Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DENGAN ARTRITIS GOUT DI RUANG FLAMBOYAN


RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANSIA PUCANG GADING
SEMARANG

DISUSUN OLEH:
RISMAWATI
20901800079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah mencapai usia
65 tahun (Touhy & Jett, 2014). Lansia sendiri terbagi dalam beberapa
tingkatan yaitu lansia muda dengan rentang usia 65-74 tahun, lansia
pertengahan dengan rentang usia 75-84 tahun, lansia sangat tua dengan
rentang usia 85 tahun ke atas (DeLaune & Ladner, 2002; Mauk, 2006).
Menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia di Indonesia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lansia
adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia di
Indonesia diklasifikasikan menjadi (1) kelompok usia prasenilis yaitu berusia
45-59 tahun (2) kelompok usia lanjut yaitu berusia 60 tahun ke atas (3)
kelompok usia risiko tinggi yaitu berusia 70 tahun ke atas ataupun berusia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Seiring bertambahnya usia system dalam tubuh juga mengalami
penurunan fungsi. Baik sistem integument, sistem saraf, sistem
kardiovaskuler. Dengan terjadinya penurunan pada beberapa sistem
mengakibatkan lansia mengalami penurunan fungsi tubuh, sehingga mudah
terserang penyakit. Salah satu penyakit yang biasa menyerang lansia adalah
atritis gout. Oleh karena itu penulis ini mengetahui lebih lanjut tentang atritis
sehingga dibuatlah laporan pendahuluan ini.
B. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu penyakit Atritis Gout.
C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu atritis gout.
2. Untuk mengetahui etiologi dari atritis gout.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari atritis gout.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari atritis gout.
5. Untuk mengetahui komplikasi atritis gout.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada lansia yang memiliki
atritis gout.
BAB II
KONSEP DASAR ARTRITIS GOUT
A. Pengertian
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena
penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Asam
urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis
akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam
dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran
kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000).
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada
pria daripada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause. (Kapita
Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1).
B. Etiologi
1. Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat
dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan
metabolit.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
a) Pembedahan
b) Trauma
c) Obat-obatan
d) Alkohol
e) Stress emosional
f) Diet tinggi purin
3. Pembentukan Asam urat yang berlebihan
a) Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang
bertambah.
b) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
c) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
4. Kurangnya pengeluaran asam urat
a) Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat
ditubuli distal ginjal
b) Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.
C. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvi A.
price)
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini
asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari
peningkatan asam urat serum.
b. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari
kaki dan sendi metatarsophalangeal.
c. Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gelaja-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan
gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam
urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatantidak
dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak.
D. Patofisiologi
1. Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
2. Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi
fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol
disekeliling kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan
enzim dan oksida radikal ke dalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena
ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan
kadarnya meningkat dalam tubuh.
Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu
banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin.
Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian
sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

E. Komplikasi
1. Munculnya benjolan keras (tofi).Tofiter bentuk akibat penumpukan
kristal asam urat di bawah kulit, dan dapat muncul di beberapa area
tubuh, seperti jari, tangan, siku, kaki, dan di sekitar mata kaki. Meski
tidak menimbulkan rasa sakit, tofi bisa membengkak dan mengeras saat
serangan asam urat terjadi.
2. Asam urat kambuh. Pada sejumlah kasus, serangan asam urat bisa terjadi
beberapa kali dalam setahun. Bila dibiarkan tidak tertangani, kondisi
tersebut dapat menyebabkan pengeroposan dan kerusakan pada sendi.
3. Penyakit batu ginjal. Kristal asam urat bisa menumpuk di saluran kemih,
dan menyebabkan batu ginjal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %).
2. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.
3. Didapatkan leukositosis ringan
4. LED meninggi sedikit
5. Pemeriksaan urin
Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)
6. Pemeriksaan cairan tofi
Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian
Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik
dari leukosit sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan
perubahan yang dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Biografi Lansia
a) Nama :
b) Umur :
c) Agama :
d) Pendidikan :
e) Suku :
f) Status Perkawinan :
g) Tanggal Pengkajian :
2. Status Kesehatan Lansia Saat Ini, (Keluhan Utama, termasuk obat-
obatan yang dikonsumsi)
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
4. Pengkajian Fisik
1) Pemeriksaan kepala
NO KEPALA YA KETERANGAN
1. Sakit kepala
2. Riwayat trauma
3. Pusing
4. Gatal kulit kepala

