Anda di halaman 1dari 8

Ujian Tengah Semester

Pendidikan Agama Islam

Nama : Tri Rezki Pahdoni


NIM : 1907076008

1. Beberapa isu pemerintah yang berkembang di Indonesia adalah sebagai berikut :


a. Pemindahan Ibu Kota Indonesia.
Pada beberapa waktu yang lalu, yaitu pada hari Senin, 26 Agustus 2016
Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan
tentang lokasi pemindahan ibu kota Indonesia yang baru, yaitu bertempat di
Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur. Beberapa alasan presiden Jokowi memindahkan ibu kota ke
Kaltimantan Timur antara lain adalah karena Jawa sudah lelah. Lebih dari separuh
penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa yang luasnya lebih kecil
dibandingkan Papua, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. diantaranya kondisi dan
juga Jakarta pada saat ini sudah tidak representatif lagi untuk menjadi ibu kota
negara diakibatkan alasan lingkungan seperti tingkat kemacetan yang serius,
jumlah dan kepadatan penduduk, hingga daya dukung, banjir dan equity/
kesetaraan. Alasan yang paling umum relokasi ibu kota adalah untuk meningkatkan
pemerataan ekonomi dan memisahkan antara pusat pertumbuhan nasional dengan
pusat pemerintahannya.

Pemindahan ibu kota di NKRI sangat dimungkinkan karena di dalam Undang-


Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak diatur secara tegas.
Dalam Bab II ayat (2) UUD NKRI tertulis: Majelis Permusyawaratan Rakyat
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam UUD
tersebut tidak ada pasal yang menyebutkan dimana dan bagaimana ibu kota negara
diatur. Dengan demikian terdapat fleksibilitas yang tinggi dalam mengatur
termasuk memindah ibu kota negara. Dalam pemindahan ibu kota negara, tentu saja
diperlukan alasan yang kuat dan mendasar tentang efektifitas fungsinya. Banyak
kalangan berpendapat bahwa jika ibu kota negara dipindahkan dari Jakarta, maka
Negara Indonesia akan menjadi negara serikat seperti Singapura. Jika ibu kota
dipindahkan, permasalahan yang akan muncul terkait permasalahan infrastruktur
dan bagaimana jenis pengaturan nantinya, termasuk apabila pemindahan ibu kota
dilakukan maka akan terjadi perubahan tatanan yang luar biasa. Beberapa presiden
seperti Soekarno pernah menginginkan ibu kota baru kemudian selanjutnya Susilo
Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, dan baru terlaksa pada masa Joko
Widodo.

Saya sebagai Mahasiswa menyikapi hal tersebut untuk pertama-pertama yang


saya perhatikan adalah kebenaran berita tersebut, hal tersebut didasari saya sebagai
muslim harus memeriksa serta meneliti kebenaran dari suatu berita tersebut karena
Allah SWT berfirman dalama surah Al-Hujurat ayat 6 “Hai orang-orang beriman,
jika dating kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan mu
itu.” Oleh sebab itu sebagai muslim harus memeriksa kembali dari suatu berita
tersebut, hal itu juga dapat mencegah perpecahan terhadap suatu bangsa. Dan
pandangan untuk pemindahan ibu kota saya sangat setuju, hal itu dikarenakan
Indonesia membutuhkan pemerataan ekonomi, bukan hanya kota-kota di pulau
jawa saja yang maju, tetapi juga seluruh Indonesia dari sabang sampai merauke.
Terlebih lagi Jakarta sudah terlalu berat untung menampung semua keperluan
negara Indonesia ini yang menyebabkan kepadatan terjadi di Jakarta.

b. Rancangan Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi.


Baru-baru ini diskusi tentang revisi Undang-Undang No.30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) saat ini menjadi salah satu topik utama
yang sedang di bahas di masyarakat. Karena DPR telah DPR telah mengesahkan
UU kontroversi mengenai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hasil revisi pada
24 September 2019. Sejumlah ketentuan dinilai mengurangi kewenangan yang
dimiliki oleh KPK berdasarkan UU No.30 Tahun 2002 tentang KPK.

Adapun beberapa pasal kontroversi KPK diantara nya adalah pertama, KPK
Tidak Lagi Lembaga Negara Independen Pasal 1 ayat (3), Pasal 3 UU KPK:
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam rumpun kekuasaan
eksekutif yang melaksanakan tugas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi sesuai dengan undang-undang ini. Kedua, Pembentukan Dewan
Pengawas Pasal 21 ayat (1) huruf a, Pasal 37 A UU KPK: Komisi Pemberantasan
Korupsi terdiri atas a) Dewan Pengawas yang berjumlah 5 (lima) orang; Dalam
rangka mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi dibentuk Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1) huruf a. Ketiga, Kewenangan Berlebih Dewan Pengawas Pasal 37 B ayat (1)
huruf b: Dewan Pengawas bertugas memberikan izin atau tidak memberikan izin
penyadapan, penggeledahan, dan/atau penyitaan. Keempat, Dewan Pengawas
Campur Tangan Eksekutif Pasal 37 E ayat (1): Ketua dan anggota Dewan
Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 A diangkat dan ditetapkan oleh
Presiden Republik Indonesia. Kelima, Kaum Muda Tidak Bisa Menjadi
Pimpinan KPK Pasal 29 huruf e: Untuk dapat diangkat sebagai Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi harus memenuhi persyaratan berusia paling rendah 50
(lima puluh) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada proses
pemilihan. Dan masih beberapa lagi pasal-pasal yang kontroversi.

Hal-hal diatas lah yang mengakibatkan adanya suara-suara rakyat yang tidak
setuju akan halnya revisi UU tersebut, yang menyebabkan para mahasiswa seluruh
Indonesia menyatukan suara lalu dikemukakan melalui aksi gerakan mahasiswa.
Saya sebagai Mahasiswa menyikapi hal tersebut untuk pertama-pertama yang saya
perhatikan adalah kebenaran berita tersebut, hal tersebut didasari saya sebagai
muslim harus memeriksa serta meneliti kebenaran dari suatu berita tersebut karena
Allah SWT berfirman dalama surah Al-Hujurat ayat 6 “Hai orang-orang beriman,
jika dating kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan mu
itu.” Oleh sebab itu sebagai muslim harus memeriksa kembali dari suatu berita
tersebut, hal itu juga dapat mencegah perpecahan terhadap suatu bangsa. Terlebih
lagi aksi Mahasiswa tersebut adalah aksi yang sangat besar karena melibatkan
peserta aksi Mahasiswa di seluruh Indonesia.

c. Rancangan Undang-undang KUHP.


