Anda di halaman 1dari 21

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru
yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau
parasit.
Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan
fisik dari paru- paru,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti
kanker paru atau penggunaan alkohol. Gejala khas yang berhubungan
dengan pneumonia meliputi batuk,nyeri dada demam,dan sesak
nafas.Alat diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum.Pengobatan
tergantung penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena bakteri diobati
dengan antibiotika.
Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik
standar pneumonia pada umumnya dan tidak menunjukkan respon
terhadap antibiotik b-laktam. Mikroorganisme patogen penyebab
pneumonia atipikal pada umumnya adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae , dan Legionella pneumophila.

1.2. Etiologi
Mikroorganisme penyebab paling sering pneumonia atipikal
adalah M. pneumoniae, C. pneumoniae, dan L. pneumophila. Meskipun
demikian M. pneumoniae merupakan penyebab kedua terbanyak dari
pneumonia setelah Streptococcus pneumoniae. Sekitar 20% kasus
pneumonia disebabkan oleh M. pneumoniae, dan 10% kasus lainnya
disebabkan C. pneumoniae. Pneumonia tipikal yang disebabkan oleh
pneumokokus terbanyak menyerang anak pada usia kurang dari 5 tahun,
sedangkan pneumonia atipikal pada usia yang lebih besar sampai remaja.
1.3. Patopisiologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan
infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan
fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri
kepermukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui
psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan.
Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak
4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi
sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang
aktif dengan jumlah PMNyang banyak.
4. Zona resolusiE : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri
yang mati, leukosit danalveolar makrofag.
Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan
perdarahan 'Gray hepatization' ialahkonsolodasi yang luas.

1.4. Pathway

1.5. Manipestasi Klinis


Membedakan manifestasi klinik pneumonia berdasarkan penyebab
sampai saat ini bukanlah suatu hal yang mudah oleh penyebab yang
berlainan karena sering menimbulkan gejala klinik yang hampir mirip dan
tidak ada yang spesifik. Gejala klinik umumnya tergantung kepada umur
pasien. Pada neonatus mungkin hanya ditemukan gejala kesulitan untuk
minum, letargi, takipne, retraksi dinding dada, dan sianosis. Pada anak
dijumpai demam, batuk, anak menolak atau sulit minum, letargi, takipne,
kadang menggil, dan pada kasus yang berat ditemukan sianosis. Gejala
pada anak yang lebih tua demam, batuk, nyeri dada, napas pendek, dan
otitis.
Perjalanan penyakit pneumonia atipikal berlangsung gradual dari
beberapa hari sampai minggu. Pada pasien yang terserang penyakit
pneumonia atipikal mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti
nasal, sakit tenggorok). Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam
tingkat rendah, nyeri pleuritis, myalgia, ruam dan faringitis. Batuk non
produktif dan demam tidak terlalu tinggi. Manifestasi pneumonia atipikal
pada umumnya ringan sampai sedang, tetapi mungkin juga berkembang
menjadi berat (Wijaya D, Handayani D. 2015).

1.6. Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini
penting untuk memudahkan penatalaksanaan.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang
peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik,
Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised)

3. Berdasarkan predileksi infeksi


a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada
bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau
segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus
misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan
obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial

1.7. Komplikasi
a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan
bakteriemi.
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung,
emboli paru dan infark miokard akut.
c. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosocomial
e. Sepsis
f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g. . Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h. Abses paru
i. Efusi pleura

1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis:

Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil


pemeriksaan laboratorium dan mikrobio logis, evaluasi foto x- ray dada
(IDAI,2014).Berikut untuk pemeriksaan penunjang pada pneumonia :

1. Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang
utama untuk menegakkan diagnosis.Gambaran radiologis dapat
berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air broncogram, penyebab
bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.Gambaran adanya
infiltratdari foto X- ray merupakan standar yang memastikan diagnosis
(IDAI, 2014). Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan
penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis
etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan
olehSteptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateralatau gambaran bronkopneumonia
sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus(PDPI, 2015).

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang
mencapai30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapatpergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur
darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita
yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
(PDPI,20014).
Diagnosis pasti pneumonia komuniti menurut Persatuan Dokter
Paru Indonesia,ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru
atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah
ini:
1. Batuk-batuk bertambah
2. Perubahan karakteristik dahak / purulent
3. Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
4. Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi,
suaranapas bronkial dan ronki.
5. Leukosit > 10.000 atau < 4500(PDPI, 2014)

Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah: (ATS, 2001)


1. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
a. Umur lebih dari 65 tahun
b. Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan
terakhir
c. Pecandu alcohol
d. Penyakit gangguan kekebalan
e. Penyakit penyerta yang multipel
2. Bakteri enterik Gram negatif
a. Penghuni rumah jompo
b. Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
c. Mempunyai kelainan penyakit yang multiple
d. Riwayat pengobatan antibiotik
3. Pseudomonas aeruginosa
a. Bronkiektasis
b. Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
c. Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
4. Beberapa cara untuk diagnosis dari pneumonia atipik sebagai
berikut:
a. Isolasi biarkan sensitivitinya sangat rendah
b. Deteksi antigen enzyme immunoassays(EIA)
c. Polymerase Chain Reaction (PCR)
d. Uji serologi
e. Cold agglutinin
f. Uji fiksasi komplemen merupakan standar untuk diagnosis
Micobacterium pneumonia
g. Micro immunofluorescence (MIF). Standard serologi untuk
Chlamydia pneumonia
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama
seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang
dimulai secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil
menunggu hasil kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui, antibiotika
diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen (
Kemenkes, 2005). Sebagai tatalaksana umum dengan pasien yang
mempunyai saturasi oksigen < 92% pada saat benapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box,
atau sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen > 92% (IDAI,
2009).
Rawat jalan:
1. Tanpa faktor modifikasi :Golongan β laktam atau β laktam + anti
β lactamase
2. Dengan faktor modifikasi Golongan β laktam + anti β laktamase
atau Fluorokuinolon respires (levofloksasin, moksifloksasin,
gatifloksasin
3. Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru (roksitrosin,
klaritromisin, azitromosin)
Rawat inap :
1. Tanpa faktor modifikasi : Golongan beta laktam + anti beta
laktamase i.v atau Sefalosporin G2, G3 i.v atau Fluorokuinolon
respirasi i.v
2. Dengan faktor modifikasi : Sefalosporin G2, G3 i.v atau
Fluorokuinolon respirasi i.v
3. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik ditambah makrolid baru

Ruang rawat Intensif :


1. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas : Sefalosporin G3 i.v
nonpseudomonas ditambah makrolid baruatau fluorokuinolon
respirasi i.v
2. Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :Sefalosporin G3 i.v anti
pseudomonas i.v atau karbapenem i.vditambah fluorokuinolon anti
pseudomonas (siprofloksasin) i.vatau aminoglikosida i.v.
3. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik : sefalosporin anti
pseudomonas i.v atau carbamapenem i.v ditambahaminoglikosida
i.v ditambah lagi makrolid baru ataufluorokuinolon respirasi
Penatalaksanaan Non Medis
1. Penerapan fisioterapi dada
2. Perbaikan nutrisi bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbaiki fungsi sistem imun agar tubuh mampu mengeradikasi
infektor penyebab patologi tersebut.
3. Hindari pemakaian selimut atau baju yang berbulu
4. Hindari penggunaan tempat tidur berbahan kapuk
5. Hindari pemberian bedak pada wajah terlalu banyak
6. Istirahat
7. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekret
8. Terapi oksigen yang dilembabkan dilakukan untuk menangani hipoksia

1.9. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan
denganpeningkatan produksi sputum

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi


BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Data Umum


1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Pekerjaan : Guru SD
Alamat : Bandung
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk RS : 31 Oktober 2018
Diagnosa Medis : Pneumonia Atipik
Nomer Rekam Medik : 12.XX.XX

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn.B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Bandung
Hubungan dengan klien : Suami

2.2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Keluhan Utama
Pasien mengeluh demam sudah 5 hari, menggigil, pasien juga
mengatakan nyeri dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan
purulent
Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri dada pada saat batuk
skala nyeri 8, intensitas nyeri setiap 20 menit, hidung memerah, retraksi
intercostal, penggunanaan otot bantu pernafasan dan timbul sianosis,
badan tampak lemas dan teraba panas, malaise

Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu


Suami Pasien mengatakan sebelumnya istrinya belum pernah mengalami
penyakit seperti yang dialaminya sekarang.

Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang
sama dan tidak mempunyai penyakit menular (hepatitis, TBC,dsb) atau
penyakit keturunan/genetik (hipertensi, Diabetes Militus, dsb)

2.3. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
TTV :
TD/BP : 130/90 mmHg RR:18 x/menit
N : 100 x/menit T : 39oC
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E4.V5.M6: 15 Total
Antropometri
PB/TB : 155 cm BB : 42 kg
Hb : 10.0 gr% leukostit: 15000 ml
2. Kulit
Keadaan kulit pasien membiru dan teraba panas, tidak ada bekas
luka di kulit pasien, turgor kulit kembali <2 detik
3. Kepala dan Leher
Rambut pasien berwarna hitam pertumbuhan rambut merata, tidak
ada benjolan, leher pasien tidak ada terdapat pembesaran vena
jugularis dan tidak ada keterbatasan gerak leher

4. Penglihatan dan Mata


Mata pasien simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva anemis,
sclera baik, dan pasien tidak menggunakan alat bantu seperti
kacamata.

5. Penciuman dan Hidung


Hidung pasien ampak memerah, Kedua lubang hidung pasien
simetris, terlihat adanya cuping hidung, tidak ada polip.

6. Pendengaran dan Telinga


Kedua daun telinga pasien simetris, tidak ada kelainan pada daerah
telinga, fungsi pendengaran baik dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.

7. Mulut dan Gigi


Bibir pasien kebiruan (sianosis), kebersihan mulut cukup bersih,
bentuk mulut normal, pasien tidak ada gangguan saat menelan.

8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi


Inspeksi : gerakan pernapasan simetris dan biasanya ditemukan
peningkatan frekuensi pernapasan cepat dan dangkat,
adanya retraksi dinding dada, napas cuping hidung. dan
penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : Perbandingan gerak nafas kanan dan kiri seimbang.
Perkusi : Saat diperkusi tidak ada kelainan, terdengar sonor pada
paru-paru, redup pada jantung dan pekak pada area
padat.
Auskultasi: Bunyi napas melemah dan bunyi napas tambahan ronchi
basah pada sisi yang sakit.

9. Abdomen
Inspeksi :Bentuk abdomen simetris tidak ada benjolan, tidak
terdapat lesi warna kulit kebiruan
Auskultasi : Terdengar peristaltik usus 24 x/menit
Palpasi :tidak teraba benjolan dan juga tidak ada nyeri tekan
saat dipalpasi
Perkusi :bunyi perut timpani, pekak pada jaringan perut yang
padat.

10. Genetalia dan Reproduksi


Keadaan umum genetalia tampak bersih, tidak ada kelainan bentuk
anatomi
.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Ekstremitas atas dan bawah membiru. Pasien dapat melakukan
mobilisasi.
Skala Otot
0= Tidak ada pergerakan otot
1= Pergerakan otot yang dapat terlihat, namun tidak ada
pergerakan sendi
2= Pergerakan sendi, namun tidak dapat melawan gravitasi
3= Pergerakan melawan gravitasi, namun tidak melawan tahanan
4 = Pergerakan melawan tahanan, namun kurang dari normal
5 = Kekuatan normal

5555 5555
5555 5555

2.4. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL


A. Aktivitas dan Istirahat
Dirumah : Mampu beraktivitas mandiri , tidur malam kurang lebih
8 jam/hari, tidur siang kurang lebih 4 jam/hari
Di Rs :Aktivitas dibantu oleh suami dan anak, tidur malam
kurang lebih 7 jam/hari, tidur siang kurang lebih 3 jam/hari
B. Persenal Hygine
Dirumah : mandi dua kali sekali
Di Rs :diseka dua kali dibantu oleh perawat dan suami
C. Nutrisi
Dirumah : Suami dan anak pasien mengatakan sebelum sakit
pasien makan dengan teratur
Di Rs : Suami dan anak pasien mengatakan pasien kurang
nafsu makan

D. Eliminasi
Dirumah :BAB 2 kali sehari dengan tekstur lunak dan bau tidak
menyengat, BAK kurang lebih 5 kali sehari
Di Rs :BAB 1 kali sehari dengan tekstur lunak dan bau tidak
menyengat, BAK kurang lebih 4 kali sehari
E. Seksualitas : Pasien berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah
F. Psikososial : Pasien dapat berhubungan baik dengan orang tua,suami
dan anak serta keluarga
G. Spiritual : Pasien beragama islam
2.5. DATA FOKUS
Data Objektif :

TTV = TD/BP : 130/90 mmHg RR : 18x/menit


N : 100 x/menit T:39 oC

Hb: 10.0 gr%

leukostit 15000 ml

Data Objektif :

1. Tampak pada hidung memerah


2. penggunanaan otot bantu pernafasan dan timbul sianosis
3. badan tampak lemas dan teraba panas.
4. adanya retraksi intercostal
5. pasien batuk produktif sputum hijaudan purulent

Data Subjektif :

1. Pasien mengatakan demam sudah 5 hari


2. pasien mengatakan menggigil
3. pasien juga mengatakan nyeri dada pleuritik
4. pasien mengatakan nyeri dada pada saat batuk

2.6. ANALISIS DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


.
1. DS : Peningkatan suhu berhubungan dengan
1. Pasien mengatakan tubuh proses infeksi
demam sudah 5 hari
DO/Data Objektif :
TTV = TD/BP : 130/90
mmHg
RR : 18x/menit
N : 100 x/menit
T:39 oC
Hb: 10.0 gr%
leukostit 15000 ml

2. 1. DS : ketidakefektifan berhubungan dengan


pasien mengatakan b e r s i h a n jalan p e n i n g k a t a n produksi
nyeri dada pada saat n a f a s sputum
batuk
DO : Data Objektif :
TTV = TD/BP : 130/90
mmHg
RR : 18x/menit
N : 100 x/menit
T:39 oC
Hb: 10.0 gr%
leukostit 15000 ml
-
3. 1. DS : pasien juga nyeri dada berhubungan dengan
mengatakan nyeri dada kerusakan parenkim
pleuritik paru

DO : Data Objektif :
TTV = TD/BP : 130/90
mmHg
RR : 18x/menit
N : 100 x/menit
T:39 oC
Hb: 10.0 gr%
leukostit 15000 ml

2.7. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. k e t i d a k e f e k t i f a n bersihan jalan nafas berhubungan
d e n g a n p e n i n g k a t a n produksi sputum
2. nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru
3. peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

2.8. Implementasi
Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005) Implementasi
merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu
sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis.
Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien. Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :

1. Monitor frekuensi atau kedalaman pernap asan dan gerakan


dada
2. Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif
3. Suction sesuai indikasi
4. Lakukan fisioterapi dada
5. P a n t a u t a n d a t a n d a v i t a l
6. B e r i k a n tindakan nyaman, misalnya pijatan
punggung, p e r u b a h a n posisi, musik tenang, relaksasi, atau
latihan napas
7. K a j i s u h u t u b u h d a n n a d i s e t i a p 4 j a m
8. P a n t a u . a r n a k u l i t d a n s u h u
9. lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, mis alnya
kompres hangat

2.9. Evaluasi
S : Berisi keluhan pasien, berasal dari pasien sendiri
O : Data yang diambil dari hasil observasi
A : Pernyataan masalah sudah teratasi atau sebagian atau belum
teratasi
P : Rencana tindakan untuk mengatasi keluhan pasien
BAB III
PEMBAHASAN

Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh


mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik
standar pneumonia pada umumnya dan tidak menunjukkan respon
terhadap antibiotik b-laktam. Mikroorganisme patogen penyebab
pneumonia atipikal pada umumnya adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae , dan Legionella pneumophila. Manifestasi yang
dapat muncul pada penderita pneumonia atipikal diantaranya sakit kepala,
demam tingkat rendah, nyeri pleuritis, myalgia, ruam dan faringitis. Batuk
non produktif dan demam tidak terlalu tinggi. (Wijaya D, Handayani D.
2015).Pneumonia atipikal disebabkan oleh M. pneumoniae, C.
pneumoniae, dan L. pneumophila.

Dari anamnesa Ny.R berusia 35 tahun datang ke RS dengan


mengeluh demam sudah 5 hari, menggigil, pasien juga mengatakan nyeri
dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulent

Pemeriksaan yang di lakukan tanggal 31 Oktober 2018 pada ny.R


di dapatkan bahwa Ny.R mengalami pneumonia atipikal dengan gejala
demam sudah 5 hari, menggigil, pasien juga mengatakan nyeri dada
pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulent . Hal ini sesuai
dengan teori (Marylin E, 2013) bahwa pasien yang mengalami penyakit
Pneumonia atipikal mengalami gejala umum yaitu sakit kepala, demam
tingkat rendah, nyeri pleuritis, myalgia, ruam dan faringitis. Batuk non
produktif dan demam tidak terlalu tinggi.

Pemeriksaan pengkajian data objektif pada Ny.R TTV didaptkan


suhu Ny.R 39oC yaitu hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Pasien juga terlihat menggunakan alat bantu pernapasan karena
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
p e n i n g k a t a n produksi sputum
Dilihat dari data subjektif, objektif dan dilahan praktik klinik, Tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff H, dan Mukty H.A. 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press.

Djojodibroto D, 2009. Respirology (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC, hal


136-41.
Wijaya D, dan Handayani D. 2015. Pneumonia Atipik Akibat Mycoplasma
Pneumonia. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai