Anda di halaman 1dari 9

Resume Kesenjangan dan Kemiskinan : Dana Desa Bisa Apa?

Oleh : Yulia Putri Fariska R dan Dian Febrianti.

Opening statement :

Jumlah orang miskin di Indonesia tahun ini menurun dari 26,58 juta orang pada September
tahun lalu menjadi 25,95 juta orang per Maret 2018 atau bila dibandingkan dengan jumlah total
penduduk Indonesia, angka kemiskinan menjadi 9,82%. Angka kemiskinan yang di bawah 10%
ini masih menyisakan PR yakni kesenjangan antara penduduk kota dan desa yang masih tinggi.

Menurut BPS, jumlah penduduk miskin di kota per Maret 2018 mencapai 7,02% dan di
desa 13,20%. Tingginya tingkat kesenjangan antara kota dan desa harus segera diselesaikan. Bila
tidak, tingkat urbanisasi dari desa ke kota terus terjadi dari tahun ke tahun.

Salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup warga desa adalah dengan
penyaluran dana desa. Sejak 2015 alokasi dana desa terus meningkat. Di tahun ini dana desa naik
3 kali lipat menjadi 60T. Namun masih ada beberapa hambatan mulai dari ketidaksiapan desa
dalam menjalankan program hingga penyalahgunaan dana desa. Di tahun 2016 terdapat 932 kasus
penyalahgunaan dana desa.

(PRO)

Argumentasi :

1. Berdasarkan UU nomor 5 tahun 1979, desa tidak pernah diurusi oleh negara. Namun sejak
disahkannya UU nomor 6 tahun 2014, cara pandang negara terhadap desa berubah.
Kemandirian desa bergantung bagaimana desa mengelola kewenangan dan aset. Salah satu
aset desan itu adalah dana desa.
2. Dana desa diprioritaskan sebagai pembuka lapangan pekerjaan dan bagaimana
menghidupkan ekonomi di masyarakat.
3. Alasan mengapa dana desa diperlukan :
 Indonesia merupakan negara yang besar. Mempunyai desa yang jumlahnya 74.597,
tersebar di lebih kurang 17.000 pulau. Jadi tidak mungkin pemerintah pusat bisa
mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang ada di desa. Seperti yang kita ketahui sejak
reformasi APBN, sudah ribuan triliun dana digelontorkan tapi sampai tahun 2015
masih tersisa lebih dari 20.000 desa yang terkategori tertinggal, 37% anak-anak kita
masih stunting, dan ada 27 juta orang miskin di Indonesia yang mayoritasnya
adalah penduduk desa.
 UU desa ini memberikan kesempatan kepada desa-desa untuk membangun desa.
4. Tiga tahun ini desa mampu membangun lebih dari 121.000 km jalan, 900 km jembatan,
puluhan ribu paud, polindes, posyandu, dll.
5. Angka kemiskinan turun drastis sejak ada dana desa. Satu tahun terakhir ini kemiskinan di
Indonesia turun 1,8 juta, sehingga untuk pertama kalinya kemiskinan di Indonesia
mencapai single digit. Stunting turun dari 37% menjadi 27%. 27% itu merupakan angka
yang besar, namun jika ini dapat dipertahankan dalam waktu 5 tahun ke depan, maka angka
stunting akan habis di Indonesia dan banyak lagi kemajuan-kemajuan.
6. Angka pengangguran terbuka di desa sekarang separuhnya dari angka pengangguran di
kota.
7. Tahun 2017, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
mendapatkan penghargaan Bintang Satya Lencana Kepedulian Sosial dari PEMDA DKI
karena mampu mengurangi urbanisasi.
8. Dengan adanya BUMDes, dapat membuka kesempatan bagi masyarakat desa untuk terlibat
secara langsung dalam pengelolaan aset ekonomi yang ada di desa. Desa-desa yang dana
desanya sekitar 800 juta, ada yang BUMDesnya untung 10M. Jadi desanya itu maju karena
dana desa digunakan sebagai stimulus. Seperti di Desa Ponggo, Panggung Harjo, orang tua
yang tidak mampu juga dibiayai oleh desa. Di desa tersebut terdapat program setiap rumah
wajib mencetak satu sarjana yang dibiayai oleh desa.
9. Pada awalnya memang penggunaaan dana desa lebih banyak digunakan untuk infrastruktur
karena memang desa sangat kekurangan infrastruktur. Sekarang, setelah pembangunan
infrastruktur di desa sudah cukup massif, kepala desa diharapkan mulai pindah ke
pemberdayaan ekonomi. Diharapkan dengan pemberdayaan ekonomi, desa bisa mandiri.
10. Pemberian alokasi dana desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk
menyelenggarakan otonominya demi merealisasikan tujuan dan fungsi negara, sehingga
desa dapat berkembang mengikuti pertumbunhan desa berdasarkan keanekaragaman,
sebagaimana yang diamanatkan oleh pasal 18A ayat (1) UUD 1945 dimana terdapat
hubungan wewenang antara pemerintahan pusat dan daerah dengan memperhatikan
kekhususan dan keamanan daerah.
11. Menurut pasal 72 ayat (1) UU nomor 6 tahun 2014, pendapatan desa bersumber dari:
 Pendapatan asli desa
 Alokasi APBN
 Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota
 Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota
 Bantuan keuangan APBN
 Hibah
 Lain-lain.
12. Pelaksanaan alokasi dana desa ini ditujukan untuk program-program fisik dan non fisik
yang berhubungan dengan indikator perkembangan desa meliputi tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan masyarakat, dan tingkat kesehatan.
13. Pengaturan mengenai alokasi dana desa diatur dalam:
 UU nomor 33 tahun 2004: Perkembangan keuangan pusat dan daerah
 UU nomor 6 tahun 2014: Desa
 PP nomor 72 tahun 2005: Desa
 PP nomor 60 tahun 2014: Dana desa dari APBN
14. Tujuan adanya ADD:
 Untuk memperkuat kemampuan keuangan desa.
 Untuk memberi keleluasaan bagi desa dalam mengelola persoalan pemerintahan,
pembangunan serta sosial kemasyarakatan desa.
 Untuk mendorong terciptanya demokrasi.
Lampiran :
(KONTRA)

Argumentasi :

1. Terdapat 5 kapasitas dasar yang harus dimiliki oleh kepala desa dalam rangka mengelola
dana desa namun sering diabaikan, yaitu :
 Kapasitas Regulasi, yakni kemampuan kepala desa untuk memahami aturan
sekaligus memproduksi aturan
 Kapasitas Ekstraktif, yaitu kemampuan kepala desa untuk mengekstraksi sekecil
apapun potensi yang ada di desa. Seringkali kita memandang bahwa potensi hanya
berupa bentang alam padahal ada bentang hidup yang juga merupakan sebuah
potensi.
 Kapasitas Distributif, yaitu kemampuan seorang kepala desa dalam membagi
kewenangan. Kewenangan yang diberikan negara melalui UU desa itu sangatlah
banyak. Ada sekitar 120 kewenangan berskala lokal desa yang kemudian
pemerintah desa tidak mungkin mengelola itu semua sehingga kita harus membuka
ruang-ruang partisipasi untuk melibatkan warga desa melalui lembaga-lembaga
desa.
 Kapasitas Responsif, kemampuan tanggap terhadap kebutuhan maupun
permasalahan yang dihadapi oleh warga desa.
 Kapasitas Jaringan, kita tidak mungkin menyelesaikan masalah kita sendiri.
2. Masih banyak yang belum paham dan ragu dengan tujuan dari BUMDes. Apakah untuk
mengejar profit atau mengejar sosialnya. Masih banyak BUMDes yang tidak berjalan
karena memang secara model masih bingung. Masih dirasakan model BUMDes yang copy
paste. Kurangnya kemampuan orang desa tentang pemahaman bisnis, berbeda dengan
orang-orang kota.
3. Pada awalnya sebagian besar dana desa digunakan sebagai infrastruktur. Desa memiliki
kepercayaan bahwa nasib desa akan berubah dengan inisiatif warga desa karena setiap desa
memiliki potensi dan problem yang berbeda. Namun pendekatan awal yang digunakan
yaitu top to down sebenarnya tidak sesuai dengan semangat undang-undang desa .
4. Kemiskinan memang turun, namun ketimpangan pada September 2014 0,336% sampai
Maret 2018 tetap 0,324%. Dan naik lagi pada September 2016 menjadi 0,316%.
5. Pembangunan yang benar adalah pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat. Dan sebagian
besar rakyat ada di desa.
6. Kepala desa harus didampingi dengan pendamping yang professional yang bisa paham
hakikat pembangunan desa. Kemudian PEMDA dari desa, kecamatan, kabupaten dan
provinsi sampai tingkat nasional harus mempunyai satu visi pembangunan yang benar.
7. Rakyat harus bisa memenuhi hidupnya sendiri. Bukan desanya yang maju, tetapi rakyatnya
juga yang harus maju.
8. BUMDes masih rancu karena BUMDes adalah badan usaha milik masyarakat desa, namun
sekarang ini juga terdapat badan usaha milik pemerintah desa. Ini perlu dibedakan antara
badan usaha milik desa dengan badan usaha milik masyarakat desa. Karena kendala di
lapangan itu tidak semua badan usaha milik desa disupport oleh pemerintah desa.
9. Perlu diingat bahwa di desa itu sumber per kapitanya pertanian karena sebagian besar
masyarakat desa itu petani. Namun penguaaan lahannya masih dikuasai oleh segelintir
orang. Ini yang menyebabkan ketimpangan masih tetap ada. Reformasi agrarian dapat
dijadikan program yang inline dengan dana desa.
10. Efektifitas dana desa dalam langkah mengentaskan kemiskinan di desa sangat tergantung
dari kemampuan seorang kepala desa maupun masyarakat desa untuk mengelola asset
maupun kewenangan yang sudah diberikan oleh negara.
11. Alokasi dana desa menurut UU pasal 72 ayat (1), UU nomor 6 tahun 2014 tentang desa
adalah merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota.
12. Alokasi dana desa seharusnya berfungsi untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan sesuai dengan sila ke-5 Pancasila (social defense dan socila welfare).
Tetapi pada kenyataan, seringkali alokasi dana desa disalah gunakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang tidak seharunya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ADD
dialokasikan untuk pembangunan pedesaan baik fisik maupun nonfisik, karena
berdasarkan pasal 18A ayat (1) UUD 1945 mengenai otonomi daerah, yang memberikan
makna bahwa desa menuju self governming community yaitu suatu komunitas yang
mengatur dirinya sendiri dengan menganut prinsip money follow fuction (pendanaan
mengikuti fungsi pemerintahan) yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-
masing pemerintah desa.
13. Alokasi dana desa dalam mekanisme pengalokasiaan :
 Korupsi
 Pengeloalaan yang tidak tepat.
 Program yang tumpang tindih.
Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai