MIRZA AL FALAH
TRI REZKI PAHDONI
Penyusun
DAFTAR ISI
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Selain itu menurut istilah
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan di
amalkan dengan tindakan (perbuatan).
Menurut para ahli kalam yang termaktub (tercantum) dalam kitab al-a’lamah
as-syayid husein affandi al-jisri at-tharabilisi yang berjudul al husunul hamidiyyah,
pengertian iman adalah sebagai berikut :
“membenarkan apa-apa yang dibawa Rasulullah SAW. Yang diketahui
kedatangannya secara pasti, maksudnya tekad membenarkan apa-apa yang dibawa
nabi itu dari sisi Allah SWT, yang diketahui secara yakin kedatangannya disertai
ketundukan hati.
اليمان قول وعمل يزيد وينقص:Menurut imam bukhari sendiri, iman adalah
ucapan dan amalan (pekerjaan), bertambah dan berkurang.
Menanggapi pernyataan beliau tersebut tentang bertambah serta berkurangnya
iman di jawab berbeda oleh ulama yang masuk dalam pembahasan ilmu kalam.
Apakah benar iman itu bisa bertambah serta bisa pula berkurang?
Senada dengan pernyataan tersebut imam al-asy’ari menyatakan bahwa iman
itu bisa naik serta bisa pula turun. Dapat bertambah akan tetapi dapat pula berkurang.
Pernyataan beliau tersebut menyatakan bahwa bukan pengertian iman secara
esensi yang dapat bertambah serta berkurang akan tetapi yang disebutkan beliau itu
adalah pengertian iman secara sifat.
Kemudian menurut al-bazdawi iman tidak bisa naik maupun turun atau tidak
dapat bertambah maupun berkurang. Hanya saja beliau mencontohkan bahwa iman
tersebut adalah suatu benda yang terkena cahaya yang mana cahaya tersebut akan
membuat bayangan, bayangan benda tersebut dapat berupa bayangan yang sedikit
bisa pula berupa bayangan yang banyak sesuai dengan cahaya yang di berikan kepada
benda tersebut. Nah jika benda tersebut dimisalkan dengan iman, apakah benda tadi
dengan sendirinya bisa bertambah serta bisa berkurang? Tentu tidak bukan, karena
yang dapat bertambah serta berkurang adalah bayangan dari benda tersebut dan
bayangan itulah yang dimaksudkan sebagai iman yang bisa bertambah dan berkurang.
Seseorang yang telah beriman wajib menjaga keimanannya dari segala
perbuatan buruk yang akan mengakibatkan rusaknya iman tersebut.
Iman itu belumlah cukup apabila hanya diucapkan dengan lidah saja, tetapi
harus disertai dengan amal saleh, yaitu melaksanakan semua perintah syari’ah agama.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.:
“Iman ialah kepercayaan (diyakini) di dalam hati, ditetapkan (diucapkan)
dengan lidah, dan dilaksanakan dengan anggota badan (perbuatan).”
Ada pula riwayat hadits yang menjelaskan tentang keagungan iman, seperti riwayat
berikut.
Dikeluarkan oleh Bukhari (6443) dan Muslim (94) dari Abi Dzar r.a. ia
berkata: “pada suatu malam aku keluar rumah, tba-tiba kulihat Rasulullah s.a.w.
berjalan sendirian tidak ada seorangpun yang bersamanya, lalu aku berkata dalam
hati: mungkin Rasulullah saw. Ingin sendirian, “ Abu Dzar r.a. berkata “ aku
kemudian berjalan di bawah bayang-bayang rembulan, Rasulullah saw. Menoleh dan
melihatku, “kemudian berkata: “siapakah ini?”, aku menjawab: ” aku Abu Dzar, “
beliau berkata: “ wahai Abu Dzar kemarilah,” abu dzar r.a. berkata: “ lalu aku
berjaalan bersamanya sejam lamanya, “ maka beliau bersabda: “ sesungguhnya orang
yang memperbanyakharta didunia mereka itulah yang akan kemiskinan pada hari
kiamat, kecuali orang yang diberi kebaikan oleh Allah subhanahu wa taala, hingga ia
membelanjakan hartanya dari samping kanan, kiri, dari depan, belakang dan selalu
berbuat kebaikan, : Abu Dzar berkata: “ aku berjalan bersama beliau sejam lamanya”,
kemudian beliau berkata kepadaku: “duduklah di sini! “, Abu Dzar berkata:
“Rasulullah saw. Menyuruhku duduk di sebuah tempat luas yang dipenuhi dengan
batu, “ beliau berkata: “ tunggu di sini sampai aku kembali,” Abu Dzar r.a. berkata:
“Rasulullah saw. Pergi ke sebuah tempat yang dipenuhi batu hitam, hingga aku tidak
melihatnya, dan akupun lama menunggu beliau, tidak lama kemudian aku mendengar
suaranya ketika hendak dekat padaku, “ setelah datang dan aku tidak sabar aku
langsung bertanya kepadanya: “wahai nabi Allah ! dengan siapa kau berbicara
disana?: ”, aku tidak mendengar seorangpun yang menjawabmu?, beliau menjawab: “
itu Jibril yang sedang datang dengan membawa wahyu “, ia berkata kepadaku: “
Wahai Muhammad! Berilah kabar gembira umatmu dengan surga bagi siapapun yang
mati dan tidak berbuat syirik kepada Allah sekalipun,“ lalu aku bertanya: “ Wahai
Jibril! Meski ia melakukan zina dan mencuri? “, Jibril menjawab: “Ya”, aku (Abu
Dzar) bertanya: “ wahai Rasulullah! Meski berzina dan mencuri?”, beliau menjawab:
“Benar”, aku bertanya lagi:” meski berzina dan mencuri?”, kemudian beliau
menjawab: “ Ya, meskipun ia meminum khomer (minuman keras)”. (demikian
disebutkan dalam jam’ul fawaid jilid 1 hal 7, dan ada tambahan dalam Riwayat
Bukhari, Muslim Dan Tarmidzi dalam pertanyaan keempat: “ meski kau tidak bisa
menerimanya wahai Abu Dzar”)
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa setiap orang beriman harus
mengamalkan keimanannya dalam perbuatan lahiriah dan batiniah (keyakinan hati
yang didasari oleh keikhlasan). Bila tidak demikian, maka keimannya belum
sempurna.
