Fixx
Fixx
Disusun oleh :
1. Anita Puji Rahayu (010115A017)
2. Annisa Nirmala P (010115A018)
3. Dana Dewintasari (010115A026)
4. Fadhilatul Tufaidah (010115A039)
5. Giyastuti Dewi (010115A047)
6. Meisya Dhicki C (010115A072)
7. Puspa (010115A095)
8. Sekar Priska K (010115A0112)
9. Sinta Widyawati (010115A0119)
BAB I
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi NAPZA?
C. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN KONSEP
A. Definisi
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. NAPZA berupa zat yang bila masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi
tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis
Intervensi Keperawatan Kritis (6) 6
dan fungsi sosial. Istilah lainnya NAPZA adalah narkoba, singkatan dari narkotika
dan obat berbahaya (Keliat dkk, 2011)
Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semisntesis yang dapat menyebabkan penurunan ataupun
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika)
Alkohol merupakan cairan yang mengandung zat ethyl alkohol. Alkohol
digolongkan sebagai NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan sistem syaraf
pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seeorang, mengubah suasana hati
dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan, walaupun juga dapat merangsang. Efek
alkohol tidak sama pada setiap orang tergantung pada keadaan fisik, mental, dan
lingkungan.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamian atau sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU Nomor 5 tahun
1997 tentang psikotropika)
Zat adiktif : suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan. Yang dimaksud disini adalah bahan atau zat yang
berpengaruh psikoaktif di luar yang disebut Narkotika dan Psikotropika.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Tetergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah
dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologis terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapakan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik (Eko Prabowo, 2014)
B. Klasifikasi
Kategori NAPZA menurut Keliat dkk, 2011 antara lain :
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semisntesis yang dapat menyebabkan penurunan ataupun
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika).
Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan:
E. Karakteristik
Pelajar berada pada usia remaja yang rentan terhadap penyalah gunaan
NAPZA. Pada usia remaja, dorongan keingintahuan akan sesuatu hal sangat besar,
merasa sudah dewasa sehingga ingin mengambil risiko dengan mencoba hal-hal yang
belum diketahui sebelumnya. Selain itu, biasanya para remaja sering berkumpul
dengan teman sebayanya sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman
lainnya akan di contoh (BNN RI, 2012).
Pada fase ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah dosis zat yang dipakai
agar ia dapat berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA cukup, ia tampak sehat,
meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika pemakaiannya dikurangi atau dihentikan,
timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala putus zat (sakaw). Gejalanya bergantung
pada jenis zat yang digunakan. Orang pun mencoba mencampur berbagai jenis
NAPZA agar dapat merasakan pengaruh zat yang diinginkan, dengan risiko
meningkatnya kerusakan organ-organ tubuh. Gejala lain ketergantungan adalah
toleransi, suatu keadaan di manajumlah NAPZA yang dikonsumsi tidak lagi cukup
untuk menghasilkan pengaruh yang sama seperti yang dialami sebelumnya. Oleh
karena itu, jumlah yang diperlukan meningkat. Jika jumlah NAPZA yang dipakai
berlebihan (overdosis), dapat terjadi kematian (Harlina dan Juwana, 2008).
Faktor kontribusi adalah faktor yang ada di luar diri seseorang dan berfungsi
sebagai pendorong sebelum melakukan sesuatu. Faktor-faktor yang berasal dari
keluarga yang dapat menyebabkan remaja terjerumus dalam NAPZA antara lain
keluarga yang kurang harmonis, tidak komunika stif terhadap anak, terlalu otoriter
terhadap anak, selalu menuntut prestasi terbaik pada anak dengan cara memaksa, dan
kurang memberikan perhatian pad anak karena sibuk dengan aktivitas sendiri.
G. Penatalaksanaa
1. Pengobatan dan Pemulihan
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegaan,
pengobatan sampai pemulihan. Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
b. Deteksi dini perubahan perilaku
c. Menolak tegas untuk mencoba Say No to Drug atau katakan tidak pada
narkoba
Terapi pengobatan bagi pasien NAPZA salah satunya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya mengurangi atau menghentikan putus zat dengan dua
cara antara lain
a. Detoksifikasi tanpa substitusi. Pasien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat mengalami gejala putus zat, tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan saja sampai
gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi. Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat, misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.
Substitusi bagi pengguna sedatip hipnotik dan alkohol dapat berasal dari jenis
antiasietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan
menurunkan dosis secara bertahap sampai berhenti samasekali. Selama
pemberian substitusi, dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simpomatik, misal obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur sesuai
gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut. Pengobatan secara
POHON MASALAH
Potensial komplikasi
INTERNAL : EKSTERNAL :
1. Berhubungan dengan 1. Kerusakan interaksi
gejala putus asa sosial (maladaptif)
2. Kurang aktivitas 2. Koping keluarga tidak
3. Distress spiritual
efektif
4. Perubahan pemeliharaan
3. Penatalaksanaan yang
kesehatan
tidak efektif
A. Pengkajian
1. Anamnesis pasien
2. Identitas pasien : nama lengkap, nama panggilan, tempat dan tanggal lahir,
asal, suku, agama usia
3. Fisik
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaan NAPZA
pada saat pengkajian adalah sebagai berikut : nyeri, gangguan pola tidur,
menurunnya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar normal,
kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi jantung, hati, dan
sebagainya, infeksi pada paru, sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah
agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya.
4. Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak
berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
mengontrol dan mengendalikan diri sendiri
5. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman
pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat di lingkungan sekolah atau
kampus yang digunakan oleh para pendengar.
6. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
8. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat. Penghamburan dan
pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dari pola asuh tidak
efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak
dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai
tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan penguatan negatif berulang
2. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan penyalahgunaan zat
3. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan masalah
kesehatan mental (penyalahgunaan obat)
C. Rencana Keperawatan
-
Intervensi Keperawatan Kritis (6) 23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha
Medika
Keliat, Budi Anna dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC
Bulechek, Gloria dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby: Elsevier
Moorhead, Sue dkk. 2013. Nursing Outcome Clasification(NOC) Pengukuran Outcome
Kesehatan. Mosby : Elsevier
NANDA Internasional. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Aplikasi 20015-2017.
Jakarta: EGC