Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eristrosit lebih rendah
dari harga normal (Arif Mansjoer, 2001).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan
volume pada sel darah merah (Hematokrit per 100 ml darah).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester 1
dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2 (Sarwono Prawirohardjo, 1998)
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002).
Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai
dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah dan kurang bertenaga (Sarwono,
2000 : 188-189).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ
lain karena berbentuk cairan.
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam
tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai
suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darahnya sendiri.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah
putih (leukosit), dan pecahan sel yang disebut trombosit.
1. Sumsum tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah rongga
tulang panjang. Sumsum merupakan 4 % sampai 5 % berat badan total,sehingga
merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah atau kuning.
Sumsum merah merupakan tempat diproduksi sel darah merah aktif dan merupakan
organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang sumsum kuning, tersusun
terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.
2. Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah
tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam
perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang
mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang
menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH
normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2
pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung
sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat
sempurna.
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium
pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum
tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang
belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikular. Sejumlah
kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam pematangan, retikulum
kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang matang.
3. Leukosit (sel darah putih)
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh.
Leukosit ini sebagian di bentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit
limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah
dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk di gunakan.
Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan di
transpor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius,
jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap bahan infeksius yang
mungkin ada. Ada 6 macam sel darah putih yang secara normal di temukan dalam
darah. Keenam sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir,
basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain itu
terdapat juga sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe ketujuh sel
darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit. Ketiga tipe dari
sel, yaitu sel polimorfonuklir, seluruhnya mempunyai gambaran granular, karena
alasan itu mereka disrbut granulosit atau dalam terminologi klinis disebut “poli”
karena intinya multipel.
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang
terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama
limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.
4. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 µm, yang
terdapat pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami disintegrasi cepat dan
mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan 450.000 per mm³ darah,
tergantung jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan kerusakan.
Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut megakariosit.
Produksi trombosit diatur oleh trombopotein.
Trombosit berperan penting dalam mengotrol pendarahan. Apabila terjadi
pendarahan cedera vascular, trombosit mengumpul pada pada tempat edera tersebut.
Subtansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan
trombosit menempel satu sama lain dan membentuk tambalan atau sumbatan, yang
sementara menghentikan pendarahan. Subtansi lain dilepaskan dari trombosit untuk
mengaktifasi factor pembekuan dalam plasma darah.
5. Plasma darah
Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa
dinamakan plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan zat lain.
Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum.
Serum mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, keuali kandungan
fibrinogen dan beberapa factor pembekuan.
Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin tersusun atas
fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilhat dari laboratorium yang dinamakan
elektroforesis protein. Masing-masing kelompok disusun oleh protein tertentu.
Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi, dinamakan
immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma. Protein plasma
penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan nfaktor pembekuan
yang dibentuk di hati. Globulin transpor membawa berbagai zat dalam bentuk terikat
sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin, membawa tiroksin, dan
transferin membawa besi. Faktor pembekuan, termasuk fibrinogen, tetap dalam
keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai diaktifasi pada reaksi pada tahap-
tahap pembekuan.
Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan dalam system
vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga
keberadaannya dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan dalam
rongga vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas mengikat
berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi sebagai
protein transpor untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan, diantara zat
lainnya.

