Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA BISNIS DAN LINGKUNGAN ORGANISASI

MATA KULIAH DASAR DASAR MANAJEMEN

DISUSUN OLEH
NUR BUDIAJI

MAHASISWA SEMESTER 2 PRODI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa berkat karunia dan
pertolongan-Nya lah sehingga makalah yang berjudul “Pengertian Budaya Organisasi
Dan Perusahaan, Hubungan Budaya Dan Etika, Kendala Dalam Mewujudkan Kinerja
Bisnis Etis” ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini disusun berdasarkan referensi dari beberapa sumber dengan harapan
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik
dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam makalah ini, mengingat
akan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini agar
kedepannya lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapankan dapat
tercapai, Amin.

Pasir Pengaraian, April 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap organisasi mempunyai ’kepribadian’ sendiri yang membedakannya dari
organisasi-organisasi lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta merta
terbentuk begitu suatu organisasi didirikan. Diperlukan waktu sebagai proses organisasi
itu bertumbuh, berkembang, dan mapan. Pada setiap perkembangan itu dapat dikatakan,
bahwa organisasi akan menemukan jati dirinya yang khas dengan demikian, ia akan
mempunyai kepribadian sendiri. Ini menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi
dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota
atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau
karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat
menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang
lainnya adalah budayanya. Hal-hal tersebut penting, dan karena itu perlu dipahami serta
dikenali. Akan tetapi hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh
manajemen dengan pendekatan yang memperhitungkan secara matang faktor-faktor
situasi, kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata lain, diterapkan sesuai dengan budaya
yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang bersangkutan.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan
bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi
pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan
lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya
nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang
lainnya adalah budayanya. Hal-hal tersebut penting, dan karena itu perlu dipahami serta
dikenali. Akan tetapi hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh
manajemen dengan pendekatan yang memperhitungkan secara matang faktor-faktor
situasi, kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata lain, diterapkan sesuai dengan budaya
yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah karakteristik budaya organisasi?
2. Apa sajakah fungsi budaya organisasi?
3. Bagaimanakah pedoman tingkah laku?
4. Bagaimanakah apresiasi budaya?
5. Bagaimanakah hubungan etika dan budaya?
6. Bagaimanakah pengaruh etika terhadap budaya?
7. Bagaimanakah kendala dalam mewujudkan kinerja bisnis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja karakteristik budaya organisasi
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi budaya organisasi
3. Untuk mengetahui pedoman tingkah laku
4. Untuk mengetahui apresiasi budaya
5. Untuk mengetahui hubungan etika dan budaya
6. Untuk mengetahui pengaruh etika terhadap budaya
7. Untuk mengetahui kendala dalam mewujudkan kinerja bisnis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Budaya Organisasi


Secara umum pengertian budaya organisasi yaitu suatu karakteristik yang
dijunjung tinggi oleh organisasi dan menjadi contoh organisasi untuk membedakan
antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. Atau budaya organisasi juga
disimpulkan sebagai nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima serta dipahami secara
bersama-sama oleh anggota organisasi sebagai dasar dalam ketentuan perilaku yang ada
di dalam organisasi tersebut.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem
makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh
organisasi.
Asal muasal budaya organisasi bersumber dari pendirinya karena pendiri dari
organisasi itu mempunyai pengaruh besar akan budaya awal organisasi baik dalam hal
kebiasaan atau ideologi. Misalnya misi yang bisa ia paksakan pada seluruh anggota
organsiasi. Dimana hal semacam ini dilakukan langkah pertama yaitu dengan merekrut
dan mempertahankan anggota yang sepaham.
Kedua, melakukan indokrinasi dan mensosialisasikan cara pikir dan berperilaku
pada karyawan. Selanjutnya yang terakhir yaitu pendiri bertindak sebagai model peran
yang mendorong anggota untuk mengidentifikasi diri, dan jika organisasi mengalami
perkembangan maka organisasi akan meraih kesuksesan, visi, serta pendiri akan
dipandang sebagai faktor penentu utama kesuksesan.

Pengertian Budaya Organisasi Menurut Para Ahli:


1) Sarpin (1995): Suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi
yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-
norma perilaku organisasi.
2) Schein: Budaya organisasi adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan,
diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu, dengan maksud agar
organisasi belajar mengatasi dan menanggulangi masalah-masalah yang timbul akibat
adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik,
sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk
memahami, memikirkan dan merasakan berkanaan dengan masalah-masalah tersebut.
3) Mondy dan Noe (1996): Budaya organisasi adalah sistem dari shared values, keyakinan
dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan
struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku.
4) Hodge, Anthony dan Gales (1996): Budaya organisasi adalah konstruksi dari dua
tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang
tidak kelihatan (unoservable).

Robbins (2007), memberikan tujuh karakteristik budaya sebagai berikut:


1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko yaitu sejauh mana karyawan diharapkan
didorong untuk bersikap inovtif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, dan perhatian pada hal-hal detil.
3. Berorientasi pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil
ketimbang teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.

4. Berorientasi kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen


mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
5. Berorientasi pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim
ketimbang individu-individu.
6. Agresivitas yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7. Stabilitas yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

2.2 Fungsi Budaya Organisasi


Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya
organisasi adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada didalamnya.
Fungsi budaya biasanya sulit dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya
organisasi, karena budaya adalah gejala sosial.
Fungsi Budaya Organisasi menurut Siagian (1992 : 153) mencatat lima fungsi
utama budaya organisasi, yakni:
1. Sebagai penentu batas-batas tingkah laku dalam arti memastikan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, apa yang dilihat baik atau tidak baik, memastikan yang benar dan
yang salah.
2. Menumbuhkan perasaan jati diri dalam suatu organisasi dan para anggotanya.
3. Menumbuhkan komitmen kepada kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau
kelompok sendiri.
4. Sebagai tali pengikat untuk seluruh anggota organisasi
5. Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang berkaitan.

2.3 Pedoman Tingkah Laku


Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia
merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan.
Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi
tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan
tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan
yaitu proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari
kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat
kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai :
1. Penganut kebudayaan
2. Pembawa kebudayaan
3. Manipulator kebudayaan
4. Pencipta kebudayaan
Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang
digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut
sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

2.4 Apresiasi Budaya


Istilah apresiasi berasal dari bahasa inggris "apresiation" yang berarti
penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti appreciate"
yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam bahasa indonesia menjadi
mengapresiasi. Apresiasi budaya adalah kesanggupan untuk menerima dan memberikan
penghargaan, penilaian, pengertian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia.
Kebudayaan perlu diapresiasi dengan harapan kita sebagai manusia dapat
memperlihatkan rasa menghargai karya yang dihasilkan dari akal dan budi manusia.
Apresiasi diperlukan untuk tetap menjaga nilai-nilai budaya yang ada agar tetap hidup
dan selalu lestari, juga dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Melalui apresiasi,
seorang pencipta dapat memperoleh masukan, ide, saran, kritik, dan pujian untuk
karyanya. Melalui ide, saran, masukan, dan kritik tersebut jugalah para pencipta
diharapkan dapan membuat karya yang lebih baik lagi.

2.5 Hubungan Etika Dan Budaya


Hubungan antara Etika dengan Kebudayaan: Meta-ethical cultural
relativismmerupakan cara pandang secara filosofis yang yang menyatkan bahwa tidak
ada kebenaran moral yang absolut, kebenaran harus selalu disesuaikan dengan budaya
dimana kita menjalankan kehidupan sosial kita karena setiap komunitas sosial
mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran etika.
Etika erat kaitannya dengan moral. Etika atau moral dapat digunakan okeh
manusia sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selalu
berhubungan dengan budaya karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadap
kebudayaan. Etika mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan
kebudayaan karena sifatnya tidak absolut danl mempunyai standar moral yang berbeda-
beda tergantung budaya yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan sosial apa yang
kita jalani.
Baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku. Prinsip
moral sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga suatu hal
dikatakan baik apabila sesuai dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial tersebut.
Sebagai contoh orang Eskimo beranaggapan bahwa tindakan infantisid (membunuh
anak) adalah tindakan yang biasa, sedangkan menurut budaya Amerika dan negara
lainnya tindakan ini merupakan suatu tindakan amoral.
Suatu premis yang disebut dengan “Dependency Thesis” mengatakan “All moral
principles derive their validity from cultural acceptance”. Penyesuaian terhadap
kebudayaan ini sebenarnya tidak sepenuhnya harus dipertahankan dan dibutuhkan suatu
pengembangan premis yang lebih kokoh.
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah,
baik-buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika
perusahaan, etika kerja, dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan
sosial antara perusahaan, karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut
hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya
(misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat), etika kerja terkait antara
perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar
karyawan.
Perilaku etis yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi
saling percaya antar perusahaan dan stakeholder, yang memungkinkan perusahaan
meningkatkan keuntungan jangka panjang. Perilaku etis akan mencegah pelanggan,
pegawai dan pemasok bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling percaya.
Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan
perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang
membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku, dan
sebaliknya dapat pula mendorong perilaku yang tidak etis. Kebijakan perusahaan untuk
memberikan perhatian serius pada etika perusahaan akan memberikan citra bahwa
manajemen akan mendukung perilaku etis dalam perusahaan.

2.6 Pengaruh Etika Terhadap Budaya


Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam
mempengaruhi perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi
perilaku organisasi yang akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan. Jika etika
menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budayau perusahaan, maka
akan berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan akhirnya akan berpotensi
menjadi stimulus dalam peningkatan kinerja karyawan.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika seseorang dariu tingkatan
manajer terhadap tingkah laku etis dalam pengambilan keputusan. Kemampuan seorang
profesional untuk dapat mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam
profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana
dia berada. Budaya perusahaan memberikan sumbangan yang sangat berartiu terhadap
perilaku etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika mereka membudayakan etika
dalam lingkungan perusahaannya.

2.7 Kendala Mewujudkan Kinerja Bisnis


Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika
bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai
pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak
dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa
jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para
elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya
memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan
usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran
dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis
dan manajemen.

2.8 Contoh Kasus


1. Budaya Organisasi PT BNI
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia,
merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara
Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi
pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan
keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama
Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini
menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama
panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan
perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun1992, status hukum dan nama BNI
berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk
menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar
modal pada tahun 1996. Adapun visi, misi, dan nilai PT BNI adalah sebagai berikut :
 Visi BNI
Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan
Terdepandalam Layanan dan Kinerja

Pernyataan Visi
Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan
harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dankonsumer.

 Misi BNI
1) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepadaseluruh nasabah, dan
selaku mitra pillihan utama (the bank choice).
2) Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
3) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkaryadan berprestasi.
4) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungansosial.
5) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik.
 Values
Kenyamanan dan Kepuasan

 Filosofi Logo Baru


Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan DesainIdentitas baru BNI merupakan
hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih
modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas
tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata“BNI”
yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.

Huruf BNI
Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkankekuatan,
otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara
khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal danunik.

Simbol “46”
Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus
mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini,
angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk
menggambarkan BNI baru yang modern.

Palet Warna
Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna
korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoiseyang digunakan pada
logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna
jingga yang baru lebih cerah dan kuat,mencerminkan citra lebih percaya diri dan
segar.Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan
dinamis.Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas
tersebut.Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui
identitas yang unik, segar dan modern.

2. Karakteristik Budaya Organisasi PT BNI


Budaya Organisasi BNI ”PRINSIP 46” merupakan Tuntunan Perilaku Insan BNI, terdiri
dari :
4 (Empat) Nilai Budaya Organisasi :
1. PROFESIONALISME
2. INTEGRITAS
3. ORIENTASI PELANGGAN
4. PERBAIKAN TIADA HENTI

6 (Enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI :


1. Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik
2. Jujur, Tulus dan Ikhlas
3. Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab
4. Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis
5. Senantiasa Melakukan Penyempurnaan
6. Kreatif dan Inovatif
Setiap Nilai Budaya Organisasi BNI memiliki Perilaku Utama yang merupakan
acuan bertindak bagi seluruh Insan BNI, 6 (enam) Perilaku Utama Insan BNI adalah :
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Jadi, budaya organisasi yaitu suatu karakteristik yang dijunjung tinggi oleh
organisasi dan menjadi contoh organisasi untuk membedakan antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain. Atau budaya organisasi juga disimpulkan sebagai nilai-
nilai dan norma perilaku yang diterima serta dipahami secara bersama-sama oleh
anggota organisasi sebagai dasar dalam ketentuan perilaku yang ada di dalam organisasi
tersebut. Fungsi budaya organisasi adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu
yang ada didalamnya. Fungsi budaya biasanya sulit dibedakan dengan fungsi budaya
kelompok atau budaya organisasi, karena budaya adalah gejala sosial. Kebudayaan juga
perlu diapresiasi dengan harapan kita sebagai manusia dapat memperlihatkan rasa
menghargai karya yang dihasilkan dari akal dan budi manusia. Apresiasi diperlukan
untuk tetap menjaga nilai-nilai budaya yang ada agar tetap hidup dan selalu lestari, juga
dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Karena itu, kritik dan saran yang membangun saat kami butuhkan.
Semoga dari kritik dan saran pembaca kami bisa menjadi lebih baik dalam penulisan
berikutnya. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Robbin dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

https://shifanurulsafitri.wordpress.com/2017/03/31/pengertian-budaya-organisasi-dan-
perusahaan-hubungan-budaya-dan-etika-kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis-
etis/

https://desysuryanidns.wordpress.com/2015/12/31/pengertian-budaya-organisasi-dan-
perusahaan-hubungan-etika-dan-budaya/

http://erikanote.blogspot.co.id/2016/01/bab-vii-pengertian-budaya-organisasi.html

https://janetfuyuko.wordpress.com/2016/10/27/pengertian-budaya-organisasi-dan-
perusahaan-hubungan-budaya-dan-etika-kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis-
etis/

Anda mungkin juga menyukai