Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GOUT ARTRITIS


(ASAM URAT)

Oleh :

Kelompok 5

Rahmat Hidayat 717.6.2.0939

Vera Okta Lianty Siakmo 717.6.2.0923

Kutsiyah 717.6.2.0934

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga kami dari Kelompok Lima(5) sebagai
penyusun makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul Gout Artritis
(Asam Urat )dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Menyusun makalah dalam diskusi merupakan salah satu tugas dan


persyaratan untuk memenuhi kebutuhan diskusi dalam bertukar pikiran dalam
mata kuliah tersebut, dimana isi makalah ini terdapat dari berbagai sumber.
Dalam makalah ini, dapat kami selesaikan berkat kerja sama yang baik dan
kompak dari kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Tetapi, kami
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan atau masih membutuhkan
suatu perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak baik dosen maupun teman-teman yang bersifat membangun agar
dapat lebih disempurnakan lagi untuk kedepannya. Terima kasih...

Sumenep, 23 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Definisi Gout ................................................................................................ 3

2.2 Patofisiologi.................................................................................................. 5

2.3 Etiologi (Faktor Resiko) ............................................................................... 7

2.4 Menifestasi Klinis......................................................................................... 8

2.5 WOC ........................................................................................................... 10

2.6 Diagnosis .................................................................................................... 11

2.7 Stadium ada Gout ....................................................................................... 12

2.8 Tujuan Pengobatan ..................................................................................... 12

2.9 Pengobatan (Terapi) ................................................................................... 13

BAB III ................................................................................................................. 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GOUT ...................................... 17

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 17

1. Pengkajian .................................................................................................. 17

2. DiagnosaKeperawatan ............................................................................... 18

ii
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 19

3.2 Tinjauan Kasus ........................................................................................... 22

BAB IV ................................................................................................................. 30

PENUTUP ............................................................................................................ 30

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 30

4.2 Kritik dan saran .......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah
satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.
Peningkataan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh
manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini
disebabkan oleh penumpukan Kristal di daerah tersebut akibat tingginya
kadar asam urat dalam darah. Penyakit ini sering disebut penyakit gout atau
lebih dikenal di masyarakat sebagai penyakit asam urat. Hiperuricemia
disebabkan oleh sintesa purin berlebih dalam tubuh karena pola makan yang
tidak teratur dan proses pengeluaran asam urat dari dalam tubuh yang
mengalami gangguan. Faktor-faktor yang diduga juga mempengaruhi
penyakit ini adalah diet, berat badan dan gaya hidup ( Price& Wilson, 1992).
Choi dkk (1986) melakukanPenelitian tentang gout pada populasi tenaga
kesehatan laki-laki di Amerika Serikat, yang meliputi dokter gigi, optometris,
osteopath, ahli farmasi, podiatrist, dan dokter hewan. Populasi tersebut
berusia antara 40 sampai 75 tahun. Hasil penelitianya selama 12 tahun
menemukan 730 kasus gout baru. Mereka menemukan peningkatan risiko
gout ketika responden mengonsumsi daging atau seafood dalam jumlah
banyak. Akan tetapi, tidak ditemukan peningkatan risiko gout ketika
mengonsumsi protein hewani maupun nabati atau sayur-sayuran kaya purin
dalam jumlah banyak. Pada penelitian gout pertama di Indonesia,Van den
Horst (1935) menemukan 15 kasus gout berat pada masyarakat kurang
mampu di jawa. Kemudian Darmawan (1988) di Bandungan Jawa tengah
melakukan penelitian diantara 4.683 orang berusia 15-45 tahun yang diteliti,
0,8% menderit asam urat tinggi (1,7% pria dan 0,05% wanita ) diantaranya
sudah sampai pada tahap gout. Perlu diketahui pula di Indonesia arthritis gout
diderita pada usia lebih awal dibandingkan dengan Negara barat. 32%
serangan gout terjadi pada usia dibawah 34 tahun. Oleh karena itu, hal inilah

1
yang melatarbelakangi betapa pentingnya untuk mengetahui dan mempelajari
penyakit ini (Gout dan Hiperurisemia) untuk mengetahui solusi pengobatan
yang terbaik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, adapun rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu gout?
2. Bagaimana patofisiologi dari gout?
3. Apa etiologi (penyebab) gout?
4. Apa dan bagaimana menifestasi klinik gout?
5. Bagaimana mendiagnosa gout?
6. Bagaimana tujuan pengobatan gout?
7. Bagaimana terapi/pengobatan gout?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami defini gout.
2. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari gout
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi (penyebab) gout
4. Untuk mengetahui dan memahami menifestasi klinik gout
5. Untuk mengetahui dan memahami langkah-lankah mendiagnosa gout
6. Untuk mengetahui dan memahami tujuan pengobatan gout
7. Untuk Mengetahui dan memahami bagaimana terapi/pengobatan gout
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan tersebut di atas, adapun manfaat dalam
penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya tentang “Gout Artiritis (Asam Urat)”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gout