C. ETIOLOGI
a. Adanya perdarahan sewaktu / sehabis melahirkan.
b. Adanya anemia sejak dalam kehamilan yang disebabkan oleh factor nutrisi dan
hipervolemi.
c. Adanya gangguan pembekuan darah.
d. Kurangnya intake zat besi ke dalam tubuh
e. Kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan
f. Adanya gagguan absorbsi di usus
g. Pendarahan akut maupun kronis
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kurangnya
defisiensi zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak
cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi
serum (serum iron), dan jenuh transferin menurun, kapasitas besi total meninggi dan
cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak
ada sama sekali (Rukiyah, 2010).
Kehilanga darah adalah penyebab lain dari anemia. Kehilangan darah yang
signifikan setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum.
Banyaknya cadangan hemoglobin dan besi selama persalinan dapat menurunkan risiko
terjadinya anemia berat dan mempercepat pemulihan.
D. PATOFISIOLOGI
1. Perdarahan sehingga kekurangan banyak unsur zat besi
2. Kebutuhan zat besi meningkat, dengan adanya perdarahan, gemeli, multiparitas,
makin tuanya kehamilan
3. Absorbsi tidak normal / saluran cerna terganggu, misal defisiensi vitamin C sehingga
absorbsi Fe terganggu.
4. Intake kurang misalnya kualitas menu jelek atau muntah terus.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Anemia ringan Hb : 8 – 10gr%
2. Anemia sedang Hb : 6 – 8 gr%
3. Anemia berat Hb : Kurang dari 6 gr%
Tergantung dari derajat berat atau tidaknya anemia, hal ini dapat berdampak negative
bagi ibu selama masa nifas, kemampuan untuk menyusui, masa perawatan di rumah sakit
bertambah,dan perasaan sehat dari ibu. Masalah yang muncul kemudian seperti pusing,
lemas, tidak mampu menjaga dan merawat bayinya selama masa nifas umumnya terjadi.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan anemia postpartum memiliki gejala
yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan meningkatkan risiko terjadinya anemia
postpartum jika dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Dampak buruk dari
perubahan emosi dan perilaku ibu dangat mengkhawatirkan karena interaksi ibu dan bayi
akan terganggu selama periode ini dan akhirnya akan berdampak negative terhadap
perkembangan bayinya.
Kebanyakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara defisiensi besi dengan
kognitif yang difokuskan pada bayi dan anak-anak, dimana ditemukan fakta yang kuat
bahwa defisiensi besi berisiko terjadinya gangguan perkembangan kognitif sekarang dan
yang akan datang. Namun data terbaru menunjukkan defisiensi bsi juga berdampa buruk
pada otak orang dewasa. Berbeda dengan penurunan hemoglobin, defisiensi besi
berpengaruh pada kognitif melalui penurunan aktifitas enzim yang mengandung besi
diotak. Hal ini kemudian mempengaruhi fungsi neurotransmitter, sel, dan proses
oksidatif, juga metabolism hormone tyroid.
Para ibu yang masih menderita kekurangan zat besi sepuluh minggu setelah
melahirkan kurang responsive dalam mengasuh bayinya sehingga berdampak pada
keterlambatan perkembangan bayi yang dapat bersifat ireversibel. Untungnya, anemia
postpartum bersifat dapat diobati dan dapat dicegah.
Defisiensi besi dapat menurunkan fungsi limfosit, netrofil, dan fungsi makrofag. Hal
ini kemudian akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi yang merupakan akibat
fungsional defisiensi besi. Memperbaiki status besi tubuh dengan adekuat akan
memperbaiki system imun. Meskipun demikian, keseimbangan besi tubuh penting.
Meskipun besi yang dibutuhkan untuk respon imun yang efektif, jika suplai besi terlalu
banyak daripada yang dibutuhkan, invasi mikroba dapat terjadi karena mikroba dapat
menggunakan besi untuk tubuh dan menyebabkan eksaserbasi infeksi.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Complete Blood Count (CBC)
Pada banyak kasus, tes awal yang digunakan untuk mendiagnosis anemia
adalah count blood count (CBC). CBC dapat mengukur bagian-bagian darah anda.
Tes ini memeriksa kadar hemoglobin dan hematokrit. Hemoglobin merupakan
protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke tubuh,
sedangkan hematokrit merupakan ukuran ruang sel darah merah dalam darah Anda.
Rendahnya tingkat hemoglobin atau hematokrit merupakan tanda anemia.
Kisaran normal tingkat hemoglobin dan hematokrit dapat bervariasi,
tergantung pada populasi ras dan etnis tertentu. Dokter akan menjelaskan hasil tes
Anda secara lengkap.
CBC juga digunakan untuk memeriksa jumlah sel-sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit dalam darah. Hasil abnormal merupakan tanda dari anemia
hemolitik, gangguan darah lain, infeksi, atau kondisi lainnya.
Selain itu, CBC dapat memeriksa mean corpuscular volume (MCV). MCV
adalah ukuran rata-rata sel darah merah. Hasilnya bisa digunakan sebagai petunjuk
penyebab anemia Anda.
Jika hasil CBC menunjukkan bahwa Anda mengidap anemia, Anda mungkin
memerlukan tes darah lain untuk mencari tahu jenis dan tingkat keparahan anemia
yang dimiliki.
2. Reticulocyte count
Reticulocyte count mengukur jumlah sel darah merah muda dalam darah
Anda. Tes ini akan mengevaluasi kinerja sumsum tulang Anda dalam membuat sel-sel
darah merah secara normal.
Orang yang mengalami anemia hemolitik biasanya memiliki jumlah retikulosit
tinggi karena sumsum tulang mereka bekerja keras untuk menggantikan sel-sel darah
merah yang hancur.
3. Peripheral smear
Untuk tes ini, dokter Anda akan memeriksa sel-sel darah merah melalui
mikroskop. Beberapa jenis anemia hemolitik mengubah bentuk normal sel darah
merah.
4. Coombs’ test
Tes ini dapat menunjukkan ada atau tidaknya antibodi yang dibuat tubuh
untuk menghancurkan sel-sel darah merah.
5. Tes haptoglobin, bilirubin, dan fungsi liver
Ketika pecah, sel darah merah melepaskan hemoglobin ke dalam aliran darah.
Hemoglobin bergabung dengan zat kimia bernama haptoglobin. Tingkat rendah
haptoglobin dalam aliran darah merupakan tanda anemia hemolitik.
Hemoglobin dipecah menjadi senyawa yang disebut bilirubin. Tingginya
kadar bilirubin dalam aliran darah mungkin merupakan tanda anemia hemolitik.
Tingginya kadar senyawa ini juga terjadi akibat beberapa penyakit hati dan kantong
empedu. Dengan demikian, Anda mungkin memerlukan tes fungsi hati untuk mencari
tahu penyebab tingginya kadar bilirubin dalam tubuh Anda.
6. Hemoglobin electrophoresis
Tes ini khusus memeriksa berbagai jenis hemoglobin dalam darah Anda. Hal
ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia yang Anda miliki.
7. Tes untuk paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH)
PNH digunakan untuk mendeteksi sel-sel darah merah yang kehilangan
protein tertentu.
8. Tes sumsum tulang
Tes sumsum tulang dapat menunjukkan kinerja sumsum tulang Anda yang
sehat dalam membuat sel-sel darah yang cukup. Tes sumsum tulang terbagi menjadi
dua, yaitu aspirasi dan biopsi.
Untuk aspirasi sumsum tulang, dokter akan mengambil sejumlah kecil cairan
sumsum tulang melalui sebuah jarum. Sampel diperiksa di bawah mikroskop untuk
memeriksa sel-sel yang rusak.
Sementara itu, biopsi sumsum tulang dapat dilakukan bersamaan atau setelah
aspirasi. Untuk tes ini, dokter akan mengambil sejumlah kecil jaringan sumsum tulang
melalui sebuah jarum. Sampel jaringan diperiksa untuk mengetahui jumlah dan jenis
sel di sumsum tulang.
Anda mungkin tidak perlu menjalani tes sumsum tulang jika tes darah sudah
menunjukkan penyebab anemia hemolitik.

G. PENATALAKSANAAN
Pada anemia ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan
asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari. Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan.
Bila anemi berat dengan Hb kurang dari 6 gr % perlu tranfusi disamping obat-obatan
diatas.
Pengobatan terhadap anemia postpartum tergantung dari derajat anemia dan faktor
risiko maternal atau faktor komorbiditas. Wanita muda yang sehat dapat mengkompensasi
kehilangan darah yang banyak lebih baik dibandingkan wanita nifas dengan gangguan
jantung meskipun dengan kehilangan darah yang tidak terlalu banyak.
Sebagai tambahan, kehilangan darah perlu dilihat dalam hubungannya dengan IMT
dan estimasi total blood volume (TBV). Pertimbangan yang lain yaitu kesalahan yang
dilakukan ketika melakukan estimasi jumlah kehilangan darah. Kehilangan darah selalu
sulit untuk diprediksi, yang mana bisa dibuktikan dengan membandingkan Hb pre-partum
dan Hb postpartum.
Pengobatan terhadap anemia meliputi pemberian preparat besi secara oral, besi
parenteral, transfusi darah, dan pilihan lain yaitu rHuEPO (rekombinan human
erythropoietin).
Prinsip penatalaksanaan anemia adalah jika di dapatkan hemoglobin kurang dari 10
pertimbangkan adanya defisiensi zat pembentuk hemoglobin, periksa sepintas apakah ada
hemoglobinopati sebelum disingkirkan. Pemberian preparat besi oral sebagai pengobatan
lini pertama untuk anemia akibat defisiensi besi. Besi parenteral diindikasikan jika
preparat besi oral tidak dapat ditolerransi, gangguan absorbsi, dan kebutuhan besi pasien
tidak dapat terpenuhi dengan preparat besi oral.
Penggunaan terapi parenteral biasanya lebih cepat mendapatkan respon dibandingkan
dengan terapi oral. Namun, bagaimanapun hal ini bersifat lebih invasive dan lebih mahal.
Rekombinan Human Eritropoietin (rHuEPO) paling banyak digunakan untuk anemia
dengan penyakit gagal ginjal kronis. Namun rHuEPO tetap dapat diberikan pada anemia
dalam kehamilan maupun postpartum tanpa adanya penyakit gagal ginjal kronis tanpa ada
efek samping pada maternal, fetal ataupun neonatus.
Anemia yang terjadi bukan karena defisiensi (misalnya akibat hemoglobinopati dan
sindrom kegagalan sum-sum tulang) harus diatasi dengan transfusi darah secara tepat dan
bekerja sama dengan seorang ahli hematologi.

H. KOMPLIKASI
Pengaruh anemia pada ibu nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat
menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran
ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005). Praktik ASI
tidak eksklusif diperkirakan menjadi salah satu prediktor kejadian anemia setelah
melahirkan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Wajah pucat, lemah, mengalami pendarahan hebat kurang lebih 1000 cc.
2. TTV :
TD = 100/80 mmHg
Nadi= 100 x/menit
RR= 20 x/menit
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Penyakit Dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian
pertanyaan, meliputi :
a. Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia
b. Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama
c. Apakah pernh menderita penyakit malaria
d. Apakah pernah mengalami pembesaran limfe
e. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti kanker
payudara, leukimia dan multipel myeloma
f. Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik ; dan penyinaran dengan radiasi
g. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang mengakibatkan ginjal dan hati
h. Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endokrin
i. Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin yang penting, seperti ; vit B12,
asam folat, vit C dan besi
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Penurunan kadar eritrosit dan Hb dalam darah yaitu dengan adanya kelemahan fisik,
pusing dan sakit kepala, gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas
serta kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok.
5. Psikososial :
Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial: stress karena keluarga, pekerjaan,
kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada.
6. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum klien pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume
darah, berkurangnya Hb, dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen
ke organ2 vital. Meliputi :
a) B1 (Breathing)
Dispnea (kesulitan pernafasan), napas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan
aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
b) B2 (bleeding)
Takikardi dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang
meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan serta membran mukosa bibir dan
konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri
dada), khususunya pada klien usia lanjut dg stenosis koroner (penyempitan
pembuluh darah koroner) dapat di akibatkan karena iskemiamiokardium. Pada
anemia berat, dapat menimbulkan gagal jantung kongestif sebab otot jantung yang
kekurangan O2 tidak dapat menyesuaikan diri dg beban kerja jantung yang
meningkat.
c) B3 (brain)
Disfungsi neorologis, sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinitus (telinga
berdengung)
d) B4 (bladder)
Gangguan ginjal, penurunan produksi urin
e) B5 (bowel)
Penurunan intake nutrisi di sebabakan karena anoreksia, nausia, konstipasi atau
diare. Serta stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
f) B6 (bone)
Kelemahan dalam melakukan aktifitas
7. Pola :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam,
pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
4) Makanan/cairan
Gejala :penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda :lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
5) Neurosensori
Gejala :sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal.
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
7) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda :takipnea, ortopnea, dan dispnea.
8) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruas, misal menoragia atau amenore (DB). Hilang
libido (pria dan wanita) Impoten
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan respons peningkatan frekuensi
pernafasan
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan
intake, mual dan anoreksia (penurunan nafsu makan).
3. intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 ke
jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.

INTERVENSI KEPERAWATAN
nafas tidak efektif yang berhubungan dengan respons peningkatan frekuensi
pernafasan

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas.
KH : klien tidak sesak nafas respirasi dalm batas normal 15- 20 x/menit respon
batuk berkurang.

INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi napas Indikasi edema paru sekunder
akibat dekompensasi jantung
Kaji adanya edema Curiga gagal kongesti atau
kelebihan volume cairan

Ukur intake dan output Penurunan curah jantung


mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium atau air dan penurunan
pengeluaran urine

Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari BB


menunjukkan g3 keseimbangan cairan

Pertahankan pemasukan total cairan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh


2000 ml/24 jam dalam toleransi orang dewasa, tetapi memerlukan
kardiovaskuler pembatasan dengan adanya dekompensasi
jantung

Kolaborasi
 berikan diet tanpa garam  natrium meningkatkan retensi cairan dan
volume plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung dan akan
meningkatkan kebuthan miokardium.

 berikan diuretik, contoh furosemide,  diuretik bertujuan untuk menurunkan
sprinolakton, hidronolakton volume plasma dan menurunkan retensi
cairan dijaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru

 pantau data laboratorium elektrolit kalium.  hipokalemia dapat membatasi ke efektifan
terapi

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemunuhan nutrisi.
KH : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai
anjuran, klien dan keluarga ttg asupan nutrisi yang tepat pada klien, asupan meningkat
pada porsi makan yang disediakan.

INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan ttg manfaat makan bila Dengan pemahaman klien akan
dikaitkan dengan kondisi klien saat ini. lebih kooperatif mengikuti aturan
Lanjutkan agar klien memakan- Untuk menghindari makanan yang
makanan yang disediakan di RS justru dapat mengganggu proses
penyembuhan klien

Beri makanan dalam keadaan hangat Untuk meningkatkan selera dan


dan porsi kecil setra diet tinggi kalori, mencegah mual, mempercepat perbaikan
tinggi protein kondisi serta mengurangi beban kerja
jantung

Libatkan keluarga pasien dalam Klien kadang kala mempunyai


pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak selera makan yang sudah terbiasa sejak
bertentangan dengan penyakitnya. dirumah. Dengan bantuan keluarga dalam
pemenuhan nutrisi dengan tidak
bertentangan dengan pola diet akan
meningkatkan pola nutrisi

Lakukan dan ajarkan perawatan Hygiene oral yang baik akan


mulut sebelum dan sesudah makan serta meningkatkan nafsu makan klien
sebelum dan sesudah intervensi atau
pemerikasaan per oral

Beri motivasi dan dukungan Meningkatkan secara psikologis


psikologis

Kolaborasi:
 dengan nutrisi ttg pemenuhan diet klien  meningkatkan pemenuhan sesuai dengan
 pemberian multivitamin kondisi klien
 memenuhi asupan vitamin yang kurang
dari penurunan asupan nutrisi secara umum
dan perbaiki daya tahan

intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai O2 ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.

Tujuan: aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan


beraktivitas.
KH : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejal-gejala yang berat,
terutama mobilisasi tempat tidur

INTERVENSI RASIONAL
Catat frekuensi dan irama jantung Respons klien terhadap aktivitas
serta perubahan tekanan darah selama dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen
sesudah aktivitas. miokardium.

Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, Menurunkan kerja


dan berikn aktivitas senggang yang tidak miokardium/konsumsi oksige
berat
Anjurkan klien untuk menghindari Dengan mengejan dapat
peningkatan tekanan abdomen, misal: mengakibatkan takikardia serta peningkatan
mengejan saat defekasi tekanan darah.

Jelaskan pola peningkatan bertaahap Aktivitas yang maju memberikan


dari tingkat aktivitas. Contoh: bangun dari kontrol jantung, meningkatkan regangan
kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan dan mencegah aktivitas berlebihan.
istirahat selama 1 jam setelah makan.
Pertahankan klien tirah baring Untuk mengurangi beban jantung.
sementara sakit.

Pertahankan rentang gerak pasif Meningkatkan kontraksi otot


selama sakit kritis. sehingga membantu aliran vena balik.

Evaluasi tanda vital saat kemajuan Untk mengetahui fungsi jantung bila
aktivitas terjadi. dikaitkan dengan aktivitas

Berikan waktu istirahat diantara Untuk mendapatkan cukup waktu


waktu aktivitas. resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung.

Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, Melihat dampak dari aktivitas


sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta terhadap fungsi jantung.
keluhan subjektif.

Anda mungkin juga menyukai