Anda di halaman 1dari 8

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan pembahasan hubungan antara tingkat kesepian dengan

tingkat depresi pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang dengan jumlah responden dalam penelitian ini yakni 85

responden. Hasil penelitian ini akan dibahas dan di sajikan sebagai berikut :

A. Analisis univariat

1. Gambaran Tingkat kesepian pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Hasil penelitian didapatkan data bahwa tingkat kesepian sebagian

besar responden mengalami kesepian rendah sebanyak 36 responden

(42,4%). Kesepian pada seluruh lansia berada pada kategori rendah.

Dilihat dari hasil penelitian dengan jawaban kadang-kadang sebanyak 48

responden (56,4%) merasa tidak memiliki teman, 51 responden (60%)

merasa tidak ada seorangpun yang dapat dimintai tolong, 35

responden(41,1%) merasa sendiri, 56 responden (65,8%) merasa tidak

dengan orang lain, 57 responden (67%) merasa hobi dan ide tidak sama

dengan orang lain, 37 responden (43,5%) merasa ditinggalkan,17

responden (20%) merasa hubungan dengan orang lain tidak berarti, 30

responden (35,2%) merasa tak satupun orang mengenalnya dengan baik,

32 responden (37,6%)merasa terisolasi dari orang lain, 57 responden


(67%) merasa malu, 25 responden (29,6%) merasa bahwa orang ada

disekitarnya tetapi tidak bersamanya. Kesepian rendah yang terjadi pada

lansia karen alansia masih mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari

keluarga, dinyatakan bahwa lansia masih tinggal bersama keluarganya.

Menurut penelitian Djumaira (2019) faktor yang mempengaruhi kesepian

antara lain status pernikahan, pendidikan, jumlah anak, dukungan

keluarga,spiritual dan depresi.


Pada penelitian ini juga terdapat sebanyak 45 responden (53%) yang

tidak memiliki pasangan dan sebanyak 65 responden (76,6%) adalah

perempuan. Banyak lansia yang tidak memiliki pasangan hidup, namun

lansia tersebut masih tinggal bersama keluarganya, dan masih

mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari keluarganya. Faktor yang

memicu dari kesepian adalah berakhirnya suatu hubungan (kematian,

perceraian, putus cinta serta perpisahan secara fisik), faktor kualitas dari

hubungan sosial yang rendah dan lingkungan kehidupan yang berubah

(Ratna,2017). Menurut penelitian Chiharu (2005) menyatakan bahwa

wanita kehilangan pasangan hidup lebih rentan merasakan kesepian

daripada pria yang tidak memiliki pasangan dalam menjalankan perannya

sebagai orang tua tunggal, kepala keluarga. Masun, dkk(2008)

menyatakan bahwa kehilangan orang terdekat merupakan suatu keadaan

yang sangat menyedihkan yang dapat memicu perasaan kesepian

terhadap individu tersebut. Sejalan dengan Brehm et al (2008) kesepian

adalah hubungan yang tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak

puas akan hubungan yang dimilikinya. Ada banyak alasan seseorang


merasa tidak puas dengan hubungan yang dimilikinya diantaranya tidak

memiliki patner seksual, berpisah dengan keluarga, pasangan atau

kekasihnya. Ikasi(2014) menyatakan ada hubungan dukungan keluarga

terhadap tingkat kesepian pada lansia.


Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Wibowo &

Rachma (2014) sebagian lansia yang tinggal di komunitas mengalami

kesepian ringan 17 responden (56,7%) dari 30 responden. Lansia yang

tinggal dikomunitas menyatakan tidak mempunyai masalah atau

hambatan dengan kehidupan sosialnya. Kontak sosial mempengaruhi

tingkat kesepian pada lansia, yaitu semakin tinggi kontak sosial lansia

maka tingkat kesepian akan semakin rendah (Wibowo & Rachma,2014).

2. Gambaran Tingkat depresi pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak

mengalami depresi yakni sebanyak 32 orang (37,6%). Dilihat dari hasil

koesioner terdapat 33 responden (38,9%) merasa puas dengan

kehidupannya,17 responden (20%) merasa bahagia,39 responden (45,8%)

merasa berharga. Hasil lain dari penelitian ini adalah terdapat 29

responden (34,1%) yang mengalami depresi ringan dan 24 responden

mengalami depresi sedang (28,2%). Hasil koesioner yakni menyatakan

bahwa 64 responden (77,7%) merasa hidupnya kosong, 63 responden

(74,1%) sering merasa bosan, 43 responden (50,5%) sering merasa tidak

berdaya, 39 responden (45,8%) merasa tidak berharga. Gejala utama dari


depresi yaitu afek depresi, menurunnya minat dan rasa bahagia,

menurunnya energi, mudah lelah, menurunnya akivitas (Maslim,2013).

Banyak faktor yang melatar belakangi responden mengalami depresi.

Menurut Sambuari (2012) faktor dari depresi yaitu faktor psikologis,

psikososial, budaya, jenis kemain, usia dan status perkawinan.

Dalam penelitian ini terdapat 45 responden (53%) berstatus masih

memiliki pasangan, namun rata-rata yang mengalami depresi yakni lansia

yang tidak mempunyai pasangan. Hal ini sesuai dengan teori Kapplan &

Saddock (2010) yang meyebutkan perceraian atau perpisahan dapat

membuat seseorang depresi. Orang yang tinggal sendiri memiliki tingkat

depresi yang lebih tinggi dibandingkan orang yang hidup bersama orang

lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Campos (2014) yang menunjukkan

angka depresi lebih banyak dialami oleh seseorang yang tidak menikah.

Ini disebabkan oleh karena seseorang yang berstatus tidak menikah

beresiko hidup sendiri, dimana hidup sendiri juga merupakan faktor

resiko terjadinya depresi pada lansia.

