Apgar Score
Apgar Score
Pada sekitar tahun 1949 dan 1952, dianggap ada beberapa tanda yang mudah diamati
pada bayi yang baru lahir. Lima terpilih sebagai tanda yang mudah dievaluasi tanpa
memerlukan peralatan khusus, serta dapat diajarkan kepada tenaga medis di ruang bersalin
tanpa kesulitan.
hidup, dan untuk membandingkan beberapa metode resusitasi yang digunakan pada saat itu.
Pengaruh berbagai praktik kebidanan seperti induksi persalinan, operasi caesar elektif, dan
anestesi ibu serta analgesia mungkin juga akan tercermin dalam skor. Selanjutnya diharapkan
sistem penilaian akan menjamin pengamatan lebih dekat dari bayi selama menit pertama
kehidupan. Nilai sistem untuk penelitian neonatal dan untuk memprediksi defisit
Sistem ini bekerja dengan baik dalam mengidentifikasi bayi yang memiliki
ketidakseimbangan metabolik berat. Ini tidak bekerja dengan baik sebagai dasar untuk masa
1. Setelah menerima laporan dari berbagai rumah sakit dan bertemu beberapa tenaga medis,
pengalaman menunjukkan bahwa orang yang melahirkan bayi tidak harus menjadi satu-
satunya orang yang menetapkan skor. Dia selalu terlibat secara emosional antara hasil
pemeriksaan dengan keluarga, dan disadari atau tidak ia tidak membuat keputusan yang
2. Waktu untuk menetapkan skor adalah 60 detik setelah lahir. Interval ini dipilih pada tahun
1952 setelah mengamati beberapa ratus bayi untuk waktu depresi klinis maksimal. 30, 60 -,
90 - dan 120-detik pengamatan dilakukan dengan dua pengamat, yang pada akhirnya
Harus ada cara otomatis untuk mengumumkan berlalunya 60 detik. Hanya dokter anestesi
yang telah terbiasa untuk hidup dengan arloji di tangan. Untuk orang lain, satu menit adalah
interval pendek luar biasa. Pada beberapa kesempatan, seperti serangan jantung, itu adalah
interval yang sangat panjang. Sebuah timer otomatis sederhana harus selalu disiapkan, dan
ditetapkan untuk 60 detik. Lima puluh lima detik akan lebih baik untuk pengamatan lima
tanda.
Ketika kepala dan kaki bayi keduanya sudah terlihat, timer dimulai dan alarm berbunyi
Sekitar sepuluh tahun setelah diperkenalkan oleh Dr. Virgina Apgar, akronim APGAR
dibuat di Amerika Serikat sebagai alat bantu menghafal: Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, dan Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan,
dan pernapasan). Alat bantu hafal ini diperkenalkan pada tahun 1963 oleh dokter anak Dr.
Joseph Butterfield. Akronim yang sama juga digunakan di Jerman, Spanyol, dan Perancis.
Kata Apgar juga dibuatkan kepanjangan American Pediatric Gross Assessment Record.
Tes ini juga telah direformulasikan dengan singkatan yang berbeda “How Ready Is This
Child”, dengan kriteria yang pada dasarnya sama: Heart rate, Respirotary effort, Irritability,
Tone, dan Color (denyut nadi, pernapasan, reaksi refleks, sikap, dan warna).
Dr. Virginia Apgar
B. Apgar Score
1. Pengertian Nilai Apgar
Penilaian APGAR adalah metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan
neonatus dalam 1 sapai 5 menit setelah lahir. Penilaian menit pertama adalah menentukan
Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian
terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan Skor APGAR.
Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya diulang pada
menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20.
Tanda-tanda 0 1 2
A:Appreance Pucat atau Tubuh Merah Seluruh Tubuh
(warna kulit] Biru Merah
P: Pulse Tak ada <100x/menit >100x/menit
(frekuensi jantung) detak jantung Lemah dan Detak jantung
Lamban kuat
G:Grimace Tidak ada Menyeringai Menangis
(Reaksi thdp respon atau Kecut
rangsang)
A: Activity Tidak ada Ada sedikit Seluruh
(Tonus otot) gerakan ekstermitas
bergerak aktif
R: Respiratory Tak ada Pernapasan Menangis Kuat
perlahan, Bayi
terdengar marah
Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan.
3. Klasifikasi Klinik
Jika jumlah skor berkisar di 7 – 10 pada menit pertama, bayi dianggap normal. Jika
jumlah skor berkisar 4 – 6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera
seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian
oksigen untuk membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan
Jika nilai skor Apgar antara 0 – 3, diperlukan tindakan medis yang lebih intensif lagi.