Pengesahan RUU KUHP yang isinya memuat sejumlah pasal kontroversial
ditolak ribuan mahasiswa yang menggelar demo di Gedung DPR, Jakarta dan
banyak kota lainnya di seluruh Indonesia Selain menolak beberapa rancangan
beleid, dua isu yang menjadi sorotan utama demo mahasiswa di semua kota ialah
RUU KUHP dan UU KPK yang baru (hasil revisi). Revisi UU KPK telah disahkan
DPR. Sedangkan RUU KUHP dan RUU Pemasyarakatan semula akan disahkan
pada Selasa. Namun, DPR RI memutuskan menunda pengesahan dua RUU itu
setelah ada usulan dari Presiden Joko Widodo. Jokowi meminta DPR RI menunda
pengesahan RUU KUHP, RUU PAS, RUU Minerba dan RUU Pertanahan. Namun,
Jokowi mengaku belum berencana menerbitkan Perppu KPK (pengganti UU KPK
yang baru), walaupun hal itu menjadi tuntutan mahasiswa di banyak kota. Ribuan
mahasiswa terpantau sempat bertahan di depan Gedung DPR serta menuntut
pimpinan dewan menemui mereka.
Adapun beberapa pasal kontroversi RUU KUHP diantara nya adalah pertama,
Pasal RUU KUHP soal Korupsi Misalnya, pasal 603 RUU KUHP mengatur
pelaku korupsi dihukum seumur hidup atau paling sedikit 2 tahun penjara dan
maksimal 20 tahun. Pasal 604 RUU KUHP mengatur hukuman sama persis bagi
pelaku penyalahgunaan wewenang untuk korupsi. Lalu, pasal 605 mengatur
hukuman ke pemberi suap minimal 1 tahun bui dan maksimal 5 tahun. Pasal 605
pun mengancam PNS dan penyelenggara negara penerima suap dengan penjara
minimal 1 tahun, serta maksimal 6 tahun. Kedua, RUU KUHP tentang
Penghinaan Presiden Pasal kontroversial RUU KUHP yang lain terkait
penghinaan terhadap presiden dan wakil presiden. Pasal 218 mengancam pelaku
dengan penjara maksimal 3,5 tahun. Di pasal 219, pelaku penyiaran hinaan itu
diancam 4,5 tahun bui. Di pasal 220 RUU KUHP, dijelaskan bahwa perbuatan ini
menjadi delik apabila diadukan oleh presiden atau wakil presiden. Selain itu, pasal
353-354 mengatur hukuman bagi pelaku penghinaan terhadap kekuasaan umum
dan lembaga negara. Pelakunya terancam 1,5 tahun. Bila penghinaan itu memicu
kerusuhan, pelakunya bisa dihukum 3 tahun penjara. Ketiga, Pasal RUU KUHP
tentang Makar RUU KUHP mengatur pidana makar melalui pasal 167, 191, 192
dan 193. Pelaku makar terhadap presiden dan NKRI diancam hukuman mati,
seumur hidup atau bui 20 tahun. Makar terhadap pemerintah yang sah, juga
diancam penjara 12 dan 15 tahun. Pasal 167 menyebut: “Makar adalah niat untuk
melakukan suatu perbuatan yang telah diwujudkan dengan adanya permulaan
pelaksanaan perbuatan tersebut.” Dan masih beberapa pasal yang kontroversi.
Hal-hal tersebut lah yang membuat perpecahan pada suatu bangsa, karena pada
saat ini UU yang diperuntukan untuk keadilan sekarang justru seperti
perumpamaan tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Yang mengakibatkan rakyat
tidak mendapatkan keadilan, justru sebuah penindasan oleh pemerintah sendiri.
Saya sebagai Mahasiswa menyikapi hal tersebut untuk pertama-pertama yang saya
perhatikan adalah kebenaran berita tersebut, hal tersebut didasari saya sebagai
muslim harus memeriksa serta meneliti kebenaran dari suatu berita tersebut karena
Allah SWT berfirman dalama surah Al-Hujurat ayat 6 “Hai orang-orang beriman,
jika dating kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan mu
itu.” Oleh sebab itu sebagai muslim harus memeriksa kembali dari suatu berita
tersebut, hal itu juga dapat mencegah perpecahan terhadap suatu bangsa. Pesan saya
untuk orang-orang yang duduk di kursi DPR untuk selalu ingat arti sebuah
demokrasi.
2. Islam Rahmatan Lil Alamin
Islam adalah agama yang bersifat universal, humanis, dinamis, kontekstual
dan akan abadi sepanjang masa. Agama terakhir yang memiliki kitab suci resmi,
orisinal dari Allah Swt, dengan rasul terakhir-Nya penutup para nabi-nabi dan tidak
ada nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Umat Muslim harus menganut ajaran Islam
secara totalitas (Qs. al-Baqarah/2: 208),3 tidak boleh menduakannya dengan
menganut kepercayaan di luar Islam (Qs. Ali Imrân/3: 85) dan tidak boleh ada
keraguan terhadap al-Qur’an (Qs. al-Baqarah/2: 2).4 Bukti kepercayaan umat Muslim
terhadap ajarannya adalah selalu berlaku sopan-santun, penuh kedamaian, lemah-
lembut5 dan tidak saling menganiaya (Qs. Yûsuf/12: 23), baik antar-agama,
antarmanusia, kelompok, etnis dan suku dan tidak menggunakan kekerasan dan
menjustifikasi watak kekerasannya dengan dalil-dalil al-Qur’an.
Maraknya peristiwa terorisme dan kekerasan yang mengatasnamakan Islam tidak
pelak menggelitik banyak orang untuk mempertanyakan kembali Islam sebagai agama
rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana Islam yang seharusnya menjadi penyemai perdamaian
bagi umat manusia di muka bumi ternyata ditampilkan dengan wajah keras dan garang,
bukan saja bagi non-Muslim tapi juga bagi sesama Muslim, melalui bahasa-bahasa
jihad, kafir, bid’ah, sesat, dan lain sebagainya.
Ajaran Islam Rahmatan lil Alamin bukan hal baru dalam konsep pemikiran
Islam dan memiliki basis yang kuat dalam teologi Islam. Kata “Islam” berasal dari
kata aslama yang berakar kata salama. Kata Islam adalah bentuk infinitif dari kata
aslama ini.
Adapun makna “rahmat” adalah al-Riqqatu wa al-Ta’attufi(kelembutan yang
berpadu dengan rasa keibaan).20 Ibnu Faris mengartikan kata ini dengan merujuk
kepada makna kelembutan hati, belas kasih dan kehalusan. Dan dari akar kata ini, lahir
kata rahima yang memiliki arti ikatan darah, persaudaraan dan hubungan kerabat.21
Al-Asfahani mempertegas bahwa dalam konsep rahmat adalah belas kasih semata-mata
(al-Riqqat al-Mujarradah) dan kebaikan tanpa belas kasih (al-Ihsân al-Mujarrad dûna
al-Riqqat).22 Artinya jika rahmat disandarkan kepada Allah Swt maka bermakna
“kebaikan semata-mata” dan jika disandarkan kepada manusia maka yang dimaksud
adalah “simpati semata”. Dan sampai saat ini, orang-orang Arab dalam
percakapannya sehari-hari, mengartikan rahmat yang disandarkan kepada Allah
bermakna belas kasih, kebaikan, rezeki dan lain-lain. Sedangkan yang disandarkan
kepada manusia bermakna “belas kasih”.
Al-Qur’an pun turut mengafirmasi makna-makna di atas dengan, “Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
(Qs. al-Anbiyâ’/21: 107). Hampir semua kata rahmat dalam al-Qur’an tertuju kepada
Allah, sebagai pemberi rahmat. Baik berupa kasih sayang, kebajikan, kenikmatan,
kemenangan dan lain sebagainya.23 Segala sesuatu yang berkaitan dengan rahmat
dalam al-Qur’an, memiliki konotasi sebuah pemberian dan tujuan tanpa ada sekat,
dirasakan oleh seluruh manusia karena Allah menyifati dirinya dengan rahman yang
mencakup siapa pun. Dan Nabi Muhammad Saw pun menegaskan kehadirannya di
alam semesta ini melalui sabdanya: “Yâ ayyuha al-Nâsu, innamâ anâ rahmatun
muhdâtun (wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang
dihadiahkan Allah)”.
Dari uraian di atas maka secara garis besar dapat ditarik benang merah sebagai
berikut. Pertama, gagasan Islam Rahmatan lil Alamin bersifat inklusif, sekalipun di
dalamnya terdapat ajaran eksklusif.
Kedua, Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai pembawanya,
sama-sama hadir untuk membawa kedamaian, kelembutan dan kebaikan tertinggi.
Manusia yang beragama, tetapi tidak sampai pada tingkat kemanusiaan tertinggi maka
ia adalah pendusta agama. Kebaikan tertinggi itu adalah polarisasi keberagamaan yang
seimbang, antara vertikal dan horizontal. Ketiga, konsep Islam Rahmatan lil Alamin
KH. Hasyim Muzadi menegaskan bahwa Pancasila bukan agama, tetapi tidak
bertentangan dengan agama. Pancasila bukan jalan, tetapi titik temu antara banyak
perbedaan jalan. Hanya Pancasila yang bisa menyatukan perbedaan agama, suku,
budaya dan bahasa. Pancasila adalah dasar negara yang membedakan antara negara
agama dan negara sekuler; ia bukan agama, namun melindungi semua agama dan
etnik sehingga Indonesia tidak sekuler.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/326106284_Pemindahan_Ibu_Kota_Negara
_Maju_dan_Sejahtera (soal 1 bagian a)
H. M Yahya, Volume 14, 2018

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190926081224-4-102313/simak-sederet-
pasal-kontroversial-ruu-kuhp--kpk/2 (soal 1 bagian b)

https://tirto.id/isi-ruu-kuhp-dan-pasal-kontroversial-penyebab-demo-mahasiswa-
meluas-eiFu (soal 1 bagian c)

https://media.neliti.com/media/publications/62358-ID-none.pdf (soal 2)
Muhammad Makmun Rasyid, Vol. 11, 2016

Anda mungkin juga menyukai