Dalam penelitian ini juga responden perempuan 65 responden

(76,6%) lebih banyak dari laki-laki 20 responden (23,5%). Menurut Amir

(2010) menyebutkan perempuan lebih sering mengalami depresi karena

perempuan lebih sering terpajan dengan stres lingkungan dan memiliki

tingkat ambang stresor lebih rendah dari laki-laki. Perempuan memiliki

risiko dua kali lebih besar mengalami depresi, hal ini diduga karena

perempuan mempunyai permasalahan yang kompleks seperti faktor


biologis, psikologis, dan juga kemungkinan faktor genetik

(Setyaningsing,2011). Selain itu adanya depresi karena berkaitan dengan

keseimbangan hormon. Ketidakseimbangan hormon dapat terjadi pada

wanita yang mengalami menopause atau pasca melahirkan. Menopouse

yang terjadi dapat memengaruhi keadaan psikologis pada wanita seperti

mudah tersinggung, cepat marah, merasa tertekan, merasa tidak berguna,

mudah lupa, dan dapat mengalami depresi ringan pada masa perubahan

hormonal ini (Kurniawan,2016).

Sejalan dengan penelitian lain oleh Colangeloet et al (2013)

mendapatkan hasil bahwa ada hubungan testosteron, estradiol,

dehydroepiandrosterone (DHEA) dan globulin pengikat hormon seks

(SHBG) dengan gejala depresi yang bertingkat pada tahap pasca

menopause. Hormon estrogen dan androgen yang berperan menekan

depresi pada wanita akan berkurang saat post menopause selain itu pada

wanita post menopause sistem ovariumya tidak mampu lagi merespon

sinyal hormonal yang dikirim ke otak, ini menyebabkan hormon estrogen

menjadi berkuang sehingga membuat wanita terutama saat memasuki

masa post menopause lebih rentan terhadap depresi (Colangeloet al,2013)

B. Analisis Bivariat
Hubungan antara tingkat kesepian dengan tingkat depresi pada lansia di Desa

Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Hasil penelitian didapatkan bahwa lansia yang tidak kesepian tidak

mengalami depresi yaitu sebanyak 21 responden (100%), lansia yang

mengalami tingkat kesepian ringan memiliki tingkat depresi normal (tidak

depresi) sebanyak 11 responden (30,6%) dan mengalami depresi ringan

sebesar 25 responden (69,4%), serta lansia yang mengalami tingkat kesepian

sedang memiliki tingkat depresi ringan sebesar 4 responden (14,3%) dan

mengalami tingkat depresi sedang sebesar 24 responden (85,7%). Dengan

hasil uji Chi Square didapatkan nilai p 0,000 < α =0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesepian

dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran

Timur Kabupaten Semarang. Dimana rasa kesepian lansia semakin tinggi

maka tinggi pula tingkat depresi yang dialami dan sebaliknya semakin rendah

rasa kesepian maka kecenderungan depresi yang dialami semakin rendah

pula.

Depresi pada lansia merupakan perpaduan interaksi yang unik dari

berkurangnya interaksi sosial, kesepian, masalah sosial ekonomi, perasaan

rendah diri karena penurunan kemampuan diri, kemandirian, dan penurunan

fungsi tubuh, serta kesedihan ditinggal orang yang dicintai, faktor

kepribadian, genetik, dan faktor biologis penurunan neuron-neuron dan

neurotransmiter di otak (Sari,2016). Depresi berkaitan dengan alam perasaan

yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak

berdaya, serta resiko bunuh diri depresi pada lansia dapat dicegah dengan

adanya dukungan keluarga. Tingginya stressor dan peristiwa-peristiwa

kehidupan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan kemungkinan lanjut

usia mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada tahap depresi (Wirasto,

2007). Seorang lansia akan rentan mengalami kesepian dan depresi apabila

perasaan terisolirnya meningkat (Kusumowardani, 2014). Depresi lansia

berawal dari rasa kesepian dan keterasingan dari lingkungannya. Lansia yang

mengalami depresi seperti merasa rendah diri, merasa tidak berdaya, bisa

terjadi pada lansia yang memiliki spiritual yang baik, hal ini terjadi karena

lansia tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat seperti

keluarga, dan teman-teman yang ada disekitar lansia (Astuti,2010).


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosmanawati(2009) yang

menyatakan ada hubungan antara kesepian dengan depresi pada lansia di RW

V Kebrokan Kelurahan Pandeyan Kecamatan Umbulharjo V Yogyakarta

tahun 2009. Hal yang sama Sari (2016) ada hubungan yang signifikan

kesepian dengan depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna

Werdha Ciparay Kabupaten Bandung. Rasa kesepian yang dialami lansia jika

dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan stres yang berkepanjangan yang

pada akhinya akan jatuh ke dalam suatu keadaan yang disebut kecenderungan

depresi, yaitu suatu keadaan yang menunjuk pada suasana hati atau perasaan

murung dan muram yang mendalam karena kondisi-kondisi yang

mempengaruhi aspe-aspek kehidupan seseorang. Sejalan dengan Djumaira


(2019) mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara depresi

dengan kesepian lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang.


Sejalan dengan penelitian Aylaz et al (2012) “Relationship between

depression and loneliness in elderly and examination of influential factors”

menyatakan ada korelasi yang signifikan antara kesepian dan depresi pada

orang tua yang tinggal di komunitas.

C. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti juga menemukan

kendala dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak mampu mengendalikan

variabel pengganggu seperti tipe kepribadian,ekonomi, sehingga dapat

mempengaruhi hasil dan pembahasan penelitian

Anda mungkin juga menyukai