Artritis adalah nama gabungan untuk lebih dari seratus penyakit, yang
semuanya berciri rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dengan
terganggunya fungsi alat-alat gerak (sendi dan otot). Yang paling banyak
ditemukan adalah artrose (arthritis deformens), umumnya tanpa peradangan,
kemudian rematik (arthrits rheumatica) dengan peradangan, spondylosis
dengan radang tulang punggung, sindrom reiter (dengan radang ginjal dan
selaput mata), dan encok. Penyakit lainnya yang jarang ditemukan adalah
rema akut (arthritis septice), dan rema jaringan lembut yang menghinggapi
jaringan otot. (Tjay dan rahardja. 2007: 321)
Encok (Arthritis urica, gout), merupakan suatu gangguan pada
metabolisme asam urat, yang mengakibatkan mengendapnya kristal-kristal
natrium urat di sendi-sendi, jaringan lembut (tophi), dan ginjal (batu ginjal).
Gout sesungguhnya adalah arthritis/radang yang terjadi karena
terbentuknya endapan kristal monosodium urat, biasanya terjadi secara
mendadak. Terjadinya pengumpulan kristal monosodium urat di sendi akibat
dari keadaan tingginya kadar asam urat dalam darah penderita/hiperurisemia.
(Puspitasari. 2008: 36).
Definisi Gout atau Asam Urat adalah:
1. Suatu penyakit yang ditandai dengan hiperurisemia, serangan akut
(mendadak), dan berulang ditandai dengan adanya kristal monosodium
urat (MSU) atau asam urat pada cairan sinovial (cairan sendi), dan
terbentuknya jaringan (thopi) , dan neprolitiasis asam urat.
2. Adanya hiperurisemia mungkin tanpa gejala dan terjadi karena
peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah >7,0 mg/dl dan
peningkatan resiko timbulnya gout.
3. Atritis pirai dan disebabkan oleh deposit kristal monosodium urat (MSU)
terjadi akibat supersaurasi cairan akstraseluler yang mengakibatkan atu
atau beberapa menifestasi kliinilk. (Priyanto. 2008: 109).

3
Arthritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai suatu
gambaran khusus yaitu arthritis akut. Arthritis gout ini lebih banyak terdapat
pada pria dibandingkan wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
sedangkan pada wanita sering mengenai pada usia menopause
Gout atau encok atau sering disebut asam urat, penyakit tersebut
merupakan penyakit metabolit karena produksi asam urat yang berlebihan
atau gangguan ekskresi dari purin. Penyakit yang ditandai serangan arthritis
akut diakibatkan penumpukan kristal monosodium urat, suatu produk dari
metabolisme purin dari jaringan sinovial pada persendian tulang. Pada
kondisi tersebut, reaksi inflamasi juga timbul, melibatkan aktivasi mediator
kinin, sistem komplemen dan plasti, produk enzim lipoksigense (leukotrin B),
retruitment neutrofil, dan produk enzim lopoksigenase (leukotrien B4),
rekruitment neutrofil, dan produksi. (Nugroho. 2011: 186).
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah
satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.
Peningkataan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh
manusia seperti perasaan linulinu di daerah persendian dan sering disertai
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini
disebabkan oleh penumpukan Kristal di daerah tersebut akibat tingginya
kadar asam urat dalam darah. Penyakit ini sering disebut penyakit gout atau
lebih dikenal di masyarakat sebagai penyakit asam urat. Hiperuricemia
disebabkan oleh sintesa purin berlebih dalam tubuh karena pola makan yang
tidak teratur dan proses pengeluaran asam urat dari dalam tubuh yang
mengalami gangguan. Faktor-faktor yang diduga juga mempengaruhi
penyakit ini adalah diet, berat badan dan gaya hidup (Price and Wilson.1992).
Gout adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan
penyakit yang berkaitan dengan hiperurisemia. Hiperurisemia dapat terjadi
karena peningkatan sintesis prekursor purin asam urat atau penurunan
eliminasi/pengeluaran asam urat oleh ginjal, atau keduanya. Gout merupakan
diagnosis klinis sedangkan hiperurisemia adalah kondisi biokimia. Gout
ditandai dengan episode arthritis akut yang berulang, disebabkan oleh
timbunan monosodium urat pada persendian dan kartilago, dan pembentukan

4
batu asam urat pada ginjal (nefrolitiasis). Hiperurisemia yang berlangsung
dalam periode lama merupakan kondisi yang diperlukan tetapi tidak cukup
untuk menyebabkan terjadinya gout
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah
dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri
infalamasi satu sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak
dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak
terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk
kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada
satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat
mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk
sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat hiperurisemia.
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat).
Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik. Gout primer
merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan
atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang
berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu
sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab
primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang
jelas.(Putra, 2009).

2.2 Patofisiologi
1. Asam urat merupakan produk akhir dari degradasi purin yang bersumber
dari dalam tubuh atau diet dan dianggap sebagai sampah yang harus
dibuang. Kadar asam urat berlebihan merupakan akibat dari proses
prouksi (degradasi purin) atau karena ekskresi yang rendah. Sumber purin

5
ada tiga diantaranya diet, konversi asam nukleat jaringan ke nukleotida
purin, dan hasil sintesis.
2. Asam urat dari diet berasal dari makanan yang mengandung
nukleoprotein, seperti usus(854 mg/100g), babat dan limpa (470 mg/100
g), daging sapi 385 mg/100 g), bayam kangkung, daun melinjo (sekitar
300 mg/100 g), tahu-tempe (sekitar 120 mg/100 g), dan lain-lain.
3. Overproduksi dapat terjadi karena peingkatan phosphoribosyl phosphate
(PRPP) synthetase yang menyebabkan peningkatan sintesis purin yang
pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan asam urat. Over produksi
asam urat juga dapat terjadi pada peningkatan peruraian asan nukleat
jaringan pada gangguan myeloproliperatif dan limphoproliperatif.
Peningkatan sintesis asan urat karena enzim di atas bersifat genetik atau
karena penyakit tertentu misalnya kanker darah, dimana sel-sel
berkembang sangat cepat sehingga nukleoprotein menjadi berlebihan.
4. Diet purin tidak begitu berpengaruh pada terjadinya hiperurisemia jika
tidak ada gangguan dari metabolisme purin dan akskresi purin.
5. Dua pertiga asam urat yang diproduksi diekskresi melalui urin dan
sisanya melalui gastrointestinal (GI) setelah terdegradasi oleh bakteri
kolon. Gangguan ekskresi ginjal pada tubuli distal atau karena ginjal yang
rusak, misalnya pada glomeluronefritis juga akan meningkatkan kadar
asam urat
6. Obat-obat yang mengurangi kliren atau ekskresi asam urat seperti duretik
(thiazid dan furosemid), asam salisilat, pyrazinamid, INH, ethambutol,
asam nikotinat, ethanol, levodopa, cyclosporin, dan obat-obat sitotoksik.
Karena mengganggu akskresi, maka dapat meningkatkan kadar asam
urat,sehingga perlu diperhatikan.
7. Dalam kondisi normal seseorang memproduksi asam urat 600-800 mg
perhari, dan yang diekskresi melalui urin kurang dari 600 mg sehari
sisanya siekskresikan melalui feses. Jumlah diekskresi < 100 mg
dianggap normal, tetapi jika > 1000 mg sudah termasuk over produksi
pada pasien tanpa diet purin. Tetapi jika ekskresi > 600 mg perhari pada
seseorang yang diet purin sudah dianggap over produksi.

6
8. Deposit kristal asam urat di sinovial menyebabkan inflamasi (vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas kapiler, dan aktifitas kemotaktik dari
polymorphonuclear leukosit). Fagositosis kristal asam urat oleh leukosit
menyebabkan adanya enzim proteolitik ke dalam plasma. Inflamasi
menyebabkan nyeri sendi, erithema, panas, dan bengkak.
9. Neprolithiasis asam urat dapat terjadi pada 10-15% penderita gout dangan
faktor predisposisi seperti kelebihan ekskresi, urin asam, dan tingginya
kadar asam urat. (Priyanto. 2008: 109-111).
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar
dari 7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat.
Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak
mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah
sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun
dimulai. Apabila serangan terjadi berulang-ulang, mengakibatkan
penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap
dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan, dan telinga.
Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan
imunoglobulin yang berupa IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG
akan meningkat fagositosis kristal dengan demikian akan memperlihatkan
aktivitas imunologik (Smeltzer & Bare, 2001).

2.3 Etiologi (Faktor Resiko)


Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembantukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari
penyebabnya, panyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan
a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat yang
berlebihan karena penyakit lain seperti leukimia, trutama bila diobati
dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.

7
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout primer renal, terjadi karena ganngguan eksresi asam urat di
tubuli distal ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.
b. Gout sekuner renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, mislanya pada
glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
c. Perombakan dalam usus yang berkurang.
Namun, secara klinis hal ini tidak pentingKomsusmsi makanan dan
minuman yang mengandung purin dan xantin merupakan pemicu yang
diyakini para ahli. Sumber purin antara lain bahan makanan jeroan binatang,
sayuran, dan prouk hasil laut. Sementara kopi, coklat, dan colaadalah
minuman yang mengandung xantin. (Puspitasari. 2008: 37).
Dulu di eropa asam urat dianggap sebagai penyakit orang kaya dan
terutama orang gemuk. Menurut perkiraan asam urat disebabkan oleh makan
dan minum terlampau banyak. Kini diketahui bahwa selain kadar asam urat
yang meningkat (hiperurisemia), yaitu keturunan, kehamilan, kebiasan makan
dan minum, pembebanan sendi berlebihan, diabetes melitus, hipertensi,
hiperlipidemia, dan stress fisik dan mental. Mulainya asam urat pada pria
biasanya pada usia antara 40-60 tahun, sedangkan pada wanita kebanyakan
sesudah menopause.
2.4 Menifestasi Klinis
Secara klinis ditandai dengan adanya artritis, tofi, dan batu ginjal.
Yang penting diketahui sendiri bahwa asam urat tidak menyebabkan apa-apa.
Yang menimbulkan rasa sakit karena terbentuk dan mengendapnya kristal
monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh
karena itu sering terbentuk tofi pada daerah telinga, siku, lutut, dan lain
sebagainya.
Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari
kaki sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak,
kemerahan, dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa
hari sampai satu minggu , lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak
sakit. Tetapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat
predileksi kedua untuk serangan ini.

8
Tofi merupakan penimbuanan asam urat yang dikelilingi reaksi radang
pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Serng timbul di tulang
rawan sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan menifestasi lanjut dari gout
yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
1. Mikrotofi, dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Piolenefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi.
Selain dan dari menifastasi di atas, adapun tanda-tandanya pada gout
(asam urat) adalah sebagai berikut:
1. Timbulnya excruciating pain, bengkak, dan inflamasi. Serangan diawali
pada jari-jari kaki, akle, bagian belakang kaki yang terbantuk bulat (heel),
lutut, dan siku (elbow).
2. Serangan dimulai pada malam hari dan mungkin menyebabkan pasien
terbangun dari tidurnya.
3. Kemerah-merahan pada sendi, panas, dan bengkak, jika tidak diterapi
akan sembuh atau berakhir kira-kira 3-14 hari.
4. Serangan akut gout dapat terjadi walaupun tanpa adanya propokasi
sebelumnya atau dapat dipicukarena stress, trauma, minuman alkohol,
operasi, dan minum obat yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
darah.
5. Nyeri pada satu atau beberapa sendi di malam hari, yang makin lama
makin memburuk.
6. Pada sendi yang bengkak , kulit kemerahan hingga berwarna keunguan,
kencang, licin, dan hangat.
7. Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita, terjadi
peningkatan denyut jantung.
8. Bila benjolan kristal di sendi pecah, akan keluar massa seperti kapur.
9. Kadar asam urat dalam darah tinggi (hiperurisemia).

9
Pada penderita berumur kurang dari 30 tahun, keparahan mudah
terjadi, 20% penderita gout dapat mengalmi adanya batuginjal. (Puspitasari.
2008: 37).
2.5 WOC

faktor makanan kelainan metabolic penyakit obat-obatan

gangguan metabolisme purin

sekresi asam urat menurun di ginjal produksi asam urat berlebih

hiperaturasi asam urat

penimbunan Kristal monoatrium dan sendi

Thopi Gout

Terjadi di ujung sendi terapi farmako(kortikosteroid) Kristal asam urat me


Gaktifkan sistem
komplemen
Deformitas pada kaki peningkatan permiabilitas kapiler

Kekakuan pada sendi supresi sumsung tulang

gangguan mobilitas fisik imunitas menurun mengeluarkan asan hormon


yang bersifat deduktif
resiko infeksi
merusak saraf perifer

10
nyeri akut

reaksi antigen antibodi

pelepasan mediator

prostaglandin

peningkatan preamibilitas kapiler

peningkatan preamibilitas kapiler

perpindahan cairan dari ekstra


vaskuler dan intra muskuler

edema

gangguan integritas kulit

2.6 Diagnosis
1. Terdapat kristal monosodium urat di dalam cairan sendi, atau
2. Didapatkan kristal monosodium urat di dlam tofus, atau
3. Didapatkan 6 dari kriteri berikut:
a. Inflamasi maksimal pada hari pertama
b. Serangan artritis akutlebih dari satu kali pertahun
c. Artritis monoartikular
d. Sendi yang terkena berwarna kemerahan
e. Sendi yang terkena mengalami inflamasi

11
f. Serangan pada sendi metatarsal
g. Adanya tofus (benjolan pada sendi)
h. Hiperurisemia (tingginya kadar monosodium urat dalam darah)
i. Kultur bakteri sendi negatif
j. Leukositosis, dan laju endap darah &LED) meningkat. (Priyanto.
2008: 111).
2.7 Stadium ada Gout
1. Hiperurisemia tanpa atau hanya atau hanya menimbulkan rasa tidak
nyaman atau rasa tidak segar
2. Artritis akut (serangan akut), serangan akut dapat timbul tanpa suatu
presipitasi apapun, tetapi dapat juga karena trauma lokal, pembedahan,
stess, dan komsumsi obat-obat tertentu.
3. Fase interkritis (artritis rekuren), terjadi artritis rekuren jika jarak satu
serangan dengan serangan yang lain makin pendek.
4. Artritis kronis (Gout kronis), disebabkan oleh kelainan sendi yang
menetap karena terjadi kerusakan atau osteoartrosis sekunder.
5. Nephrolitiasis disebabkan hiperurisemia yang sudah berlangsung lama
atau faktor tertentu sehingga terbentuk batu ginjal. Selain terapi dengn
alopurinol, pembasaan urin dengan Na-bikarbonat atau potassium sitrat
diperlukan. (Priyanto. 2008:112).
2.8 Tujuan Pengobatan
Adapun tujuan pengobatan suatu penyakit khususnya gout sebelum
obat ditetapkan, harus ada tujuan dalam pengobatan diantaranya:
1. Menghentikan serangan akut
2. Mencegah kambuh
3. Mencegah komplikasi karena adanya kristal asam urat di jaringan
4. Mengeluarkan kristal monosodium urat melalui ginjal atau fases
5. Menhambat kerja enzim yang dapat merubah xantin menjadi asam urat.
(Priyanto. 2008:112)

12
2.9 Pengobatan (Terapi)
1. Non-Farmakologi (tindakan Umum)
Penelitian lain menyebutkan bahwa serum asam urat dapat
diturunkan dengan melakukan olahraga rutin dan teratur, namun jika olah
raga tersebut hanya dilakukan secara intermiten justru akan
meningkatkan kadar serum asam urat (Francis & Hamrick, 1984).
Untuk mencegah kekakuan dan nyeri sendi, dapat dilakukan
latihan fisik ringan berupa latihan isometrik, latihan gerak sendi dan
latihan fleksibiltas yang keseluruhan itu tercakup dalam stabilisasi sendi
yang menurut Tulaar dalam jurnalnya yang berjudul “Nyeri Punggung
dan Leher” menyebutkan bahwa stabilisasi sendi merupakan program
rehabilitasi yang dirancang untuk membatasi nyeri, memaksimalkan
fungsi, dan mencegah cedera lebih lanjut (Tulaar, 2008).
Stabilisasi termasuk fleksibilitas sendi, re-edukasi postur dan
penguatan. Program tersebut menekankan partisipasi aktif pasien.
Mengembalikan ROM normal dan postur yang baik diperlukan untuk
menghindari mikrotrauma berulang pada struktur sendi dan tulang akibat
pola gerak yang buruk. ROM penuh dibutuhkan untuk melatih sendi
dalam stabilisasi selama bermacam aktivitas. ROM bebas nyeri
ditentukan dengan meletakkan sendi pada posisi yang mengurangi gejala.
Awalnya, stabilisasi dimulai dengan menentukan ROM bebas nyeri
kemudian diaplikasikan di luar ROM sewaktu kondisi pasien membaik.
Pembatasan apapun pada jaringan lunak atau sendi harus diterapi untuk
membantu mencapai ROM sendi yang normal. Hal tersebut dicapai
melalui latihan ROM pasif, mobilisasi sendi, teknik mobilisasi jaringan
lunak, peregangan-sendiri, dan mengatur postur yang benar (Tulaar,
2008).
Terapi lokal untuk mengurangi nyeri yang diberikan pada pasien
ini berupa terapi crynothermi dan dyatermi yang diaplikasikan sesuai
fase. Dalam jurnal “The diagnosis and treatment of muscle
painsyndrome”, Thompson mengatakan bahwa terapi lokal crynotermi,
seperti spray& stretch menggunakan vapocoolant spray ataupun kompres

13
dingin dengan es. Suhu dingin dipermukaan kulit menimbulkan relaksasi
otot yang memudahkan peregangan cukup sangat baik di aplikasikan
pada fase akut. Terapi lain adalah suntikan ke daerah dengan nyeri
terhebat atau pada titik picu. Dapat juga dengan suntikan kering
disebut dry needling (Thompson, 1996).
Pada pasien ini anjuran untuk mengkompres dingin dimaksudkan
untuk mengurangi nyeri pada fase akutnya agar tidak bergantung pada
terapi farmakologis. Terapi dyatermi dengan menempelkan kantung
hangat pada sendi ditujukan untuk nyeri yang sudah berlangsung lama
pada pasien ini. Lehman mengatakan bahwa panas superfisial dapat
memberi relaksasi dan mengurangi nyeri. Pemanasan dalam (deep
heating) seperti ultrasonografi sebaiknya dihindari pada fase akut karena
dapat menambah radang saraf yang bengkak sehingga menambah nyeri
(Lehman & de Lateur, 1982).
Pada pasien ini, tidak hanya dilakukan penyelesaian masalah
secara klinis, namun masalah perilaku makan tinggi purin diselesaikan
dengan metode berbasis kedokteran keluarga. anggota keluarga diajak
berpartisipasi aktif untuk membantu menyelesaikan masalah, dalam hal
ini istri pasien ditunjuk sebagai pelaku rawat agar dapat mendukung
program diet rendah purin yang sudah direncanakan. Istri dapat
membantu untuk menyediakan menu makanan yang rendah purin bagi
keluarga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh William yang berjudul
”Effects ofdiet, physical activity and performance, and body weight on
incident gout inostensibly healthy, vigorously active men”, mengatakan
bahwa pengurangan konsumsi dari daging serta makanan laut dan
makalan lain yang mengandung purin yang tinggi dapat menurunkan
kadar asam urat dalam darah yang berate dapat menurunkan kejadian
serangan akut pada artritis gout (William, 2008).
Simpulan, berbagai makanan yang mengandung tinggi purin serta
tinggi protein menjadi faktor risiko utama terjadinya gout. Hal ini
berkaitan dengan perilaku makan tinggi purin pada kasus ini, diperberat
oleh aktifitas mekaniknya dan menu makanan yang tidak terkontrol di

14
tempat kerja. Terapi dengan intervensi perilaku makan yang dibantu oleh
keluarga (istri sebagai care giver) dan manajemen nyeri yang tidak
bergantung pada aspek farmakologis mampu menyelesaikan masalah
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan pelayanan
dokter keluarga yang holistik komprehensif, berkesinambungan,
integratif, dan koordinatif, penyelesaian masalah medis dan masalah
perilaku makan tinggi purin pada pasien pun dapat diselesaikan.
Dalam buku “farmakoterapi dan Farmakologi medis” priyanto
menguraikan secara singkat mengenai terapi non-farmakologi untuk
gout, antara lain:
a. Mengurangi makanan yang memiliki kandungan purin yang tinggi
b. Menghindari komsumsi alkohol
c. Mengurangi stress
d. Mengurangi berat badan sehingga berat badan normal atau bahkan
lebih rendah 10-15% dari berat badan normal
e. Minum dalam jumlah yang cukup
f. Mengurangi komsumsi lemak menjadi sekitar 15% dan total energi
yang pada orang yang sehat sekitar 25%. Jika komsumsi lemak tidak
dikurangi, pembakaran lemak menjadi energi akan menghasikan
keton yang akan menghambat eksresi asam urat.
Jadi, tindakan umum yang dijadikan sebagai preverensi
kambuhnya serangan encok dapat diikuti suatu aturan hidup tertentu, bila
terdapat overweight, perlu menjalani diet menguruskan tubuh, banyak
minum minimal (2 kali sehari), membatasi asupan alkohol, menghindari
stress fisik dan mental serta diet purin. Penggunaan diuretika tiazida
dihindari dan diganti dengan obat hipertensi yang lainnya. (Tjay dan
rahardja. 2007: 341).
2. Farmakologi (Penanganan dengan Menggunakan Obat)
Pengobatan ditujukan pada pengurangan serangan akut pirai dan
mencegah kambuhnya episode pirai dan baru urat. Kristal-kristal urat
pada mulanya difagosit oleh sinoviosit, yang kemudian merilis
prostaglandin, enzim lisosomal, dan leukotrin. Tertarik oleh mediator-

15
mediator kemotaksis ini, leukosit polimorfonuklear bermigrasi ke ruang
sendi dan memperkuat proses inflamasi yang berlangsungpada fase-fase
lanjut dari serangan, terlihat peningkatan dari jumlah fagosit-fagosit
mononuklear (makrofag), mencerna kristal-kristal urat, dan merilis lebih
banyak mediator-mediator inflamasi. Urutan kejadian ini menyatakan
bahwa agen-agen yang paling efektif untuk menangani inflamasi akut
yang disebabkan oleh kristal urat adalah agen-agen yang menekan fase-
fase yang berbeda dari aktivasi leukosit.
Natrium urat berkristal dalam sendi, mendorong reaksi peradangan
yang disebut gout dengan tofus (tophaceous). Obat aspirin dapat
menghilangkn gejala gout, tetapi lebih sering diarahkan untuk
menurunkan kadar asam urat. Asam urat adalah hasil metabolisme purin.
Strategi untuk menurunkan kadar asam urat meliputi penghambatan
xantin oksidase, enzim yang bertanggung jawab untk sintesis asam urat ,
dan mencegah reabsorbsi asam urat dari urin. (Olson. 2004:).
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan
akut dan penanganan hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3
tahapan dalam terapi penyakit ini:
a. Mengatasi serangan akut
b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal
urat pada jaringan, terutama persendian
c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
Edukasi pasien dan pemahaman mengenai dasar terapi diperlukan
untuk menjamin keberhasilan terapi gout. Menghindari faktor‐ faktor
yang dapat memicu serangan juga merupakan bagian yang penting dari
strategi penatalaksanaan gout.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GOUT


3.1 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas

Nama, umur, alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95%


penderita gout adalah pria)
b. Keluhan utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi
ibu jari kaki (sendi lain).
c. Riwayat kesehatan
 Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari
kaki atau pada sendi-sendi lain. Bagaimana gejala awalnya
dan bagaimana klien mengulanginya. Obat-obatan yang
diperoleh.
 Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan
kemerahan, demam subfebris, periksa adanya nodul diatas
sendi.
 Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan
aktivitas dan masalah-masalah yang terkait dengan
psikososialnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
e. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
 Kebutuhan nutrisi
1. Makanan: kaji frekuensi, jenis, komposisi
(pantangan makanan kaya protein dan kaya purin)
2. Minum: kaji frekuensi, jenis (pantangan)
 Kebutuhan elimenasi
1. BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

17
2. BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
 Kebutuhan aktivitas Biasanya klien kurang atau tidak dapat
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri akibat
nyeri dan pembengkakan.
f. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Muskuloskeletal Biasanya terjadi
pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri
yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-
sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi). Area sendi
bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan), nyeri
tekan pada sendi yang terkena, nyeri pada saat digerakan.
 Sistem Perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal.
g. Pemeriksaan Diagnostik
 Asam urat meningkat
 Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat (selama
fase akut) Pada aspirasi sendi ditemukan asam urat
 Pemeriksaan urin
 Rontgen

2. DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
persendian dan imobilitas

18
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi

Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri Setelah dilakukan  Pantau kadar  Untuk  Melakukan S : Klien


berhubungan tindakan asam urat mengevaluas pemeriksaan mengataka
dengan proses keperawatan  Berikan i ke efektifan kadar asam n nyerinya
infeksi selama 1x30 menit istirahat terapi klien secara sudah
nyeri berkurang dengan kaki  Peninggian berkala berkurang
dan rasa nyaman ditinggikan dan  Atur posisi
O : Kadar
klien terpenuhi dari dan pemberian tidur klien
asam urat
nyeri. Dengan diberikan kompres dengan
menurun
kriteria hasil : bantalan, dingin atau posisi kaki
A:
berikan hangat ditinggikan
1. Menyangka
Masalah
analgesik membantu dan
l rasa nyeri
teratasi
yang di mengurangi menggunaka
2. Ekspresi
programkan bengkak dan n bantalan, P:
wajah rilaks
dan evaluasi membantu kemudian Lanjutkan
3. Tidak ada
keefektipann menghilangk berikan intervensi
rintihan
ya, berikan an tekanan kompres
kompres dari kaki, dingin atau
dingin atau analgesik hangat
hangat memblog  Memberikan
 Berikan obat rasa nyeri obat sesuai
anti gout resep dokter
yang  Obat anti dan
diresepkan gout bekerja konsultasika
dan dengan n dengan
evaluasikeefe menghambat dokter bila
ktifannya, reabsorbsi kadar asam
Konsul asam urat di urat tetap
dokter bila tubulus tinggi

19
kadar asam ginjal  Anjurkan
urat tetap (benemid) klien untuk
tinggi dan melawan minum 2-3
nyeri tidak fagositosis liter cairan
hilang leukosit yang setiap hari
dengan menghambat
analgesik deposit urat
lanjut
 Instruksikan (allopurinol).
klien untuk Terapi obat
minum 2-3 tambahan
liter cairan dapat
setiap hari diperlukan
bila kadar
asam urat
serum tetap
tinggi

 Tindakan ini
membantu
mencegah
batu ginjal,
komplikasi
mayor yang
berkenaan
dengan gout

20
2. Gangguan Setelah dilakukan  Pemantauan  Tingkat  Memanatau S : Klien
mobilitas fisik asuhan tingkat aktivitas tingkat mengataka
berhubungan keperawatan klien inflamasi / tergantung inflamasi / n sudah
dengan nyeri diharapkan dapat rasa sakit dari rasa sakit bisa
persedian dan melakukan pada sendi perkembangan pada sendi melakukan
mobilitas mobilitas fisik.  Tingkatkan / resolusi dari klien aktivitas
Dengan kriteria aktivitas bila proses  Anjurkan
O:
hasil : Klien akan nyeri inflamasi klien untuk
Aktivitas
meningkatkan dan berkurang  Mempertahan meningkatk
klien
menunjukan  Bantu kan an
meningkat
aktivitasnya sesuai dengan pergerakan aktivitasnya
dengan A:
rentang sendi bila nyeri
Masalah
kemampuan gerak aktif /  Meningkatkan sudah
teratasi
inflamasi kekuatan otot berkurang
 Membantu P:
klien Lanjutkan
melakukan intervensi
rentang
gerak aktif /
inflamasi

