Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PEMULASARAAN PELAYANAA KAMAR

JENAZAH

RUMAH SAKIT DAERAH Dr.ABDUL AZIZ


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama, bahwa wilayah Indonesia akhir-akhir ini
dilanda bencana terutama karena ulah manusia yang menyebabkan terjadinya
korban massal. Kejadian yang menyebabkan korban massal tersebut dimana
hampir semua korbannya dirujuk ke rumah sakit ternyata tidak tertampung di
rumah sakit karena selama ini rumah sakit tidak mengantisipasi datangnya
korban mati massal secara bersamaan. Hal-hal tersebut membuka mata kita
semua betapa pentingnya mempersiapkan rumah sakit (sarana, prasarana,
SDM) untuk penanganan korban mati massal. Fasilitas kamar jenazah rumah
sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan jenazah, tetapi juga harus mampu
melakukan identifikasi korban massal serta mempunyai sarana informasi dan
komunikasi yang baik.
Penyimpanan jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan
sebagai penghormatan kepada korban. Kamar jenazah dapat diakses langsung
oleh masyarakat.
Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh rumah sakit khususnya
rumah sakit rujukan / Dr.Abdul Aziz selama ini tidak mengantisipasi adanya
korban mati massal karena memang belum ada pedoman / standar untuk
kamar jenazah serta pada waktu-waktu lalu belum merupakan kebutuhan
sehingga di rumah sakit fasilitas dan SDM yang tersedia sangat minim. Kamar
jenazah suatu rumah sakit, bukanlah satu-satunya “pintu keluar” pasien,
karena masih banyak “pintu kesembuhan”, “pintu kecutian”, dan “pintu
transisi”. Walaupun diakui bahwa kamar jenazah merupakan bagian final
keluarnya pasien yang telah benar-benar tanpa nyawa / ruh lagi.
Dalam pembahasan ini istilah jenazah (badan orang yang baru meninggal)
mencakup pula “mayat” (konotasi bias baru meninggal atau sudah lama mati).
Satu diantara kontributor terbesar mayat di rumah sakit adalah yang berasal
dari luar rumah sakit yang dikenal sebagai kasus - mati forensik. Pedoman ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi saat ini dan
merupakan pedoman minimal kamar jenazah bagi rumah sakit yang
seharusnya dikaitkan dengan pelayanan tipe rumah sakit yang bersangkutan.

B. Tujuan Pedoman
1. Umum : untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban
mati sehari-hari dan pasca bencana
2. Khusus : Tersedianya Pedoman Kamar Jenazah di Rumah Sakit
Dr.Abdul Aziz yang dapat dipakai sebagai acuan dalam memberikan mutu
pelayanan,baik bagi korban mati dan keluarganya.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Penggunaan pedoman iniditerapkan kepada petugas instalasi kamar jenazah.
Yang diharapkan menerapkan pelayanan jenazah sesuai prosedur. Sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan kamar jenazah dan menghindari adanya
infeksi ulang.
1. Prinsip Pelayanan Jenazah
Jenazah secara etis diperlukan penghormatan sebagaimana
manuasia,karena ia adalah manuasia. Martabat kemanusiaan ini secara
khusus adalah perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan / adatnya,
perlakuan sopan dan tidak merusak badan tanpa indikasi atau kepentingan
kemanusiaan, termasuk penghormatan atas kerahasiaannya. Oleh
karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari kontaminasi
khususnya hal yang membahayakan petugas atau penyulit analisa
kemurnian identifikasi (termasuk kontaminasi DNA dalam kasus forensik
mati). Demikian pula aman bagi petugas yang bekerja, termasuk terhadap
resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit mematikan.
2. Ciri Khusus Pelayanan Jenazah
Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap sosial budaya
keluarga orang tersebut. Menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan
prasarana pelayanan. Rasa duka mendalam sering melibatkan suasana
kesedihan atau haru luar biasa yang dapat menjurus pada keputusasaan
keluarga / kenalan, kesibukan atau bahkan kebingungan untuk jenazah
segera dikubur (bagi orang islam disunnahkan sebelum 24 jam),
kemendadakan mengkonfirmasi keputusan dari pelbagai famili dan handai
taulan, rasa ingin tahu masyarakat pada kasus kematian khusus, atau
bahkan mereka yang mencari keluarga / kenalannya yang hilang. Hal-hal
tersebut memunculkan suasana yang seringkali emosional, dengan ekses
kemarahan yang dapat membahayakan keselamatan dokter dan atau
petugas kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan
prasarananya. Dikaitkan dengan kasus forensik yang memerlukan
pengamanan jenazah sebagai barang bukti, hal-hal yang berkaitan dengan
chain of custody memerlukan sarana dan prasarana khusus.
Dengan perkembangan dunia yang anomik (kematian akibat risk
society, buah dari “juggernaut syndrome” sebagaimana ditunjukkan oleh
terror bom) yang semakin banyak menyebabkan kematian tidak wajar
(pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri) siapapun, kamar jenazah
seharusnya menjadi “outlet” yang dikelola integratif dengan sekaligus
dipimpin oleh pelayanan penuh 24 jam dalam sehari.
Demikian pula dalam pembahasan tentang ruang, secara implisit
tercakup pula sarana dan prasarana kenyamanan seperti AC, ventilasi
ruangan yang baik, air yang mengalir lancar, cahaya terang atau lampu
terang di malam hari, dengan ruang publik dilengkapi oleh toilet umum
dan sarana telepon umum.
3. Jenis Pelayanan Terkait Kamar Jenazah
Pelayanan jasa (services) yang terkait dengan kamar jenazah dapat
dikelompokkan kedalam empat kategori yaitu :
a. Pelayanan jenazah purna-pasien atau “mayat dalam”
Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan
kesehatan yang dilakukan rumah sakit, setelah pasien dinyatakan
meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga atau
pihak berkepentingan lainnya.
b. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban mati atau “mayat luar”
Rumah sakit pemerintah sering merupakan sarana bagi dibawanya
jenazah atau mayat tidak dikenal atau memerlukan pemeriksaan
identitas dari luar kota setempat yang memerlukan pemeriksaan
forensik. Ada dua jenis pemeriksaan forensik, yakni visum luar
(pemeriksaan luar) dan visum dalam (pemeriksaan otopsi),
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik) dilakukan
di ruangan otopsi. Keduanya dilakukan di meja otopsi (kalau dapat
merangkap brankas lemari pendingin). Pelayanan campuran (korban
mati yang pernah dirawat).
c. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya : seperti penitipan jenazah.
d. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati massal.
4. Tujuan Pelayanan
a. Pencegahan Penularan Penyakit
Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena
penyakit menular misalnya HIV / AIDS, maka dalam perawatan
jenazah perlu diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya
menjadi tertular.
2) Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah,
kotoran, dll) bisa mengandung kuman sehingga menjadi sumber
penularan.
3) Penerapan universal precaution :
 Menggunakan tutup kepala
 Menggunakan kacamata goggles
 Menggunakan masker
 Sarung tangan
 Skot / celemek
 Sepatu laras panjang (boot)
4) Alat yang dipakai merawat jenazah diperlukan khusus dengan cara
dekontaminasi (direndam) dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga
mengidap penyakit menular (misal HIV / AIDS) maka pelaksanaan
otopsi tetap mengacu pada prinsip-prinsip universal precaution. Tetapi
apabila dapat dikoordinasikan dengan penyidik untuk tidak dilakukan
otopsi, cukup pemeriksaan luar.
D. Batasan Operasional
Sebagai acuan Rumah Sakit dr Abdul Azis dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi keluarga pasien. Jenazah secara etis
diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia, karena ia adalah
manusia. Martabat kemanusiaan ini adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan agama/adatnya. Perlakuan sopan dan tidak
merusak badan, termasuk kerahasiaannya. Oleh karena itu kamar jenazah
harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya hal yang
membahayakan petugas, aman bagi petugas yang bekerja, termasuk
terhadap resiko penularan jenazah terifeksi karena penyakit mematikan.
1. Sasaran pelayanan kamar jenazah adalah pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan baik pasien dinas, askes maupun pasien umum yang
meninggal di rumah sakit dr.Abdul Aziz dan menggunakan jasa rumah
sakit dr.Abdul Aziz.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kamar jenazah meliputi kegiatan rutin yang meliputi :
a. Mencatat data pasien sehari-hari yang meninggal
b. Menyediakan cairan formalin
c. Pemulasaraan jenazah yang meliputi :
1) Memandikan
2) Mewudhukan, mengkafani dan menyolatkan apabila diminta
oleh pihak keluarga pihak rumah sakit dr.Abdul Azis
memanggil pihak luar untuk menyelenggarakannya
3) Dimasukkan kedalam peti (apabila diminta oleh keluarga)
4) Diserahterimakan kepada keluarga
5) Diangkut oleh ambulan kereta jenazah sampai tujuan
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang Kewajiban Dokter
(Dokter Spesialis Forensik)
5. SK Menkes RI No. 1333 Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
6. SK Dirjen Pelayanan, Medik Departemen Kesehatan RI No.
YM.00.03.2.2.571 tentang Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut :
Tabel Personil Kamar Jenazah
Berdasarkan Status Kepegawaian
No. Status Kepegawaian Jumlah
1 PNS 1
2 KONTRAK 12
3 KHL 3