2. Islam
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang secara kebahasaan
berarti 'Menyelamatkan'. beberapa istilah terpenting dalam pemahaman mengenai
keislaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari kata Salam yang
berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa Arab Aslama,
yang bermakna "untuk menerima, menyerah atau tunduk" dan dalam pengertian yang
lebih jauh kepada Tuhan.
Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan
aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt.
disebut sebagai orang Muslim.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Islam dari segi
kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt.
dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal
itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-
pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak
dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.
Adapun pengertian Islam dari segi istilah, banyak para ahli yang
mendefinisikannya di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa
Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw.
sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya
mengenal satu segi, tetapi menganal berbagai segi dari kehidupan manusia.
Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah
agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau
persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama Islam selaras benar
dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah,
sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang
secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah.
Kemudian menurut Hamka setelah manusia menerawang, berfikir, merenung,
membanding, mengukur, menjangka, pendeknya memfilosof, akhirnya sampailah dia
di ujung perjalanan. Di dinding yang tidak tersebrangi itu. Segala macam telah
dicobanya. Akhirnya yakinlah dia bahwa memang ada sesuatu itu, dialah yang
Mutlak, Dialah Yang Maha Kuasa, Dialah puncak (kata plato). Dialah Tao, yang tak
dapat diberi nama (kata Lao Tze). Maka insyaflah manusia akan kelemahan dirinya,
dan insyaf akan kemaha besarnya yang ada itu. Maka menyerahlah dia dengan segala
rela hati. Penyerahan yang demikian dalam bahasa arab dinamaiIslam.
Dari pengertian Islam tersebut, adanya 3 aspek, yaitu:
a. Aspek vertikal
Mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya).Dalam hal
ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.
b. Aspek horizontal
Mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar
manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang
lain.
c. Aspek batiniah
Mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian,
ketenangan batin maupun kemantapan rohani dan mental.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetian islam adalah sebuah agama
yang tidak membebani tidak pula memanjakan pemeluknya ( agama pertengahan)
yang mana tanpa ada paksaan untuk pemeluknya menyerah atau tunduk sesuai
dengan fitrahnya dan selamatlah mereka yang taat serta benar-benar memegangnya.
3. Ihsan
Kataa Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan-yuhsinu-ihsanan yang artinya
kebaikan atau berbuat baik. Dan pelakunya disebut muhsin.
Sedangkan menurut istilah ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh
seseorang dengan niat hati beribadah kepada Allah swt.
Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw.
“Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada Allah swt seolah-olah kamu melihatnya,
dan jika kamu tidak dapat melihatnya, sesungguhnya dia melihat kamu.” (HR.
Bukhari).
Seseorang tidak akan merasakan nikmatnya ibadah apabila dia tidak merasa
melihat dengan tuhannya. Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami
kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan
manusia.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“sesungguhnya Allah mewajibkan al-Ihsan dalam segala masalah, oleh
karena itu jika kalian berperang harus dengan satria, dan jika menyembelih binatang
pun harus dengan cara yang baik (tidak sadis)”.
Syaikh ‘Abdurrahman as Sa’di Rahimahullah menjelaskan bahwa ihsan mencakup
dua macam, yakni ihsan dalam beribadah kepada Allah dan ihsan dalam menunaikan
hak sesama makhluk. Ihsan dalam beribadah kepada Allah maknanya beribadah
kepada Allah seolah-olah melihat-Nya atau merasa diawasi oleh-Nya.
Sedangkan ihsan dalam hak makhluk adalah dengan menunaikan hak-hak mereka.
Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua, yaitu:
a. Wajib
Yang hukumnya wajib, misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil
dalam bermuamalah.
b. Sunnah
Yang hukumnya sunnah, misalnya memberikan bantuan tenaga atau harta yang
melebihi batas kadar kewajiban seseorang.
Salah satu bentuk ihsan yang paling utama adalah berbuat baik kepada orang yang
berbuat jelek kepada kita, baik dengan ucapan atau perbuatannya.
Artinya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.”
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata
addin yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, iman, Islam, dan ihsan.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat
seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan
menjalankan syareatnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.
Selain itu iman, islam, dan ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara
ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan
erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait.
Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman,
islam dan ihsan.
1. Dosen Agama Islam MPK. 2010. Pendidikan Agama Islam. Samarinda: MPK
Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur
2. Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992
3. Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, Jakarta : Bulan
Bintang, 1976
4. https://muslim.or.id/425-islam-iman-ihsan.html