakan bagian yang basah terdiri
dari filling material. Sirkulasi air yang panas masuk melalui kepala di bagian
tengah. Air berawal dari naik turun melalui bagian sirip dibagian kering, lalu
meninggalkan bagian kering dan jatuh ke isian bagian basah menuju ke bak
penampung air dingin. Udara ditarik dalam dua arus pada bagian kering dan basah.
Kedua arus bercampur dan menyatu didalam menara sebelum keluar. Wet
dry cooling tower ini mempunyai keunggulan yaitu udara yang keluar tidak jenuh,
sehingga memiliki kepulan yang sedikit. Airnya mengalami pendinginan awal di
bagian kering sehingga penyusutan karena penguapan jauh berkurang demikian
juga dengan air tambahan yang akan digunakan (Putra, 2015).

2.4. Tipe-Tipe Cooling Tower


2.4.1 Berdasarkan Aliran yang Masuk
Recirculation Type dengan tipe terbuka yaitu dimana sebagian air setelah
mengalami pemanasan yang akan diuapkan untuk proses pendinginannya kembali.
Pada sistem pendinganan pada jenis ini air tidak langsung dibuang, melainkan
digunakan kembali setelah proses pendinginan melalui cooling tower. Kebutuhan
make-up water juga akan berkurang jika dibandingkan dengan sistem sekali pakai.
Maka tipe pendinginan ini memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya
yaitu kebutuhan make-up water berkurang, jumlah bahan kimia yang dibuang
berkurang, dan kontrol terhadap bahan kimia yang digunakan lebih mudah.
Kerugiannya yaitu modal awal besar, membutuhkan biaya operasional, dan
perbedaan antara suhu panas dan dingin besar (Wiyono dkk, 2017).
Close type adalah tipe pendinginan kembalinya airnya tanpa penguapan.
Tipe pendingin ini biasanya dipakai untuk internal engine combustion system.
Sistem pendingin jenis ini air dalam jumlah tertentu tersirkulasi dalam rangkaian
tertutup. Make-up yang digunakan hanyalah sejumlah air yang hilang dari
kebocoran sistem. Pendinginan biasanya dilakukan dengan menggunakan
perpindahan panas pada Heat Exchanger. Heat Exchanger memiliki berbagai jenis
sesuai dengan kebutuhan dan begitupun dengan fungsinya yang sangat banyak.
Keuntungannya yaitu bahan kimia yang diperlukan untuk pengolahannya
hanya sedikit, mengurangi jumlah air make-up, dapat mengurangi air make-up yang
berkualitas tinggi secara ekonomis, tipe ini dapat mengurangi kecenderungan dalam
pembentukan kerak. Kerugiannya yaitu ekonomis hanya bagi sistem pendingin
kecil, memerlukan sistem air pendingin lainnya, dan memerlukan modal awal untuk
memasang Heat Exchanger lain (Aprianti dkk, 2018).
Tipe sirkulasi lainnya yaitu Once Through Type yaitu sirkulasi air yang
digunakan hanya satu kali proses saja. Sistem pendingin jenis ini, air hanya dapat
dialirkan ke dalam sistem pertukaran panas heat exchanger dan kemudian langsung
dibuang. Keuntungannya yaitu modal awal operasinya sangat rendah, biaya
operasional rendah, dan perbedaan suhu antara air panas dan air dingin juga rendah.
Kerugiannya yaitu membuang panas langsung ke lingkungan, serta sukar
mengendalikan pemakaian bahan kimia, dan pembuangan limbah bahan kimia ke
lingkungan yang tidak terkontrol (Budiyono dan Sugianto, 2012).

2.5. Komponen Konstruksi Cooling Tower


Komponen penyusun cooling tower umumnya terdiri dari kipas, kerangka
pendukung, casing, pipa sprinkler, penampung air, Inlet louver, bahan pengisi
(filling material) dan reducer (Putra, 2015). Kipas berfungsi untuk menarik udara
dingin dan mensirkulasikan udara tersebut di dalam menara untuk mendinginkan
air. Jika kipas tidak berfungsi maka kinerja menara pendingin tidak akan optimal.
Kipas digerakkan oleh motor listrik yang dikopel langsung dengan poros kipas.
Kerangka pendukung menara berfungsi untuk mendukung menara pendingin agar
dapat berdiri kokoh dan tegak, kerangka ini terbuat dari baja. Rumah menara
pendingin (casing) harus memiliki ketahanan yang baik terhadap segala cuaca dan
umur pakai yang lama, casing umumnya terbuat dari seng. Komponen lainnya
yaitu, filling material yang merupakan bagian dari menara pendingin berfungsi
untuk mencampurkan air yang jatuh dengan udara yang bergerak naik. Air yg
didinginkan didistribusikan ke dalam tower dengan spray nozzles, splash bars, atau
filming fill sebagai cara untuk membuat luas permukaan air yg berhubungan udara
atmosfir sebesar mungkin (Prasetyo, 2007)
Pipa sprinkler merupakan pipa yang berfungsi untuk mensirkulasikan air
secara merata pada menara pendingin, sehingga perpindahan kalor air dapat
menjadi efektif dan efisien. Pipa sprinkler dilengkapi dengan lubang-lubang kecil
untuk menyalurkan air. Water basin berfungsi sebagai pengumpul air sementara
yang jatuh dari filling material sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Water
basin terbuat dari seng. Komponen yang berperan penting lainnya yaitu, reducer
alat ini digunakan sebagai motor pada fan blade, untuk penggunaannya ada yang
memakai roda gigi dan belt tapi tanpa bunyi berisik (Handoyo, 2015). Inlet louver
berfungsi sebagai tempat masuknya udara melalui lubanglubang yang ada. Melalui
inlet louver akan terlihat kualitas dan kuantitas air yang akan didistribusikan. Inlet
louver terbuat dari seng (Putra dan Soekardi, 2015).

2.5. Bahan Pengisi Cooling Tower


Filling material merupakan bagian dari cooling tower yang berfungsi untuk
mencampurkan air yang jatuh dengan udara yang bergerak naik. Menara pendingin
didalamnya terkandung air panas yang akan didistribusikan pada media pengisi dan
didinginkan melalui penuguapan ketika menuruni menara dan bersentuhan dengan
udara. Air yang masuk mempunyai suhu yang cukup tinggi akan disemprotkan ke
filling material. Filling material inilah air yang mengalir turun menuju water basin
akan bertukar kalor dengan udara segar dari atmosfer. Filling material harus dapat
menimbulkan kontak yang baik antara air dan udara agar terjadi laju perpindahan
kalor yang baik. Filling material harus kuat, ringan dan tahan lapuk. Filling
material ini mempunyai fungsi memecah air menjadi butiran-butiran tetes air
dengan maksud memperluas permukaan pendinginan sehingga proses perpindahan
panas dapat dilakukan seefisien mungkin (Putra, 2015).
Pertukaran panas antara udara dan air dipengaruhi oleh luas permukaan
pertukaran panas, lamanya waktu pertukaran panas dan turbulensi dalam air. Media
pengisi menetukan keseluruhan di atas dan oleh karena itu mempengaruhi
pertukaran panas. Pertukaran panas yang semakin besar, maka akan semakin efektif
menara pendinginnya (Johanes, 2010). Jenis bahan pengisi dapat dibagi menjadi:
2.5.1. Bahan Pengisi Jenis Percikan (Splash Fill)
Jenis bahan ini adalah air yang jatuh diatas lapisan yang berurut dari batang
pemercik horisontal, yang secara terus menerus pecah menjadi tetesan yang lebih
kecil, sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Luas permukaan butiran air
adalah luas permukaan perpidahan kalor dengan udara. Perpindahan kalornya lebih
baik daripada bahan pengisi percikan dari kayu (Ayyam dkk, 2018).
2.5.2. Bahan Pengisi Jenis Film (Film Fill)
Bagian ini terdiri dari permukaan lapisan plastik tipis dengan jarak
berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan film yang
tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat berbentuk datar,
bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi film lebih efisien
dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang lebih kecil daripada
bahan pengisi jenis splash (Ayyam, 2018). Air pada bahan pengisi film, membentuk
lapisan tipis pada sisi-sisi lembaran pengisinya. Luas permukaan dari lembaran
pengisi adalah luas perpindahan kalor dengan udara sekitar. Jenis bahan pengisi
film lebih efisien dan memberi perpindahan kalor yang sama dalam volume yang
lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash (Putra, 2015).

2.6. Jenis Packing Menurut Susunannya

Packing atau bahan pengisi yang terdapat pada cooling tower tidak hanya
dibedakan berdasarkan pola alirannya saja seperti splash type fill media dan film
type fill media, tetapi packing atau bahan pengisi yang digunakan pada cooling
tower, juga dapat dibedakan berdasarkan susunannya di dalam menara pendingin
atau cooling tower, serta bahan baku dari jenis packing yang digunakan.
Karakteristik yang harus dipenuhi dalam pengisian packing pada cooling
tower antara lain yaitu, permukaan interfacial antara fluida yang akan didinginkan
dengan fluida yang mendinginkan besar, memiliki karakteristik aliran fluida yang
didinginkan pada packing harus terjadi pertukaran volume fluida yang besar
melalui cross section tower yang kecil tanpa loading atau fleeding dan pressure
drop yang rendah untuk gas, zat inert dapat diproses secara kimia, mempunyai
kekuatan struktural sehingga mudah dalam penanganan dan instalasi, dan biaya
yang diperlukan untuk penggunaan bahan pengisi tersebut murah.
Pengisian bahan packing dalam cooling tower atau, yaitu dengan cara
random packing dan regular packing. Penyusunan secara random packing yaitu
dengan cara penyusunan secara acak terhadap bahan pengisi atau packing yang
digunakan di dalam cooling tower. jenis random packing yang sering digunakan
yaitu rascshin ring, lessing ring, partition ring, belt saddle, intalox saddle, tellerate
dan pall ring atau flexiring. Selain random ring, terdapat penyusunan regular
packing, yaitu packing disusun secara berurutan dan rapi pada menara pendingin
pada susunan packing tersebut. Jenis regular packing yang sering digunakan antara
lain yaitu, rasching ring, double spiral ring, section through expanded metal
packing, dan wood grids yang bahannya terbuat dari kayu.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1) Satu unit cooling tower armfield yang dilengkapi pemanas
3.2.2. Bahan
1) Aquadest
2) Udara bebas (media pendingin)

3.2. Prosedur Percobaan


1) Peralatan cooling tower disiapkan untuk dioperasikan
2) Basin diisi dengan aquadest
3) Cooling tower dihubungkan dengan arus listrik kemudian atur Q dan debit
air yang mengalir sesuai dengan yang diinginkan
4) Temperatur inlet dan outlet dicatat untuk dry bulb dan wet bulb (T1-T6),
catat tekanan dan pressure drop yang ditunjukkan. Ambil data sebanyak
lima kali dengan tekanan yang berbeda-beda
5) Laju alir udara dihitung dari masing-masing data yang telah dicatat.
3.3 Blok Diagram

Peralatan cooling tower


disiapkan

Basin diisi aquadest

Cooling tower dihubungkan Q dan debit air diatur


dengan arus listrik sesuai yang diinginkan

Temperatur inlet dan outlet Tekanan dan pressure


dicatat untuk dry bulb dan wet
bulb (T1-T6) drop dicatat

Data diambil dengan


Laju alir udara dihitung tekanan berbeda

Gambar 3.1. Blok Diagram Prosedur Percobaaan Cooling Tower

Anda mungkin juga menyukai