Tabel Personil Kamar Jenazah


Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 S1 1
2 SMA 12
3 pekarya 3

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan SDM yang diperlukan pada kamar jenazah terdiri
dari:
a. Dokter Spesialis Forensik (Didatangkan dari luar)
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi khususnya Forensik Gigi (didatangkan dari luar)
d. Teknisi Forensik (didatangkan dari luar)
e. Teknisi Laboratorium Forensik (didatangkan dari luar)
f. Tenaga Administrasi
g. Tenaga Pemulasaraan Jenazah
h. Supir Kereta Jenazah
i. Pekarya
C. Pengaturan Jaga
Jaga dilakukan secara stand by di rumah diluar jam dinas karena
keterbatasan atau minimnya tenaga.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Ruang pemandian jenazah
2. Musholla
3. Pos penjagaan
4. Garasi ambulance jenazah

B. Standar Fasilitas
1. Lemari besi
2. Lemari kayu
3. Kursi lipat
4. Bangku panjang
5. Meja jenazah
6. Meja tulis
7. Jam dinding
8. Kulkas jenazah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan kamar jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah sebelum


diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
pada pasien meninggal, maka diperlukan alur penanganan jenazah yang jelas.
Tersedianya kamar jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas
kamar jenazah dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluarga
pasien.

1. Pasien dari instalasi lain yang sudah 2 jam dinyatakan meninggal (jenazah)
di kirim ke kamar jenazah.
2. Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada
keluarga. Di kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi
tali kassa sampai mulut jenazah tertutup. Tangan diposisikan di atas perut
kemudian pergelangan tangan ditali kembali. Setelah posisi dan keadaan
jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk melihat keluarganya
yang meninggal. Untuk jenazah dengan penyakit infeksius, dilakukan
pemulasaran jenazah di rumah sakit.
3. Petugas kamar jenazah memberikan surat kematian
4. Kemudian keluarga mengurus biaya perawatan selama di rumah sakit di
bagian kasir. Setelah administrasi pasien selesai, keluarga menunjukkan
kepada petugas kamar jenazah.
5. Jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan menggunakan brankar
khusus jenazah ke mobil jenazah rumah sakit.
Pasien yang datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi dua yaitu:
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan (apabila meninggal dunia, langsung
diberi surat kematian. Kemudian dicatatat dalam buku register)
2. Pasien yang mengalami kekerasan (misalnya karena percobaan bunuh
diri,kecelakaan dan pembunuhan,pasien over dosis narkoba disamping dokter
menolong pasien,dokter melapor polisi atau menyuruh keluarga pasien untuk
melapor polisi.Apabila pasien meninggal dokter tidak member surat kematian
tetapi korban dikirim ke kamar jenazah dengan disertai surat pengantar yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan)

Apabila kamar jenazah menerima korban dari IRD tetapi belum ada Surat
Permohonan Visum et Repertum (SPVeR),maka petugas menyuruh keluarga
korban untuk melapor ke Polisi dimana peristiwa tersebut terjadi.Apabila keluarga
menolak lapor ke polisi dan tetap bersikeras membawa jenazah,maka diberikan
surat pernyataan dan tidak diberikan surat kematian.

Apabila jenazah sudah dilengkapi dengan SPVeR,maka keluarga korban


diminta membuat surat pernyataan tidak keberatan untuk dilakukan otopsi(bedah
jenazah).Setelah otopsi dibuatkan surat kematian.

TATA LAKSANA EMBALMING DAN PENGIRIMAN JENAZAH


Embalming atau pengawetan jenazah dilakukan dengan formalin. Pengiriman
jenazah harus dilakukan embalming(hati-hati dalam pengiriman jangan disertai
dengan barang illegal, seperti narkoba).Harus dibuat berita acara pemetian kayu
perlu dilibatkan polisi.
ALUR PELAYANAN PENERIMAAN JENAZAH

JENAZAH DI UGD/RUANGAN

LAPOR KE PETUGAS KAMAR JENAZAH

JENAZAH DI BAWA KE KAMAR JENAZAH

PERAWATAN JENAZAH

INFEKSIUS NON INFEKSIUS

PEMULASARAN JENAZAH

PEMBAYARAN ADMINISTRASI KASIR

PENYERAHAN SURAT KEMATIAN

JENAZAH DI BAWA DENGAN BRANKAR JENAZAH MENUJU MOBIL


AMBULAN
BAB V

LOGISTIK

Logistik atau peralatan yang harus disediakan untuk mendukung kegiatan


/aktivitas pada kamar jenazah adalah:

1. Blangkar jenazah
2. Plastik bening
3. Gunting
4. Celemek
5. Kain penutup jenazah/aurat
6. Kasa
7. Plester
8. Sarung tangan sampai pergelangan
9. Sarung tangan sampai sikut
10. Masker
11. Tutup kepala
12. Sepatu Bot
13. Kaca mata goggle
14. Kantong mayat
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Untuk meningkatkan kualitas keselamatan pasien (jenazah) baik dalam


pemulasaraan maupun tidak, perlu diperhatikan sebagai berikut:

1. Ketika jenazah diangkat dari blangkar ketempat pemandian


2. Ketika jenazah pakaiannya dibuka untuk dimandikan
3. Ketika jenazah disiram air
4. Ketika jenazah digosok dengan sabun
5. Ketika jenazah dipijit-pijit perutnya supaya keluar kotoran/najis
6. Ketika jenazah dilap dengan handuk
7. Ketika jenazah diangakat untuk dikafani
8. Ketika jenazah dikafani
9. Ketika jenazah diikat dengan tali kain kafan
10. Ketika jenazah diangkat keblangkar dan dimasukan ke dalam kereta
jenazah(itu semuanya diajarkan dalam agama islam)
11. Petugas wajib menjaga kekurangan/kerahasiaan atau aib jenazah
12. Petugas wajib memberitahukan kepada keluarga,apabila jenazah hendak
dipulasara masih mengenakan barang-barang yg berharga.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Personil/petugas kamar jenazah harus lebih hati-hati dalam menangani


jenazah, baik jenazah yang mengidap penyakit menular ataupun tidak. Karena
bisa saja dikatakan tidak mengidap penyakit menular,ternyata belum
terdeteksi/belum terdiagnosa bahwa pasien/jenazah tersebut mengidap penyakit
menular. Apalagi penyakit mematikan seperti HIV-AIDS.

Untuk itu perlu dukungan dan perhatian penuh dari komando atas/ pimpinan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan/pasilitas di unit kamar jenazah untuk
menjaga keselamatan petugas dari penyakit menular tersebut/mematikan,dengan
cara menggunakan perlengkapan APD(Alat Pelindung Diri) yang lengkap,
sekaligus untuk menunjang kelancaran tugas di bagian kamar jenazah seperti :
petugas perlu diantar jemput mobil dinas apabila dibutuhkan dinas pada luar jam
dinas,apalagi pada malam hari,untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Dalam teknis pelayanan jenazah harus diusahakan sebaik


mungkin/semaksimal mungkin khususnya kepada jenazah,diantaranya:jangan
sampai jenazah terlantar karena umpamanya kesalahan prosedur.Kemudian segera
bacakan do’a kepada mayit muslim. Begitu juga stok formalin,peti jenazah dan
tidak kalah penting SDM(Sumber Daya Manusia) di bagian kamar jenazah harus
orang-orang yang punya wawasan agama,karena yang namanya jenazah itu
berhubungan dengan akhir kehidupan/pintu akhirat.Maka disitulah kita petugas
harus benar-benar tahu dalam urusan pemulasaraan jenazah, terutama bagi
jenazah seorang muslim,kita memulasaranya termasuk pardu kifayah(bisa
menggugurkan dosa sebagian muslim lain,juga sebaliknya kalo orang islam sama
sekali tidak ada yang mau dalam pemulasaraan jenazah seorang muslim,maka
berdosalah semua. Disamping itu kita selalu menjaga kebersihan sekitar ruang
kamar jenazah dan keamanan, agar supaya ada suasana nyaman bagi keluarga
duka.

Dalam suasana duka umumnya keluarga pada panik,bingung,kadang rasa haru


yang berlebihan,sehingga menimbulkan emosi yang tidak terkedali. Untuk itu
petugas kamar jenazah perlu memberikan dorongan moril spiritual kepada
keluarga duka dengan do’a, dengan kata-kata yang santun,sehingga bisa
menyentuh hati membawa ketenangan,kesabaran,dan ketawakkalan.
BAB IX

PEMBIAYAAN

Pada umumnya jenazah yang diterima di kamar jenazah adalah mayat tak
dikenal terutama dari kalangan tidak mampu sehingga Rumah Sakit sulit untuk
menarik pembiayaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pasien atau
keluarganya. Pembiayaan cuma-cuma bagi orang tidak mampu tidak berlaku
untuk mayat.

Asuransi belum menjangkau pelayanan di kamar jenazah, kalaupun ada


asuransi yang memberikan dana yang telah termasuk dalam tanggungannya
memerlukan waktu untuk pencairannya / pembayaran.

Oleh karena itu kamar jenazah sulit untuk memenuhi biaya operasionalnya.
Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan agar kamar jenazah dapat memenuhi
biaya operasionalnya terutama menghadapi persaingan-persaingan yang ketat saat
ini. Dengan melakukan “cross subsidi” dengan pelayanan lainnya yang dilakukan
di kamar jenazah.

Pembiayaan pada pelayanan kamar jenazah saat ini sepenuhnya dibebankan


pada keluarga pasien. Seperti halnya pelayanan kesehatan lainnya, sebaiknya
pelayanan kemar jenazah mendapat dukungan pembiayaan pemerintah melalui
dana untuk pasien tidak mampu untuk kasus-kasus massal dan dukungan dana dari
asuransi seperti Asuransi Kesehatan Indonesia, Asuransi Tenaga Kerja, dan lain-
lain.

Perlu disusun peraturan-peraturan pemerintah untuk mendukung


pengembangan pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat sehat dan aman (safe community).
Kegiatan-kegiatan yang dapat merupakan sumber pemasukan dalam
pembiayaan di Instalasi Kamar Jenazah/ Forensik antara lain :
 Pemulasaraan Jenazah
 Pelayanan Embalming
 Pelayanan Ambulans Jenazah
 Peti Mati
 Jasa Packing dan Transportasi
BAB X

PENUTUP

Kamar jenazah merupakan salah satu unsure pada Sistem Penanggulangan


Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menyebabkan peningkatan kesadaran hukum, hak asasi manusia serta
cara berfikir yang kritis dan rasional. Untuk itu rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik termasuk pelayanan terhadap jenazah dan
keluarganya.

Fasilitas kamar jenazah rumah sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan
jenazah tetapi juga harus mampu melakukan identifikasi korban massal serta
merupakan sarana informasi dan komunikasi yang baik.

Standar Kamar Jenazah ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam
mengembangkan Instalasi Kamar Jenazah sehingga dapat diketahui sumber daya
manusia dan fasilitas yang dimiliki oleh setiap tingkat dari klasifikasi kamar
jenazah.

Perlu disusun peraturan-peraturan pemerintah untuk mendukung


pengembangan pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat agar terwujud masyarakat sehat dan aman (safe community).
RUMAH SAKIT UMUM Dr.ABDUL AZIZ

PROGRAM KERJA KAMAR JENAZAH


PROGRAM KERJA DAN EVALUASI KEGIATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PEMULASARAAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR.ABDUL AZIZ

TARGET PENCAPAIAN
URAIAN KEGIATAN MENKES 129/2008 RS Dr.ABDUL TW I TW II TW III TW IV KET
AZIZ
PEMULASARAAN JENAZAH
WAKTU TANGGAP (RESPONSE TIME) ≤ 2 JAM
PELAYANAN PEMULASARAAN
JENAZAH
PROGRAM KERJA KAMAR JENAZAH

I. PROGRAM KERJA HARIAN


 Mencatat data pasien yang meninggal sehari-hari
 Pemulasaraan jenazah apabila ada permintaan keluarga duka baik pada
jam dinas maupun diluar jam dinas

II. PROGRAM KERJA BULANAN


 Melaporkan data pasien yang meninggal selama sebulan baik yang
dipulasara, diformalin, maupun yang sewa kamar rumah duka

III. PROGRAM KERJA TAHUNAN


 Melaporkan data pasien yang meninggal per bulan selama satu tahun
terhitung bulan Januari 2013 – Desember 2013
TABEL JUMLAH JENAZAH

RUMAH SAKIT DR.ABDUL AZIZ TAHUN 2013

Keterangan
No. Bulan / Tahun Jumlah Rumah
Pulasara Formalin Visum
Duka
1. Januari 2013 -
2. Februari -
3. Maret -
4. April -
5. Mei -
6. Juni -
7. Juli -
8. Agustus -
9. September -
10. Oktober -
11. November -
12. Desember -
TOTAL -

Anda mungkin juga menyukai