3. A
n
j
u
r
k
a
n
k

21
3.2 TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

1. Indentitas : Ny. A
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 07 januari 1934
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Melayu
Alamat : Surabaya
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a. Pekerjaan saat ini
Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang-kadang kalau
ada kemauan, klien pergi ke kebun yang ada disamping rumahnya.
b. Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan pekerjaannya dulu adalah petani
c. Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatannya dulu dari hasil yang ada
dikebunnya.
d. Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk makan sehari-hari.
3. Lingkungan dan tempat tinggal kebersihan dan kerapian
a. Ruangan : terkesan tidak rapi atau berantakan
b. Penerangan : kurang
c. Sirkulasi udara : kurang karena hanya terdapat jendela di depan rumah
d. Sumber air minum : PAM
e. Keadaan kamar mandi : kecil dan lantai licin dan berlumut
f. Pembuangan sampah : ditumpuk didepan rumah
g. Resiko injury : kamar mandi berlumut dan licin
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini : klien mengatakan dalam satu tahun terakhir
ini merasakan sakit seperti kesemutan, kebas pada bagian kaki dan

22
juga pada bagian pinggang. Klien tidak pernah melakukan latihan
pergerakan, klien tidak pernah berolahraga paling nyapu halaman.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : klien belum pernah menderita penyakit
yang berat. Sakit yang diderita adalah pusing, batuk dan pilek. Hal
yang pertama kali dilakukan jika dia sakit adalah membeli obat di
warung, jika tidak sembuh baru di bawa ke puskesmas.
c. Pola kebiasaan
1. Makan dan minum
Klien mengatakan makan 3x sehari, tapi makanan dikonsumsinya
sedikit tergantung nafsu makannya.
2. Eliminasi
Klien mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri
dengan mandiri, tetapi keluhanyang dirasakan tidak dapat
mengontrol BAK jika mau ke kamar mandi, kadang sudah keluar
sendiri sebelum sampai kamar mandi.
3. Toileting
a. Mandi :Klien mengatakan mandi 1 hari sekali dilakukan
sendiri.
b. Gosok gigi :Klien mengatakan gosok gigi 2 kali sehari.
c. Mencuci rambut :Klien mengatakan mencuci rambut 4 kali
seminggu.
d. Berpakaian dan berhias :Klien mengatakan berpakaian sendiri
tanpa bantuan.
d. Istirahat tidur :Klien mengatakan biasanya tidur mulai jam 21:00WIB,
jika siang klien beristirahat didalam rumah atau diluar rumah.
e. Aktivitas :Klien mengatakan tiddak pernah berolah raga, paling nyapu,
brpindah masih dilakukan secara mandiri tetapi klien mengatakan
sudah tidak mampu berjalan jauh.
f. Neurosensory : klien tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan
kesemutan.
g. Psikososial

23
a. Hubungan social : klien mengatakan tidak mengikuti salah satu
kegiatan di masyarakat dengan alasan sudah tua.
b. Konsep diri
Klien mengatakan semua bagian tubuhnya disukai, sekarang peran
klien sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat
sebagai tempat mengadu.
h. Nilai kenyakinan dan spiritual : klien beragama islam yang
mempunyai keyakinan bahwa tuhan itu pasti menyembuhkan apapun
yang terjadi pada diri kita.
i. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : sadar penuh (compos mentis) orientasi terhadap
orang, waktu tempat dan situasi baik. Penampilan kurang rapi,
rambut di ikat tetapi acak acakan.
b. Tanda-tanda vital
TD: 130/90mmHg
- Kepala dan rambut: rambut sebagian sudah beruban, tampak
berminyak dan berbau.
- Mata masihbdapat melihat dengan jelas
- Telinga bersih fungsi pendengaran masih baik.
- Mulut, gigi, bibir: mulut berbau.
5. Data yang diperoleh
DS:
 Klien mengatakan dia tidak pernah berolah raga, paling nyapu.
 Keluarga mengatakan ibu tidak pernah mau jalan pagi.
 Klien mengatakan dia tidak mampu jalan jauh, kedua kaki saya
kebas, kesemutan.
 Keluarga mengatakan “ya memang beginilah keadaan rumah
kami”
 Klien mengatakan mandi 1 kali sehari
 Klien mengatakan jarang gosok gigi, dan mencuci rambut
seminggu sekali.

24
DO:
 Postur tubuh tidak stabil saat berjalan
 Perubahan gaya jalan lambat, kaki diseret
 Klien tampak dapat jalan tapi sempoyongan
 Nilai otot 3/5
 Lantai kamar mandi licin dan berlumut
 Perabotan dan peralatan tidak rapi
 Penerangan didalam rumah kurang
 Rambut tampak berminyak dan lusuh
 Mulut, gigi tampak kotor
 Rambut diikat tapi acak-acakan.
6. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah

1 Ds: - Ny.A mengatakan merasakan sakit Inflamasi pada Nyeri


pada bagian kaki, seperti kesemutan, kebas daerah bagian
dan juga di bagian pinggangnya. kaki

Ny.A mengatakan dia tidak pernah


berolahraga, paling nyapu.

Do: - postur tubuh tidak stabil ketika


berjalan tremor.

Perubahan gaya lambat, kaki diseret.

Nilai otot 3/5

2 Ds: Ny. A mengatakan tidak mampu Kerusakan Gangguan


berjalan jauh, kedua kaki terasa kebas dan integritas tulang mobilitas
kesemutan fisik
Do: Ny. A tampak berjalan tapi
semboyongan.
Lantai kamar mandi licin dan berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi,

25
penerangan kurang.
Nilai otot 3/5

7. Diagnosa Keperawatan
No Dx Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri b/d proses infeksi ditandai dengan klien tampak meringis

2 Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri persendian dan imobilitas ditandai dengan
kekuatan otot menurun

8. Intervensi Keperawatan
No Dx Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri b/d proses infeksi Tujuan jangka panjang: -Kaji pengetahuan klien
ditandai dengan klien Setelah dilakukan asuhan dalam hal perawatan
tampak meringis keperawatan selama 1x 30menit bagi penderita
gangguan nyeri.
nyeri berkurang dan rasa
-Nilai keyakinan klien
nyaman klien terpenuhi dari
terhadap setiap usaha
nyeri. Dengan kriteria hasil :
perawatan.
1. Menyangkal rasa nyeri -Monitor cara latihan
2. Ekspresi wajah rilaks yang telah dilakukan
3. Tidak ada rintihan oleh klien.
-Monitor tanda-tanda
vital
-Monitor kekuatan otot
dan ROM pada klien
-Diskusikan cara-cara
melatih pergerakan
pada klien
Demontrasikan cara-

26
cara melatih pergerakan
pada klien dan keluarga

2 Gangguan mobilitas fisik Klien tidak mengalami jatuh Kaji pengetahuan klien
b.d nyeri persendian dan selama dalam perawatan 1x24 dan keluarga terhadap
imobilitas ditandai jam ditandai dengan: perubahan fisik pada
dengan kekuatan otot -Tidak ada laporan jatuh dari lanjut usia dan
menurun keluarga. akibatnya.
-Tidak terdapat tanda-tanda Monitor tanda-tanda
jatuh pada klien. jatuh pada klien.
Diskusikan dengan
klien dan keluarga
mengenai perubahan
pada lanjut usia proses
menua, batasan lanjut
usia, perubahan pada
sytem tubu, akibat
perubahan.
Gali pengetahuan klien
dan keluarga
mengenaiupaya
pencengahan agar klien
tidak jatuh.
Monitor sumber-
sumber dalam keluarga
yang ada dan dapat
digunakan peralatan
biaya tenaga.
Kaji factor pendukung
terjadinya jatuh: kondisi

27
rumah, kondisi
penderita.
Diskusikan cara-cara
pencengahan jatuh pada
klien modifikasi
lingkungan.
Beri motivasi klien dan
keluarga untuk
mempraktekan cara
pencegahan.
Beri pujian atas usaha
yang dilakukan

9. Implementasi

No Implementasi Keperawatan
Dx

1 1. Melakukakn pemeriksaan kadar asam klien secara berkala

2. Atur posisi tidur klien dengan posisi kaki ditinggikan dan menggunakan
bantalan, kemudian berikan kompres dingin atau hangat

3. Memberikan obat sesuai resep dokter dan konsultasikan dengan dokter bila
kadar asam urat tetap tinggi

4. Anjurkan klien untuk minum 2-3 liter cairan setiap hari

2 1. Memanatau tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi klien

2. Anjurkan klien untuk meningkatkan aktivitasnya bila nyeri sudah berkurang

3. Membantu klien melakukan rentang gerak aktif / inflamasi

28
10. Evaluasi keperawatan

No Dx Tgl / Evaluasi keperawatan


jam

1 13-08- S : klien mengatakan nyerinya sudah berkurang


2019
O : kadar asam urat menurun

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

2 13-08- S : klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas


2019
O : aktivitas klien meningkat

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari isi makalah ini adalah:
1. Asam urat (Arthritis urica, gout), merupakan suatu gangguan pada
metabolisme asam urat, yang mengakibatkan mengendapnya kristal-kristal
natrium urat di sendi-sendi, jaringan lembut (tophi), dan ginjal (batu
ginjal).
2. Patofisiologi gout adalah hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam
serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan
kristal monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat
serum yang mendadak mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat
mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan
terjadi dan serangan gout pun dimulai.
3. Etiologi, Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembantukan kristal monosodium urat monohidrat. Hal ini terjadi
karena pola makan yang kurang sehat misalnya mengomsumsi makanan
yang mengandung purin dan xantin.
4. Menifestasi klinik secara klinis ditandai dengan adanya artritis, tofi, dan
batu ginjal.
5. Diagnosis gout diantaranya didapatkannya kristal monosodium urat pada
bagian yang artritis, terjadi artritis, sendi yang radang berwarna merah, dll.
6. Tujuan pengobatan gout adalah menghentikan serangan akut, mencegah
kambuh, mencegah komplikasi karena adanya ristal asam urat di jaringan,
mengeluarkan kristal monosodium urat melalui ginjal atau fases, dan
menghambat kerja enzim yang dapat merubah xantin menjadi asam urat.
7. Terapi pengobatan gout yaitu terapi non-farmakologi (tanpa obat):
mengatur pola makan, diet, latihan fisik, dll. Dan terapi farmakologi
(dengan obat) seperti dengan menggunakan obat penghilang nyeri dan
radang atau non-kortikostiroid dan obat kortikosteroid. Namun disesuaikan
dengan tujuan penyembuhan akut atau kronis.

30
4.2 Kritik dan saran
Berkat kerja sama yang kompak dari kelompok kami, alhamdulillah
makalah ini kami susun dan dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Namun, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan (memiliki kekurangan). Oleh karena itu, kami membutuhkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak agar kami
dapat lebih menyempurnakannya lagi untuk ke depan. Terima kasih...

31
DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari, Ika. 2008. Cerdas Mengenali Penyakit dan Obat. Yoyakarta: UGM.
Nugroho, Agung Endro. 2011. Farmakologi “Obat-obat Penting Pembelajaran
Ilmu Farmasi dan Dunia kesehatan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Olson, James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi medis. Yogyakarta: Leskonfi.
Price, P,AWilson, L,M. 1992. Gout, Pathofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta:EGC.
Tulaar, A.B.M., 2008. Nyeri punggung dan leher. MKI, Volum: 58, Nomor: 5,
Mei 2008
Smeltzer & Bare. 2001. Gout and Hiperurisemia. Jakarta: EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai