Dosen Pembimbing :
Oswati Hasanah, M.Kep.,Sp.Kep.An
Disusun oleh:
David Alfayed Silalahi (1611115887)
Kelas :
A 2016 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Manajemen Keperawatan Bencana Pada Ibu Hamil”. Penulis berterima kasih pada ibu
Oswati Hasanah, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan Bencana
yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Manajemen Penanggulangan Bencana pada Fase Bencana .
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi pembaca. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Bencana ............................................................................................................................... 3
B. Tahapan Bencana ................................................................................................................ 3
C. Manajemen Bencana ............................................................................................................ 6
D. Pelayanan medis bencana berdasarkan siklus bencana ........................................................ 9
E. Penanggulangan Bencana di Bidang Kesehatan................................................................. 10
F. Dampak Bencana pada ibu hamil dan bayi........................................................................11
G. Keperawatan Bencana pada ibu hamil dan bayi sebelum bencana ..................................... 12
H. Keperawatan Bencana pada ibu hamil dan bayi saat bencana ............................................ 13
I. Keperawawatan Bencana pada ibu hamil dan bayi setelah bencana .................................. 18
\
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak Tsunami Aceh tahun 2004, sampai sepanjang tahun ini Indonesia seakan sedang
melakukan maraton bencana dari satu pulau ke pulau lain dan dari satu provinsi ke provinsi
lain. Pada awal tahun 2010 setelah letusan Gunung Api Merapi mereda, tanah air Indonesia
kembali diguncang bencana alam besar: gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami di kawasan
selatan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Sementara itu, bencana yang berkaitan dengan
fenomena geologi, seperti semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, belum juga berhenti.
Kemudian pada akhir tahun 2010 merapi kembali menyala yang lebih ganas, diikuti oleh
Tsunami Mentawai dan banjir bandang di beberapa wilayah seperti di Wasior Irian Jaya
(BNPB 2010).
Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar bagi
manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar kemampuan manusia untuk dapat
mengendalikannya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau sekaligus oleh keduanya.
Didalam Penanganan bencana terdapat beberapa aspek yaitu aspek mitigasi bencana
(pencegahan), kegawatdaruratan saat terjadinya bencana, dan aspek rehabilitasi. Penanganan
kegawatdaruratan targetnya adalah penyelamatan sehingga risiko tereliminir. Sedangkan
rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan pada kondisi normal kembali. Dampak
bencana yang ditimbulkan dapat berupa kematian masal, terganggunya tatanan sosiologis dan
psikologis masyarakat, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, keterbelakangan, dan
hancurnya lingkungan hidup masyarakat. Begitu besarnya risiko yang ditimbulkan oleh
bencana ini, maka penanganan bencana menjadi sangat penting untuk menjadi perhatian dan
tugas kita bersama.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:11. Bagaimana
Konsep Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana ?
2. Bagaimana Dampak bencana pada ibu hamil dan bayi?
3. Bagaimana Manajemen keperawatan bencana pada ibu hamil dan bayi?
4. Bagaimana Manajemen keperawatan bencana pada ibu hamil dan bayi sebelum bencana?
5. Bagaimana Manajemen keperawatan bencana pada ibu hamil dan bayi setelah bencana ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami Konsep Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana.
2. Untuk memahami Dampak bencana pada ibu hamil dan bayi, anak dan lansia
3. Untuk memahami Manajemen keperawatan bencana pada ibu hamil dan bayi saat
bencana
4. Untuk memahami Manajemen keperawatan bencana pada ibu hamil dan bayi sebelum
bencana
5. Untuk memahami Manajemen keperawatan bencana pada ibu hamil dan bayi setelah
bencana.
D. Manfaat
Manfaat dari setiap makalah apapun dan dengan tema apapun selalu memiliki kesamaan
dalam manfaatnya yakni menambah wawasan bagi penulis sendiri karena dalam
penulisannya, penulis di tuntut untuk mengambil beberapa referensi sebagai bahan
penulisannya dan juga bagi para pembaca. Selain itu, dapat menjadi salah satu acuan untuk
menerapkan ilmu saat proses keperawatan dan diharapkan mahasiswa dapat memahami
Konsep Manajemen Keperawatan Bencana Pada Ibu hamil dan Bayi serta mampu
mengaplikasikannya dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bencana (Disaster)
Menurut UU No. 24 tahun 2007, pengertian bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis (Toha, 2007). Pengertian bencana menurut International Strategy for
Disaster Reduction (2004) adalah suatu gangguan serius terhadap aktivitas di masyarakat
yang menyebabkan kerugian luas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau
ling-kungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi
dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. World Health Organization (WHO),
mendefinisikan bencana adalah Kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan
yang ber-makna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar[10]. Sedangkan
Hodgetts & Jones (2002) mendefinisikan bencana dengan istilah “Major Incident”. “In health
service terms a major incident can be defined as any incident where the location, number,
severity, or type of live casualties requires extraordinary resources”.
B. Tahapan Bencana
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster, tahap serangan
atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergency dan tahap rekonstruksi.
a. Tahapan Pra Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai saat
sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini dipandang oleh para
ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu
dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan
kepada petugas dan masyarakat akan sangat berdampak kepada jumlah besarnya korban saat
bencana menyerang (impact), peringatan dini dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra
bencana. Dengan pertimbangan bahwa, yang pertama kali menolong saat terjadi bencana
adalah masyarakat awam atau awam khusus (first responder), maka masyarakat awam khusus
perlu segera dilatih oleh pemerintah kabapaten kota. Latihan yang perlu diberikan kepada
masyarakat awam khusus dapat berupa : Kemampuan minta tolong, kempuan menolong diri
sendiri, menentukan arah evakuasi yang tepat, memberikan pertolongan serta melakukan
transportasi.
Peran tenaga kesehatan dalam fase pra disaster adalah:
1. Tenaga kesehatan mengikuti pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan
penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya.
2. Tenaga kesehatan ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembagalembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi bencana kepada
masyarakat.
3. Tenaga kesehatan terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut ini:
Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain
Tenaga kesehatan dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulance
C. Manajemen Bencana
Manajemen Bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan
bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk menolong
masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapat menghindari ataupun pulih dari
dampak bencana. Skala dan status bencana menurut UU nomor 24 tahun 2007, ditentukan
oleh presiden. Penentuan skala dan status bencana ditentukan berdasarkan kriteria jumlah
korban dan material yang dibawa oleh bencana, infrastruktur yang rusak, luas area yang
terkena, sarana umum yang tidak berfungsi, pengaruh terhadap sosial ekonomi dan
kemampuan sumber daya lokal untuk mengatasinya.
Tujuan dari manajemen bencana:
1. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang
dialami oleh perorangan, masyarakat negara.
2. Mengurangi penderitaan korban bencana
3. Mempercepat pemulihan
4. Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan
tempat ketika kehidupannya terancam.
Didalam siklus manajemen bencana terdapat beberapa tahapan dalam upaya untuk
menangani suatu bencana yaitu:
1. Penanganan Darurat; yaitu upaya untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi harta
serta menangani gangguan kerusakan dan dampak lain suatu bencana. Sedangkan
keadaan darurat yaitu kondisi yang diakibatkan oleh kejadian luar biasa yang berada
di luar kemampuan masyarakat untuk menghadapinya dengan sumber daya atau
kapasitas yang ada sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dan
terjadi penurunan drastis terhadap kualitas hidup, kesehatan atau ancaman secara
langsung terhadap keamanan banyak orang di dalam suatu komunitas atau lokasi.
2. Pemulihan (recovery) adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok
terpenuhi. Proses recovery terdiri dari:
Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya
sementara atau berjangka pendek.
Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen
3. Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan
timbulnya suatu ancaman. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100%
efektif terhadap sebagian besar bencana.
4. Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
dari satu ancaman. Misalnya: penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak
menimbulkan kerugian besar.
5. Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi
(kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap
kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya yang
ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak
buruk dari suatu ancaman.
Dengan melihat faktor resiko yang terjadi akibat bencana, maka penanggulangan
bencana sector kesehatan bisa dibagi menjadi aspek medis dan aspek kesehatan
masyarakat. Pelaksanaanya tentu harus melakukan koordinasi dan kloaborasi dengan
sector dan program terkait. Berikut ini merupakan ruang lingkup bidang pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan, terutama saat tanggap darurat dan pasca
bencana.
1. Sanitasi darurat.
Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan jamban :kualitas
tempat pengungsian, serta pengaturan limbah sesuai standard. Kekurangan jumlah
maupun kualitas sanitasi ini akan meningkatkan resiko penularan penyakit.
2. Pengendalian vector.
Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah, maka kemungkinan terdapat
nyamuk dan vector lain disekitar pengungsi. Ini termasuk timbunann sampah dan
genagan air yang memungkinkan tejadinya perindukan vector. Maka kegiatan
pengendalian vector terbatas saat diperlukan baik dalam bentuk spraying, atau
fogging, larvasiding, maupun manipulasi lingkungan.
3. Pengendalian penyakit.
Bila dari laporan pos pos kesehatan diketahui terdapat peningkatan kasus penyakit,
terutama yang berpotensi KLB, maka dilakukan pengendalian melalui intensifikasi
penatalaksanaan kasus serta penanggulangan faktor resikonya. Penyakit yang
memerlukan perhatian adalah diare dan ISPA.
4. Imunisasi terbatas.
Pengungsi pada umumnya rentan terhadap penyakit, terutama orang tua, ibu hamil,
bayi dan balita. Bagi bayi dan balita perlu imunisasi campak bila dalam catatan
program daerah tersebut belum mendapatkan crash program campak. Jenis imunisasi
lain mungkin diperlukan ssuai dengan kebutuhan setempat seperti yang dilakukan
untuk mencegah kolera bagi sukarelawan di Aceh pada tahun 2005 dan imunisasi
tetanus toksoid (TT) bagi sukarelawan di DIY dan jateng apda tahun 2006.
5. Surveilanse Epidemologi.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi epidemologi penyakit potensi
KLB dan faktor resiko.atas informasi inilah maka dapat ditentukan pengendalian
penyakit, pengendalian vector, dan pemberian imunisasi, informasi epidemologi yang
harus diperoleh melalui kegiatan surveilens epidemologi adalah :
a. Reaksi social
b. Penyakit menular
c. Perpindahan penduduk
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan dampak bencana
pada ibu hamil, melahirkan dan bayi. Dampak bencana yang sering terjadi adalah abortus dan
lahirprematur disebabkan oleh ibu mudah mengalami stres, baik karena perubahan hormon
maupun karena tekanan lingkungan/stres di sekitarnya. Efek dari stres ini diteliti dengan
melakukan riset terhadap ibu hamildi antara korban gempa bumi. Penelitian mengambil
tempat di Cili selama tahun 2005, di saat gempa bumi Tarapaca sedang mengguncang daerah
tersebut. Penelitian sebelumnya telah mengamati efek stres pada wanita hamil, namun yang
berikut ini memfokuskan pada dampak stres pada waktu kelahiran bayi serta dampaknya
pada kelahiran bayi perempuan atau laki-laki. Hasilnya, ibu hamil yang tinggal di area pusat
gempa, dan mengalami gempa bumi terburuk pada masa kehamilan dua dan tiga bulan,
memiliki risiko melahirkan prematur yang lebih besar dari kelompok lainnya. Pada ibu hamil
yang terekspos bencana alam di bulan ketiga kehamilan, peluang ini meningkat hingga 3,4%.
Tidak hanya itu, stres juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keguguran.
Selain itu, saat bencana ibu hamil bisa saja mengalami benturan dan luka yang
mengakibatkan perdarahan atau pelepasan dini pada plasenta dan rupture uteri. Keadaan ini
dapat mengakibatkan gawat janin dan mengancam kehidupan ibu dan janin. Itulah sebabnya
ibu hamil dan melahirkan perlu diprioritaskan dalam penanggulangan bencana alasannya
karenadi situ ada dua kehidupan.
Melihat dampak bencana yang dapat terjadi, ibu hamil dan bayi perlu dibekali
pengetahuan dan ketrampilan menghadapi bencana. Beberapa hal yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Membekali ibu hamil pengetahuan mengenai umur kehamilan, gambaran proses
kelahiran, ASI eksklusif dan MPASI
2. Melibatkan ibu hamil dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, misalnya dalam simulasi
bencana.
3. Menyiapkan tenaga kesehatan dan relawan yang trampil menangani kegawat daruratan
pada ibu hamil dan bayi melalui pelatihan atau workshop.
4. Menyiapkan stok obat khusus untuk ibu hamil dalam logistik bencana seperti tablet Fe dan
obat hormonal untuk menstimulasi produksi ASI.
1. Pengkajian
Pengkajian kesehatan yang harus dilakukan pada ibu hamil dan bayi atau janin saat
terjadi bencana, meliputi:
Ibu Hamil
Ibu hamil harus dikajiberat badan, pembengkakan kaki, dan darah. Berat badan diukur
dengan timbangan badan. Hasil pengukuran saat ini dibandingkan dengan pengukuran
sebelumnya untuk mengkaji peningkatan berat badan yang dihubungkan dengan ada atau
tidak adanya oedema. Kalau tidak ada timbangan, mengamati oedema harus selalu dicek
dengan menekan daerah tibia. Ibu hamil yang mengalami oedema juga sulit menggenggam
tangannya, atau menapakkan kakinya ke dalam sepatu karena adanya oedema di tangan, lutut
dan telapak kaki harus diperiksa. Selain itu, sindrom hipertensi karena kehamilan juga harus
dikaji dengan persepsi perabaan oleh petugas penyelamatan dengan melihat gejala-gejala
yang dirasakan oleh ibu hamil yaitu seperti sakit kepala dan nadi meningkat, apabila
tensimeter tidak tersedia. Anemia dapat dikaji dengan melihat warna pembuluh darah kapiler
ibu hamil. Pada kasus warna konjungtiva atau kuku pucat, dapat diperkirakan merupakan
tanda anemia.
Pengkajian pada ibu hamil harus juga mengkaji janin dalam kandungannya. Kondisi
kesehatan janin dikaji dengan mengukur gerakan dan denyut jantungnya. Denyut jantung
janin dideteksi dengan menggunakan Laennec, alat yang ditunjukkan di bawah ini
Apabila Laennec tidak tersedia maka dapat digunakan kertas silinder sebagai
pengganti Laennec. Setelah mengetahui posisi punggung janin maka denyut jantung janin
dapat didengar dengan cara mendekatkan telinga menggunakan LaennecLeneck pada perut
ibu.
Tinggi fundus uterus dapat diukur denganmenggunakan jari. Mengenali ukuran jari
membantu dalam mengukur tinggi uterus.Pertumbuhan uterus mengikuti masa kehamilan
dalam hitungan minggu seperti pada tabel di bawah ini.
Bayi
Suhu tubuh pada bayi baru lahir belum stabil. Suhu tubuh bayi perlu dikaji karena
permukaan tubuh bayi lebih besar dari pada tubuh orang dewasa sehingga suhu tubuhnya
mudah turun.Pakaian bayi juga harus tertutup dan hangat agar mengurangi perpindahan suhu
yang ekstrim. Kebutuhan cairan juga perlu dikaji dengan seksama karena bisa saja bayi
terpisah dari ibunya sehingga menyusui ASI terputus. Bayi yang kehilangan atau terpisah dari
ibunya karena ibu sakit atau meninggal bisa dicarikan donor ASI dengan syarat keluarga
menyetujui pemberian ASI donor, identitas donor ASI maupun bayi penerima tercatat, ibu
susu dinyatakan sehat oleh tenaga kesehatan serta ASI donor tidak diperjualbelikan.
Masalah kesehatan yang bisa terjadi pada ibu hamil, janin dan bayi, serta
penanganannya.
Wanita hamil dapat mengalami tekanan darah rendah karena tidur dengan posisi
supinasi dalam waktu lama (Gambar 6.4). Keadaan ini disebut Sindrom Hipotensi Supinasi,
karena vena cava inferior tertekan oleh uterus dan volume darah yang kembali ke jantung
menjadi menurun sehingga denyut jantung janin menjadi menurun. Dalam hal ini, tekanan
darah rendah dapat diperbaiki dengan mengubah posisi tubuh ibu menghadap ke sebelah kiri
sehingga vena cava superior dapat bebas dari tekanan uterus. Ketika wanita hamil
dipindahkan ke tempat lain, maka posisi tubuhnya juga menghadap ke sebelah kiri (Gambar
6.5).
Gambar 6.4: Vena cava inferior tertekan oleh uterus Gambar 6.5: Menjaga posisi tubuh
menghadap ke kiri
Intervensi terbaik untuk menyelamatkan hidup bayi dan anak. ASI dan MPASI
berkualitas bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan tubuh bayi dan anak, akan tetapi
merupakan “life saving” untuk keberlangsungan hidup jangka pendek maupun jangka
panjang. Tetaplah menyusui hingga 2 tahun. Adapun syarat MPASI berkualitas adalah
sebagai berikut:
1. MPASI disediakan berdasarkan bahan lokal dengan menggunakan peralatan makan yang
higienis.
2. MPASI harus yang mudah dimakan, dicerna dan dengan penyiapan yang higienis.
3. Pemberian MPASI disesuaikan dengan umur dan kebutuhan gizi bayi.
4. MPASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup (energi, protein, vitamin
dan mineral yang cukup terutama Fe, vitamin A dan vitamin C).
5. MPASI pabrikan hanya alternatifdarurat. Penggunaannya setidaknya tidak lebih dari 5 hari
pasca bencana
Sumber: nurlienda, 2014
Makanan siap saji untuk Ibu menyusui pada 5 hari pertama pasca bencana
Dengan memberikan makanan yang baik bagi Ibu, sama artinya dengan menjamin
pemberian ASI kepada bayi dan anak. Ketersediaan ASI yang mencukupi dan melimpah pada
dasarnya tidak terpengaruh oleh makanan dan minuman secara langsung, namun paparan
makanan dan minuman yang menunjang akan menentramkan ibu dalam menyusui dan
menghilangkan kekhawatiran mereka. Hal inilah yang mempengaruhi pemberian ASI pada
kondisi bencana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan
pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana, oleh karena itu diharapkan
bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang sudah berpengalaman dalam praktik
pelayanan kesehatan mau untk berperan dalam penanggulangan bencana yang ada di sekitar
kita. Karena ilmu yang didapat di bangku perkuliahan sangat relevan dengan yang terjadi di
masyarakat, yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul di tempat yang sedang
terjadi bencana. Dan di harapkan mahasiswa bisa mengaplikasikan nya di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Akiko Saka, 2007. Long-term nursing needs during the disaster that is different from Acute
American Collage of Emergency Physicians. 2010. Basic Trauma Cardiac Life Support :
For Paramedics And Other Advanced Providers, Brady
Anneahira. Korban Bencana . http://www.anneahira.com/korban-bencana.html
diunduh pada 07 November 2019
BNPB. 2010. Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di
Indonesia.
Clark, M.J. (1999). Nursing in the community: dimension of community health nursing. 3rd e
Efendi, F & Makfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
Forum keperawatan bencana Keperawatan Bencana, Banda Aceh PMI, Japanese Red Cross.
Kumiko Ii, 2007. Discovery and Assessment of the Nursing Needs (Community Assessment).
Nies, M.A & McEwen, M. (2007). Community/public health nursing: promoting the health
Tatsue Yamasaki, 2007. The nursing to people who need much support at disaster. Yasushi
Yamamoto (Editorial Supervision): Health promotion at the time of the disaster.
Soudousya, hlm.28-36.
Tim INTC. 2014. Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) in Disaster.
Jakarta : CV. Sagung Seto
Yuko Ushio, 2007. Care for victims of the disaster in revival period.Hiroko Minami, Aiko
Yamamoto (Editorial Supervision): A Disaster Nursing Learning Text. Japan