Disusun Oleh:
Trisna Rohmawati
20184010092
i
HALAMAN PERSEMBAHAN
ii
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan presentasi kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada
penulisan presentasi kasus ini, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan
dari berbagai pihak. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Akhir kata, semoga tugas ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis, pembaca dan menjadi sumbangan yang berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
H. Penatalaksanaan .................................................................................................... 28
I. Obat – Obat ........................................................................................................... 30
J. Komplikasi diabetes melitus ................................................................................. 31
K. Pencegahan ........................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35
LAMPIRAN...................................................................................................................... 36
v
6
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SS
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 67 th
Alamat : Sambirejo kg 2/74 Rt 06/01 Prenggan
Pekerjaan : tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Jaminan : BPJS
Tanggal visit : 15/06/2019
Kunjungan Puskesmas : 15/06/2019
Nomor RM :00.29.75
B. Anamnesis Penyakit (Disease)
1. Keluhan Utama
kontrol rutin
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang Wanita berusia 67 tahun datang ke Puskesmas Kotagede
II untuk kontrol rutin tes mellitus dan cek trigliserid. pasien mengatakan
sebelum didiagnosis Diabetes Melitus pasien tidak pernah cek gula
pasien mengetahui dirinya menderita gula Diabetes Mellitus saat pasien
mengeluh sering buang air kecil ketika malam hari kemudian pasien
periksa ke puskesmas pengecekan gula saat itu kadar gula dalam tubuh
pasien mencapai 281 mg/dl Dan pasien mendapat obat rutin metformin
2x1 dan glimepirid 1x1. Pasien terlalu kontrol ke Puskesmas setiap
bulan setelah tahu penyakit yang diderita Dan pasien mengurangi
makanan manis kemudian menjaga pola makan serta olahraga di setiap
pagi hari.
7
6. Review Sistem
Keluhan penglihatan: disangkal
Keluhan pendengaran: disangkal
Keluhan gangguan keseimbangan: disangkal
Keluhan berdebar-debar: disangkal
Gangguan tidur: disangkal
Keluhan pencernaan: disangkal
Keluhan BAK: disangkal
Diare/konstipasi: disangkal
Keluhan pada kulit: disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 86 x/menit
• Respirasi : 21 x/menit
• Suhu : 36,8 oC
• Nyeri : VAS 0
Antropometri :
• Tinggi badan : 158 cm
• Berat badan : 43 kg
• IMT : 17,26
• Lingkar pinggang : 79cm
• Status gizi : Underweight
Kepala : konjungtiva anemis; sclera tidak ikterik
Leher : limfedenopati cervical (-); nodul tiroid tidak teraba; massa
tiroid tidak teraba
9
Sensori
Anggota gerak atas
1. Sensibilitas Baik Baik
2. Taktil Baik Baik
3. Nyeri Baik Baik
4. Thermi Baik Baik
5. Lokalisasi Baik Baik
Anggota gerak bawah
1. Sensibilitas Baik Baik
2. Taktil Baik Baik
3. Nyeri Baik Baik
4. Thermi Baik Baik
5. Lokalisasi Baik Baik
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Waktu
15 15 26 30 15 Satuan normal
Juni Mei Januari Oktober April
Kimia
2019 2019 2019 2018 2018
darah
2. Radiologi
Tidak di lakukan pemeriksaan radiologi
11
E. Diagnosis Klinis
Diabetes Mellitus tipe 2
Paralisis Tangan kanan
Underweight
F. Terapi
A. Farmakologi
Metformin 500 Tab diberikan 2 X 1.
Glimepirid 2 mg diberikan 1x1.
Vitamin b diberikan 1x1.
B. non Farmakologi
Motivasi untuk melanjutkan dan mempertahankan daya hidup
sehat.
Membatasi konsumsi garam.
Memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Membatasi makanan yang mengandung kalori dan lemak tinggi
mengkonsumsi air putih yang cukup. Kenaikan berat badan
(normal Bmi : 18,5 sampai 22,9).
Kontrol rutin kadar gula darah setiap bulan sekali.
memperbanyak aktivitas fisik seperti olahraga.
Pencegahan terhadap komplikasi jangka panjang.
Konsultasi dengan ahli gizi dalam pengelolaan makan.
G. Usulan
Melakukan pemeriksaan penunjang cek kimia dara, di antaranya
GDS, kolesterol, trigliserid dan asam urat.
12
H. Saran
1. Memberikan edukasi terkait pentingnya kontrol rutin ke dokter.
2. Memberikan edukasi terkait efek samping obat, cara penggunaan,
pentingnya minum obat rutin dan akibat fatal jika membeli obat sendiri.
3. Memberikan edukasi mengenai pola makan yang sesuai dengan gizi
seimbang.
4. Konsultasi kepada ahli gizi dan psikolog.
BAB II
ANALISA KASUS
13
14
Tn. M
69 TH Ny.. S
65 th
Legenda :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Diabete melitus
2. Bentuk Keluarga
Extended family
3. Family Life Cycle
The Solitary Survivors (Sendiri tanpa pasangan)
4. Family Map
Ny. S
Tn Y
NY. S
An. Y Tn. Y
Legenda :
: Wanita
: Laki-Laki
: Tidak harmonis
16
0 5 7 8 10
17
6. Family APGAR
7. Family SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologis
Social Pasien memiliki interaksi dan Pasien memang tidak
kedekatan yang baik dengan dekat dengan anak
keluarga dan lingkungan sekitar pertama pasien.
pasien sering berolahraga pagi
dengan para tetangga.
Cultural Pasien tidak mempercayai mitos
atau hal mistis dan pasien sama
sekali tidak - mempercayai
pengobatan alternatif.
Religious Pasien seorang muslim yang Taat
beribadah sehari-hari seperti solat
lima waktu
Educational pasien menempuh pendidikan
terakhir sekolah lanjut tingkat atas
slta
Economic kebutuhan ekonomi pasien
tergolong cukup.
Medical Pasien memiliki jaminan
kesehatan yang mengkover biaya
berobat.
2. Denah Rumah
T
e
Sumur Kamar Kamar R. Tamu r
Dapur a
s
s
U
R. Keluarga
kamar
k. Mandi wc
Teras
D. Diagnostik Holistik
Diabetes melitus dan paralisis tangan kanan pada janda lansia underweight
dengan keluarga disfungsional sedang serta rumah tidak sehat.
E. Pengelolaan Komprehensif
1) Promotif
F. Analisa
diagnosis diabetes mellitus ditegakkan pertama kali yang
didukung dengan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan hasil 281
mg/dl. kemudian pasien mendapatkan obat metformin diberikan 2x1
dan glimepirid diberikan 1x1, obat tersebut telah diberikan sesuai
dengan panduan tata laksana diabetes mellitus. Diketahui pasien
menderita diabetes mellitus sejak lima tahun yang lalu dan status gizi
pasien saat ini adalah underweight menjadi perhatian karena kurangnya
berat badan pasien sehingga perlu memberikan edukasi yang
menekankan pada pasien untuk meningkatkan berat badan pasien.
B. Prevalensi
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai
57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak
371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah
tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1. (Bennett, 2018)
C. Patogenesis
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat
terjadi melalui 3 jalan, yaitu: a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh
24
25
D. Patofisologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu : 1. Resistensi insulin 2. Disfungsi sel B pancreas Diabetes melitus tipe 2
bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran
insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.Keadaan ini
lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. (Bennett, 2018) Resistensi
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B
langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi
insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut (Harding et al, 2003).
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas.
Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
E. Faktor resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree relative),
umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
26
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir
dengan beratbadan rendah (<2,5 kg) (Bennett, 2018). Faktor risiko yang
dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut
≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.(Waspadji, 2011)
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki
riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke,
PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres,
kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein(Buraerah, 2010).
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23
dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
(Bennett, 2018)
2. Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat
dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes
Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan
gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar
lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara
kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering
didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes
Mellitus adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat
atau berat badan bayi > 4000gram (slamet, 2008). Faktor Genetik DM
tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit
27
F. Gejala klinis
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik Gejala
akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu
makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan,
mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah
lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,
28
pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
G. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan
toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban
glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali
abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak
diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi
metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat . Ada
perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM,
sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi
mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat
badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang,
melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥
250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji
penyaring. (Waspadji, 2011) Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah
puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
standar.
H. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima
sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan
DM adalah : (Buraerah, 2010)
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan
rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah. Jangka
29
I. Obat – Obat
a. Antidiabetik oral
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan
kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi
dengan menghilangkan gejala,optimalisasi parameter metabolik,
dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan
insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama
ditujukan untuk penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang
yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan
karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila
setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula
darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini
bukan menggantikan upaya diet, melainkan membantunya.
Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan
antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau
kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral yang
digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit
31
K. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu
(Sujaya, 2009):
Pencegahan Premordial Pencegahan premodial adalah upaya
untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor
risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra.
Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan
prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-
baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau
kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah upaya yang
ditujukan pada orangorang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu
mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM
diantaranya :
33
35
36
L
A
M
P
I
R
A
N
LAMPIRAN
37
38