Anda di halaman 1dari 38

PRESENTASI KASUS

DIABETES MELITUS DAN PARALISIS TANGAN KANAN PADA


JANDA LANSIA UNDERWEIGHT DENGAN KELUARGA
DISFUNGSIONAL SEDANG SERTA RUMAH TIDAK SEHAT

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Lulus Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Trisna Rohmawati
20184010092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahhirobbil’alamin, penulis mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT atas berkat, kasih, karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan presentasi kasus ini sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas
stase Ilmu Kedokteran Masyarakat pada program profesi kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Penulisan presentasi kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak ucapan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan baik.
2. drg. Dyah Puspasari selaku Kepala Puskesmas Kotagede II.
3. dr. M. Khotibuddin, MPH. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya, pengalaman, ilmu, bantuan pemikiran dan
bimbingan yang sangat berguna dalam proses penyelesaian presentasi
kasus ini sampai selesai.
4. dr. Sita Andiastuti selaku dokter preseptor Puskesmas Kotagede II yang
telah meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat membantu
dalam penyelesaian presentasi kasus ini.
5. Pasien Nn. SS yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan
waktunya untuk home visite.
6. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan
doa.
7. Segenap staff dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta dan Puskesmas Kotagede II
8. Semua rekan seperjuangan, teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah angkatan 2014 atas kebersamaannya.

ii
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan presentasi kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada
penulisan presentasi kasus ini, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan
dari berbagai pihak. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis, pembaca dan menjadi sumbangan yang berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 20 Juni 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
BAB I LAPORAN KASUS ................................................................................................ 6
A. Identitas Pasien ....................................................................................................... 6
B. Anamnesis Penyakit (Disease) ................................................................................ 6
C. Pemeriksaan Fisik ................................................................................................... 8
D. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................ 10
E. Diagnosis Klinis .................................................................................................... 11
F. Terapi .................................................................................................................... 11
G. Usulan ................................................................................................................... 11
H. Saran ..................................................................................................................... 12
BAB II ANALISA KASUS .............................................................................................. 13
A. Anamnesis Pengalaman Sakit (Illness) ................................................................. 13
B. Perangkat Penilaian Keluarga ............................................................................... 14
C. Rumah dan lingkungan Sekitar ............................................................................. 18
D. Diagnostik Holistik ............................................................................................... 20
E. Pengelolaan Komprehensif ................................................................................... 20
F. Analisa .................................................................................................................. 22
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 24
A. Definisi.................................................................................................................. 24
B. Prevalensi .............................................................................................................. 24
C. Patogenesis............................................................................................................ 24
D. Patofisologi ........................................................................................................... 25
E. Faktor resiko ......................................................................................................... 25
F. Gejala klinis .......................................................................................................... 27
G. Diagnosis............................................................................................................... 28

iv
H. Penatalaksanaan .................................................................................................... 28
I. Obat – Obat ........................................................................................................... 30
J. Komplikasi diabetes melitus ................................................................................. 31
K. Pencegahan ........................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35
LAMPIRAN...................................................................................................................... 36

v
6

BAB I

LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SS
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 67 th
Alamat : Sambirejo kg 2/74 Rt 06/01 Prenggan
Pekerjaan : tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Jaminan : BPJS
Tanggal visit : 15/06/2019
Kunjungan Puskesmas : 15/06/2019
Nomor RM :00.29.75
B. Anamnesis Penyakit (Disease)
1. Keluhan Utama
kontrol rutin
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang Wanita berusia 67 tahun datang ke Puskesmas Kotagede
II untuk kontrol rutin tes mellitus dan cek trigliserid. pasien mengatakan
sebelum didiagnosis Diabetes Melitus pasien tidak pernah cek gula
pasien mengetahui dirinya menderita gula Diabetes Mellitus saat pasien
mengeluh sering buang air kecil ketika malam hari kemudian pasien
periksa ke puskesmas pengecekan gula saat itu kadar gula dalam tubuh
pasien mencapai 281 mg/dl Dan pasien mendapat obat rutin metformin
2x1 dan glimepirid 1x1. Pasien terlalu kontrol ke Puskesmas setiap
bulan setelah tahu penyakit yang diderita Dan pasien mengurangi
makanan manis kemudian menjaga pola makan serta olahraga di setiap
pagi hari.
7

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Sejak tahun 1975 pasien memiliki riwayat Paralisis tangan
kanan. Sejak tahun 2014 pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus Dan
obat rutin metformin 2x1 glimepirid 1x1.
4. Riwayat Penyakit Keluarga

Kakak kandung pasien memiliki riwayat sakit Diabetes melitus.

5. Riwayat Personal Sosial dan Gaya Hidup


 Pendidikan pasien pernah menempuh pendidikan formal hingga sekolah
lanjut tingkat atas (SLTA) namun pasien tidak melanjut sekolahnya
karena terkendala Biaya.
 pasien menikah saat tahun 1971 saat pasien berusia 19 tahun dengan pria
pilihan nya, ia melahirkan anak pertama laki laki. Kemudian anak kedua
lahir tahun 1979 per jenis kelamin laki-laki. Dan tahun 1982
mendapatkan kelahiran anak bungsu berjenis kelamin laki-laki.
Hubungan dengan suami Harmonis namun saat hamil anak ketiga konflik
dengan suaminya karena suaminya sering main judi dan banyak utang di
sana sini hubungan pasien dengan anak pertama pasien tidak Harmonis.
 Pekerjaan pasien seorang ibu rumah tangga personal pasien merupakan
seorang yang sangat ramah Dan terbuka kepada orang lain ia juga mudah
menerima masukan dan saran dari siapa pun.
 Hubungan pasien dengan tetangga baik sering ngobrol dengan tetangga
dan setiap pagi olahraga rutin dengan para tetangga.
 pola makan pasien teratur tiga kali sehari setiap hari pasien
mengkonsumsi sayur dan kadang buah-buahan, Pasien termasuk orang
yang rajin olahraga setiap pagi lari pagi dengan tetangganya.
 Pasien tidak mengkonsumsi merokok, tidak minum minuman
berakohol,tidak konsumsi obat obat terlarang maupun seks bebas.
8

6. Review Sistem
 Keluhan penglihatan: disangkal
 Keluhan pendengaran: disangkal
 Keluhan gangguan keseimbangan: disangkal
 Keluhan berdebar-debar: disangkal
 Gangguan tidur: disangkal
 Keluhan pencernaan: disangkal
 Keluhan BAK: disangkal
 Diare/konstipasi: disangkal
 Keluhan pada kulit: disangkal

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 86 x/menit
• Respirasi : 21 x/menit
• Suhu : 36,8 oC
• Nyeri : VAS 0
Antropometri :
• Tinggi badan : 158 cm
• Berat badan : 43 kg
• IMT : 17,26
• Lingkar pinggang : 79cm
• Status gizi : Underweight
Kepala : konjungtiva anemis; sclera tidak ikterik
Leher : limfedenopati cervical (-); nodul tiroid tidak teraba; massa
tiroid tidak teraba
9

Paru-paru : vocal fremitus kanan-kiri simetris; sonor di seluruh lapang


paru; vesicular di seluruh lapang paru; wheezing (-); ronkhi
(-)
Jantung : S1-S2 reguler; HR 88 x/menit; suara bising jantung (-)
Abdomen : BU (+) normal; hepatomegali (-); supel
Ekstremitas :
No. Motorik Kanan Kiri
1. Tonus Normotoni Normotoni
2. Atrofi (-) (-)
3. Kekuatan 5555 5550
4. Gerak Aktif Sendi Bahu Bebas, Nyeri(+) Bebas, Nyeri(+)
5. Gerak Pasif Sendi Bahu Bebas, Nyeri(+) Bebas, Nyeri(+)
6. Gerak Aktif Sendi siku Bebas, Nyeri(+) Bebas, Nyeri(+)
7. Gerak Pasif Sendi siku Bebas, Nyeri(+) Bebas, Nyeri(+)
8. Gerak Aktif Pergelangan Tidak dapat Bebas, Nyeri(+)
Tangan melakukan wrist
extension,
nyeri(-), sulit
menggerakan
tangan kanan
hanya bisa
pronasi.
10

Sensori
Anggota gerak atas
1. Sensibilitas Baik Baik
2. Taktil Baik Baik
3. Nyeri Baik Baik
4. Thermi Baik Baik
5. Lokalisasi Baik Baik
Anggota gerak bawah
1. Sensibilitas Baik Baik
2. Taktil Baik Baik
3. Nyeri Baik Baik
4. Thermi Baik Baik
5. Lokalisasi Baik Baik

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Waktu
15 15 26 30 15 Satuan normal
Juni Mei Januari Oktober April
Kimia
2019 2019 2019 2018 2018
darah

GDS 103 169 139 129 120 mg/dl <140


Trigliserid 116 212 108 179 182 mg/dl Vena: <115
Kapiler :<200
Asam urat 4.9 5,9 mg/dl L: 3,5-7,2
P: 2,6-6,0
cholesterol 167 219 mg/dl <200
Sumber hasil laboratorium puskesmas Kota Gede II (15/06/2019)

2. Radiologi
Tidak di lakukan pemeriksaan radiologi
11

E. Diagnosis Klinis
 Diabetes Mellitus tipe 2
 Paralisis Tangan kanan
 Underweight

F. Terapi
A. Farmakologi
 Metformin 500 Tab diberikan 2 X 1.
 Glimepirid 2 mg diberikan 1x1.
 Vitamin b diberikan 1x1.
B. non Farmakologi
 Motivasi untuk melanjutkan dan mempertahankan daya hidup
sehat.
 Membatasi konsumsi garam.
 Memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
 Membatasi makanan yang mengandung kalori dan lemak tinggi
mengkonsumsi air putih yang cukup. Kenaikan berat badan
(normal Bmi : 18,5 sampai 22,9).
 Kontrol rutin kadar gula darah setiap bulan sekali.
 memperbanyak aktivitas fisik seperti olahraga.
 Pencegahan terhadap komplikasi jangka panjang.
 Konsultasi dengan ahli gizi dalam pengelolaan makan.

G. Usulan
Melakukan pemeriksaan penunjang cek kimia dara, di antaranya
GDS, kolesterol, trigliserid dan asam urat.
12

H. Saran
1. Memberikan edukasi terkait pentingnya kontrol rutin ke dokter.
2. Memberikan edukasi terkait efek samping obat, cara penggunaan,
pentingnya minum obat rutin dan akibat fatal jika membeli obat sendiri.
3. Memberikan edukasi mengenai pola makan yang sesuai dengan gizi
seimbang.
4. Konsultasi kepada ahli gizi dan psikolog.
BAB II

ANALISA KASUS

A. Anamnesis Pengalaman Sakit (Illness)


 Pikiran
Pasien mengerti bahwa ia sakit, ia juga tahu tentang penyakit yang ia derita,
penyebab, gejala klinis dan komplikasi dari penyakitnya.
 Perasaan
Pasien menerima akan penyakit diabetes melitus yang ia derita, dan merasa
penyakit yang di deritanya sebagai suatu hambatan.
 Efek pada Fungsi
Pasien tidak mengalami kesulitan yang berarti atau perubahan fungsi setelah
sakit, namun pasien merasa setelah sakit pasien merasa harus menjaga pola
makan pasien.
 Harapan
Pasien berharap semoga ketika kontrol di puskesmas kadar gulanya selalu
normal.

13
14

B. Perangkat Penilaian Keluarga


1. Genogram Keluarga
Keluarga Ny. SS
16/06/2019

Tn. M
69 TH Ny.. S
65 th

Tn. W Ny. S Ny. N


Ny. S 67 th
70 th 65 th 64 th

Ny. S Tn. Y Ny. U Tn. B Tn. Y


42 th 44 th 39 th 44 th 37 th

An. y An. z An. M


5 th 10 th 5 th

Legenda :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Diabete melitus

: Tinggal Satu Rumah


15

2. Bentuk Keluarga
Extended family
3. Family Life Cycle
The Solitary Survivors (Sendiri tanpa pasangan)
4. Family Map

Ny. S
Tn Y

NY. S

An. Y Tn. Y
Legenda :
: Wanita

: Laki-Laki

: Tidak harmonis
16

5. Family Life Line

Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness

Tangan kanan pasien mengalami


1975 23 paralisis

1990 38 Suami sering main judi

2014 62 Pasien menderita sakit DM

0 5 7 8 10
17

6. Family APGAR

APGAR Keluarga Kampir Kadang- Hampir


Selalu Kadang Tidak
(2) (1) Pernah(0)
Saya merasa puas dengan cara
keluarga saya √
membahas berbagai hal dengan saya dan
berbagi
masalah dengan saya.
Saya merasa puas dengan cara
keluarga saya √
membahas berbagai hal dengan saya dan
berbagi
masalah dengan saya.
Saya merasa puas karena keluarga saya
menerima dan keinginan-keinginan saya √
untuk memulai
kegiatan atau tujuan baru dalam hidup
saya.
Saya merasa puas dengan cara
keluarga saya
mengungkapkan kasih sayang dan √
menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti
kemarahan, kesedihan
dan cinta.
Saya merasa puas dengan cara keluarga
saya dan saya berbagi waktu bersama. √
Skor Total 7 (disfungsional Sedang)
18

7. Family SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologis
Social Pasien memiliki interaksi dan Pasien memang tidak
kedekatan yang baik dengan dekat dengan anak
keluarga dan lingkungan sekitar pertama pasien.
pasien sering berolahraga pagi
dengan para tetangga.
Cultural Pasien tidak mempercayai mitos
atau hal mistis dan pasien sama
sekali tidak - mempercayai
pengobatan alternatif.
Religious Pasien seorang muslim yang Taat
beribadah sehari-hari seperti solat
lima waktu
Educational pasien menempuh pendidikan
terakhir sekolah lanjut tingkat atas
slta
Economic kebutuhan ekonomi pasien
tergolong cukup.
Medical Pasien memiliki jaminan
kesehatan yang mengkover biaya
berobat.

C. Rumah dan lingkungan Sekitar


1. Kondisi Rumah
Rumah pasien tersebut berada di daerah sekitar Perkotaan yang
padat penduduk. Bentuk bangunan rumah tidak bertingkat. Kepemilikan
rumah milik sendiri luas rumah ukuran 8 x 6 m2, jumlah orang dalam
satu rumah lima orang luas halaman rumah 2x3 m2 lantai rumah pasien
1/2 semen dan 1/2 tanah, dinding rumah setengah papan setengah
tembok atap rumah tanpa Pondasi rumah pencahayaan cukup, Ventilasi
19

ukuran 1 x 0,5 m. Terdapat 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang


keluarga,1 ruang dapur, terdapat 1 kamar mandi kemudian 1 kamar wc
diluar dan 2 teras rumah. terdapat listrik dan sumber air dari sumur di
belakang rumah pasien dan bersih.

2. Denah Rumah

T
e
Sumur Kamar Kamar R. Tamu r
Dapur a
s
s
U
R. Keluarga
kamar
k. Mandi wc
Teras

3. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah


 Untuk mandi, pasien menggunakan air sumur. Untuk mencuci
baju, pasien menggunakan jasa laundry. Untuk minum, pasien
menggunakan air minum isi ulang
 Pasien memiliki halaman rumah
 Antara satu rumah dengan rumah lain sangat berdekatan hanya
2 meter.
 Jalan di sekitar rumah hanya cukup dilewati satu sepeda motor
lingkungan disekitar rumah nya bersih dan tertata
20

4. Kriteria Rumah Sehat


Kriteria Rumah Sehat Penilaian
1. Atap Berplafon Tidak
2. Dinding Permanen Iya
3. Lantai Bukan Tanah Tidak
4. Ada Jendela Iya
5. Ventilasi Cukup Iya
6. Pencahayaan alami Cukup Iya
7. Jumlah orang tidak lebih dari 8 m2/ Iya
orang
Kesimpulan : Rumah Tidak Sehat

D. Diagnostik Holistik
Diabetes melitus dan paralisis tangan kanan pada janda lansia underweight
dengan keluarga disfungsional sedang serta rumah tidak sehat.

E. Pengelolaan Komprehensif
1) Promotif

Edukasi kepada pasien tentang:


 Gambaran bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit kronik
yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan, dan
sangat bergantung pada perilaku kesehatan pasien sendiri
 Definisi, faktor risiko, penyebab, proses terjadinya penyakit,
komplikasi yang dapat terjadi, dan pengelolaan DM
 Pentingnya modifikasi gaya hidup
 Menjelaskan dan menekankan peran serta dukungan keluarga
atau orang-orang terdekat pasien dalam pengelolaan penyakit
pasien
 Pentingnya minum obat sesuai anjuran dokter
 Pentingnya datang periksa untuk monitor penyakit tiap 2 minggu
21

