PENDAHULUAN
masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark
miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri
yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat
jaringan yang tidak adekuat, syok distributif atau vasogenik dimana terjadi
Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan
merupakan akibat dari kehilangan darah yang akut secara signifikan dalam
cairan yang signifikan dan dapat dikarenakan selain kehilangan darah. Dua
contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan, antara lain
cedera yang menyebabkan syok hemoragik. Prinsip ini dan prinsip yang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ yang
Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan
merupakan akibat dari kehilangan darah yang akut secara signifikan dalam
2.1.1 Etiologi
hemoperitonium
2. Kehilangan plasma
2.1.2 Patogenesis
Pada syok hipovolemik, syok kardiogenik, dan syok obstruktif ekstrakardial
serta pada sebagian kecil syok distributif, terjadinya penurunan curah jantung yang
tingkat yang mendekati normal. Bagaimanapun, jika proses yang menyebabkan syok
manifestasi klinis sindroma syok. Jika syok tetap ada, kematian sel akan terjadi dan
diperantarai sistem simpatis. Akan tetapi, jika 20 sampai 25 persen volume darah
hilang dengan cepat, mekanisme kompensasi biasanya mulai gagal dan terjadi
sindroma klinis syok. Curah jantung menurun dan terdapat hipotensi meskipun
perfusi jantung dan otak sampai pada kematian sel jika mekanisme ini juga gagal.
menjadi berlebihan pada beberapa jaringan dan menyebabkan lesi destruktif seperti
nekrosis iskemik intestinal atau jari-jari. Akhirnya, jika syok terus berlanjut,
kerusakan organ akhir terjadi yang mencetuskan sindroma distres respirasi dewasa,
gagal ginjal akut, koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal multiorgan yang
menyebabkan kematian.4
darah yang berdarah. Dilanjutkan dengan aktifasi dari platelet yang membentuk
gumpalan yang masih baru pada sumber perdarahan. Dimana collagen akan
terekspos pada pembuluh darah yang rusak, kemudian adanya deposit dari fibrin
yang menstabilkan gumpalan. Dalam 24 jam gumpalan fibrin selesai dan terjadinya
Dari sistem ginjal, dengan stimulasi peningkatan sekresi renin dari sel
juxtaglomerular . Renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, dimana
akan diubah lagi menjadi angiotensin II di paru dan hati. Fungsi angiotensin II
vasokonstriksi dari otot polos arteriolar dan sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
bersirkulasi. Yang dihasilkan dari posterior pituitary terhadap tekanan darah yang
reabsorbsi dari air dan garam (NaCl) pada tubula distal, dan loop of henle.4
Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam laktat, asam piruvat, asam
Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian
syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu
diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan penggantian
cairan. 1,4
yang bukan sama meski ada perbedaan pada kecepatan timbulnya syok.
Sama seperti hipovilemik syok yang terjadi akibat perdarahan internal dan
eksternal, dimana gejala dan tanda pada perdarahan internsal tidak terlalu
jelas, dimana gejala pada umunya pasien akan mengeluhkan lemah lesu
pada pasien.5
perdarahan dalam. Seperti contoh luka pada dada akibat terbanting pada
vaskular, gejala seperti sakit pada dada, abdomen atau punggung akan
dikeluhkan oleh pasien. Gejala muntah darah atau buang air besar berdarah
2.1.4 Diagnosis
tanda hemodinamik yang tidak stabil, dan penyebab jelas dari kehilangan darah yang
jelas. Diagnosa lebih sulit pada pasien dengan kasus kehilangan volume darah,
seperti kehilangan darah dari sistem pencernaan, maupun perdarahan pada ruang
Untuk diagnosis klinis syok, dapat ditentukan melalui perubahan denyut nadi,
tekanan denyut nadi, tekanan darah sistolik, pernafasan, capilary refil time, dan
pengeluaran urin.
(mL)
(%)
Blood
Pressure
rate
(mL/hr)
anxious lethargic
Sumber: Parillo JE, Dellnger RP. Critical Care Medicine: Principle and
Management in the Adult. 3rd Edition.p.499.Copyright Elsevier; 2008.
2.1.5 Penatalaksanaan
ABC. Jalan nafas (A = air way) pasien bebas, pertimbangan apakah perlu
pasien dengan curiga adanya trauma inhalasi atau kasus lainnya yang dapat
cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk
mortalitas.2,5
Larutan parenteral pada syok hipovolemik yang dapat digunakan
berupa cairan kristaloid, koloid, dan darah. Perdarahan yang banyak (syok
laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross test. Jika
darah. Jumlah cairan yang diberikan pertama kali dengan pemberikan infus
Saline atau Ringer Laktat 20 cc/kg. Penggunaan albumin atau koloid lainnya
ketersediaan.
darah yang digunakan telah menjalani tes cross-match (uji silang), bila
sangat darurat maka dapat digunakan Packed red cells tipe darah yang
2.1.6 Komplikasi
kematian.3
2.1.6 Prognosis
-
BAB III
KESIMPULAN
Syok hipovolemik adalah kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh
volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
Penyebab syok hipovolemik dapat berasal dari kehilangan plasma dan sel darah
akibat perdarahan ataupun akibat kehilangan plasma darah sendiri tanpa disertai
kehilangan sel darah. Pada syok hipovolemik, gejala klinis yang muncul bergantung
pada jumlah cairan tubuh yang hilang. Gejalanya meliputi takikardi, hipotensi,
penurunan jumlah urin, perubahan status mental dan takipnea. Syok hipovolemik
dapat didiagnosis dengan adanya ketidakstabilan hemodinamik dan adanya sumber
perdarahan. Diagnosis akan sulit bila perdarahan tak ditemukan dengan jelas atau
berada dalam traktus gastrointestinal atau hanya terjadi penurunan jumlah plasma
dalam darah. Penatalaksanaan syok hipovolemik yaitu dengan mengembalikan
volume cairan intravaskuler yang hilang, yang dapat dilakukan dengan memberikan
resusitasi cairan intravena baik kristaloid ataupun darah, sesuai dengan penyebab
dan derajat kehilangan volume cairan tubuh.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL.
Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 19. Jakarta: EGC; 2015.
Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi
http://emedicine.medscape.com/article/760145-overview.
Keperwatan ISSN