Perlu diketahui, Skor Apgar hanyalah sebuah tes yang didisain untuk menilai keadaan
bayi secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah seorang bayi
memerlukan tindakan medis segera. Skor Apgar bukanlah patokan untuk memperkirakan
Bayi dengan hasil total 7 atau lebih pada menit pertama setelah lahir, secara umum
berada pada keadaan sehat. Bukan berarti skor yang rendah menunjukkan bahwa anak tidak
sehat atau tidak normal. Hasil yang rendah dalam penilaian itu, menunjukkan bahwa anak
membutuhkan tindakan yang sifatnya segera, seperti menyedot atau mengeluarkan cairan dari
saluran pernapasan atau pemberian oksigen untuk membantu pernapasan, tindakan tersebut
Pada menit ke-5 setelah lahir, penilaian kembali dilakukan, dan jika skor bayi tidak
naik hingga nilai 7 atau lebih dan berdasarkan pertimbangan lainnya dari keadaan bayi maka
dokter dan perawat akan melanjutkan tindakan medis yang perlu untuk dilakukan dan
pemantauan intensif. Beberapa bayi yang lahir dengan masalah pada organ jantung dan paru-
paru akan membutuhkan tindakan medis lanjutan, sedangkan yang lain hanya membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan luar. Kebanyakan bayi
baru lahir dengan nilai Apgar pertama dibawah 7, akan baik-baik saja.
Penting bagi orang tua yang baru memiliki bayi untuk mengetahui nilai Apgar.
Penilaian ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji kondisi secara umum
bayi baru lahir dan memutuskan untuk melakukan tindakan darurat atau tidak. Penilaian ini
bukan ditujukan sebagai prediksi terhadap kesehatan bayi atau perilaku bayi, atau bahkan
status intelegensia/kepandaian. Beberapa bayi dapat mencapai angka 10, dan tidak jarang,
bayi yang sehat memiliki skor yang lebih rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama
Perlu diingat bahwa skor Apgar agak rendah (terutama pada menit pertama) adalah
normal pada beberapa bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir dari ibu hamil dengan risiko
tinggi, lahir melalui proses operasi cesar, atau ibu yang memiliki komplikasi selama
kehamilan maupun proses persalinan. Skor Apgar yang rendah juga bisa terjadi pada bayi
prematur, dimana kemampuan untuk menggerakkan otot/alat gerak lebih rendah daripada
bayi cukup bulan. Bayi prematur dalam kasus apapun akan memerluan pemantauan ekstra
Jika dokter atau tenaga kesehatan peduli terhadap penilaian bayi, maka mereka akan
memberitahukan dan menjelaskan kondisi bayi, apa yang mungkin menjadi penyebab
masalah, dan penanganan apa yang akan diberikan. Yang paling penting, sebagian besar bayi
melakukan penyesuaian dengan baik maka tetap tenang dan jalani proses tersebut dengan
sebaik-baiknya.
Pertolongan Yang Mungkin Dilakukan Jika nilai APGAR 4-6 maka dapat dlakukan
1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus lebih sedikit tengadah ke belakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kasa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis. Kekurangan zat asam pada
bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan
napas, sehingga upaya bayi bernapas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya
lendir ke paru-paru).
5. Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
9. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan resusitasi setelah satu menit bayi
tak bernapas
DAFTAR PUSTAKA
Apgar, Virginia M.D. The Newborn (Apgar) Scoring System: Reflection and Advice. New York: The National
Foundation <http://130.14.81.99/ps/access/CPBBJY.pdf>
Ucup. Cara Mengukur Apgar Score. Dilihat tanggal 28 September 2013 <http://x-
asuhankeperawatan.blogspot.com/2012/07/cara-mengukur-apgar-score.html>
Wikipedia. Skor Apgar. Dilihat tanggal 28 September 2013 <http://id.wikipedia.org/wiki/Skor_Apgar>
Resusitasi BBL (Bayi baru Lahir)
A. Pengertian
Resusitasi adalah usaha untuk membantu bayi agar bisa bernafas secara
B. Tujuan
Memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan curah jantung yang
cukup, untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya,
Jika salah dari 5 pertayaan tersebut jawabannya tidak maka perlu dilakukan
resusitasi.
1. Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat kecuali kepala, muka, dan dada
sebelah atas.
2. Letakkan punggung bayi pada alas yang bersih dan hangat.
4. Beritahu kepada ibu dan keluarga yang menungguinya tentang apa yang akan
dilakukan, dengar keluhan dan dengar respon dengan penuh perhatian setiap
a. Masukkan kateter sepanjang 5cm ke dalam mulut bayi dan hisap saat menarik
kateter keluar
b. Masukkan kateter sepanjang 3cm kedalam setiap lubang hidung dan hisap saat
mengakibatkan denyut jantung bayi menurun atau bahkan nafas bayi berhenti
d. Bila terdapat darah atau mekonium didalam mulut atau hidung bayi lakukan
secara khusus
9. Amati bayi apakah bayi sudah menangis, apabila bayi masih tidak bernafas
lakukan ventilasi
makalah tentang RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
KDPK
pembimbing :.........
Di susun oleh :
TA 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. TUJUAN
C.RUMUSAN MASALAH
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan
buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan
nafas, tetapi masih hidup.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi
henti nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-
lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm
keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan
sendirinya.
A. TUJUAN
Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali.
B. DASAR TEORI
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan
baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan
memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih
cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan memberikan
kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2,
kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang
dikenal sebagai henti nafas.
Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long
board). Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan
trauma, pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
4. Posisi Penolong
5. Pemeriksaan Sirkulasi
Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila
ada pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak
ada pulsasi, dilakukan RJP.
Henti Napas
3. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung
korban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi
semula.
B. Mouth to Stoma
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face
mask.
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk
mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang
satu petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis akan
memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.
Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas
korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka
hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.
Henti Jantung
RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong.
4. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di
titik pijat jantung
b. Tidak menyentak
5. Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
PENUTUP
KESIMPULAN
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru
terdiri atas 2 komponen utama yakni : bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan
hidup lanjut / BHL Usaha Bantuan Hidup Dasar bertujuan dengan cepat
mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya
sambil menunggu pengobatan lanjutan. Bantuan hidup lanjut dengan pemberian
obat-obatan untuk memperpanjang hidup Resusitasi dilakukan pada : infark
jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”, serangan Adams-Stokes,
Hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan, sengatan listrik,
refleks vagal, serta kecelakaan lain yang masih memberikan peluang untuk
hidup. Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium terminal suatu
yang tak dapat disembuhkan.
Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya pada
kegawatan kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup, untuk itu
perlu pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya.
AFTAR PUSTAKA
http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/10/27/15031137/pa
nduan-rjp-aha-2010-dahulukan-kompresi-dada
http://novalintang.blogspot.com/2013/05/revisi-rjp-terbaru-american-
heart.html
http://www.scribd.com/doc/95942220/Resusitasi-Jantung-dan-Paru-Bahasa-
Indonesia-Versi-AHA-2010
http://saptobudinugroho.blogspot.com/2010/10/urutan-rjpcpr-terbaru-dari-
aha-american.html
http://www.slideshare.net/ppnibone/resusitasi-
jantungdanparubahasaindonesiaversiaha2010
http://cigayung.wordpress.com/2010/10/27/prosedur-baru-resusitasi-jantung-
paru-aha-american-heart-association/
EMERIKSAAN NEUROLOGI
Posted on 9 November 2011 by leoyosdimyatiromli
1.Fungsi motorik
a.Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
b.Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
2.Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
3.Refleks
a.Refleks superficial
•Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal
dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
•Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
•Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
b.Refleks tendon / periosteum
•Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi
lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
•Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
•Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan
sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis
•Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara
pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
•Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
•Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
•Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung
•Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung
c.Refleks patologis
•Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
•Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior
ke anterior
Respon : seperti babinsky
•Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
•Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
•Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
•Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky
•Stransky
Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti babinsky
•Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal
•Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo
•Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi
•Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti Hoffman
•Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan
bgian ventral menghadap ke atas
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku
•Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari
d.Refleks primitive
•Sucking reflex
Cara : sentuhan pada bibir
Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu
•Snout reflex
Cara : ketukan pada bibir atas
Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung
•Grasps reflex
Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Respon : tangan pasien mengepal
•Palmo-mental reflex
Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1.Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
2.Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3.Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4.Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari,
baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5.Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun
orang lain.
6.Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.
Pemeriksaan N. Kranialis
Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang terdiri
dari;
1.Status mental,
2.Tingkat kesadaran,
3.Fungsi saraf kranial,
4.Fungsi motorik,
5.Refleks,
6.Koordinasi dan gaya berjalan dan
7.Fungsi sensorik
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan, diusahakan
kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan. Penderita
seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh
penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai diperiksa,
kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi penjelasan mengenai
pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.
Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri yang
mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa. Penderita
diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan mengikuti semua petunjuk
sebaik mungkin.
Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik akan dapat
mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur diagnostik modern
tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-
lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang
dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah
1.olfaktorius (I),
2.optikus (II),
3.Okulomotorius (III),
4.troklearis (IV),
5.trigeminus (V),
6.abdusens (VI),
7.fasialis (VII),
8.vestibula koklearis (VIII),
9.glossofaringeus (IX),
10.vagus (X),
11.asesorius (XI),
12.hipoglosus (XII).
Saraf kranial I, II, VII merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII
merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang
dipersarafinya. Saraf kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf kranial III, VII dan
X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar=
Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1).
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal,
penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X –
6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5
tahun.
Derajat kesadaran :
•Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
•Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal
kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
•Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran
dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu
atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
•Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar
(contoh mnghindri tusukan)
•Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
•Compos mentis : bereaksi secara adekuat
•Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian
terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
•Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
•Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan
fikirannya.
•Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi :
•Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
•GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.