2) Pemeriksaan mata
NO MATA YA KETERANGAN
1. Perubahan penglihatan
2. Kacamata
3. Air mata berlebihan
4. Pruiritus
5. Bengkak
6. Diplopia
7. Pandangan kabur
8. Fotophobia
9. Riwayat infeksi
3) Pemeriksaan telinga
NO TELINGA YA KETERANGAN
1. Perubahan pendengaran
(presbiakuisis)
2. Keluaran
3. Tinitus
4. Vertigo
5. Sensitifitas pendengaran
6. Riwayat infeksi
7. Alat protesa

4) Pemeriksaan mulut tenggorokan


NO MULUT TENGGOROKAN YA KETERANGAN
1. Sakit tenggorokan
2. Lesi /ulkus
3. Serak /perubahan suara
4. Kesulitan menelan
5. Peradangan gusi
6. Kondisi gigi

5) Pemeriksaan leher
NO LEHER YA KETERANGAN
1. Kekakuan
2. Nyeri
3. Benjolan /massa
4. Keterbatan gerak

6) Pemeriksaan system saraf pusat


NO SITEM SARAF PUSAT YA KETERANGAN
1. Sakit kepala
2. Kejang
3. Sinkope /serangan jatuh
4. Paralisis
5. Paresis
6. Masalah koordinasi
7. Tremor /spasme
8. Parestesia
9. Cedera kepala
10. Masalah memori
7) Pemeriksaan system endokrin
NO SISTEM ENDOKRIN YA KETERANGAN
1. Intoleransi panas
2. Intoleransi dingin
3. Goiter (kelenjar gondok)
4. Pigmentasi kulit
5. Perubahan rambut
6. Poliphagia
7. Polidipsi
8. Poliuri

8)Pemeriksaan system cardiovaskuler


NO SISTEM CARDIOVASKULER YA KETERANGAN
1. Nyeri dada
2. Palpitasi (sensasi nyeri jantung)
3. Sesak nafas
4. Dispnoe d’effort (sesak aktifitas)
5. Dispnoe noktural (sesak malam hari)
Orthopnoe (sesak saat berbaring)
6. Murmur (bunyi jantung abnormal)
7. Edema
8. Varises
9. Perestesia
10. Perubahan warna kulit

9) Pemeriksaan system gastrointestinal


NO SISTEM YA KETERANGAN
GASTROINTESTINAL
1. Disphagia (kesulitan menelan)
2. Nyeri ulu hati
3. Mual /muntah
4. Hematemesis
5. Perubahan nafsu makan
6. Intoleran makanan
7. Ikterus
8. Diare
9. Konstipasi
10. Perdarahan rektum
11. Haemoroid
10) Pemeriksaan sistem integumen
NO SISTEM INTEGUMEN YA KETERANGAN
1. Lesi /luka
2. Pruitus
3. Perubahan pigmentasi
4. Perubahan tekstur
5. Sering memar

11) Pemeriksaan system hemopoetik


NO SISTEM HEMOPOETIK YA KETERANGAN
1. Perdarahan /memar abnormal
2. Pembengkakan kelenjar limfe
3. Anemia
4. Riwayat transfusi darah

12) Pemeriksaan sistem perkemihan


NO SISTEM PERKEMIHAN YA KETERANGAN
1. Disuria
2. Frekwensi
3. Menetes
4. Ragu – ragu
5. Dorongan
6. Hematuria
7. Poliuria
8. Oliguria
9. Nokturia
10. Inkotinensia
11. Batu
12. Infeksi

13) Pemeriksaan sistem muskuloskeletal


NO MUSKULOKELETAL YA KETERANGAN
1. Nyeri persendian
2. Kekakuan
3. Pembengkakan sendi
4. Deformitas
5. Spasme
6. Kelemahan otot
7. Masalah cara berjalan
8. Nyeri pinggang
5. Pengkajian Fungsional Pada Lansia
Dikaji dengan menggunakan instrument Indeks Katz atau Barthel Indeks
6. Pengkajian Keseimbangan Pada Lansia
Dikaji dengan menggunakan instrument Sullivan atau Berg Balance Scale
7. Pengkajian Fungsi Kognitif Pada Lansia
Dikaji dengan menggunakan instrument SPMSQ atau MMSE
8. Pengkajian Psikososial Pada Lansia
Dikaji dengan menggunakan instrumen APGAR.
9. Pengkajian Depresi Pada Lansia
Pengkajian status depresi pada lansia dikaji dengan menggunakan instrument IDB
(Inventaris Depresi Beck) atau GDS (Geriatric Depresi Scale).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d adanya proses inflamasi
2. Resiko cidera b.d penyakit
3. Defisiensi penetahuan b.d minimnya informasi penyakit.

C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri b.d Tujuan: NIC
adanya proses Setelah diberikan tindakan - Gunakan teknik
inflamasi keperawatan 3x 24 jam, komunikasi terapeutik
diharapkan pertahanan tubuh untuk mengetahui
klien menjadi lebih kuat pengalaman nyeri
Kriteria Hasil: - Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
1. Mampu mengontrol nyeri
- Kontrol lingkungan yang
2. Melaporkan nyeri
dapat mempengaruhi
berkurang dengan
nyeri seperti suhu
menggunakan manajemen
ruangan, pencahayaan,
nyeri
dan kebisingan.
3. Mampu mengenali nyeri
- Kurangi factor
4. Menyatakan nyaman rasa
predisposisi nyeri
nyaman setelah nyeri
- Bantu klien dan keluarga
berkurang
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Tingkatkan istirahat
2. Resiko Cidera Tujuan: NIC
Mengontrol resiko - Sediakan lingkungan
Kriteria Hasil : yang aman dan nyaman
1. Klien terbebas dari - Menghindarkan
cidera lingkungan yang
berbahaya
2. Klien mampu - Memasang side rail
menjelaskan cara untuk tempat tidur
mencegah cidera - Menepatkan saklar
3. Klien mampu lampu ditempat yang
menjelaskan factor mudah dijangkau
resiko dari lingkungan - Menyediakan tempat
4. Mampu memodifikasi tidur yang nyaman dan
gaya hidup untuk bersih
mencegah injury - Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.

3. Defisiensi Tujuan : NIC


penetahuan Setelah dilakukan - Jelaskan patologi dari
b.d minimnya penyuluhan, diharapkan klien penyakit dan bagaimana
informasi dapat mengerti informasi hal ini berhubungan
penyakit. tentang penyakitnya dengan antomi dan
Kriteria hasil: fisiologi.
1. Klien dan keluarga - Gambarkan tanda dan
menyatakan pemahaman gejala, proses penyakit
tentang penyakit, yang biasa muncul pada
kondisi, prognosis dan penyakit.
progam pengobatan. - Identifikasi penyebab
2. Klien dan keluarga - Sediakan informasi pada
mampu menjelaskan klien dan keluarga
kembali apa yang tentang kondisi.
dijelaskan secara benar. - Diskusikan perubahan
3. Klien dan keluarga gaya hidup yang
mampu menjelaskan mungkin diperlukan
kembali apa yang untuk mencegah
dijelaskan tenaga komplikasi dimasa yang
kesehatan. akan dating dan atau
proses pengontrolan.
- Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.


Jilid I edisi III. Jakarta: Balai Penerbit.

Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta:


Media Aescul

Anda mungkin juga menyukai