 Pentingnya monitor kadar gula darah minimal 1 bulan sekali,


serta profil lemak dan HbA1c tiap 3 bulan sekali
 Pentingnya membangun rumah sehat
 Dan Edukasi keluarga dalam rumah untuk berhenti merokok.
2) Preventif
 Menerapkan pola makan prinsip 3J untuk DM
 Istirahat cukup minimal 6 jam per hari
 Minum obat sesuai anjuran dokter
 Screening anggota keluarga untuk penyakit Diabetes Melitus
 Menyempatkan melakukan aktivitas fisik Yang rutin dan teratur.
 Konsultasi dengan ahli gizi untuk pengelolaan yang harus dihindari
terkait dengan Diabetes Mellitus.
 Melakukan monitoring kadar gula darah sebulan sekali disertai
minum obat rutin.
 Melakukan perawatan kaki, senam kaki diabetes dan senam diabetes
setiap hari
 Menerapkan prinsip rumah hidup sehat
3) Kuratif
A. Farmakologi
 Metformin 500 Tab diberikan 2 X 1.
 Glimepirid 2 mg diberikan 1x1.
 Vitamin b diberikan 1x1.
B. non Farmakologi
 Motivasi untuk melanjutkan dan mempertahankan daya hidup
sehat.
 Membatasi konsumsi garam.
 Memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
 Membatasi makanan yang mengandung kalori dan lemak tinggi
mengkonsumsi air putih yang cukup. Kenaikan berat badan
(normal Bmi : 18,5 sampai 22,9).
 Kontrol rutin kadar gula darah setiap bulan sekali.
22

 memperbanyak aktivitas fisik seperti olahraga.


 Pencegahan terhadap komplikasi jangka panjang.
 Konsultasi dengan ahli gizi dalam pengelolaan makan.
4. Rehabilitatif
 Senam kaki diabetes dan senam diabetes
 Paralisis pada tangan kanan diberi terapi panas menggunakan sinar
inframerah
 terapi latihan untuk gerakan pasif dan juga aktif.
5. Paliatif
 Memperbanyak jenis dan durasi ibadah
 Mempertahankan komunikasi dengan keluarga dan orang-prang
terdekat dengan baik
 Mengajak keluarga untuk menjadi pendukung yang proaktif untuk
pasien
 Menyerahkan hasil pada Tuhan yang menyembuhkan,
memperkuat usaha, dan tekad mengendalikan pernyakitnya

F. Analisa
diagnosis diabetes mellitus ditegakkan pertama kali yang
didukung dengan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan hasil 281
mg/dl. kemudian pasien mendapatkan obat metformin diberikan 2x1
dan glimepirid diberikan 1x1, obat tersebut telah diberikan sesuai
dengan panduan tata laksana diabetes mellitus. Diketahui pasien
menderita diabetes mellitus sejak lima tahun yang lalu dan status gizi
pasien saat ini adalah underweight menjadi perhatian karena kurangnya
berat badan pasien sehingga perlu memberikan edukasi yang
menekankan pada pasien untuk meningkatkan berat badan pasien.

hasil penilaian family APGAR menunjukkan keluarga pasien


merupakan keluarga dengan disfungsional sedang namun setelah dokter
mudah datang mudah menilai tidak akan menjadi masalah bagi pasien.
23

oleh karena itu dokter muda memilih tidak melakukan intervensi


apapun. hasil penilaian family SCREEM menunjukkan hubungan antara
pasien dengan anak pertama menjadi lebih renggang setelah anak
pertama pasien tidak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang SLTA
namun menurut pasien hanya ada sedikit kesenjangan pasien tidak
terlalu menganggap itu sebuah masalah. pasien tentang diabetes cukup
baik rio mengetahui penyebab penyakit diabetes mellitus gejala klinis
penyakit diabetes mellitus dan komplikasi penyakit diabetes mellitus
dengan begitu dokter dapat merencanakan intervensi yang
komprehensif terkait penanganan dan dokter muda melakukan
intervensi berupa CEA untuk menyamakan persepsi. kondisi rumah
pasien termasuk dalam rumah tidak sehat untuk itu termudah perlu
Mengedukasi tentang pentingnya membangun rumah sehat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati.(Sujaya, 2009) Diabetes Mellitus Tipe 2
merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin.
Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang normal.
Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes
mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes
mellitus.(slamet, 2008) Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan
metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel beta Pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi
insulin). (Departemen Kesehatan, 2015)

B. Prevalensi
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai
57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak
371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah
tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1. (Bennett, 2018)

C. Patogenesis
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat
terjadi melalui 3 jalan, yaitu: a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh

24
25

dari luar (virus,zat kimia,dll) b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa


pada kelenjar pankreas c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan
perifer. (Buraerah, 2010)

D. Patofisologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu : 1. Resistensi insulin 2. Disfungsi sel B pancreas Diabetes melitus tipe 2
bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran
insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.Keadaan ini
lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. (Bennett, 2018) Resistensi
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B
langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi
insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut (Harding et al, 2003).
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas.
Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

E. Faktor resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree relative),
umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
26

>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir
dengan beratbadan rendah (<2,5 kg) (Bennett, 2018). Faktor risiko yang
dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut
≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.(Waspadji, 2011)
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki
riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke,
PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres,
kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein(Buraerah, 2010).
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23
dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
(Bennett, 2018)
2. Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat
dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes
Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan
gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar
lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara
kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering
didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes
Mellitus adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat
atau berat badan bayi > 4000gram (slamet, 2008). Faktor Genetik DM
tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit
27

ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko


emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakitini.
Alkohol dan Rokok Perubahan-perubahan dalam gaya hidup
berhubungan dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun
kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan
pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-
baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan
rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan
menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga
akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah.
Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol
lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml wine atau 720 ml. Faktor
resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua.
Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur,
faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh. (Buraerah, 2010)

F. Gejala klinis
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik Gejala
akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu
makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan,
mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah
lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,
28

pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

G. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan
toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban
glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali
abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak
diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi
metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat . Ada
perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM,
sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi
mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat
badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang,
melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥
250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji
penyaring. (Waspadji, 2011) Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah
puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
standar.

H. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima
sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan
DM adalah : (Buraerah, 2010)
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan
rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah. Jangka
29

panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,


makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya
morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid,melalui
pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan
perubahan perilaku.

1. Diet Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes


hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam
hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada
mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak
20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi,
dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung
dengan rumus berikut:
IMT= BeratBadan (Kg) /tinggi Badan2 (m)

2. Exercise (latihan fisik/olahraga)


Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous,
Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance (CRIPE). Training
sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah
30

raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan


kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan.
3. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan sangat penting
dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan pencegahan primer
harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok
pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan
tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM
dengan penyulit menahun.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin Jika pasien telah melakukan
pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan
pemakaian obat hipoglikemik

I. Obat – Obat
a. Antidiabetik oral
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan
kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi
dengan menghilangkan gejala,optimalisasi parameter metabolik,
dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan
insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama
ditujukan untuk penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang
yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan
karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila
setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula
darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini
bukan menggantikan upaya diet, melainkan membantunya.
Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan
antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau
kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral yang
digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit
31

DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-


penyakit lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat
hipoglikemik oral adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.3
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808
pada manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide,
terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien
yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,
kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin
kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama
kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk,
penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan
hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun
metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain
menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar
jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif,
menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta
mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein
dan lemak dari glukosa.

J. Komplikasi diabetes melitus


Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu : (Hastuti, 2008)
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang
di bawahnilai normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia
lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang
dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah
yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak
32

mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi


bahkan dapat mengalami kerusakan.
2) Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar
gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat
berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma
Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto
asidosis.
b. Komplikasi Kronis
Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan
darah pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner
(PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke. - Komplikasi
mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada
penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan),
neuropati, dan amputasi

K. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu
(Sujaya, 2009):
Pencegahan Premordial Pencegahan premodial adalah upaya
untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor
risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra.
Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan
prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-
baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau
kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah upaya yang
ditujukan pada orangorang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu
mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM
diantaranya :
33

a. Kelompok usia tua (>45tahun)


b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan
faktor-faktor tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini.
Sejak dini hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya
kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan
agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.
Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah
atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan
memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM,
sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan
terjadinya penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM meliputi: a.
penyuluhan b. perencanaan makanan c. latihan jasmani d. obat berkhasiat
hipoglikemik.
Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah upaya mencegah
terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin,
sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan
terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit
rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung,
mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain(slamet, 2008).
34
DAFTAR PUSTAKA

Bennett, P. Epidemiology of Type2 Diabetes Millitus. In Le Roithet. Al , Diabetes


Millitusa Fundamental and Clinical ext. Philadelphia :Lippincott William &
Wilkin s.2008; 43(1) : 544-7.
Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tanrutedong, Sidenreg Rappan,. Jurnal Ilmiah Nasional; 2010 [cited 2010
feb 17]. Available from :http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=
61&src=a&id=186192
Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus.
2005.
Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes. American
Journal of Epidemiology. 2003;15(1);150-9.
Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes
Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation].
Universitas Diponegoro (Semarang). 2008.
Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
III.Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.
Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor
Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada”.
2009;6(1);75-81.
Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi kelima.
Jakarta: Interna publishing, 2009.h.1961.

35
36

L
A
M
P
I
R
A
N

LAMPIRAN
37
38

Anda mungkin juga menyukai