Gruop 5 :
Name NIM
Ihsan Kamil 2017-11-266
Class G
ELECTRICAL ENGINEERING
HIGH SCHOOL of PLN technique
West JAKARTA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Potensi tingkat teknologi saat ini diperkirakan bisa mengonversi per meter
panjang pantai menjadi daya listrik sebesar 20-35 kW (panjang pantai Indonesia
sekitar 80.000 km, yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, dan sekitar 9.000 pulau-
pulau kecil yang tidak terjangkau arus listrik nasional, dan penduduknya hidup dari
hasil laut). Dengan perkiraan potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia
dapat menghasilkan lebih dari 2~3 Terra Watt Ekuivalensi listrik, bahkan tidak
lebih dari 1% panjang pantai Indonesia (~800 km) dapat memasok minimal ~16
GW atau sama dengan pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun ini.
1.2 Rumsan masalah
1.Apa faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga
gelombang laut di Indonesia ?
2.Apa peran pemerintah dalam menjalankan pembangkit listrik?
3.Bagaimana cara keraja dari Pembangkit litrik Tenaga Gelombang Laut?
Secara umum, sistem kerja pembangkit listrik tenaga gelombang laut sangat
sederhana. Sebuah tabung beton dipasang pada ketinggian tertentu di pantai dan
ujungnya dipasang di bawah permukaan air laut. Ketika ada ombak yang datang
ke pantai, air dalam tabung beton tersebut mendorong udara di bagian tabung
yang terletak di darat. Gerakan yang sebaliknya terjadi saat ombat surut. Gerakan
udara yang berbolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin yang
dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Terdapat alat khusus yang
dipasang pada turbin sehingga turbin berputar hanya pada satu arah walaupun
arus udara dalam tabung beton bergerak dalam 2 arah.
Ada 2 cara untuk mengkonversi energi gelombang laut menjadi listrik, yaitu
dengan sistem off-shore (lepas pantai) atau on-shore (pantai).
Sistem off-shore dirancang pada kedalaman 40 meter dengan mekanisme
kumparan yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi.
Listrik dihasilkan dari gerakan relatif antara pembungkus luar (external hull) dan
bandul dalam (internal pendulum). Naik-turunnya pipa pengapung di permukaan
yang mengikuti gerakan gelombang berpengaruh pada pipa penghubung yang
selanjutnya menggerakkan rotasi turbin bawah laut. Cara lain untuk menangkap
energi gelombang laut dengan sistem off-shore adalah dengan membangun sistem
tabung dan memanfaatkan gerak gelombang yang masuk ke dalam ruang bawah
pelampung sehingga timbul perpindahan udara ke bagian atas pelampung.
Gerakan perpindahan udara inilah yang menggerakkan turbin.
Sistem on-shore, ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu channel system,
float system, dan oscillating water column system. Secara umum, pada prinsipnya,
energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini mengaktifkan generator secara
langsung dengan mentransfer gelombang fluida (air atau udara penggerak) yang
kemudian mengaktifkan turbin generator.
1. Float System
Alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerakan vertikal dan rotasional
pelampung dan dapat ditambatkan pada untaian rakit yang mengambang atau alat yang
tertambat di dasar laut dan dihubungkan dengan engsel Cockerell. Gerakan pelampung
ini menimbulkan tekanan hidrolik yang kemudian diubah menjadi listrik. Menurut
penelitian, deretan rakit sepanjang 1000 km akan mampu membangkitkan energi listrik
yang setara dengan 25000 MW.
Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat gelombang
dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan
mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan
menggerakkan turbin. Sederhananya, OWC merupakan salah satu sistem dan
peralatan yang dapat mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik
dengan menggunakan kolom osilasi.Alat OWC ini akan menangkap energi
gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi fluktuasi atau
osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan
menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator listrik
sehingga menghasilkan listrik.
Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal
meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang
dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang dan menyalurkannya
melalui saluran ke dalam bangunan penjebak seperti kolam buatan (lagoon) yang
ditinggikan.Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan
untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower.
Sistem ini kontrol pada pembangkit tenaga gelombang laut terdiri dari
fisik, generator turbin drive, dan inersia.Area turbin dan torsi reaksi generator
dapat dikontrol oleh berbagai tegangan dan kontrol frekuensi.Ada beberapa
sistem pendukung lainnya, misalnya rem dan katup. Sistem kontrol dalam
pembangkit harus berhubungan satu sama lain.Gambar dibawah ini
menunjukkan turbin yang dikendalikan oleh suatu algoritma pitch dan kombinasi
drive generator yang dikendalikan oleh suatu algoritma daya.Untuk prototipe
pertama,controlsystem yang dibuat harus kuat, efisien dan stabil.Salah satu
contoh sistem kontrol pada pembangkit misalnya pada turbin.Turbin akan
dikontrol untuk menghasilkan torsi maksimum,sehingga sebuah inherent inertia
akan digunakan untuk memperhalus pengaruh gelombang dan menjaga agar
keseluruhan sistem dapat tuning sendiri.Turbin udara pada aliran unsteady atau
bi-directional dapat menghasilkan daya yang lebih bersih jika kecepatan rotasi
bervariasi.Karena alasan inilah maka diputuskan untuk secara aktif mengontrol
kecepatan sistem dalam hubungannya dengan torsi turbin.
Perkembangan Teknologi
Berbagai macam riset dan teknologi telah diterapkan oleh beberapa lembaga
dan perusahaan untuk mengembangkan madel baru bagi sistem konversi energi
tenaga ombak ini sehingga dapat menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.
Beberapa contoh perusahaan tersebut adalah:
3.1 KESIMPULAN
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luas,
sebenarnya memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dibangun sistem
pembangkit listrik tenaga ombak karena laut-laut di Indonesia memiliki arus
yang kuat dan ombak yang cukup besar, terutama di tempat-tempat yang
menghadap ke Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Laut Indonesia adalah
satu-satunya jalur yang mempertemukan massa air Samudera Pasifik dengan
Samudera Hindia, dan tiap detiknya jalur ini dilewati oleh kurang lebih 15 juta
meter kubik air laut.
3.2 SARAN
1. https://rendyafriansyah132.wordpress.com/divisi-elektron/pembangkit-listrik-
tenaga-gelombang-laut-pltgl/
2. http://informationskami.blogspot.co.id
3. https://www.scribd.com/doc/97346626/Makalah-Energi-Pasang-Surut-Ombak-
Laut-1-Rev-1
4. http://www.academia.edu/7189235/BAB_I_II_III_IV_V_DAFTAR_PUSTAKA
5. http://kingbuster.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pembangkit-listrik-tenaga-
ombak.html
CHAPTER 1
PRELIMINARY
1.1 Background
For that we will try to dig up information about the wave power that has been
used by many countries, including Indonesia. Based on a survey conducted by the
Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) and the
Government of Norway since 1987, it is seen that many coastal areas have the
potential to be powered waves. Waves along the South Coast of Java Island, above
the Irian Jaya Bird Head, and the west of Sumatra Island are well suited for
supplying electrical energy. Conditions such waves are certainly very profitable,
because high waves that could be considered potential to generate electrical energy
is about 1.5 to 2 meters, and this wave does not break until it reaches the shore.
The current potential for technological level is estimated to convert per meter
of coastal length to 20-35 kW of electricity (Indonesia's coastline is about 80,000 km,
consisting of about 17,000 islands, and about 9,000 small islands not covered by
national electricity, and its inhabitants live from marine products). With an estimate of
such potential, the entire coast of Indonesia can produce more than 2 ~ 3 Terra Watt
Electric equivalents, not even more than 1% of the coastline of Indonesia (~ 800 km)
can supply a minimum of ~ 16 GW or equal to the supply of all electricity in
Indonesia This year.
In general, the working system of sea wave power plants is very simple. A
concrete tube is installed at a certain height on the beach and its ends are installed
below sea level. When there are waves coming to the shore, the water in the
concrete tube pushes the air in the tube located on land. The opposite movement
occurs when the omic subsides. This alternating air movement is used to rotate the
turbine connected to a power plant. There is a special tool mounted on the turbine so
that the turbine rotates in only one direction even though the air current in the
concrete tube moves in two directions.
There are two ways to convert ocean wave energy into electricity, ie by off-
shore (offshore) or on-shore (beach) systems. The off-shore system is designed at a
depth of 40 meters with a coil mechanism that utilizes the movement of waves to
pump energy. Electricity is generated from the relative movement between the
external hull and the pendulum in (internal pendulum). The ups and downs of the
floating pipe on the surface following the wave motion affect the connecting pipe
which further moves the rotation of the underwater turbine. Another way to capture
the energy of ocean waves with off-shore systems is by constructing a tube system
and utilizing the wave motion that enters the bottom space of the buoy so that the air
moves into the upper part of the buoy. It is this air movement movement that drives
turbines. On-shore system, there are 3 methods that can be used, namely channel
system, float system, and oscillating water column system. Generally, in principle,
the mechanical energy created by these systems activates the generator directly by
transferring the fluid wave (water or air drive) which then activates the generator
turbine.
1. Float System
This tool will generate electricity from the vertical and rotational results of
buoys and can be tethered to floating raft strands or tools tethered to the seabed and
connected with Cockerell hinges. This float motion gives rise to hydraulic pressure
which is then converted into electricity. According to research, a raft of 1000 km will
be able to generate electrical energy equivalent to 25000 MW.
This device generates electricity from the rise and fall of water due to waves
in a hollow cylindrical tube. The ups and downs of this water column will result in the
exit of air in the upper hole of the pipe and the turbine. Simply put, OWC is one of
the systems and equipments that can convert ocean wave energy into electrical
energy by using oscillation column. This OWC tool will capture wave energy on
OWC door hole, resulting in fluctuation or oscillation of water movement in OWC
space, then air pressure this will drive the turbine blades that are connected to the
electric generator to generate electricity.
Technological development
Companies that generate idede to generate electricity from wave power using
seabed equipment near the seaside are somewhat similar to Pelamis. The principle
uses the up and down motion of the waves to move the piston up and down in a
cylinder.
2. SRI International
The concept of using a special type of plastic named elastomer dielektrik that
reacts to electricity. When electricity is passed through the elastomer, elastomers will
be stretched and compressed alternately. Conversely, if the elastomer is compressed
or stretched, then electrical energy arises.
3.BioPower System
The company manufactures tubes that glimpse like snakes floating on the
surface of the sea (with the title Pelamis) as an electricity generator. Each tube has a
length of about 122 meters and is divided into four segments. Any waves through this
tool will cause the cylinder to move vertically or laterally. The resulting movement
will push the piston between each segment connection which further pumps the
pressurized hydraulic fluid through a motor to drive the electric generator. In order
not to get carried away, each tube is held in the bottom of the sea using a special
anchor. Left: Pelamis Wave Energy Converters from Ocean Power Delivery. Middle:
Seaweed mechanics also called Biowave. Right: The tail of an artificial shark called
Biostream.
CHAPTER 3
COVER
3.1 CONCLUSION
3.2 SUGGESTIONS